Anda di halaman 1dari 69

BAB II

PERANAN PEJABAT PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

DI SUMATERA UTARA

A. Pengawasan Lingkungan Hidup

Menurut Mockler pengawasan dalam konteks manajemen pada dasarnya

merupakan upaya yang sistematis untuk menentukan standar kinerja (performance

standards), merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi aktual

dengan standar yang ditentukan, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan

mengukur besarnya, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjamin

bahwa seluruh sumberdaya organisasi digunakan dengan cara yang paling efektif dan

efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

Dari pemahaman atas definisi tersebut terlihat secara jelas tujuan dari

pengawasan dan hakekat pengawasan sebagai sebuah proses yang terdiri atas tahapan

kegiatan yang saling terkait. Dikaitkan dengan otonomi daerah, pengawasan atas

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk

menjamin agar Pemerintahan Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan

rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah ditetapkan Pejabat Pengawas

Lingkungan Hidup (PPLH) dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah

(PPLHD) yang berwenang melakukan pengawasan penaatan penanggung jawab

Universitas Sumatera Utara


usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan

Hidup.

Pengawasan lingkungan hidup yang selanjutnya disebut pengawasan adalah

serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup

dan/atau Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah untuk mengetahui,

memastikan, dan menetapkan tingkat ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam izin lingkungan dan peraturan

perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Pengawasan lingkungan hidup merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara

langsung atau tidak langsung oleh Pegawai Negeri yang mendapat surat tugas untuk

melakukan pengawasan lingkungan hidup atau Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup

(PPLH) di pusat atau daerah. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memeriksa dan

mengetahui tingkat ketaatan penanggung jawab kegiatan dan/atau usaha terhadap

ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup

termasuk di dalamnya pengawasan terhadap ketaatan yang diatur dalam perizinan

maupun dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)18

Sebenarnya peranan Petugas PPLH/PPLHD tidak terbatas pada kegiatan

pengawasan saja, namun dituntut untuk lebih dari itu, antara lain memberikan

18
Hamrat Hamid dan Bambang Pramudyanto. Pengawasan Industri Dalam Pengendalian
Pencemaran Lingkungan, Edisi I, Granit, Jakarta, 2007, hal. 21-22

Universitas Sumatera Utara


kesaksian di dalam proses peradilan lingkungan atau memberikan masukan kepada

atasan dalam menentukan kebijakan di bidang penegakan hukum lingkungan dan

sebagainya. Dengan demikian, sebagai PPLH/PPLHD dituntut untuk selalu belajar

dan mengembangkan diri dalam melakukan pengawasan, khususnya pengawasan

dalam rangka penegakan hukum lingkungan. Hal penting yang perlu diperhatikan

oleh para PPLH/PPLHD adalah menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan tidak

melakukan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme. Kesempatan tersebut sangat mungkin

terjadi karena wewenang dan peranan yang cukup luas menjadikan kedudukannya

sangat strategis dan sangat penting dalam proses penegakan hukum lingkungan.

Tipe Pengawasan19

Tipe pengawasan berkaitan erat dengan tujuan pelaksanaan pengawasan

tersebut. Terdapat 2 (dua) tipe pengawasan terhadap suatu kegiatan dan/atau usaha,

yaitu pengawasan yang bersifat rutin dan pengawasan mendadak atau sering dikenal

dengan Sidak. Pengawasan rutin dilakukan secara kontinyu dengan interval waktu

tertentu atau berkala (misal: dilakukan setiap satu bulan sekali pada akhir bulan),

sedangkan pengawasan yang bersifat mendadak (incognito) dilakukan tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu. Pengawasan yang bersifat rutin dilakukan pada

kondisi kegiatan dan/atau usaha yang sudah stabil, sedangkan Sidak dilakukan pada

kegiatan dan/atau usaha yang sedang bermasalah (ada kasus lingkungan). Sidak dapat

19
Ibid, hal. 29-30

Universitas Sumatera Utara


dilakukan setiap saat tergantung kebutuhan, misalnya pada jam dini hari tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak penanggung jawab usaha atau kegiatan.

Pengawasan juga dapat digolongkan menjadi 2 (dua) tipe yang lain, yaitu

pengawasan oleh pihak penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sendiri (self

monitoring) dan pengawasan yang dilakukan oleh pihak lain, misalnya oleh

pemerintah atau Lembaga Sawadaya Masyarakat. Self monitoring bersifat rutin dan

dilakukan untuk memenuhi persyaratan izin atau peraturan yang ada. Pengawasan

jenis ini memerlukan kejujuran dari pihak penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan. Pengawasan yang dilakukan pemerintah biasanya tidak dilakukan secara

rutin atau berkala dan bersifat sesaat, karena terbatasnya dana dan tenaga. Tujuannya

adalah sebagai cross check atas hasil pengawasan yang telah dilakukan oleh pihak

penanggung jawab kegiatan dan/atau usaha. Dengan demikian, dapat diketahui

kebenaran data self monitoring yang telah disampaikan kepada pemerintah.

Pengawasan yang bersifat cross check ini lebih baik dilakukan secara mendadak

tanpa memberi tahu pihak pengusaha atau penanggungjawab kegiatan.

B. Peranan Pejabat Pengawas Sebagai Wakil Pemerintah, Pemberi Data dalam

Penegakan Hukum, Penganalisis Penegakan Hukum, Pembina Teknis dan

Ahli Teknis di Instansinya20

Peranan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup secara umum adalah

melakukan inspeksi ketaatan, mengumpulkan dokumen dan memberikan kesaksian

20
Ibid, hal 34-38

Universitas Sumatera Utara


terhadap bukti-bukti yang ditemukan. Peranan lain Pejabat Pengawas Lingkungan

Hidup diuraikan di bawah ini.

1. Sebagai Wakil Pemerintah

Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup yang di beberapa negara disebut dengan

inspektur lingkungan (environment inspector) adalah orang yang melakukan kegiatan

inspeksi atau pemeriksaan lingkungan. Namun di beberapa negara seperti Kanada,

inspektur ini juga dapat melakukan penyidikan dan memberikan sanksi administrasi

secara langsung, misalnya memberikan peringatan atau perintah-perintah. Kualitas

kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup ini dapat menunjukkan kredibilitas

instansi yang menugaskan PPLH/PPLHD itu sendiri. Untuk menjadi PPLH/PPLHD

harus mempunyai kemampuan khusus dengan mengikuti beberapa macam kursus di

bidang lingkungan hidup, antara lain kursus AMDAL, kursus pengambilan

sampel/sampling, kursus pengawasan lingkungan dan lain-lain

Sebagai seseorang PPLH baik di pusat maupun di daerah harus dapat

menunjukkan kemampuan teknis melakukan pengawasan, berdiplomasi dan tidak

menunjukkan sikap ingin menguasai atau sombong apalagi selalu berkeinginan untuk

berkolusi. Seseorang PPLH harus dapat mencari atau mengumpulkan informasi dan

fakta lapangan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau menjadi saksi

dalam proses peradilan untuk menjelaskan data maupun fakta yang sebenarnya.

Mengingat kewenangan PPLH ini diatur dalam Undang-Undang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka pada hakekatnya PPLH merupakan wakil

pemerintah pada saat melakukan inspeksi atau investigasi terhadap usaha dan/atau

Universitas Sumatera Utara


kegiatan. Sebagai wakil (agent) dari instansi pemerintah, PPLH harus dapat

memelihara ketelitian, kode etik (sumpah pegawai negeri) dan jaminan kualitas hasil

pengawasan.

2. Sebagai Pemberi Data Dalam Penegakan Hukum

PPLH dapat memberikan data kepada para Penyidik baik PPNS Lingkungan

atau pihak Kepolisian untuk menangani kasus pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan hidup. Data dan fakta yang dikumpulkan oleh PPLH juga dapat

digunakan oleh atasan mereka dalam menerapkan sanksi administrasi, perdata

maupun pidana, sehingga validitas data tersebut sangat penting.

3. Sebagai Saksi

Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup baik di pusat maupun di daerah, apabila

diminta, harus memberikan kesaksian dalam proses penegakan hukum lingkungan.

Kesaksian yang diberikan harus apa adanya tidak boleh direkayasa. Pada proses

peradilan sebelum memberikan kesaksian, mereka disumpah terlebih dahulu. Jadi

dalam memberikan kesaksian ada tanggung jawab yang lebih besar, yaitu kepada

Tuhan Yang Maha Esa atau Allah SWT. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup harus

berani memberikan kesaksian berdasarkan data dan fakta yang ada tanpa merasa takut

atau mendapat tekanan dari pihak tertentu.

4. Sebagai Ahli

Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup yang mempunyai keahlian khusus

misalnya ahli masalah perminyakan, dapat memberikan keterangan ahli di bidang

perminyakan pada proses penegakan hukum lingkungan untuk kasus lingkungan yang

Universitas Sumatera Utara


berkaitan dengan industri perminyakan atau tambang minyak. Sebelum PPLH

tersebut memberikan keterangan ahli di depan penyidik, sebaiknya dilakukan

penyumpahan dahulu dengan menghadirkan rohaniawan, sehingga apabila yang

bersangkutan berhalangan hadir dalam proses persidangan, maka proses peradilan

sudah dianggap sah, mengingat tingkat kesibukan PPLH yang mempunyai keahlian

tertentu tersebut sangat tinggi dan sulit mencocokkan waktunya dengan jadwal

persidangan.

PPLH yang mempunyai keahlian tertentu juga dapat memberikan keterangan

ahli dalam proses penegakan hukum administrasi maupun penegakan hukum perdata

dan pidana sesuai dengan keahlian dan permasalahannya.

“Saksi Ahli” dalam sub judul diatas sengaja ditempatkan diantara tanda petik

untuk menunjukkan bahwa sesungguhnya Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan

ketentuan Hukum Acara Pidana yang terdapat dalam berbagai undang-undang lainya,

tidak mengenal istilah “saksi ahli “ Istilah saksi ahli menjadi sangat populer karana

sering digunakan aparat penegak hukum dalam praktek penyidikan, penuntutan

sampai kepada peradilan. Hukum Acara Pidana Indonesia hanya mengenal: saksi,

keterangan saksi, ahli dan keterangan ahli.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan dan sasaran

pemeriksaan yang berhubungan dengan diterimanya informasi, laporan atau

pengaduan tentang terjadinya suatu pelanggaran atau kejahatan lingkungan hidup

adalah untuk klarifikasi data dan fakta serta untuk mendapatkan alat-alat bukti yang

dapat membuktikan siapa atau siapa-siapa pelaku pelanggaran atau kejahatan,

Universitas Sumatera Utara


bagaiman proses terjadinya, kapan dan dimana terjadinya, apa akibat pelanggaran

atau kejahatan tersebut dan apa motif prilaku melakukan pelanggaran atau kejahatan

lingkungna hidup tersebut.

Alat-alat bukti yang diperoleh dari pengawasan atau pemeriksaan sangat

diperlukan dan menentukan tindak lanjut penaatan dan penegakan hukum yang akan

ditempuh oleh pemeriksa/PPLH. Tindak lanjut penyelesaian perkara yang adil, arif

dan bijaksana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dapat

berbentuk musyawarah (negoisasi atau mediasi) di luar pengadilan atau berbentuk

litigasi melalui pengadilan perkara perdata dalam bentuk gugatan perdata/ganti

kerugian atau melalui pengadilan perkara pidana dalam bentuk dakwaan dan tuntutan

pidana oleh Jaksa Penuntut Umum.

Demi kepentingan penyelesaian perkara yang adil, arif dan bijaksana

berdasarkan hukum yang berlaku, diharapkan PPLHD dapat mengumpulkan alat

bukti yang relevan dan kuat sebanyak mungkin. Menurut KUHAP Pasal 184, alat

bukti yang sah ialah:

a. keterangan saksi;

b. keterangan ahli;

c. surat;

d. petunjuk dan

e. keterangan terdakwa.

Universitas Sumatera Utara


Diantara lima macam alat bukti yang sah tersebut ada dua alat bukti yang

sangat efektif dalam pemeriksaan atau peradilan perkara pelanggaran/kejahatan

lingkungan hidup, yaitu:

a. Apa yang dijelaskan oleh pemeriksa/PPLH di depan sidang pengadilan dalam

kedudukannya sebagai saksi yang dinamakan keterangan saksi;

b. Pendapat yang dijelaskan oleh pemeriksa/PPLH dan orang lain di depan sidang

pengadilan dalam kedudukannya sebagai ahli yang dinamakan keterangan ahli.

Menurut KUHAP, saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan

guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana

yang ia dengar sendiri, lihat sendiri dan alami sendiri.

Keterangan saksi adalah satu alat bukti berupa keterangan dari saksi mengenai

suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, lihat sendiri dan alami sendiri dengan

menyebut alasan dari pengetahuannya itu.

Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki

keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara

pidana guna kepentingan pemeriksaan.

Apakah seorang PPLH akan berperan sebagai saksi atau ahli, tergantung

kepada permintaan/penentuan pihak-pihak yaitu penyidik atau penuntut umum dan

tersangka/terdakwa. Lazimnya sudah dapat diketahui semenjak proses penyidikan

yaitu apakah seorang PPLH diperiksa sebagai saksi atau sebagai ahli oleh penyidik.

Apakah seorang PPLH diperiksa sebagai saksi/ahli sebaiknya dibicarakan antara

penyidik dengan PPLH yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


Perbedaan prosedural berita acara pemeriksaan terhadap saksi dengan saksi

ahli, pemeriksaan saksi tidak perlu disumpah terlebih dahulu, sedangkan pemeriksaan

ahli, sebelum diperiksa, ahli tersebut harus mengucapkan sumpah terlebih dahulu,

menyatakan bahwa semua keterangan yang akan diberikannya tersebut adalah benar

menurut pengetahuaannya yang terbaik.

Kembali diingatkan bahwa seorang saksi hanya dapat memberikan keterangan

dibawah sumpah di depan sidang pengadilan tentang peristiwa yang ia dengar sendiri,

yang ia lihat sendiri dan yang ia alami sendiri. Seorang saksi (PPLH) yang

memberikan keterangan saksi tidak diperkenankan mengemukakan pendapat atau

rekaaan dan juga tidak diperkenankan menerangkan suatu peristiwa yang ia dengar

dari orang lain (testimonium de auditu). Sedangkan tugas utama dari seorang ahli

adalah justru memberikan pendapat berdasarkan keahlian yang dimilikinya, yang

diperlukan membuat terangnya perkara. Tidak menjadi masalah apakah pendapat

keahlian yang diterangkannya itu adalah mengenai peristiwa yang ia lihat sendiri, ia

dengar sendiri atau ia alami sendiri. Ia dapat memberikan keterangan ahli mengacu

semata-mata kepada teori atau referensi ilmiah yang dikuasainya.

5. Sebagai Penganalisis Penegakan Hukum

Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup juga berfungsi sebagai penganalisis

dalam proses penegakan hukum lingkungan, sehingga PPLH/PPLHD perlu

melakukan analisis permasalahan lingkungan dan memberikan masukan kepada

pimpinan dalam menerapkan penegkan hukum lingkungan. Dalam proses

persidangan maupun terhadap hasil putusan pengadilan, PPLH perlu melakukan

Universitas Sumatera Utara


kajian-kajian untuk mengambil hikmahnya dari proses pengadilan maupun putusan

tersebut. Hal ini dapat dipergunakan untuk perbaikan proses penegakan hukum

lingkungan dan pengambilan kebijakan di masa yang akan datang.

6. Sebagai Pembina Teknis

Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dapat memposisikan sebagai pembina

teknis sesuai dengan keahliannya dan pengalaman yang dimilikinya, baik pembina

teknis dalam proses pengawasan di instansinya maupun di instansi lainnya. Hal

penting yang perlu diperhatikan, PPLH sebaiknya tidak memberikan saran teknis

penyempurnaan Instalasi Pengolahan Air Limbah atau membuat desain pengolahan

air limbah bagi pabrik yang sedang dalam pengawasannya, walaupun secara teknis

dia mampu dalam bidang ini. Hal ini dikarenakan akan terjadi konflik kepentingan

dan dapat menjadi bumerang bagi PPLH yang bersangkutan. PPLH yang berfungsi

sebagai konsultan pengolahan air limbah atau konsultan AMDAL akan membuka

peluang terjadinya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.

7. Sebagai Ahli Teknis di Instansinya

Selain hal-hal tersebut di atas, PPLH/PPLHD yang memiliki keahlian teknis

dapat memberikan masukan kepada pimpinan instansinya. Sebagai contoh adalah,

apabila PPLH tersebut ahli di bidang teknologi pengolahan pulp dan kertas, maka

dapat diminta masukannya pada saat instansi yang bersangkutan akan mengeluarkan

Baku Mutu Air Limbah untuk pabrik pulp dan kertas

Universitas Sumatera Utara


C. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara dan
Peranannya

1. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara

Upaya yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara

adalah dengan mengangkat Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah yang

selanjutnya disingkat dengan PPLHD. Pembentukan PPLHD berdasarkan:

a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Bab XII Pasal 71, 72, 73, 74,75

b. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air Pasal 44 , 45, 46, 47

c. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2001 tentang

Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup

Daerah

d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002 tentang

Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup bagi Pejabat Pengawas

Lingkungan.

e. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 57 Tahun 2002 tentang Tata

Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di Kementerian Lingkungan Hidup.

f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 2002 Tentang

Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di Provinsi/Kabupaten/Kota

Universitas Sumatera Utara


Jumlah Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di Provinsi Sumatera Utara

sebanyak 42 orang, namun dalam rangka pembinaan karier dan perpindahan tempat

tugas, maka Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dirasa masih sangat kurang,

sehingga pendidikan dan pelantikan serta pengangkatan Pejabat Pengawas

Lingkungan Hidup ini masih perlu terus dilakukan.

Adapun data personil Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD)

Provinsi Sumatera Utara dan Kab./Kota dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1: Data Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) Provinsi


Sumatera Utara dan Kabupaten/Kota s/d 2005
No Prov/Kab/Kota Jumlah PPLHD
1. BLH Provinsi Sumatera Utara 13
2 Medan 5
3 Deli Serdang 3
4 Serdang Bedagai -
5 Tebing Tinggi -
6 Nias Selatan -
7 Nias -
8 P.Sidempuan -
9 Tapanuli Selatan 2
10 Simalungun 2
11 Tapanuli Tengah 2
12 Humbang Hasundutan -
13 Tapanuli Utara -
14 Toba Samosir 2
15 Samosir -
16 Binjai 1
17 Asahan 1
18 Dairi 1
19 Pakpak Bharat -
20 Labuhan Batu 2
21 Langkat 2
22 Madina 2

Universitas Sumatera Utara


23 Pem. Siantar 1
24 Karo 2
25 Tj. Balai 1
26 Sibolga -
Total 42
Sumber: BLH Prov.SU, 2007

Adapun kriteria pemilihan perusahaan yang dilakukan pengawasan oleh BLH

Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

a. Berdampak penting dan besar terhadap lingkungan;

1. skala besar dalam kapasitas produksi dan jumlah limbah

b. Berpotensi merusak dan mencemari lingkungan;

c. Perusahaan yang memiliki :

1. Dokumen Lingkungan

2. Izin HO;

d. Contoh: industri, perumahan, hotel, rumah sakit, pertambangan, perkebunan, dan

lain-lain.

2. Peranan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera

Utara

Bertitik tolak dari dan dalam kerangka penaatan dan penegakan hukum

lingkungan sebagai alasan untuk penjatuhan sanksi dalam kasus lingkungan, maka

diharapkan temuan pelanggaran atau pencemaran lingkungan tersebut terjadi pada

Universitas Sumatera Utara


waktu dilakukannya inspeksi atau pemantauan dan pengawasan terhadap lingkungan

(compliance inspections atau inspeksi rutin).

Pengawasan merupakan langkah pereventif dalam rangka penegakan hukum

administrasi (handhaving van het bestuursrecht) merupakan bagian dari bestuuren.

Menurut P. De Haan “penegakan hukum administrasi seringkali diartikan sebagai

penerapan sanksi administrasi. Sanksi merupakan penerapan alat kekuasaan sebagai

reaksi sebagai pelanggaran norma hukum administrasi. Ciri khas penegakan hukum

administrasi adalah paksaan (dwang)”.21 Sedangkan J.B.J.M ten Berge menyatakan

bahwa “instrumen penegakan hukum administrasi meliputi dua hal yaitu pengawasan

dan penegakan sanksi. Pengawasan merupakan langkah preventif untuk

melaksanakan kepatuhan, sedangkan penerapan sanksi merupakan langkah represif

untuk memaksakan kepatuhan”.22

Berdasarkan Pasal 71 ayat 1 UUPPLH yang melakukan pengawasan adalah

Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib

melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kemudian, berturut-turut pada pasal

71 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup ayat 2 dan 3 menyatakan pengendalian dampak lingkungan hidup

21
Haan, P. De., (et.al), Bestuursrecht in Sociale Rechtstaat, deel 2 Bestuurshandelingen en
waarborgen, Kluwer Deventer, 1986, hal. 91-92.
22
J.B.J.M ten Berge, Course Book, Recent Development in General Administrative Law in The
Neteherlands, Utrecht, 1994 hal. 21.

Universitas Sumatera Utara


sebagai alat pengawasan dilakukan kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggung

jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan dalam

melaksanakan pengawasan, Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota menetapkan

pejabat pengawas lingkungan hidup yang merupakan pejabat fungsional.

Selanjutnya, dalam melaksanakan pengawasan tersebut PPLHD memiliki

kewenangan:

a. melakukan pemantauan;

b. meminta keterangan;

c. membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan;

d. memasuki tempat tertentu;

e. memotret;

f. membuat rekaman audio visual;

g. mengambil sampel;

h. memeriksa peralatan;

i. memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau

j. menghentikan pelanggaran tertentu.

Adapun tugas dan fungsi BLHSU sesuai dengan Perda Provinsi Sumatera

Utara Nomor 4 Tahun 2001 adalah sebagai berikut:

1. Tugas: membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan pembinaan dan koordinasi

pengendalian dampak lingkungan hidup di daerah.

2. Fungsi :

Universitas Sumatera Utara


a. Menyiapkan bahan dalam perumusan kebijakan teknis pencegahan dan

penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas

lingkungan hidup;

b. Menyelenggarakan pembinaan teknik lingkungan, pengendalian pencemaran

lingkungan, pengendalian kerusakan lingkungan dan pengelolaan lingkungan;

c. Melakukan pengkajian dan evaluasi pengelolaan lingkungan hidup.

Untuk lebih mengefektifkan dan memberdayakan hukum lingkungan,

khususnya di Sumatera Utara, BLHSU sebagai salah satu instansi pemerintah yang

berfungsi membantu dan mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi daerah

dalam memberhasilkan program pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan, berupaya membangun sistem penegakan hukum lingkungan baik

penegakan hukum administrasi, penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar

pengadilan atau melalui pengadilan, dan tindakan pidana lingkungan bagi perusak

dan/atau pencemar lingkungan baik yang dilakukan dengan sengaja atau kelalaian.

Sistem penegakan hukum lingkungan ini dirancang dalam bentuk pedoman

dan standar operasional prosedur (SOP) penegakan hukum lingkungan, disusun atas

kerjasama BLHSU dengan Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara Medan.

Dengan adanya sistem dan standar operasional prosedur ini, penegakan hak

masyarakat baik untuk memperoleh hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat,

informasi atas pengelolaan lingkungan hidup maupun kewajiban untuk memelihara

lingkungan telah diakomodir dalam pedoman tersebut, sehingga tercipta kepastian

Universitas Sumatera Utara


hukum di tengah kehidupan masyarakat melalui upaya penegakan hukum yang

efektif.

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penyusunan pedoman dan standar

operasional prosedur (SOP) penegakan hukum lingkungan mengacu kepada alur

pemikiran proses penegakan hukum lingkungan pra dan pasca konflik sesuai dengan

pasal-pasal dari UUPPLH, sebagaimana terlihat dalam skema berikut ini :

Skema 1: Pemikiran Proses Penegakan Hukum Lingkungan Pra dan Pasca Konflik

Pra Konflik
- Izin
- Wasdal
- (Dsr : UU/PP/Kepres/Kepmen)

Tidak
Konflik Selesai
ada

ya

Verfikasi Bapedalda

Pencemaran/Perusakan LH Tidak Selesai


ada

Hentikan pencemaran/perusakan LH
ya

Administrasi Proses Penyelesaian Pengadilan:


- Pidana

- Ruang lingkup Penyelesaian Luar Pengadilan


- Mencegah, menaggulangi, menyelamatkan
- Pencabutan izin
- Audit paksa

Sumber : Buku Pedoman dan SOP Penegakan Hukum Lingkungan BLHSU

Universitas Sumatera Utara


Dari skema di atas jelas bahwa penegakan hukum administrasi lebih

mendominasi penyelesaian kasus lingkungan hidup sesuai dengan asas subsidiaritas

sebagaimana dianut UUPPLH. Hal ini juga sesuai dengan penjelasan mantan Kepala

BLHSU Prof. H. Syamsul Arifin, SH. MH, bahwa “penegakan hukum administrasi

harus diutamakan dari penegakan hukum lainnya. Karena keberhasilan pengelolaan

dan pengendalian dampak lingkungan yang dilakukan oleh BLHSU sebagai aparat

birokrasi bukan ditentukan oleh banyaknya orang masuk penjara”.23

Selanjutnya beliau mengemukakan ruang lingkup penegakan hukum

administrasi lingkungan dan alur penegakan hukum administrasi lingkungan adalah

sebagaimana terangkum dalam skema berikut ini:

Skema 2: Alur Penegakan Hukum Administrasi (Penerapan Perangkat Pengelolaan LH dan


Perizinan)
Pelaksana Usaha/Kegiatan (Pemrakarsa)

Mengajukan Permohonan Izin

Instansi Yang Berwenang

Dokumen Permohonan Izin Diverifikasi dan


Diteruskan Kepada Pihak Terkait

Instansi Yang Bertanggungjawab


Instansi Yang Membidangi Usaha/Kegiatan

Menerbitkan Keputusan Kelayakan LH Berdasarkan


Menentukan Persyaratan & Kewajiban Upaya Penilaian Dokumen ANDAL, RPL & RKL
Pengelolaan LH dan Upaya Pemantauan LH

Instansi Yang Berwenangan Berdasarkan Kelengkapan Dokumen Tersebut Mengeluarkan Ketetapan


IZIN USAHA

Sumber : Buku Pedoman dan SOP Penegakan Hukum Lingkungan BLHSU

23
Mantan Kepala BLHSU, Prof. H. Syamsul Arifin, SH.MH. (kutipan hasil wawancara. tanggal
3 Mei 2005).

Universitas Sumatera Utara


Skema 3: Alur Penegakan Hukum Administrasi (Pengawasan, Sanksi Adm. Dan
Audit LH)

Beroperasinya
Perusahaan

Melakukan Bin. PLH &


Pantau LH Pemrakarsa/ Penanggung jwb Ush/Kgtn

Wajib menyampaikan Lap. Pelaks. RKLH dan RPLH

Inst. Yg membidangi Ush/Kgtn Inst. Yg Ditugasi Mengendalikan Dampak Lingk. Gubernur

Melakukan Pengawasan & Evaluasi Penerapan Melakukan Pengujian Lap. Pemrakarsa


Peraturan dibid. AMDAL

Menyampaikan Lap. Was & Ev. Hasilnya

Tdk Ditemukan Adanya Lap/Info Masy. Ditemukan Adanya Pelanggaran


Pelanggaran

Inst. Yg Berwenang Menerbitkan Izin MENLH Gubernur

MENCABUT
IZIN USAHA WAJIB Paksaan Pemerintah (Mencegah,
AUDIT LH Mengakhiri Pelanggaran, Serta
Menanggulangi Akibat Yg Ditimbulkan,
Melakukan Penyelamatan,
Penanggulangan & Pemulihan)

Sumber : Buku Pedoman dan SOP Penegakan Hukum Lingkungan BLHSU

Sedangkan bagan alir penanganan kasus lingkungan di Badan Lingkungan

Hidup Provinsi Sumatera Utara, adalah sebagaimana skema di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara


Skema 4: Bagan Alir Penanganan Kasus Lingkungan Di BLH Provinsi Sumatera
Utara

SUMBER KASUS
MEDIA Penga- Temuan Lapo- SEKRETARIS
duan Lapa- ran
BADAN
MASSA masya- ngan Kab/
rakat Kota

PRENINJAUAN - Koordinasi dengan


LAPANGAN : Instansi Teknis
SUBBID - PPNS/PPLHD dan Kab/Kota.
PENEGAKAN - Bidang Terkait - Klarifikasi kepada
HUKUM - Staf Ahli Tenaga sumber kasus.
Teknis - Analisis teknis
- Subbag Hukum/Set sesuai fungsi
masing-masing.
- Saran/Pendapat
- Usulan nama-nama
petugas lapangan.

RAPAT
KOORDINASI/ - Pembinaan.
Laporan hasil Bid.Terkait/
- Sanksi
PEMBAHASAN peninjauan lapangan PPLHD
Administrasi
KASUS : dan saran tindak - Proses PPNS
- Subbid lanjut. Pidana
Penegakan
Hukum
- PPNS/PPLHD
- Bidang Terkait
- Staf Ahli/Tenaga
Teknis

Sumber : BLHSU

Untuk mengurangi birokrasi sebaiknya anak panah dari peninjauan lapangan

menuju laporan hasil peninjauan lapangan dan saran tindak lanjut dibuat dengan garis

putus-putus, seperti pada skema di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


Skema 5: Bagan Alir Penanganan Kasus Lingkungan Di BLH Provinsi Sumatera
Utara

SUMBER KASUS
SEKRETARIS
MEDIA Penga- Temuan Lapo- BADAN
duan Lapa- ran
MASSA masya- ngan Kab/
rakat Kota

- Koordinasi dengan
PRENINJAUAN
SUBBID Instansi Teknis
LAPANGAN :
PENEGAKAN dan Kab/Kota.
- PPNS/PPLHD
HUKUM - Klarifikasi kepada
- Bidang Terkait
sumber kasus.
- Staf Ahli Tenaga
- Analisis teknis
Teknis
sesuai fungsi
- Subbag Hukum/Set
- Saran/Pendapat masing-masing.
- Usulan nama-nama
petugas lapangan.

RAPAT
KOORDINASI/
Laporan hasil - Pembinaan. Bid.Terkait/
PEMBAHASAN peninjauan lapangan - Sanksi PPLHD
KASUS : dan saran tindak Administrasi
lanjut. - Proses PPNS
- Subbid
Penegakan Pidana
Hukum
- PPNS/PPLHD
- Bidang Terkait
- Staf Ahli/Tenaga
Teknis

Sedangkan mekanisme penanganan kasus-kasus pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan hidup di daerah Sumatera Utara telah diatur dalam Keputusan

Kepala Bapedaldasu Nomor 296/BPDL-SU/S/2004, tanggal 17 Mei 2004 tentang

Mekanisme Penanganan Kasus-Kasus Pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

hidup.

Universitas Sumatera Utara


Keputusan Kepala Bapedaldasu tersebut mengacu kepada Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2004, tanggal 29 Januari 2004 tentang

Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan

Hidup.

Untuk menangani kasus-kasus pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

hidup di BLHSU telah dibentuk Tim Koordinasi Penanganan Kasus Lingkungan

Hidup sesuai dengan Keputusan Kepala BLHSU Nomor 283/BPDL-SU/S/2004

tanggal 14 Mei 2004 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanganan Kasus-kasus

Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup. Tim Penanganan Kasus terdiri

dari bidang hukum, bidang teknis, tenaga ahli dan PPNS-LH serta PPLHD. Dalam

rangka efektifitas pelaksanaan penanganan kasus lingkungan dibentuk Sekretariat

Tim Penanganan Kasus Lingkungan Hidup.

Tata laksana penanganan kasus lingkungan hidup sebagaimana diatur pada

Pasal 4 Keputusan Kepala BLHSU Nomor 296/BPDL-SU/S/2004 adalah sebagai

berikut :

1. Sekretariat penanganan kasus lingkungan hidup menerima dan mempelajari data-

data kasus untuk menentukan klasifikasi kasus;

2. Sekretariat penanganan kasus selanjutnya menyampaikan laporan tertulis kepada

Kepala BLHSU untuk tindak lanjut penanganan kasus;

3. Laporan dimaksud di atas dilengkapi dengan rencana penanganan kasus dan

personil Tim Penanganan Kasus yang akan ditugaskan untuk melakukan

verifikasi.

Universitas Sumatera Utara


Selanjutnya pada Pasal 5 ditentukan bahwa :

1. Verifikasi dapat dilakukan melalui surat, telepon atau alat komunikasi lainnya,

atau melakukan pengecekan dan penelitian lokasi yang diduga telah terjadi

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, atau mengundang pihak

terkait;

2. Khusus untuk kasus-kasus yang perlu dilakukan verifikasi lapangan, Kepala

BLHSU menugaskan Tim untuk melakukan verifikasi;

3. Tim verifikasi beranggotakan bidang teknis atau PPLHD, sekretariat kasus serta

tenaga ahli yang sesuai dengan sifat kasus apabila diperlukan.

Tim verifikasi mempunyai tugas :

1. Memeriksa kebenaran informasi dan/atau pengaduan dan/atau laporan tentang

adanya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;

2. Meneliti sumber pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang terjadi;

3. Meneliti tingkat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang terjadi;

4. Meneliti perkiraan jenis dan besarnya kerugian yang timbul terhadap masyarakat

korban dan lingkungan;

5. Meneliti peraturan perundang-undangan yang dilanggar.

Pihak pengadu dan pihak yang diadukan dapat mendampingi tim verifikasi

pada saat tim tersebut menjalankan tugasnya, apabila diperlukan. Juga dapat

melibatkan instansi terkait dan instansi yang menangani lingkungan hidup

Kabupaten/Kota untuk bersama-sama dengan tim melaksanakan verifikasi.

Universitas Sumatera Utara


Hasil temuan tim verifikasi dapat berupa :

a. Bukan merupakan kasus lingkungan tetapi permasalahan sosial lainnya;

b. Telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran administratif, tetapi tidak

mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

c. Telah terjadi pelanggaran administratif, mengakibatkan terjadinya pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan hidup;

d. Telah terjadi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang

mengakibatkan kerugian;

e. Telah terjadi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup dan ditemukan

bukti-bukti awal terjadinya tindak pidana lingkungan hidup.

Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, tim verifikasi mengusulkan rekomendasi

tindak lanjut penanganan kepada Kepala BLHSU sebagai berikut :

a. Bukan kasus pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, maka segera

diteruskan kepada instansi teknis yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang

bersangkutan;

b. Telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran administratif, tetapi tidak

mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, maka

dilakukan pembinaan teknis kinerja pengendalian pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan hidup oleh bidang teknis yang berwenang melakukan pembinaan

teknis kinerja pengendalian pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;

c. Telah terjadi pelanggaran administratif, dan mengakibatkan terjadinya

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, maka dijatuhkan tindakan

Universitas Sumatera Utara


administratif dan dilakukan pembinaan teknis kinerja pengendalian pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan hidup.

d. Telah terjadi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang

mengakibatkan kerugian, maka dilakukan langkah-langkah untuk memfasilitasi

dan mengkoordinasikan penyelesaian sengketa lingkungan hidup baik melalui

pengadilan maupun di luar pengadilan;

e. Telah terjadi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup dan ditemukan

bukti-bukti awal terjadinya tindak pidana, maka dilakukan langkah penegakan

hukum pidana oleh Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau

Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup.

Pada pasal 10 Keputusan Kepala BLHSU Nomor 296/BPDL-SU/S/2004

diatur mengenai:

1. Kepala BLHSU menetapkan Keputusan untuk meyetujui atau menolak

rekomendasi tindak lanjut yang diajukan tim verifikasi;

2. Apabila rekomendasi tindak lanjut disetujui, Sekretariat Tim Penanganan Kasus

mempersiapkan administrasi tindak lanjut penanganan kasus dan

menginformasikannya kepada pihak-pihak terkait.

Hasil verifikasi pengaduan kasus pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

hidup bersifat terbuka sepanjang menurut sifat dan tujuannya memang terbuka untuk

diketahui masyarakat. Bidang teknis yang berfungsi melakukan pembinaan teknis

kinerja pengendalian pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup melakukan

pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan dan/atau usaha yang telah dikenakan

Universitas Sumatera Utara


sanksi administrasi. Hasil pengawasan dan pengendalian tersebut dilaporkan secara

tertulis kepada Kepala BLH Provinsi Sumatera Utara.

Mengacu kepada mekanisme penanganan kasus-kasus pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan hidup sebagaimana dikemukan di atas, maka jelaslah bahwa

penegakan hukum administrasi lebih diutamakan jika dibandingkan dengan

penegakan hukum lainnya. Hal ini menurut Kepala Bapedaldasu (sekarang BLHSU)

adalah “karena penegakan hukum administrasi selain mempunyai fungsi sebagai

instrumental, yaitu pengendalian, pencegahan dan penanggulangan perbuatan yang

terlarang juga bersifat represif untuk mengakhiri pelanggaran ketentuan yang

dicantumkan dalam persyaratan-persyaratan perlindungan lingkungan”.24

Selanjutnya beliau mengemukakan bahwa “pendayagunaan sanksi

administrasi jauh lebih menguntungkan, ketimbang mendayagunakan sanksi lainnya.

Karena melalui penerapan sanksi administrasi diharapkan pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan hidup dapat dikendalikan”.25

Pada tahun 2004 s/d 2009 kasus-kasus yang ditangani oleh BLHSU sebanyak

15 kasus, dan telah dijatuhkan sanksi administrasi berupa teguran tertulis dengan

kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh pengusaha dan/atau pelaksana

kegiatan sebanyak 7 perusahaan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam tabel berikut

ini:

24
Ibid.
25
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


Tabel: 2 Daftar Kasus Yang Ditangani Tim Penanganan Kasus BLH Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2004 s/d 2007

Besarnya
Nama Kasus Langkah tindak lanjut yang tuntutan
No. Lokasi Uraian Kasus Keterangan
Lingkungan telah dilakukan ganti
kerugian
1 2 3 4 5 6 7
1. Pencemaran Daerah - Diduga PKS Telah dilakukan Verifikasi Dalam proses
Sungai Bilah Aliran PT. Siringo- Lapangan dan sudah pembinaan
diduga berasal Sungai ringo disampaikan Surat Tegoran I dan
dari limbah Bilah membuang No. 820.A/BPDL-SU/S/2004 pengawasan
PT. Siringo- Kab.L,Batu limbah cair tanggal 29-10-2004 untuk Bapedaldasu
ringo langsung ke kesediaan pihak Perusahaan
Sungai Bilah. memperbaiki IPALnya dalam
- Air Sungai waktu 3 bulan sebagaimana
Bilah yang tercantum dalam Surat
digunakan Tegoran.
masyarakat
untuk kegiatan
mandi, cuci
dan kakus
mengakibatkan
timbulnya
penyakit gatal-
gatal yang
diduga berasal
dari buangan
limbah cair
PKS. PT.
Siringo-ringo.

2. Pencemaran Desa - PKS. PT. Telah dilakukan Verifikasi ke Dalam proses


lingkungan Sisumut Nubika Jaya Lapangan dan sudah pembinaan
oleh Kec. Kota diduga telah disampaikan Surat Tegoran I dan
PT.Nubika Pinang membuang No. 819.A/BPDL-SU/S/2004 pengawasan
Jaya Kab.L.Batu limbah pabrik tanggal 29-10-04 dalam waktu Bapedaldasu
ke media 3 bulan agar pihak perusahaan
lingkungan menyelesaikan Dokumen
yaitu parit Pengelolaan Lingkungan,
Ramona yang perbaikan IPAL,
bermuara ke memeriksakan Sampel ke
Sungai Baba Laboratorium dan
tanpa di proses melaporkan hasilnya kepada
terlebih dahulu Bapedaldasu.
melalui IPAL.
- Pencemaran
udara diduga
berasal dari
kegiatan PKS.
PT. Nubika
Jaya yang
menimbulkan
dampak
terhadap
kesehatan
masyarakat

Universitas Sumatera Utara


- Pembangunan
tembok yang
dijanjikan oleh
pihak
Perusahaan
kepada
masyarakat
untuk
mengantisipasi
dampak
kebisingan
belum juga
dibangun
3. Pencemaran Desa Warga masyarakat Telah dilakukan Verifikasi Dalam proses
udara oleh Marendal I yang berdomisili Lapangan dan sudah pembinaan
kegiatan Kec. disekitar lokasi disampaikan Surat Tegoran I dan
Pabrik Patumbak. Pabrik merasa No. 115/ BPDL-SU/S/2004 pengawasan
PT. Marindal Kab.Deli resah dan tanggal 26 Februari 2004 Bapedaldasu
Cipta Prima Serdang terganggu akibat dalam waktu 3 bulan agar
dampak pihak perusahaan
Pencemaran Udara bersangkutan memperbaiki
yang diduga proses pengolahan limbah
berasal dari udara yaitu : a. Meninggikan
PT.MCP berupa : cerobong asap dan membuat
a. Kebisingan, stage untuk mempermudah
debu dan pemeriksaan emisi :
serbuk hitam, b. Mengadakan alat
b. Akibat Ancenerator
pencemaran c. Membuat Dokumen
tersebut UKL/UPL.
kesehatan
masyarakat
terganggu
yaitu
timbulnya
penyakit
sesak nafas,
batuk – batuk
dan gatal-
gatal.

4. Dampak Desa Kuala - Dampak Telah dilakukan Verifikasi Dalam proses


negatif dari Tanjung kerusakan Lapangan dan dalam pembinaan
pembangunan Kec. Air lingkungan pertemuan Tim Bapedaldasu dan
PT. Inalum Putih Kab. sawah dan dengan pihak PT. Inalum pengawasan
terhadap Asahan rumah telah disampaikan agar PT. Bapedaldasu
masyarakat penduduk ± Inalum melakukan proses
sejak tahun 800 Ha sejak pengolahan limbah sludge
1980. tahun 1980 yang ada pada land field,
mengalami sesuai dengan ketentuan
banjir yang di peraturan perundang-
duga undangan lingkungan yang
disebabkan berlaku.
oleh
pembangunan
PT. Inalum.
- Pembangunan
transmisi line
menimbulkan
dampak
kesehatan
terhadap
masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


5. PT. Mandiri Dusun I Masyarakat Dusun Telah dilakukan Verifikasi Dalam proses
Inti Buana. Desa Dalu I Desa Dalu Lapangan dan sudah pembinaan
X.A merasa resah disampaikan Surat Tegoran I dan
Kec. Tj. akibat No. 279/ BPDL-SU/S/2004 pengawasan
Morawa pembuangan tanggal 12 Mei 2004 dalam Bapedaldasu
Kab. D. limbah padat ke batas waktu 3 bulan agar
Serdang tanah milik melakukan perbaikan :
Buchairi yang - Limbah padat yang
berada ditengah- dibuang ketanah milik
tengah pemukiman Buchairi agar segera
penduduk, diangkut (dikosongkan).
sehingga - Mengefektifkan tangki
menimbulkan clarifier dan aerator pada
dampak berupa : IPAL.
- Pencemaran - Memeriksakan sampel air
udara (asap) ke Laboratorium dan
yang melaporkan hasilnya
menggangu kepada Bapedaldasu.
kesehatan : - Limbah sludge agar
batuk dan dikumpulkan pada tempat
sesak nafas. tertutup.
- Sumur
masyarakat
tercemar
(karena
resapan air).
6. Limbah Cair Kec. Kota Sesuai hasil Telah dilakukan Verifikasi Dalam proses
PKS. PT. Pinang Kab. Analisa Lapangan dan sudah pembinaan
Asam Jawa L. Batu Laboratorium menyarankan kepada pihak dan
belum PT. Sucopindo perusahaan agar melakukan : pengawasan
memenuhi terhadap limbah 5. Perbaikan IPAL sekaligus Bapedaldasu
Standar Baku cair PKS. PT. mengope- rasikannya
Mutu. Asam Jawa salah secara efektif dan optimal.
satu parameter 6. Memeriksakan limbah cair
yang di analisa ke Lab. Dan melaporkan
masih melebihi hasilnya kepada
Baku Mutu yaitu Bapedaldasu.
parameter BOD.

7. Pembangunan Ds. Parapat Pendirian Telah dilakukan Verifikasi Dalam proses


Pabrik Janji bangunan Pabrik Lapangan dan sudah pembinaan
Pengolahan Kec. Buntu Pengolahan Karet disampaikan Surat Tegotan I dan
Karet Pane PT. Fairco Bumi No. 821.A/BPDL-SU/S/2004 pengawasan
PT. Fairco Kab. Lestari di DAS Sei tanggal 29 – 10-04 dalam Bapedaldasu
Bumi Lestari . Asahan. Silau tidak batas waktu 3 bulan kepada
mendapat izin dari pihak perusahaan untuk
PU. Pengairan SU, menyelesaikan :
karena lokasinya - Surat Izin dari PU.
berbatasan Pengairan SU.
langsung dengan - Perbaikan/Penyempurnaan
Sungai sehingga IPAL dan pengoperasian
berpotensi IPAL secara kontinu dan
menimbulkan optimal.
dampak - Menanggulangi dampak
lingkungan yaitu kerusakan lingkungan
terjadinya erosi terhadap Sei Silau.
dan penurunan - Memeriksakan sampel air
kualitas air Sei limbah ke laboratorium
Silau. dan melaporkan hasilnya
kepada Bapedaldasu.

Universitas Sumatera Utara


8. Pembuangan Dusun I Diduga ikan-ikan Telah dilakukan Verifikasi Dalam proses
air limbah Desa yang ada dikolam- Lapangan dan pemeriksaan pengawasan
Peternakan Bangun kolam penduduk ulang akan dilaksanakan
Ayam milik Rejo Kec. T. banyak yang mati apabila kegiatan ternak ayam
Ramlan Morawa karena buangan beroperasi kembali, karena
Barus CS/ Kab. Deli air limbah yang pada saat investigasi kandang
PT. Comfeed Serdang. berasal dari ayam dalam keadaan kosong.
ke media peternakan Ayam
lingkungan. milik Ramlan
Barus CS/PT.
Comfeed.

9. Pembuangan Jalan Diduga PT - Memeriksakan Sample Dalam proses


limbah cair ke Namorambe Samhrock telah limbah cair ke lab dan pembinaan
media Kec. Delitua membuang limbah melaporkan hasilnya ke dan
lingkungan Kab.Deli cair kemedia Bapedaldasu. pengawasan
(parit, sawah Serdang lingkungan yaitu - Membuat tempat Bapedaldasu
penduduk) Parit, Sawah penimbunan sludge
oleh PT. penduduk wadah yang tertutup.
Shamrock. sehingga
menimbulkan
keresahan
masyarakat dan
dikhawatirkan
hasil pertanian
menurun.

10. Kegiatan Kec. Berdasarkan Surat Telah dilakukan Verifikasi Dalam proses
Penambangan Batangtoru Kadis Lapangan dan sudah pembinaan
Emas oleh PT. Kab. Tapsel. Pertambangan dan dilakukan pengambilan dan
Newmont Energi Propsu No. sampel di lokasi pengawasan
Horas Nauli. 540/665/DP- penambangan pada 5 (lima) Bapedaldasu
E/2004 tanggal 13 titik yaitu :
Juli 2004 meminta  Anak Sungai di Hulu
Bapedaldasu turut tumpahan lumpor bor
menyaksikan  Anak Sungai di Hilir
penggambilan tumpahan lumpur bor
sampel limbah  Aek Pahu setelah anak
khususnya PT. sungai
Newmont Horas  Aek Pahu (Sungai Aek
Nauli dan Pahu)
mengirimkannya  Aek Pahu setelah
ke Pusarpedal di bercampur dengan
Serpong, Menurut hasil analisis
Laboratorium ketiga Laboratorium
Corelab Indonesia, yang ditunjuk bahwa
dan PT. ALS kandungan Sianida (Cu)
Bogor. pada limbah PT.
Hewmonth Horas Nauli
masih dibawah Baku
Mutu Limbah domestik
masyarakat Batang Toru.

Universitas Sumatera Utara


11. PMKS. PT. Dusun Aek Diduga PMKS PT. Telah dilakukan Verifikasi Dalam proses
Sungai Batu Desa Sungai Pinang Lapangan dan sudah pembinaan
Pinang Asam Jawa membuang limbah disampaikan Surat Tegoran I dan
membuang Kec. cair ke Sungai No. 818.A/BPDL-SU/S/2004 pengawasan
limbah cair ke Torgamba Simangayak tanggal 29-10-04 dalam batas Bapedaldasu
Aliran Sungai Kab. L. sehingga waktu 3 bulan pihak
Simangayak. Batu. meresahkan perusahaan berkewajiban
masyarakat petani, meyelesaikan :
akibat - Dokumen UKL/UPL
pembuangan - Perbaikan IPAL dan
limbah tersebut mengoperasikannya
hasil pertanian secara optimal.
penduduk berupa - Memeriksakan sampel
palawija dari tahun limbah cair ke lab dan
ketahun terjadi melaporkan hasilnya ke
penurunan. Bapedaldasu..
12. Perambahan Desa - Perambahan Telah dilakukan Verifikasi Penanganan
Hutan Register Picorkoling hutan Register Lapangan dengan hasil Kasus telah
VI Angkola Kec. BT. VI Angkola sebagai berikut : diambil alih
yang dilakukan Angkola diduga - Kegiatan penebangan oleh
oleh PT. Kab. Tapsel. dilakukan oleh kayu masih terus Kementerian
Mujur Yayasan berlangsung, karena Negara LH
Lestari. Bagas Godang secara kasat mata alat-alat
Bege Hami berat yang digunakan
Pijorkoling untuk penebangan kayu
bekerjasama masih terlihat di basecame
dengan PT. - Pihak Dishut Tapsel tidak
Mujur Lestari. melibatkan Kapedal
- Batas waktu Tapsel dalam pemberian
IPKHH yang izin.
dikeluarkan - Tim menyarankan kepada
Pemkab Pemkab Tapsel untuk
Tapsel kepada menghentikan penebangan
Yayasan kayu tersebut karena
tanggal 1-8- arealnya masih dalam
2001 s/d 1-8- DTA.
2002 namun - Bupati Tapsel telah
kenyataan di memerintahkan Dishut
lapangan Tapsel untuk penghentian
penebangan kegiatan penebangan kayu
kayu masih
terus
berlangsung
walaupun
izinnya sudah
habis masa
berlakunya.

Universitas Sumatera Utara


13. PT. Desa Bukit Limbah sludge Telah dilakukan Verifikasi Dalam
PERTAMINA Kunci Kec. yang berasal dari Lapangan dan sudah pengawasan
(Persero) PKL. Susu proses pencucian menyarankan kepada pihak Bapedaldasu
DOH NAD Kab. Tangki Timbun Perusahaan untuk :
Sumbagut Langkat termasuk kategori - Memeriksakan limbah
yang ada di limbah B3, sludge melalui metode
Desa Bukit pencucian Tanki TCLP dan atau LD 50 di
Kunci Timbun dilakukan Pusar Pedal Bogor-Jawa
termasuk 3-4 tahun sekali. Barat
kategori Jika tidak diolah - Jika hasil pengujian
penghasil dengan baik maka ternyata limbah sludge
limbah B-3. dikhawatirkan mengandung B3 maka
menimbulkan pihak Perusahaan
dampak berkewajiban mengurus
pencemaran Izin Penimbunan Sludge
lingkungan. sementara sesuai
ketentuan yang tertuang
dalam PP No.18 tahun
1999 jo PP No. 85 tahun
1999.
- Bila ternyata hasil uji
TCLP dan LD50 limbah
sludge tersebut tidak
mengandung B3 maka
pihak Perusahaan
diperbolehkan membuang,
menanam limbah sludge
di lahan milik Perusahaan.
- Pihak Pertamina agar
melakukan koordinasi dan
konsultasi dengan Instansi
Lingkungan Hidup Daerah
untuk menemukan solusi
tehnologi apa yang sesuai
digunakan.

14 Pembuangan Desa Nagori Diduga Pabrik Telah dilakukan Verifikasi Proses


limbah oleh Dolok Pengolahan Karet Lapangan dan sudah pembinaan
PT. Good Marangir, (Rubber) PT. disampaikan saran agar : dan
Year ke Kec. Dolok Good Year - Pihak perusahaan pengawasan
media Batu membuang limbah melakukan oleh
lingkungan Nanggar cair ke badan perbaikan/penyempurnaan Bapedalda
Kab. Sungai Langgar IPAL dan Kabupaten
Simalungun. Serbelawan mengoperasikannya Simalungun
sehingga secara kontinu dan
meresahkan optimal.
masyarakat Pasar - Limbah cair agar
Bawah yang diperiksakan ke Lab dan
menggunakan air hasilnya disampaikan
Sungai untuk kepada Bapedaldasu.
kegiatan mandi
mencuci, kakus,
karena air sungai
tersebut tidak
dapat lagi
digunakan untuk
kebutuhan sehari-
hari, bahkan air
Sungai tersebut
sumber penyakit
gatal-gatal bila
digunakan.

Universitas Sumatera Utara


15 Dugaan Desa Masyarakat dusun Telah dilakukan investigasi Proses
pembuangan Tembung VII Pasar VIII lapangan dengan hasil : pembinaan
limbah akibat Kec. Percut merasa resah a. IPAL belum memenuhi dan
kegiatan PD. Sei Tuan akibat pencemaran standar teknis yang pengawasan
Murni Kab. Deli yang diduga ditentukan. oleh
Serdang. berasal dari PD. b. Perusahaan membuang Bapedaldasu
Murni yaitu : limbah ke media
a. Pencemaran lingkungan tanpa
udara (bau pengolahan terlebih
busuk yang dahulu sehingga
sangat meresahkan masyarakat
menyengat). sekitar lokasi pabrik.
b. Sumur
masyarakat
telah
terkontaminasi
oleh limbah.
c. Masyarakat
terjangkit
penyakit gatal-
gatal, ispah
dan lain-lain.

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara

Sesuai dengan Tabel 2 di atas, bahwa sanksi administrasi yang dilakukan oleh

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara berupa teguran tertulis disertai

dengan perintah administratif untuk melakukan perbaikan-perbaikan merupakan

kategori menengah. Hal ini sesuai dengan penjelasan responden penulis yaitu PPNS-

LH/PPLHD BLHSU, bahwa “pemilihan sanksi administrasi terhadap perusahaan

harus berlandaskan kepada asas-asas pemerintahan yang baik dan mengacu kepada

ketentuan pasal 71 s/d 83 UUPPLH merupakan ketentuan yang berhubungan dengan

sanksi administratif sebagaimana ditegaskan dalam pasal 74 Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang

menetapkan bahwa:

(1) Pejabat pengawas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat

(3) berwenang:

Universitas Sumatera Utara


a. melakukan pemantauan;

b. meminta keterangan;

c. membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan

d. memasuki tempat tertentu;

e. memotret;

f. membuat rekaman audio visual;

g. mengambil sampel;

h. memeriksa peralatan;

i. memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau

j. menghentikan pelanggaran tertentu.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat pengawas lingkungan hidup dapat

melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik pegawai negeri sipil.

(3) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dilarang menghalangi pelaksanaan

tugas pejabat pengawas lingkungan hidup.

Dari ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa pemerintah dapat melakukan

paksaan terhadap perusahaan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya

pelanggaran, menanggulangi akibat yang ditimbulkan dan melakukan tindakan

penyelamatan, penanggulangan dan/atau pemulihan“.26

Lebih lanjut beliau mengemukakan bahwa “secara umum pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan menyangkut aspek teknis administrasi

26
PPNS-LH/ PPLHD BLHSU (kutipan wawancara 11 Mei 2005).

Universitas Sumatera Utara


seperti Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), pelanggaran standard baku mutu air

limbah dan dokumen perusahaan, sehingga sanksi administrasi yang dijatuhkanpun

berupa tegoran tertulis disertai kewajiban perusahaan memperbaiki peralatan teknis

yang ditentukan dalam suatu jangka waktu tertentu“.27

Strategi penanganan kasus lingkungan yang dilakukan oleh BLHSU mengacu

kepada konsep kebijakan berupa pembinaan. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang

disampaikan oleh Kasubbid Evaluasi dan Program BLHSU, sebagai berikut “bahwa

BLHSU sebagai salah satu Unit Kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara sebaiknya mengedepankan aspek pembinaan dengan penegakan hukum

administrasi. Hal ini sesuai dengan sifat kelembagaan BLHSU sebagai aparat

birokrasi dan sekaligus memenuhi asas subsidiaritas sebagaimana dianut oleh

UUPLH, dimana aspek hukum pidana baru diberlakukan apabila sanksi administrasi

dan/atau sanksi hukum lainnya tidak efektif”.28

Mengacu kepada ketentuan Pasal 76 s/d 83 UUPPLH, sanksi administrasi

dibedakan atas paksaan pemerintahan, dan pencabutan izin. BLHSU mempunyai

kewenangan:

a. Teguran tertulis;

b. Paksaan pemerintah;

c. Pembekuan izin lingkungan; atau

d. Pencabutan izin lingkungan.

27
Ibid.
28
Mantan Kasubid Evaluasi dan Program BLHSU, Dra. Nasri Yetti N., (kutipan wawancara
tanggal 17 Mei 2005).

Universitas Sumatera Utara


Pencabutan izin lingkungan dimaksud tidak membebaskan penanggung jawab

usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan pidana.

Akan tetapi kewenangan pencabutan izin usaha dimaksud belum pernah

dilakukan oleh BLHSU.

Dan sejak tahun 2008 hingga saat ini peranan PPLHD Provinsi Sumatera

Utara sendiri belum berjalan sebagaimana yang diharapkan oleh UUPPLH. Hal ini

dapat dilihat dari tidak adanya laporan pengawasan secara reguler yang

didokumentasi. Selain daripada itu, peralihan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997

menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dimana aturan tentang tata cara

pengawasan dan sanksi administratif di bidang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup masih berbentuk rancangan, sehingga secara otomatis pengawasan

terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Sumatera Utara belum

dapat berjalan optimal.

D. Tahapan Pelaksanaan Pengawasan

3. Kegiatan Pra-Pengawasan

Sebelum melaksanakan kegiatan pengawasan perlu dilakukan persiapan yang

matang, hal ini bertujuan untuk mempersiapkan kegiatan di lapangan agar dapat

memperoleh data dan informasi yang diperlukan dengan keterbatasan waktu yang

tersedia. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pejabat pengawas sebelum

melakukan pengawasan pengendalian pencemaran adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


a. Melakukan Pengkajian Bahan Pelaksanaan Pengawasan Pengendalian Pencemaran

Setiap pejabat pengawas wajib melakukan kajian terhadap bahan-bahan

pelaksanaan pengendalian pencemaran. Bahan-bahan yang harus dipelajari tersebut

dapat berupa dokumen dan rekaman gambar, terutama terkait dengan kegiatan

pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan dalam pengendalian

pencemaran. Kaji ulang informasi usaha dan/atau kegiatan yang akan diawasi

sebelum pelaksanaan pengawasan sangat penting untuk menunjang keberhasilan dan

efektifitas dari kegiatan pengawasan yang akan dilakukan. Hasil kajian ini akan

memberikan bekal kepada PPLH/PPLHD tentang gambaran status kinerja

pengendalian pencemaran air dari usaha dan/atau kegiatan yang diawasi. Bahan-

bahan yang seharusnya dikaji ulang oleh PPLH/PPLHD sebelum dilaksanakan

pengawasan ini sebagian besar merupakan jenis data sekunder yang diperoleh dari

berbagai pihak yang diuraikan dalam pembahasan berikut ini:

i. Sumber Bahan
Bahan-bahan tentang pelaksanaan pengendalian pencemaran dapat diperoleh

dari beberapa sumber, yaitu:

1). Perusahaan.

2). Pemerintah daerah, baik yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan

lingkungan maupun Instansi teknis terkait (sektor).

3). Masyarakat.

ii. Jenis Dokumen dan Informasi yang diperoleh:

Universitas Sumatera Utara


Jenis dokumen yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan

kegiatan pengawasan antara lain:

1) Dokumen AMDAL atau UKL-UPL.

2) Laporan umum usaha dan/atau kegiatan (Company Profile).

3) Laporan RKL-RPL atau UKL-UPL dari usaha dan/atau kegiatan.

4) Data pemantauan kualitas air limbah oleh petugas pengawas sebelumnya.

5) Peraturan perundang-undangan pengendalian pencemaran air.

6) Data penaatan terkait dengan kegiatan unit penegakan hukum, jika ada.

7) Profil penaatan lingkungan perusahaan yang disusun oleh atau merupakan

arsip yang dimiliki oleh pemerintah daerah.

8) Dokumen perizinan daerah yang dimiliki oleh perusahaan khususnya izin

lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air limbah ke sumber air

dan/atau pemanfaatan air limbah ke tanah baik yang bersumber dari

penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan maupun dari pemerintah daerah

setempat.

9) Dokumen teknis dan bahan pustaka lainnya.

10) Pedoman-pedoman pengawasan yang secara spesifik untuk masing-masing

jenis usaha dan/atau kegiatan yang telah diterbitkan oleh Kementerian

Negara Lingkungan Hidup.

Sedangkan jenis informasi yang dapat diperoleh dari dokumen-dokumen

tersebut di atas dan diperlukan dalam melakukan kegiatan pengawasan guna

memberikan gambaran awal tentang tingkat penaatan penanggungjawab usaha

Universitas Sumatera Utara


dan/atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan air

dan pengendalian pencemaran air, serta perizinan lingkungan yang berkaitan dengan

pengendalian pencemaran air oleh pelaku usaha/kegiatan disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 3: Pengelompokan Informasi Berdasarkan Jenisnya


No Sumber Uraian jenis informasi yang diperoleh
1. Dokumen AMDAL − Kapasitas usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
atau UKL-UPL. dan disetujui dalam Amdal atau UKL-UPL.
− Teknologi proses produksi.
− Potensi dampak terhadap pengendalian pencemaran
air.
− Komitmen penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan
dalam pengendalian pencemaran air.
2. Laporan Umum − Kapasitas operasional kegiatan.
Perusahaan − Tanggal berdirinya usaha dan/atau kegiatan.
(Company Profile). − Jumlah karyawan.
− Jenis dan perincian unit-unit kegiatan.
− Jenis-jenis produk yang dihasilkan.
− Luas lahan (area).
− Denah usaha dan/atau kegiatan dengan skala
sebenarnya dilengkapi dengan orientasi arah.
− Data umum usaha dan/atau kegiatan lainnya.
3. Laporan RKL-RPL − Laporan pelaksanaan pengendalian pencemaran air
atau UKL-UPL dari yang menjadi komitmen usaha dan/atau kegiatan
penanggungjawab sebagaimana tertuang dalam dokumen Amdal UKL-
usaha dan/atau UPL.
kegiatan. − Diagram alir proses produksi dan sumber air limbah.
− Skala produksi: dahulu, sekarang, dan rencana ke
depan.
− Diagram alir IPAL.
− Neraca pemakaian air.
− Bahan baku dan bahan penolong yang digunakan.
− Data swa pantau rutin analisis air limbah.
4. Perizinan, − Legalitas izin menyangkut masa berlakunya izin
khususnya perizinan tersebut.
lingkungan yang − Titik penaatan (buangan).
berkaitan dengan − Sumber air penerima.
pembuangan air − Debit air limbah maksimal yang boleh dibuang ke
limbah ke sumber sumber air tersebut.
air dan/atau

Universitas Sumatera Utara


No Sumber Uraian jenis informasi yang diperoleh
pemanfaatan air − Baku mutu yang ditetapkan di dalam izin.
limbah ke tanah. − Persyaratan-persyaratan teknis yang harus dipenuhi.
5. Peraturan − Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup.
perundang- − Peraturan Daerah.
undangan terkait − Peraturan/Keputusan gubernur.
dengan kegiatan − Peraturan/Keputusan bupati/walikota.
pengendalian − Perizinan lingkungan yang berkaitan dengan
pencemaran air, pembuangan air limbah ke sumber air/pemanfaatan
baku mutu, dan air limbah ke tanah.
persyaratan teknis. − Dll.
6. Dokumen Sistem − Lay out saluran/perpipaan.
Pengendalian − Data desain dan deskripsi proses sistem pengendalian
Pencemaran Air. pencemaran air yang dimiliki.
− Karakteristik air limbah yang dihasilkan (parameter
dan konsentrasi).
− Rencana tanggap darurat yang dimiliki oleh
perusahaan.
7. Dokumen lain − Data usaha dan/atau kegiatan pendukung dalam satu
terkait. lokasi (jika ada), lengkap dengan bahan baku dan
produknya.
− Informasi tentang apakah diperlukan persyaratan
khusus untuk dapat memasuki lokasi.
− Peralatan keselamatan kerja yang dibutuhkan.
− Data tentang perubahan fasilitas yang ada
diperusahaan.
− Foto udara apabila ada (lay out pabrik).
8. Profil penaatan − Laporan-laporan terkait dengan kegiatan pengawasan
penanggungjawab pengendalian pencemaran air sebelumnya.
usaha dan/atau − Surat menyurat terkait dengan kegiatan penaatan
kegiatan. pengendalian pencemaran air.
− Laporan kasus dan keluhan masyarakat terhadap
kegiatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan.
− Berita media massa.
− Laporan kemajuan perbaikan kinerja pengendalian
pencemaran air yang disampaikan oleh
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan.
− Laporan swapantau air limbah atau self monitoring
dalam beberapa kurun waktu terakhir yang
disampaikan oleh penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan, misalnya satu tahun.
− Laporan penelitian yang dilakukan oleh
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan seperti
audit dan kajian pemanfaatan air limbah.

Universitas Sumatera Utara


Adapun peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan

pengendalian pencemaran harus dipahami oleh PPLH dan PPLHD sehingga dapat

menetapkan peraturan, baku mutu, dan persyaratan yang menjadi acuan atas

penetapan ketaatan maupun ketidaktaatan suatu usaha dan/atau kegiatan yang diawasi

4. Penyusunan Daftar Pertanyaan

Daftar pertanyaan disusun oleh PPLH/PPLHD berdasarkan hasil pengkajian

dan penelaahan terhadap dokumen-dokumen tersebut di atas. Daftar pertanyaan

tersebut berfungsi untuk mengklarifikasi dan mencocokan kondisi sementara status

penaatan di bidang pengendalian pencemaran air dengan kenyataan di lapangan pada

saat pengawasan. Daftar pertanyaan tersebut juga akan membantu PPLH/PPLHD

akan mendapatkan data kondisi penaatan pengendalian pencemaran air di lapangan

dengan lebih fokus, efektif dan efisien.

Daftar pertanyaan dapat berupa checklist atau quesioner, tergantung jenis

informasi atau data yang diharapkan dapat diperoleh dari pertanyaan tersebut.

Checklist daftar pertanyaan yang hanya memberikan kesempatan jawaban berupa

penandaan pada pilihan jawaban yang telah tersedia, sehingga PPLH/PPLHD dapat

memberikan tanda tertentu pada pilihan jawaban yang tersedia dan bersesuaian

dengan jawaban dari sumber informasi yang ada di lapangan pada saat pelaksanaan

pengawasan. Sedangkan quesioner merupakan daftar pertanyaan yang lebih banyak

memberikan kesempatan untuk mendapatkan jawaban berupa informasi atau data

yang bersifat narasi oleh sumber informasi di lapangan pada saat pengawasan. Dalam

bentuk pertanyaan seperti ini PPLH/PPLHD nantinya dapat mencatat jawaban-

Universitas Sumatera Utara


jawaban atau informasi yang diperoleh dan mengklarifikasikan kembali kepada

pemberi jawaban atau sumber informasi di lapangan.

Daftar pertanyaan tersebut dapat dikemas dalam bentuk formulir pengawasan

yang dilengkapi dengan formulir untuk menuangkan temuan-temuan selama di

lapangan dan Berita Acara Pengawasan. Untuk program tertentu seperti PROPER,

formulir pengawasan dan Berita Acara Pengawasan telah disiapkan secara seragam.

Namun tidak menutup kemungkinan, berdasarkan hasil kajian terhadap dokumen-

dokumen sebagaimana telah diuraikan sebelumnya membuat PPLH/PPLHD perlu

membuat daftar pertanyaan yang secara spesifik perlu dicari jawabannya di lapangan.

5. Penyusunan Rencana Kerja Pengawasan

Perencanaan pengawasan yang baik akan menentukan keberhasilan kegiatan

pengawasan tersebut. Setiap pejabat pengawas harus mempersiapkan dokumen

rencana pengawasan secara tertulis sebelum melakukan kunjungan lapangan.

Penyusunan rencana pengawasan harus dilakukan oleh seluruh anggota tim

pengawas, dan ditanda-tangani oleh masing-masing anggota tim pengawas. Dalam

penyusunan jadwal pelaksanaan pengawasan lapangan perlu dikoordinasikan dengan

laboratorium yang akan menganalisa air limbah. Kemudian rencana kerja

pengawasan tersebut harus diserahkan kepada atasan untuk disetujui paling lambat

sehari sebelum berangkat ke lapangan.

Beberapa hal yang wajib tercantum dan dijelaskan dalam rencana kerja

pengawasan antara lain sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4: Butir-Butir Rencana Kerja Pelaksanaan Pengawasan
No. Materi Pokok Uraian
1. Tujuan pengawasan. − Secara ringkas tujuan umum
pengawasan pengendalian
pencemaran air.
− Apa yang ingin dicapai dari
pengawasan.
2. Gambaran ringkas tentang − Jenis kegiatan dan proses produksi
usaha dan/atau kegiatan. ringkas.
− Riwayat penaatan usaha dan/atau
kegiatan.
− Daftar pertanyaan yang perlu
diklarifikasi dan dicari bukti-buktinya
atau jawabannya di lapangan.
3. Sumber daya yang digunakan. − Nama pejabat pengawas.
− Peralatan yang digunakan.
− Anggaran yang dibutuhkan.
4. Status koordinasi dengan − Pusat Regional Lingkungan Hidup.
pihak terkait. − Bapedalda provinsi.
− Laboratorium, apabila diperlukan.
5. Jadwal pelaksanaan − Kapan pengawasan dimulai.
pengawasan pengendalian − Kapan pengawasan selesai.
pencemaran air secara − Kapan laporan pengawasan selesai.
keseluruhan.

6. Koordinasi

Koordinasi merupakan salah satu bagian yang menentukan efektifitas dan

efisiensi pelaksanaan pengawasan pengendalian pencemaran. Untuk itu, sebelum

melakukan pengawasan perlu dilakukan koordinasi dengan pemerintah daerah

setempat, laboratorium maupun kepada usaha dan/atau kegiatan yang akan diawasi.

Dalam pelaksanaan koordinasi, beberapa butir penting di dalam tabel berikut perlu

menjadi perhatian pejabat pengawas.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5: Hal-hal Penting Dalam Pelaksanaan Koordinasi Dalam Persiapan
Pengawasan
No. Uraian
1. Surat − Checklist kesiapan koordinasi: Surat pemberitahuan
Koordinasi. kepada pihak terkait termasuk surat tugas
− Tim pengawas harus memiliki salinan surat
pemberitahuan kepada pihak terkait selama kegiatan
pengawasan
2. Surat − Surat tugas yang mencantumkan: tujuan, nama
pemberitahuan. petugas, nomor PPLHD/PPNS, dan tanggal
kunjungan;
− Pemberitahuan ke penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan.
3. Persiapan Tim pengawas terdiri dari beberapa orang, oleh karena
pengawasan. itu perlu terlebih dahulu mengadakan pertemuan
koordinasi. Pertemuan ini bertujuan untuk menyusun
strategi pelaksanaan pengawasan di lapangan antara
lain:
− Menentukan ketua tim pengawas sekurang-
kurangnya PPLHD.
− Mendiskusikan riwayat penaatan penanggungjawab
usaha dan/atau kegiatan.
− Melakukan konfirmasi dan finalisasi rencana
pengawasan.
− Mereview checklist persiapan pengawasan.
− Mengatur sarana transportasi menuju ke lokasi usaha
dan/atau kegiatan.

7. Penyiapan Peralatan Kerja

Persiapan peralatan yang diperlukan di dalam pelaksanaan pengawasan

diperlukan sehingga PPLH/PPLHD dapat mengurangi terjadinya kendala dalam

pelaksanaan pengawasan. Penyiapan alat lapangan ini dilakukan berdasarkan tingkat

keperluan dan penelaahan kondisi penaatan yang telah dipelajari dari sumber dan

jenis informasi tersebut di atas. Namun tidak menutup kemungkinan adanya kejadian

yang tidak diprediksi terjadi di lapangan dan memerlukan peralatan tertentu yang

Universitas Sumatera Utara


tidak dipersiapkan sebelumnya. Dalam kondisi khusus seperti ini, maka

PPLH/PPLHD wajib segera berkoordinasi dengan pemerintah daerah terdekat yang

dapat dan/atau mempunyai dan/atau dapat membantu mencari solusi untuk

mendapatkan peralatan tersebut, dengan sepengetahuan atasan atau pemberi tugas

PPLH/PPLHD yang bersangkutan.

Untuk mempermudah pelaksanaan penyiapan peralatan kerja, PPLH/PPLHD

dapat menggunakan checklit yang memuat kondisi yang diprediksikan berdasarkan

informasi dan dokumen-dokumen yang telah dipelajari dan daftar peralatan yang

diperlukan dalam bentuk Check List. Pada kondisi normal, peralatan-peralatan

minimum yang wajib dibawa oleh PPLH/PPLHD dalam pelaksanaan pengawasan

disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 6: Daftar Peralatan Standar Dalam Pengawasan Pengendalian Pencemaran


1. Surat tugas dan tanda pengenal PPLH/PPLHD.
2. Peralatan tulis.
3. Peralatan pengumpulan data dan fakta.
a. Daftar pertanyaan (checklist c. Peralatan perekam (recorder); peralatan
/quesioner). fotografi;
b. Berita Acara.
4. Peralatan pengambilan sampel.
a. Alat komunikasi d. GPS.
b. Peralatan analisis sederhana e. Kalkulator.
misal pH universal; f. Botol sampel.
c. Peralatan analisa pH, DO, g. Label dan segel.
DHL dan temperatur h. Bahan pengawet.
portable i. Sampel cooler box.

Universitas Sumatera Utara


5. Peralatan perlindungan pribadi (personal protective equipment).
a. Peralatan keselamatan kerja b. Perlengkapan P3K.
pribadi (alat pelindung diri).
6. Alat komunikasi.

Semua peralatan tersebut di atas perlu diperiksa kondisinya terlebih dahulu,

termasuk cadangan baterai untuk camera/handycam. Peralatan seperti pH meter perlu

dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Demikian juga untuk tanda pengenal

PPLH/PPLHD perlu dicek masa berlakunya, apakah masih berlaku atau sudah

kadaluwarsa.

Setelah semua persiapan lengkap baik teknis maupun administratif, tim

pengawas siap diberangkatkan ke lapangan untuk melakukan pengawasan.

8. Proses dan Prosedur Memasuki Usaha dan/atau Kegiatan.

Beberapa tahapan yang perlu diperhatikan PPLH/PPLHD pada saat masuk ke

lingkungan usaha dan/atau kegiatan sebagai berikut:

1) Ketua tim pengawas menyerahkan surat tugas kepada pihak penanggungjawab

usaha dan/atau kegiatan dan menjelaskan sekilas mengenai maksud kedatangan

tim pengawas.

2) Jika penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan menolak kehadiran tim

pengawas, maka pihak penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan harus

menandatangani berita acara penolakan (diberi stempel usaha dan/atau kegiatan).

Universitas Sumatera Utara


3) Jika penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan tidak bersedia menandatangani

berita acara penolakan tersebut diusahakan dapat merekam suara pada saat

melakukan penolakan dengan menggunakan recorder.

Tahapan pada huruf 2 dan 3 tersebut selain digunakan sebagai bukti kepada

atasan bahwa PPLH/PPLD telah sampai di lokasi pengawasan tetapi juga sebagai

barang bukti atas ketidaktaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan terhadap

ketentuan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pasal 32 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun

2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

9. Pertemuan Pembukaan.

Pertemuan pembukaan atau pendahuluan perlu dilakukan agar kegiatan

pengawasan dapat berjalan sebagaimana yang direncanakan. Dalam pertemuan

pembukaan ini ketua tim pengawas yang ditunjuk.

i. Memperkenalkan tim pengawas.

1). Memperkenalkan anggota tim.

2). Menyerahkan surat tugas (dokumen asli).

ii. Menjelaskan maksud dan tujuan pengawasan.

Ketua tim pengawas menjelaskan secara ringkas kepada pihak

penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan tentang tujuan pengawasan serta

menjelaskan apakah pengawasan tersebut dilaksanakan berkaitan dengan pengawasan

Universitas Sumatera Utara


rutin, pengawasan penegakan hukum, pengawasan spesifik terhadap instalasi tertentu,

pengawasan akibat terjadinya kasus pencemaran lingkungan, atau pengawasan

terhadap pengaduan masyarakat.

iii. Menjelaskan ruang lingkup dan agenda pengawasan.

Tim pengawas perlu menyampaikan rencana dan agenda pengawasan yang

telah disusun sebelumnya. Agenda pengawasan tersebut antara lain pemeriksaan

fasilitas proses produksi, pengendalian pencemaran air dan pengambilan contoh uji

limbah. Penjelasan ruang lingkup dan agenda pengawasan ini diperlukan untuk

memudahkan koordinasi dengan petugas pendamping dan situasi nyata yang ada di

usaha dan/atau kegiatan.

Apabila ada keberatan dari penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan

terhadap agenda pengawasan tersebut dimintakan alasan keberatannya. Namun,

apabila keberatan tersebut tidak dapat diterima oleh tim pengawas maka tim

pengawas dapat memintakan kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan

untuk menjelaskan alasan keberatannya secara tertulis atau dibuat Berita Acara

Penolakan yang berkasnya sudah disediakan oleh tim pengawas.

Agenda pengawasan dapat didiskusikan dengan pihak penanggungjawab

usaha dan/atau kegiatan termasuk kemungkinan kendala-kendala yang dihadapi.

Namun demikian tim pengawas yang memutuskan unit/lokasi yang akan diperiksa

sesuai dengan tujuan pengawasan yang telah direncanakan.

Universitas Sumatera Utara


Pihak penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan diminta untuk menjelaskan

proses produksi, sistem pengendalian pencemaran air yang dilakukan, serta

menyediakan data tersebut untuk dievaluasi oleh tim pengawas.

iv. Review Dokumen Teknis

Setelah tim pengawas memperoleh penjelasan tentang proses produksi dan

sistem pengendalian pencemaran air serta memperoleh data terkait dengan hal

tersebut, maka tim pengawas wajib melakukan telaahan (review) terlebih dahulu

terhadap penjelasan dan data tersebut. Hasil review ini dapat mempengaruhi strategi

pengawasan lapangan, seperti penetapan lokasi/unit mana terlebih dahulu yang akan

diperiksa atau pengambilan sampel terlebih dahulu.

Penjelasan atau data perlu ditelaah (review) dan pada umumnya potensial

mempengaruhi strategi pengawasan di lapangan antara lain seperti:

1). Data kapasitas produksi (riil) satu tahun terakhir: adanya perubahan secara

significant terhadap kapasitas produksi, terpasang dan/atau senyatanya dari

kondisi waktu-waktu sebelumnya atau kondisi reguler.

2). Dokumen Amdal atau UKL-UPL: adanya perubahan proses produksi,

penggunaan teknologi baru atau perubahan teknologi yang telah ada, perubahan

proses produksi, perubahan bahan baku atau bahan penolong yang significant

mempengaruhi karakteristik limbah.

3). Status perizinan lingkungan yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran

air: terkait dengan beban pencemaran, kualitas air limbah dan debit yang

Universitas Sumatera Utara


diizinkan untuk dibuang, lokasi (titik) penaatan, dan/atau persyaratan teknis

pengendalian pencemaran air lainnya yang tertuang di dalam izin.

4). Data swapantau (eksternal maupun internal laboratorium) dan pemantauan

kegiatan pembuangan air limbah atau pemanfaatan air limbah untuk land

application.

a). Pembuangan air limbah: kualitas dan kuantitas air limbah, data produksi dan

perhitungan beban pencemaran.

b). Pemanfaatan air limbah: kualitas air limbah, kualitas air tanah dan kualitas

tanah.

Data tersebut perlu ditelaah (review) untuk mengetahui tingkat ketaatan yang

bersangkutan sejak pelaksanaan pengawasan sebelumnya sampai dengan pada

saat pengawasan dilakukan serta mengetahui trend penaatan penanggungjawab

usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan pada kurun waktu tertentu.

5). Data penerapan minimisasi limbah (3R) dan mekanisme proaktif pengendalian

pencemaran air lainnya (misalnya: ecoefisiensi dan co-benefit approach).

Apabila penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang diawasi telah

menerapkan minimisasi limbah, efisiensi sumber daya air dan sejenisnya, maka

tim pengawas perlu menelaah secara teliti data yang terkait dengan kegiatan

tersebut. Hasil telaahan tersebut digunakan untuk mengetahui atau melakukan

pengecekan kebenaran material balance (water balance) dan potensi adanya

bypass.

Universitas Sumatera Utara


6). Dokumen pengendalian pencemaran air lainnya yang dimiliki penanggungjawab

usaha dan/atau kegiatan seperti: catatan adanya kondisi up-normal (darurat),

bencana yang mempengaruhi kinerja pengendalian pencemaran air, dan/atau

pelanggaran-pelanggaran. Apabila pelanggaran dilakukan dalam kurun waktu

dekat dengan pelaksanaan pengawasan, tim pengawas melakukan pengecekan

terhadap laporan dan kondisi lapangan terkait dengan upaya-upaya

perbaikan/pemulihannya.

7). Dokumen laporan upaya pemulihan kualitas lingkungan: apabila ada sejarah

pelanggaran atau pencemaran air yang dilakukan penanggungjawab usaha

dan/atau kegiatan.

v. Pemeriksaan Fasilitas Pengendalian Pencemaran Air

Pemeriksaan terhadap fasilitas pengendalian pencemaran air merupakan

kegiatan kunci dalam pengendalian pencemaran air. Untuk itu, beberapa hal penting

berikut yang dilaksanakan oleh PPLH/PPLHD dalam pemeriksaan kegiatan

pembuangan air limbah:

1) Pemeriksaan terhadap sumber-sumber air limbah mulai dari ruang proses

produksi utama, pabrik pendukung dan kegiatan utilitas seperti air blowdowm

steam boiler, power boiler, boiler oil thermal heater (OTH), oil catcher pada

genset, cogen, power plant, tungku pembakaran, air limbah dari wet scrubber,

stock pile batubara, regenerasi resin pada water treatment plant, pencucian

kemasan bekas bahan kimia, air limbah domestik serta laboratorium.

Universitas Sumatera Utara


2) Pemeriksaan kondisi seluruh saluran dari proses produksi hingga kegiatan

utilitas. Tim pengawas harus melakukan beberapa langkah berikut pada kondisi

yang bersesuaian:

− Jika menemukan pintu air pada saluran, periksa dari mana dan kemana arah

aliran di dalam saluran tersebut.

− Ada atau tidaknya potensi saluran-saluran lain yang berasal dari proses

produksi yang tidak menuju ke IPAL.

− Jika ditemukan aliran pada saluran dari proses produksi yang tidak menuju ke

IPAL atau menuju ke sungai maka saluran tersebut disebut saluran by pass.

Hal yang harus dilakukan adalah:

a). Mengambil sampel.

Pada kondisi seperti ini, penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan juga

dapat mengambil sampel (split sample) untuk cross check.

b). Mengambil gambar/foto saluran tersebut.

c). Menetapkan titik koordinat lokasi saluran bypass.

d). Mewajibkan pihak penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk

menutup secara permanen saluran tersebut.

e). Apabila penutupan saluran by pass secara permanen tidak dapat dilakukan

pada saat pelaksanaan pengawasan tersebut, tim pengawas meminta

kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk membuat surat

pernyataan yang ditandatangani oleh penanggungjawab usaha dan/atau

Universitas Sumatera Utara


kegiatan dan tim pengawas tentang penutupan saluran bypass tersebut.

Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan harus mengirim foto setelah

saluran itu ditutup kepada tim pengawas.

3) Pemeriksaan tersedianya alat pencatat debit (flowmeter) dan pencatatan debit air

limbah pada saat pengawasan. Jika tidak tersedia alat pencatat debit maka tim

pengawas dapat melakukan estimasi besarnya debit air limbah dengan

perhitungan menggunakan rumus sebagaimana dituangkan dalam tabel berikut.

Tabel 7: Rumus Perhitungan Debit Air Limbah di Lapangan

T=Px t
Q = 0.85 x T x A A=Dx L

Q = debit air limbah (m3/dt), P = Panjang lintasan


T = Laju benda apung (m3/dt) t = Waktu tempuh benda apung
A = Luas penampang saluran (m2), D = Kedalaman saluran
0.85 = faktor koreksi L = Lebar saluran

4) Pemeriksaan terhadap Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL)

Walaupun tidak semua proses pengelolaan air limbah selalu menggunakan

proses-proses sebagaimana disajikan dalam uraian berikut ini, namun

pengelolaan air limbah akan disesuaikan dengan karakteristik air limbah yang

dihasilkan. Sebagai contoh: untuk industri logam pengolahaan air limbah hanya

menggunakan proses fisik dan kimia, air limbah kelapa sawit hanya

menggunakan proses fisik dan biologi seperti kolam oksidasi, industri tekstil dan

kertas pada umumnya menggunakan proses fisik, kimia dan biologi, sedangkan

Universitas Sumatera Utara


untuk pertambangan batubara hanya menggunakan proses pengendapan. Secara

garis besar, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan terhadap

IPAL dapat diuraikan di bawah ini.

1). Pre-treatment

Merupakan awal dari proses pengolahan air limbah yang meliputi sistem

penyaringan kasar/halus, penangkap pasir, pengendapan secara grafitasi,

pendinginan (cooling tower), ekualisasi, aerasi (stripper)

2). Primary Treatment

Merupakan proses pengolahan selanjutnya yang meliputi:

a). Proses fisika, seperti : pengendapan secara grafitasi atau dengan bantuan

kisi-kisi (lamella clarifier), pengapungan, penyaringan, stripper,

pendinginan (cooling)

b). Proses kimia, seperti:

(1) Netraliasi, misalnya dengan pemakaian bahan kimia : H2SO4, NaOH, HCl,

Kapur.

(2) Koagulasi dan flokulasi, misalnya dengan pemakaian bahan kimia tawas

(AL2(SO4)3), PAC, DCA (declorination agent), polymer, kapur, dan ferro

sulfat.

3). Secondary Treatment:

Meliputi proses biologi seperti proses lumpur aktif, cakram biologis/RBC

(Rotating Biological Contactor), reaktor bertahap/SBR (Sequencing Batch

Universitas Sumatera Utara


Reactor), parit oksidasi (oxidation ditch), facultatif pond, oxidation pond,

trickling filter, dan anaerob. Hal yang perlu diperhatikan di dalam

pemantauan proses biologi (aerob) yaitu tingkat aktivitas bakteri dalam

melakukan degradasi polutan. Hal ini dengan melihat konsentrasi

mikroorganisme melalui pengukuran kadar MLSS (mixed liquor suspended

solids) yang angkanya akan berbeda pada setiap jenis pengolahan secara

biologi, yaitu berkisar antara 1500 – 6000 ppm. Sedangkan pada proses

biologi anaerob aktivitas bakteri dapat dilihat dengan terbentuknya gas

metan (CH4).

4). Tertiary Treatment.

Pengolahan ini dilakukan jika effluent akan digunakan untuk kebutuhan

tertentu, misalnya untuk daur ulang air limbah. Bentuk tertiary treatment

antara lain: sand filter, carbon filter, ion exchange, membran, desinfeksi, dan

Reverse Osmosis (RO).

Untuk mengetahui proses fisika berlangsung dengan baik, dikarenakan

proses fisika tidak ada penambahan bahan kimia, proses ini hanya perlu

dilakukan perawatan yang baik, beberapa indikator ini dapat digunakan

misalnya: tidak terdapat penumpukan endapan padatan atau gumpalan yang

mengapung pada bak pengendap awal sehingga dapat mengurangi volume

bak pengendapan tersebut, tidak terjadi penyumbatan/ penumpukan kotoran

pada bar screen dan suhu air limbah tidak lebih dari 40oC.

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengetahui proses kimia berjalan dengan baik yaitu di dalam bak

flokulasi terlihat gumpalan-gumpalan (floc) yang mengendap secara visual

jelas terpisah dengan air yang sudah bening. Untuk mengetahui proses

kimia apakah berjalan secara kontinyu, perlu diperiksa pemakaian bahan

kimia dalam satu hari dan ketersediaan stock bahan kimia yang ada, karena

sering kali proses ini tidak dioperasikan jika tidak sedang dilakukan

pengawasan.

Proses biologi aerobic berjalan dengan baik jika di dalam bak lumpur aktif

(activated sludge) terbentuk gumpalan – gumpalan (floc) dan berwarna

coklat tua serta tidak berbau, karena bau seperti telur busuk menunjukkan

adanya gas Hidrogen Sulfida (H2S) yang dihasilkan oleh permukaan zat-zat

organik dalam kondisi anaerobic. Sedangkan proses biologi anerobic dapat

dikatakan berjalan dengan baik jika dihasilkan gas metan (CH4) dan terdapat

pengelolaan gas metan tersebut.

PPLH/PPLHD sebaiknya mencatat semua kondisi unit pengolahan

(treatment) tersebut yang ditemukan pada saat pengawasan.

5) Pemeriksaan persyaratan teknis dalam melakukan pengelolaan air limbah

sekurang-kurangnya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1). Apakah melakukan pengelolaan air limbah sehingga mutu air limbah

yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui BMAL yang telah

ditetapkan?

Universitas Sumatera Utara


2). Apakah membuat saluran pembuangan air limbah yang kedap air

sehingga tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan?

3). Apakah sudah memasang alat ukur debit (flowmeter) atau laju alir air

limbah dan melakukan pencatatan debit harian air limbah tersebut?

4). Apakah melakukan pengenceran air limbah, termasuk mencampurkan

buangan air bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan air limbah?

5). Apakah sudah memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan

saluran limpahan air hujan?

6). Apakah sudah memeriksakan kadar parameter air limbah secara periodik

setiap bulan sekali?

7). Apakah sudah melaporkan kadar kualitas air limbah, debit harian dan

kapasitas produksi bulanan secara rutin setiap 3 (tiga) bulan sekali?

6) Pemeriksaan terhadap pelaksanaan pemanfaatan air limbah untuk land

aplication sekurang-kurangnya dilakukan pada:

1). Kondisi saluran air limbah menuju dan di lokasi pemanfaatan (saluran

fleetbed, furrow). Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah:

a). Ada atau tidaknya kebocoran yang disebabkan rusaknya dan/atau

kurang terawatnya saluran pemanfaatan air limbah.

b). Ada atau tidaknya potensi pembuangan air limbah dari kolam IPAL

ke air atau sumber air dengan kualitas yang tidak sesuai dengan

BMAL yang dibuang ke sumber air.

Universitas Sumatera Utara


c). Pengaliran air limbah menuju lokasi yang tidak sesuai dengan

lokasi pemanfaatan yang ditetapkan di dalam izinnya.

d). Memeriksa ada atau tidaknya hubungan saluran pemanfaatan

dengan sumber air di lokasi pemanfaatan.

2). Memeriksa potensi runoff.

3). Kondisi dan pemilihan lokasi sumur pemantauan kualitas air tanah.

4). Kondisi lahan dan pemilihan titik pemantauan kualitas tanah.

5). Pencocokan lokasi lahan, dan jenis tanah pemanfaatan disesuaikan

dengan izin dan dokumen laporan pengkajian pemanfaatan air limbah

sebagai persyaratan permohonan izin pemanfaatan air limbah.

7) Pemeriksaan terhadap pelaksanaan minimisasi limbah (Reduce, Reuse, dan

Recycle).

Jika penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan melakukan proses Reduce,

Reuse, Recycle air limbah yang dihasilkan, perlu dilakukan pemeriksaan

dengan teliti terhadap instalasi sarana yang digunakan untuk proses

minimisasi air limbah tersebut baik yang dilakukan melalui proses Reduce,

Reuse, Recycle. Terkadang instalasi tersebut dapat berupa close-loop yang

sulit untuk diperiksa ataupun dengan menggunakan saluran-saluran yang

mudah untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya potensi over flow atau

pelepasan air limbah yang belum diolah dengan sempurna atau bahkan tanpa

pengelolaan (by-pass) serta kebocoran-kebocoran.

Universitas Sumatera Utara


Ada beberapa usaha dan/atau kegiatan yang melengkapi saluran-saluran

yang digunakan untuk pelaksanaan 3R tersebut dengan alat pengukur debit,

namun ada pula yang tidak melakukan pemantauan dan perhitungan water

balance-nya.

Pada kondisi usaha dan/atau kegiatan sudah melengkapi saluran tersebut

dengan alat ukur debit, tim pengawas:

1). Mencocokkan hasil pemantauan tersebut dengan perhitungan water

balance dan kinerja teknologi 3R yang digunakan.

2). Memeriksa kondisi fisik saluran-saluran tersebut.

3). Memeriksa kondisi alat ukur debit tersebut apakah bekerja dengan baik.

Pada kondisi usaha dan/atau kegiatan belum melengkapi saluran tersebut

dengan alat ukur debit, tim pengawas:

1). Melakukan perhitungan air limbah yang digunakan untuk 3R dan

besarnya air sumber yang digunakan pada saluran-saluran yang

bersangkutan.

2). Mencocokkan perhitungan water balance, terkait dengan potensi ada

atau tidaknya salah perhitungan dan/atau by pass.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan air limbah yang

didaur ulang adalah :

1). Memastikan berapa persentase air limbah yang didaur ulang dan

keseimbangan neraca air usaha dan/atau kegiatan;

Universitas Sumatera Utara


2). Memastikan kesesuaian kualitas air limbah yang digunakan kembali

melalui mekanisme 3R dengan persyaratan kualitas air untuk unit

proses yang menggunakan mekanisme 3R. Sebagai contoh apabila

air limbah tersebut akan digunakan kembali dalam proses produksi,

apakah kualitas air limbah yang akan diresirkulasikan ke proses

produksi telah memenuhi kualitas sebagai air baku unit proses

produksi tersebut.

3). Apakah tersedia SOP (Standard Operating Procedure) mengenai

tindakan darurat apabila terjadi kondisi dimana air limbah tidak

dapat diolah dengan sempurna sehingga tidak dapat didaur ulang.

4). Apakah pernah terjadi kondisi darurat sehingga air limbah dibuang

ke lingkungan dan apakah pada kondisi tersebut perusahaan

melakukan pengecekan kualitas air limbah yang dibuang ke

lingkungan tersebut.

4. Pengambilan Contoh Uji Air Limbah.

Tim pengawas dapat menunjuk laboratorium yang sudah terakreditasi untuk

melakukan pengambilan contoh uji air limbah pada saluran yang telah ditentukan

sebelumnya, sekaligus melakukan analisis air limbah tersebut.

5. Pembuatan Berita Acara Pengawasan

Untuk menyusun berita acara ketua tim pengawas dapat meminta waktu dan

tempat kepada pihak penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk

mendiskusikan temuan dan rencana tindak, sebaiknya dalam diskusi ini pihak

Universitas Sumatera Utara


penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan tidak diikutsertakan. Berita acara

pengawasan pengendalian pencemaran air sekurang-kurangnya memuat hal-hal

sebagai berikut:

a. Hasil temuan yang sesuai dan tidak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

b. Berita acara pengawasan ditandatangani oleh saksi-saksi pihak

penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan dan tim pengawas.

8. Kegiatan Pasca Pengawasan

Kegiatan yang dilaksanakan oleh PPLH/PPLHD pasca pengawasan sekurang-

kurangnya meliputi beberapa hal sebagaimana disajikan dalam uraian di bawah ini.

− Pengiriman sampel air limbah ke laboratorium

Sampel air limbah dikirim ke laboratorium dengan membawa surat permohonan

analisis terhadap sampel yang dikirim. Laboratorium lingkungan yang digunakan

untuk analisis pemantauan air limbah adalah laboratorium yang sudah

terakreditasi yang ditunjuk oleh Gubernur. Jika gubernur belum menunjuk

laboratorium lingkungan, analisis dilakukan oleh laboratorium lingkungan yang

ditunjuk Menteri sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 16 Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

Tim pengawas yang melakukan pengiriman sampel air limbah ke laboratorium

dan pihak laboratorium yang menerima sampel tersebut menandatangani berita

Universitas Sumatera Utara


acara serah terima sampel air limbah. Tim pengawas juga harus menyebutkan

peraturan BMAL yang mana yang digunakan sebagai acuan, hal ini menyangkut

kesesuaian parameter-parameter pengujiannya.

− Pengelolaan Data

Semua data yang diperoleh diolah dengan database dalam komputer, semua foto

yang diperlukan dicetak dan dikumpulkan ke dalam file agar mudah dicari jika

diperlukan.

− Pembuatan Laporan

Struktur dan muatan laporan hasil pengawasan yang harus disusun oleh tim

pengawas sekurang-kurangnya memuat informasi umum, pendahuluan,

pengendalian pencemaran air, rencana tindak dan kesimpulan. Muatan laporan

hasil pengawasan tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Informasi Umum

Merupakan data informasi umum usaha dan/atau kegiatan yang meliputi:

1). Nama usaha dan/atau kegiatan.

2). Jenis usaha dan/atau kegiatan.

3). Alamat.

4). Website usaha dan/atau kegiatan.

5). Status permodalan.

6). Pemilik.

7). Bank.

Universitas Sumatera Utara


8). Tanggal pengawasan.

9). Contact person usaha dan/atau kegiatan.

10). Petugas pengawas.

11). Dokumen Amdal, UKL-UPL atau dokumen yang dipersamakan dengan

dokumen dimaksud yang dimiliki.

b. Pendahuluan

Uraikan dengan singkat mengenai hal-hal sebagai berikut:

1). Alur proses produksi.

2). Kapasitas produksi terpasang dan nyata.

3). Produk utama.

4). Produk samping.

5). Bahan baku dan bahan penolong dalam proses produksi.

6). Sumber-sumber limbah.

7). Kondisi housekeeping.

8). Merek produk atau merek dagang.

9). Prosentase produk yang diekspor dan lokal.

10). Status permodalan.

11). Sistem manajemen lingkungan.

12). Jumlah karyawan.

13). Luas lahan.

Universitas Sumatera Utara


c. Pengendalian Pencemaran Air

Uraikan dengan singkat, antara lain :

1). Sumber –sumber air limbah yang dihasilkan.

2). Air limbah dari sumber mana saja yang diolah di IPAL.

3). Sumber-sumber air limbah mana saja yang tidak diolah di IPAL dan

bagaimana cara pengelelolaannya.

4). Kesesuaian kewajiban penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

5). Parameter air limbah yang diuji.

6). Evaluasi hasil pengujian air limbah terhadap BMAL dalam 1 (satu)

tahun terakhir.

7). Pelaporan data swapantau kepada instansi terkait.

8). Catatan kasus pencemaran air yang terjadi 1 (satu) tahun terakhir.

9). Tingkat penaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan terhadap

BMAL yang meliputi: debit, konsentrasi dan beban pencemaran.

d. Rencana Tindak

Butir ini memuat uraikan singkat dan padat tentang hal-hal sebagai berikut:

1). Rencana perbaikan pengelolaan lingkungan hasil temuan pengawasan

serta waktu perbaikan yang disepakati.

2). Laporan kemajuan perbaikan yang telah dilakukan.

e. Kesimpulan

Universitas Sumatera Utara


Menjelaskan mengenai tingkat penaatan penanggungjawab usaha dan/atau

kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup khususnya pengendalian pencemaran air:

1). Penaatan Terhadap BMAL

Untuk mengetahui tingkat penaatan terhadap BMAL, terlebih dahulu

perlu ditetapkan BMAL yang diacu sebagaimana skema berikut.

Skema 6: Mekanisme Penetapan BMAL Acuan Dalam Pelaksanaan Pengawasan


Check BMAL Check BMAL Check BMAL Gunakan
di dalam IPLC Dalam Perda/SK Gub Nasional Lamp C
tdk
KepMENLH 51/1995

BM umum
tdk tdk dalam Perda/SK Gub
Ada BM ya
Ada Ada BM Lebih ketat atau sama
tdk Spesifik
BMAL spesifik Dengan
sesuai
Dalam Lamp. C KepMENLH
IPLC No. 51/1995
ya
ya
ya Gunakan BMAL
Perda/SK Gub.
Tidak Spesifik
BMAL IPLC BM AL Daerah ya
tdk
Lebih ketat Lebih ketat atau sama
Atau sama dengan Dengan BMAL
BM AL Nasionall spesifik
spesifik Dalam
Perda/SK Gub.
tdk
Gunakan BMAL Nas.
Spesifik

ya
BMAL IPLC
Lebih ketat atau sama ya Gunakan
Dengan BMAL IPLC
BMAL Nasional
Spesifik

2). Penaatan dalam aspek teknis yaitu:

a). Melakukan pengelolaan limbah cair sehingga mutu limbah cair yang

dibuang ke lingkungan tidak melampaui BMAL yang telah

ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


b). Membuat saluran pembuangan air limbah yang kedap air sehingga

tidak terhadi perembesan air limbah ke lingkungan.

c). Memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah dan melakukan

pencatatan debit harian air limbah tersebut.

d). Tidak melakukan pengenceran air limbah, termasuk mencampurkan

buangan air bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan air limbah.

e). Memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran

limpahan air hujan.

3). Penaatan dalam aspek administratif yaitu:

a). Memeriksakan kadar parameter BMAL secara periodik sekurang-

kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.

b). Melakukan pencatatan produksi bulanan senyatanya.

c). Menyampaikan laporan tentang catatan debit harian, kadar parameter

BMAL, produksi bulanan senyatanya sekurang-kurangnya 3 (tiga)

bulan sekali kepada bupati, gubernur, instansi teknis yang

membidangi industri lain yang dianggap perlu sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

9. Penyusunan Rekomendasi dan Rencana Tindak Hasil Pengawasan

Rencana tindak yang harus dilakukan oleh penanggungjawab usaha dan/atau

kegiatan terhadap hasil temuan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-

Universitas Sumatera Utara


undangan dengan mencantumkan batas waktu perbaikan, rencana tindak disusun oleh

PPLH/PPLHD terdiri dari:

a) Penyiapan Surat Tindak Lanjut Hasil Pengawasan

Draft surat tindak lanjut hasil pengawasan yang akan ditandatangani oleh

pejabat berwenang yang merupakan pimpinan instansi dan menjadi atasan

PPLH/PPLHD. Surat tindak lanjut hasil pengawasan memuat hasil temuan-temuan

lapangan selama pengawasan yang telah dilengkapi dengan analisis yuridisnya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Rencana tindak ini juga harus dilengkapi

dengan batas waktu perbaikan. Di dalam surat tindaklanjut hasil pengawasan, pejabat

pada Instansi yang bersangkutan dapat menambah ketidaktaatan lain yang terlewat

pada saat pengawasan.

Surat tindak lanjut hasil pengawasan disampaikan oleh instansi yang

berwenang sehingga diharapkan agar penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan

segera menindaklanjutinya dengan perbaikan-perbaikan kinerja pengendalian

pencemaran air pada khususnya dan pengelolaan lingkungan pada umumnya. Surat

tindak lanjut ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan

sanksi administratif berupa teguran tertulis, paksaan pemerintahan, pembekuan izin,

atau pencabutan izin. Apabila sanksi administratif tersebut tidak efektif dan apabila

ditemukan indikasi terjadinya tindak pidana lingkungan hidup, dapat diusulkan

tindakan lebih lanjut dengan menyerahkan hasil pengawasan (pulbaket) untuk

penyidikan.

Universitas Sumatera Utara


b) Penyusunan rencana pengecekan perbaikan yang dilakukan penanggungjawab

usaha dan/atau kegiatan.

Rencana ini ditetapkan sesuai dengan batas waktu perbaikan yang tertuang

dalam surat tindak lanjut hasil pengawasan.

c) Usulan-usulan saran tindak apabila penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan

tidak melakukan perbaikan sebagaimana tertuang dalam surat tindak lanjut hasil

pengawasan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai