Rpermen Juknis Dak2
Rpermen Juknis Dak2
Setiap Provinsi penerima dana alokasi khusus mengisi format isian rencana
kegiatan DAK bidang kelautan dan perikanan sebagai berikut:
JENIS INDIKATOR URAIAN VOLUME HARGA JUMLAH ALOKASI
KEGIATAN KINERJA KEGIATAN SATUAN DAK (Rp.)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (4) X (5) (7)
Jumlah (8)
..................................... 2016
Kepala
Dinas Provinsi ......................
(...........................................)
ttd
SUSI PUDJIASTUTI
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI
KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2017
Setiap Provinsi penerima dana alokasi khusus mengisi format isian rencana
kegiatan DAK bidang kelautan dan perikanan sebagai berikut:
JENIS INDIKATOR URAIAN VOLUME HARGA JUMLAH ALOKASI
KEGIATAN KINERJA KEGIATAN SATUAN DAK (Rp.)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (4) X (5) (7)
Jumlah (8)
(...........................................) (...........................................)
ttd
SUSI PUDJIASTUTI
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI
KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2017
1. Pengertian
Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan
perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang
dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh
dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.
2. Persyaratan Umum
Persyaratan umum pengembangan pelabuhan perikanan yang dikelola
oleh provinsi adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan pelabuhan perikanan dilaksanakan di lokasi yang
sudah ada (bukan lokasi baru) dan telah terdapat aktivitas
perikanan tangkap. Lokasi dimaksud dan pengelolaannya telah
ditetapkan oleh Gubernur.
b. Pelabuhan Perikanan yang dikelola oleh provinsi adalah pelabuhan
perikanan yang dikelola dan asetnya dimiliki oleh pemerintah
provinsi.
c. Pelabuhan perikanan yang dikelola provinsi yang akan
dikembangkan telah ditetapkan lokasinya oleh Gubernur setempat.
Surat penetapan lokasi pelabuhan perikanan ditembuskan kepada
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.
3. Persyaratan Khusus
Pengajuan usulan pembiayaan pengembangan pelabuhan perikanan
sebagaimana tersebut di atas harus memenuhi persyaratan khusus
sebagai berikut:
a. Termasuk dalam Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional;
b. Telah memiliki dokumen perencanaan (Studi Kelayakan, Masterplan
dan Detail Desain) yang telah dikonsultasikan dengan Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap;
c. Detail Desain (DD) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) fasilitas yang
akan dikembangkan telah dikonsultasikan dengan Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap sebelum pelaksanaan konstruksi;
d. Pemilihan jenis fasilitas yang akan dikembangkan mengacu kepada
kebutuhan mendesak masyarakat nelayan setempat dan mengacu
kepada hasil studi kelayakan, masterplan dan detail desainnya;
e. Kesanggupan mengoperasionalkan pelabuhan perikanan sesuai
dengan kapasitas terpasang dibuktikan dengan surat pernyataan
kesanggupan pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran
operasional dan pemeliharaan pelabuhan perikanan yang akan
dikembangkan.
4. Kriteria Teknis
a. Pelaksanaan pengembangan fasilitas pelabuhan perikanan memiliki
ketentuan teknis sebagai berikut:
1) Didasarkan pada prinsip efektivitas, efisiensi, dan sesuai
kebutuhan mendesak masyarakat;
2) Sesuai dengan dokumen perencanaan.
3) Fasilitas yang dikembangkan terdiri dari: fasilitas pokok dan
fasilitas fungsional.
b. Fasilitas pelabuhan perikanan yang akan dikembangkan terlebih
dahulu diarahkan untuk fasilitas pokok.
c. Apabila fasilitas pokok telah terpenuhi pengembangan dapat
diarahkan kepada fasilitas fungsional.
d. Fasilitas fungsional dapat dikembangkan jika fasilitas pokok dan
fungsional untuk minimal operasional telah terpenuhi.
SURAT PERNYATAAN
…………………….,
Yang bersangkutan
Materai 6000
(………………………………….)
NIP. ………………………
II. PEMBANGUNAN DAN ATAU REHABILITASI UNIT PELAKSANAAN TEKNIS
DINAS (UPTD) PERBENIHAN KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI
Pembangunan dan atau pengembangan sarana dan prasarana perbenihan
meliputi seluruh fasilitas fisik pada Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD)
Perbenihan.
1. Pengertian
e. Perbenihan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi adalah Unit
Pelaksana Teknis Daerah (unit kerja) milik Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi yang bertugas melaksanakan tugas teknis di
bidang perbenihan ikan air tawar, payau dan laut.
2. Persyaratan Umum
1. Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) bagi provinsi dalam
rangka pengembangan UPTD bersifat sementara sehingga
penggunaan DAK tersebut harus dimaksimalkan untuk
pengembangan/rehabilitasi sarana dan prasarana fisik untuk
menunjang produksi sehingga unit tersebut dapat beroperasi secara
optimal. Disamping itu, penentuan UPTD yang akan
dikembangkan/direhabilitasi didasarkan pada prioritas daerah serta
dengan memperhatikan prospek dan potensi pengembangan unit
tersebut.
2. Penetapan kegiatan pengembangan UPTD Perbenihan di dukung
dengan beberapa persiapan, yaitu: Lahan merupakan tanah yang
dikuasai oleh pemerintah daerah dengan status peruntukan untuk
pengembangan balai benih.
3. Pembangunan/rehabilitasi UPTD dapat dikonsultasikan dengan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perikanan Budidaya terutama
dalam hal pembuatan perencanaan pengembangan dan rehabilitasi
prasarana serta apabila diperlukan dapat meminta pendampingan
teknis dalam tahap operasionalnya.
4. Sanggup menyediakan anggaran operasional yang optimal dari
APBN dan APBD, serta menyediakan anggaran pemeliharaan
melalui APBD.
3. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis pengembangan UPTD Perbenihan didasarkan pada
persyaratan teknis lokasi dan bangunan. Persyaratan teknis lokasi
antara lain mempertimbangkan ketersediaan air, ketersediaan listrik,
jenis tanah (terutama porositas dan keasaman tanah), keamanan serta
aspek sosial ekonomi.
Sedangkan persyaratan teknis bangunan disesuaikan dengan
peruntukan bangunan seperti: tempat memproduksi benih/induk ikan,
unit produksi pakan alami, unit produksi pakan buatan, laboratorium
kesehatan ikan dan lingkungan dan keperluan lainnya.
4. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis standar bangunan dan peralatan balai benih dapat
disesuaikan dengan kondisi dan target produksi benih/induk.
Pembangunan dan atau rehabilitasi fasilitas pokok, fungsional untuk
UPTD Provinsi sebagai berikut :
7) Pos jaga:
a) Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai pos
pengamanan kelompok penjaga/pengawas yang terletak
di dalam kawasan konservasi dan dibangun hanya untuk
tempat berlindung kelompok penjaga/pengawas untuk
beberapa saat;
b) Konstruksi bangunan didesain sesederhana mungkin dan
menyesuaikan dengan budaya lokal dengan dominasi
bahan yang alami namun cukup kuat untuk menghadapi
kondisi lapangan, sehingga fungsi pengawasan dapat
optimal;
c) Konstruksi bangunan dapat berupa bangunan panggung
dengan mengedepankan aspek lingkungan serta
optimalisasi fungsi sebagai tempat pengawasan;
d) Material bangunan pos jaga diupayakan berupa bahan
alami yang kuat dan tidak mempergunakan batu karang;
e) Dibangun di zona sesuai peruntukannya dan/atau di
lokasi yang sensitif terhadap pelanggaran, sehingga
memudahkan petugas mengamati kegiatan yang ada di
kawasan konservasi tersebut; dan
f) Pos jaga dapat dilengkapi dengan toilet dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan, lokasi dan
8) Gazebo:
a) Lokasi gazebo harus sesuai dengan peruntukan yang
teruang dalam dokumen rencana pengelolaan dan zonasi
kawasan;
b) Berfungsi sebagai tempat berlindung, tempat beristirahat
sementara serta tempat pengunjung menikmati
pemandangan yang ada di kawasan;
c) Konstruksi gazebo didominasi dari bahan alami yang
mudah didapat disekitar lokasi dengan arsitek gaya lokal.
Kalaupun diperlukan konstruksi semen diupayakan
mengedepankan konstruksi/relief alam sehingga timbul
kesan alami;
d) Material gazebo sebaiknya didominasi dari kayu dengan
atap terbuat dari bahan ramah lingkungan, seperti
rumbai daun kelapa, ijuk dan/atau jenis atap lainnya
dengan desain arsitektur lokal;
e) Gazebo harus diberi label/tulisan keterangan, misalnya
berupa papan informasi sederhana yang sedikitnya
bertuliskan “Gazebo Kawasan Konservasi......”
a. Konstruksi
Konstruksi kapal yang akan dibangun mengikuti peraturan
klasifikasi dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) Fiberglass
1996 atau alumunium walaupun konstruksi kapal tidak di-
klas- kan.Konstruksi speedboat pengawasan SDKP terdiri
dari:
a) Speedboat Pengawasan SDKP 12 meter dengan
bahan konstruksi FRP (Fibre Reinforced Plastic); dan
b) Speedboat Pengawasan SDKP 12 meter dengan
bahan konstruksi Alumunium.
b. Permesinan
1) Umum
Tenaga penggerak speedboat pengawasan SDKP
ukuran 12 meter terdiri dari 2 (dua) Outboard Marine
Engine atau menggunakan Inboard Marine Engine,
dengan besar Daya yang cukup untuk melakukan
pengawasan dan pengejaran dibuktikan dengan
perhitungan speed power prediction yang ditunjukkan
dengan grafik dan perhitungan. Pemeliharaan dan
perawatan mesin disediakan peralatan sesuai dengan
standar pembuat mesin dan dilengkapi dengan:
(1) Specials tools untuk mesin
(2) Box tool kits (obeng, kunci pas, tang, kunci ring,
kunci L dll) 1 set
(3) Manual book, manual installation dari mesin tersebut.
2) Sistem kontrol
Mesin penggerak dikendalikan oleh throttle yang
dihubungkan oleh flexible cablesesuai dengan standar
dari pabrik pembuat mesin itu sendiri, keduanya
diletakkan pada dashboard di ruang kemudi yang
dilengkap indikator bahan bakar, RPM indicator,
temperature indicator, dll sesuai standar. Untuk
speedboat pengawasan yang menggunakan inboard
enginestern drive, sistem kontrol harus menyesuaikan
dengan pabrik pembuat (maker standard).
c. Instalasi Listrik
1) Sistem Listrik.
(1) Instalasi listrik yang terpasang menggunakan kabel
marine use, sumber listrik berasal dari 2 (dua)
buah battery 12 Volt dengan kapasitas minimal
120 AH yang ditempatkan di dalam kotak battery
yang terbuat dari marine plywood.
(2) Battery tersebut dipergunakan untuk
menghidupkan lampu-lampu navigasi, alat
komunikasi serta pompa bilga yang terpasang di
kapal.
(3) Pengisian kembali arus listrik ke battery melalui
rectifier yang terpasang pada masing-masing mesin
penggerak.
2) Switch Panel/Saklar
Aliran listrik dikendalikan melalui switch panel
yang terpasang pada dashboard yang ditempatkan pada
ruang kemudi dan dilengkapi dengan
sekering/pemutus arus dan dua sekering cadangan
untuk setiap saklar. Saklar-saklar tersebut untuk
menghidupkan lampu, alat navigasi dan pompa bilga.
3) Lampu Penerangan (termasuk lampu Navigasi)
Lampu penerangan (termasuk lampu navigasi) pada
speedboat pengawasan sekurang-kurangnya terdiri dari:
(1) 2 (dua) buah lampu cabin atau sesuai kebutuhan.
(2) 1 (satu) set Lampu-lampu navigasi (mast light, side
light, stern light).
(3) 2 (dua) buah lampu sorot atau lampu kabut
halogen dengan spesifikasi marine use.
(4) 1 (satu) buah lampu cari (search light) yang bisa di
putar dari dalam.
(5) 1 (satu) buah light bar (lampu sirine)
4) Alat alat Navigasi dan Komunikasi.
Alat-alat navigasi dan komunikasi pada speedboat
pengawasan sekurang-kurangnya terdiri dari:
(1) 1 (satu) buah Compass
(2) 1 (satu) buah Sirine/tipe Light bar
(3) 1 (satu) buah Electric Horn
(4) 1 (satu) buah loudhoulier (sirine and megaphone
type)
(5) 1 (satu) buah GPS Map include Depth Sounder
(6) 1 (satu) buah VHF radio with DSC
(7) 2 (dua) buah Handy Talky (Marine)
(8) 1 (satu) buah teropong marine use
(9) 1 (satu) set bendera isyarat/semboyan kapal
(10) 1 (satu) buah clinometer
(11) 2 (dua) buah bendera Merah Putih ukuran standar
(12) Peta perairan
(13) 1 (satu) buah Jam dinding (marine)
5) Perlengkapan Keselamatan
Perlengkapan keselamatan pada speedboat pengawasan
terdiri dari:
(1) 15 (dua belas) buah life jacket Solas Approved.
(2) 1 (satu) buah life buoy.
(3) 1 (satu) set kotak P3K.
(4) 2 (dua) buah pemadam api 5 kg.
(5) 1 (satu) paket smog signal.
(6) 1 (satu) paket red hand flare, dll.
6) Perlengkapan tambat
(1) 2 (dua) buah jangkar tangan berat sesuai
dengan ketentuan BKI
(2) 1 (satu) set tali jangkar + 12 mm, panjang
sesuai ketentuan BKI
(3) 2 (dua) set tali tambat + 12 mm, panjang sesuai
ketentuan BKI
(4) 6 buah dampra, bantalan angin berbentuk guling
ukuran F3
7) Perlengkapan lain-lain
Perlengkapan lain yang dipersyaratkan pada speedboat
pengawasan yaitu 2 Set pompa bilga portable sumersible
1000 GPH + Automatic.
b. Spesifikasi Teknis Speedboat pengawasan SDKP Ukuran
+16 m (Speedboat Tipe Albacore) memiliki panjang + 16 m
dengan menggunakan mesin Outboard Marine Engine
(4-stroke).
Ukuran utama kapal berkisar antara: (abt.)
Panjang keseluruhan (LoA) : ± 16.00 meter
Lebar (B) : ± 3.60 meter
Tinggi (H) : ± 1.80 meter
Sarat air (T) : ± 0.6 meter
Mesin : 2 x 250 Hp (OBM 4 troke)
Kecepatan : 25 Knot
a. Konstruksi
Konstruksi kapal yang akan dibangun mengikuti peraturan
klasifikasi dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) Fiberglass
1996 atau alumunium walaupun konstruksi kapal tidak di-
klas- kan.Konstruksi speedboat pengawasan SDKP terdiri
dari:
a) Speedboat Pengawasan SDKP 16 meter dengan
bahan konstruksi FRP (Fibre Reinforced Plastic); dan
b) Speedboat Pengawasan SDKP 16 meter dengan
bahan konstruksi Alumunium.
b. Permesinan
1) Umum
Tenaga penggerak speedboat pengawasan SDKP
ukuran 16 meter terdiri dari 2 (dua) Outboard Marine
Engine atau menggunakan Inboard Marine Engine,
dengan besar daya yang cukup untuk melakukan
pengawasan dan pengejaran dibuktikan dengan
perhitungan speed power prediction yang ditunjukkan
dengan grafik dan perhitungan.
Mesin penggerak utama terletak di buritan kapal dengan
spesifikasi jenis:
Jumlah mesin : 2 unit, outboard marine
engine (CW dan CCW)
Daya Mesin (Minimal): 2 x 250 HP
Tipe Mesin : Outboard Marine Engine 4
stroke
Starting : Electric
Ignition : TCI Microcomputer
Bahan bakar : Regular Unleaded (Minimum
pump octane 87)
Sistem pendingin : Water/Thermostic control
Pemeliharaan dan perawatan mesin disediakan peralatan
sesuai dengan standar pembuat mesin dan dilengkapi
dengan:
(1) Specials tools untuk mesin
(2) Box tool kits (obeng, kunci pas, tang, kunci ring,
kunci L dll) 1 set
(3) Manual book, manual installation dari mesin
tersebut.
2) Sistem kontrol
Mesin penggerak dikendalikan oleh throttle yang
dihubungkan oleh flexible cable sesuai dengan standar
dari pabrik pembuat mesin itu sendiri, keduanya
diletakkan pada dashboard di ruang kemudi yang
dilengkap indikator bahan bakar, RPM indicator,
temperature indicator, dll sesuai standar. Untuk
speedboat pengawasan yang menggunakan inboard
enginestern drive, sistem kontrol harus menyesuaikan
dengan pabrik pembuat (maker standard).
Gambar 02. Contoh Speedboat Type Albacore (Inboard)
c. Instalasi Listrik
1) Sistem Listrik.
(1) Instalasi listrik yang terpasang menggunakan kabel
marine use, sumber listrik berasal dari 2 (dua)
buah battery 12 Volt dengan kapasitas minimal
200 AH yang ditempatkan di dalam kotak battery
yang terbuat dari marine plywood.
(2) Battery tersebut dipergunakan untuk
menghidupkan lampu-lampu navigasi, alat
komunikasi serta pompa bilga yang terpasang di
kapal.
(3) Pengisian kembali arus listrik ke battery melalui
rectifier yang terpasang pada masing-masing mesin
penggerak.
2) Switch Panel/Saklar
Aliran listrik dikendalikan melalui switch panel
yang terpasang pada dashboard yang ditempatkan pada
ruang kemudi dan dilengkapi dengan
sekering/pemutus arus dan dua sekering cadangan
untuk setiap saklar. Saklar-saklar tersebut untuk
menghidupkan lampu, alat navigasi dan pompa bilga.
3) Lampu Penerangan (termasuk lampu Navigasi)
Lampu penerangan (termasuk lampu navigasi) pada
speedboat pengawasan sekurang-kurangnya terdiri dari:
(1) 2 (dua) buah lampu cabin atau sesuai kebutuhan.
(2) 1 (satu) set Lampu-lampu navigasi (mast light, side
light, stern light).
(3) 2 (dua) buah lampu sorot atau lampu kabut
halogen dengan spesifikasi marine use.
(4) 1 (satu) buah lampu cari (search light) yang bisa di
putar dari dalam.
(5) 1 (satu) buah light bar (lampu sirine)
4) Alat alat Navigasi dan Komunikasi.
Alat-alat navigasi dan komunikasi pada speedboat
pengawasan sekurang-kurangnya terdiri dari:
(1) 1 (satu) buah Compass
(2) 1 (satu) buah Sirine/tipe Light bar
(3) 1 (satu) buah Electric Horn
(4) 1 (satu) buah loudhoulier (sirine and megaphone type)
(5) 1 (satu) buah GPS Map include Depth Sounder
(6) 1 (satu) buah VHF radio with DSC
(7) 2 (dua) buah Handy Talky (Marine)
(8) 1 (satu) buah teropong marine use
(9) 1 (satu) set bendera isyarat/semboyan kapal
(10) 1 (satu) buah clinometer
(11) 2 (dua) buah bendera Merah Putih ukuran standar
(12) Peta perairan
(13) 1 (satu) buah Jam dinding (marine)
(14) Radar 16 Nautical Mile
5) Perlengkapan Keselamatan
Perlengkapan keselamatan pada speedboat pengawasan
terdiri dari:
(1) 20 (dua puluh) buah life jacket Solas Approved.
(2) 2 (dua) buah life buoy.
(3) 1 (satu) set kotak P3K.
(4) 2 (dua) buah pemadam api 5 kg.
(5) 2 (dua) paket smog signal.
(6) 2 (dua) paket red hand flare, dll.
6) Perlengkapan tambat
(1) 2 (dua) buah jangkar tangan berat dan
rantai jangkar sesuai dengan ketentuan BKI.
(2) 1 (satu) set tali jangkar + 12 mm, panjang
sesuai ketentuan BKI.
(3) 2 (dua) set tali tambat + 12 mm, panjang sesuai
ketentuan BKI.
(4) 4 buah dampra, bantalan angin berbentuk guling
ukuran F4.
7) Perlengkapan lain-lain
Perlengkapan lain yang dipersyaratkan pada speedboat
pengawasan yaitu 3 Set pompa bilga portable sumersible
1000 GPH + Automatic.
B. Pengadaan garasi (Steiger) Speedboat Pengawasan SDKP
1. Pengertian
Garasi Steiger (tempat labuh/parkir) speedboat pengawasan
adalah bangunan khusus yang digunakan untuk menyimpan/
menempatkan speedboat pengawasan. Steiger (tempat labuh/parkir)
speedboat pengawasan diperuntukkan bagi Pemerintah Daerah
yang telah memiliki speedboat pengawasan.
2. Persyaratan Umum
a) Ketersediaan Lahan
Luas lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan garasi
(steiger) speedboat pengawasan SDKP ini disesuaikan
dengan tipe speedboat pengawasan yang dimiliki.
b) Lokasi
Penentuan lokasi pembangunan steiger speedboat
disarankan diatas perairan pantai untuk kemudahan mobilitas
speedboat pada saat dioperasionalkan. Kondisi perairan harus
tenang untuk menjaga kondisi speedboat pengawasan agar
tetap stabil pada posisinya dan tidak terbentur dengan
bangunan steiger akibat gelombang yang mungkin terjadi.
Steiger ini dapat dilengkapi dengan akses untuk proses
docking/perawatan berupa rel menuju workshop yang
berada di darat dan penyimpanan apabila speedboat
pengawasan tidak digunakan dalam waktu lama, karena akan
terhindar dari pengaruh korosi air laut.
3. Persyaratan Teknis
Steiger harus memenuhi fungsinya yaitu melindungi speedboat
pengawasan dari cuaca (hujan, sinar matahari) dan keamanan
(pencurian). Dengan adanya garasi (steiger) speedboat pengawasan,
kerusakan speedboat pengawasan akibat pengaruh lingkungan
akan kecil. Dengan demikian speedboat pengawasan akan terawat
dengan baik, tidak cepat rusak, berkarat, terlindungi sehingga
memiliki masa keawetan dalam fungsi gunanya. Garasi (steiger)
speedboat pengawasan dibagi menjadi 2 yaitu Steiger darat (dengan
railing) dan Steiger atas air (tanpa railing).
4. Spesifikasi Teknis
Struktur utama (kolom, balok, rangka atap) garasi (steiger)
speedboat pengawasan SDKP terbuat dari baja profil, beton atau
bahan lainnya dengan jenis dan ukuran sesuai desain perencanaan.
Atap menggunakan penutup zincalum atau bahan lain yang sesuai
dengan kondisi di lapangan.
3) Persyaratan Teknis
a) Ketersediaan Lahan
Untuk pengadaan bangunan POKMASWAS harus
disediakan lahan oleh Pemerintah Daerah/POKMASWAS
dengan persyaratan akses mudah dicapai serta dekat
dengan sentra kegiatan perikanan (Pelabuhan
Perikanan, Pangkalan Pendaratan Ikan, Tempat
Pelelangan Ikan, Tempat Budidaya Perikanan, Lokasi
Penangkapan Ikan atau kegiatan pengelolaan sumber
daya kelautan dan perikanan). Untuk luasan lahan
disesuaikan dengan kebutuhan bangunan yang akan
dibangun.
b) Model dan Konstruksi Bangunan
Bangunan pengawasan SDKP dapat dibangun
dengan model 1 lantai atau model panggung
tergantung kondisi di daerah. Dalam bangunan tersebut
sekurang-kurangnya memiliki ruangan-ruangan sebagai
berikut: Ruang Koordinasi/ Rapat/Pertemuan,
Dapur/Pantry, dan Kamar Mandi/WC. Luas bangunan
menyesuaikan kondisi POKMASWAS di daerah, minimal
20 meter persegi.
c) Konstruksi bangunan terbuat dari bahan struktur beton
bertulang, dinding bata/batako, atap metal serta pada
bagian depan bangunan dipasang papan nama
bertuliskan: POS POKMASWAS Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan daerah yang bersangkutan.
d) Apabila di daerah tersebut tidak terdapat/sulit material
untuk konstruksi bangunan beton bertulang, maka dapat
menggunakan material lainnya (kayu dan seng/asbes)
dengan mempertimbangkan fungsi bangunan
POKMASWAS;
4) Spesifikasi Teknis
Bangunan POKMASWAS SDKP menggunakan material
beton, baja, kayu dan material lainnya yang sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia dan peraturan
mengenai pembangunan gedung Negara. Bangunan
POKMASWAS memiliki ciri pada dinding dengan warna
cat biru muda dengan cat struktur biru tua, dilengkapi
dengan tiang bendera dan papan nama “POS
POKMASWAS SDKP” disertai logo Kementerian Kelautan
dan Perikanan.
SURAT PERNYATAAN
Materai
6.000
[diisi tanda tangan pembuat pernyataan]
1. Pengertian
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah Tempat para penjual dan pembeli
melakukan transaksi jual beli ikan melalui pelelangan dimana proses
penjualan ikan dilakukan dihadapan umum dengan cara penawaran
bertingkat.
2. Persyaratan Umum
Persyaratan umum Pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana
Tempat Pelelangan Ikan yang dikelola oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1) Pembangunan/rehabilitasi Tempat Pelelangan Ikan dilaksanakan di
lokasi yang sudah ada (bukan lokasi baru) dan telah terdapat
aktivitas perikanan tangkap. Lokasi dimaksud dan pengelolaannya
telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
2) Tempat Pelelangan Ikan yang dikelola oleh kabupaten/kota adalah
Tempat Pelelangan Ikan yang dikelola dan asetnya dimiliki oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota.
3) Tempat Pelelangan Ikan yang dikelola kabupaten/kota yang akan
dibangun/rehabilitasi telah ditetapkan lokasinya oleh
Bupati/Walikota setempat yang ditembuskan kepada Direktur
Jenderal Perikanan Tangkap.
3. Persyaratan Khusus
Pengajuan usulan pembiayaan pembangunan/rehabilitasi sarana dan
prasarana Tempat Pelelangan Ikan sebagaimana tersebut di atas harus
memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut:
a. Pemilihan jenis fasilitas yang akan dikembangkan mengacu kepada
kebutuhan mendesak masyarakat nelayan setempat dan mengacu
kepada hasil studi kelayakan, masterplan dan detail desainnya;
b. Kesanggupan mengoperasionalkan Tempat Pelelangan Ikan sesuai
dengan kapasitas terpasang dibuktikan dengan surat pernyataan
kesanggupan pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran
operasional dan pemeliharaan Tempat Pelelangan Ikan yang akan
dibangun/direhabilitasi sarana dan prasarananya.
c. Lahan yang digunakan merupakan milik pemerintah daerah
kabupaten/kota yang ditandai dengan sertfikat kepemilikan atas
tanah.
4. Spesifikasi Teknis
1) Pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana Tempat Pelelangan
Ikan di atas diarahkan untuk memenuhi spesifikasi teknis sebagai
berikut:
a. terlindung dan mudah untuk dibersihkan;
b. mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan
disanitasi, dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan
mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang higiene;
c. mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam
pengawasan hasil perikanan;
d. kendaraan yang mengeluarkan asap dan binatang yang dapat
mempengaruhi mutu hasil perikanan tidak diperbolehkan berada
dalam Tempat Pelelangan Ikan;
e. dibersihkan secara teratur minimal setiap selesai penjualan;
f. dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah,
makan dan minum, dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat
dengan jelas;
g. mempunyai fasilitas pasokan air bersih dan atau air laut bersih
yang cukup;
2) Tempat pelelangan ikan harus memenuhi persyaratan higiene dan
penerapan sistem rantai dingin.
3) Memiliki pengelola yang telah ditetapkan melalui Surat Keputusan
Bupati/Walikota atau Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/Kota.
Format Lampiran Surat Pernyataan Kesiapan Menanggung Biaya Operasional
dan pemeliharaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di luar Pelabuhan Perikanan
(UPTD Kabupaten/Kota) yang akan dikembangkan
SURAT PERNYATAAN
…………………….,
Yang bersangkutan
Materai 6000
(………………………………….)
NIP. ………………………
C. PEMBANGUNAN/REHABILITASI SARANA DAN PRASARANA POKOK UPTD
PERBENIHAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KAB/KOTA
1. Pengertian
a. UPTD Perbenihan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab/Kota adalah
Unit Pelaksana Teknis Daerah (unit kerja) milik Dinas Kelautan dan
Perikanan Kab/Kota yang bertugas melaksanakan tugas teknis di
bidang perbenihan ikan air tawar, payau dan laut.
2. Persyaratan Umum
a. Penetapan jenis unit perbenihan yang akan dikembangkan
didasarkan pada prioritas kebutuhan serta dengan memperhatikan
potensi sumberdaya perikanan budidaya yang tersedia.
b. Penetapan kegiatan pengembangan UPTD Perbenihan di dukung
dengan beberapa persiapan, yaitu: Lahan merupakan tanah yang
dikuasai oleh pemerintah daerah dengan status peruntukan untuk
pengembangan UPTD Perbenihan.
c. Apabila diperlukan, pelaksana pembangunan UPTD Perbenihan
Kab/ Kota dapat berkonsultasi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Ditjen Perikanan Budidaya dalam membuat perencanaan penyediaan
prasarana dan sarana UPTD Perbenihan serta meminta berkonsultasi
teknis dalam tahap operasionalnya.
d. Sanggup menyediakan anggaran biaya operasional dan pemeliharaan
melalui APBD kabupaten/kota serta staf operasional UPTD
Perbenihan.
3. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis pengembangan UPTD Perbenihan didasarkan pada
persyaratan teknis lokasi dan bangunan. Persyaratan teknis lokasi
antara lain mempertimbangkan ketersediaan air, ketersediaan listrik,
jenis tanah (terutama posrositas dan keasaman tanah), keamanan serta
aspek sosial ekonomi.
4. Spesifikasi Teknis
1.5. Pembangunan/rehabilitasi kolam/saluran UPTD Perbenihan
Pembangunan/rehabilitasi kolam/saluran meliputi :
12. Rehabilitasi kolam atau bak induk/calon induk,
13. Rehabilitasi kolam atau bak pemijahan/pendederan,
14. Rehabilitasi kolam atau bak karantina,
15. Rehabilitasi kolam atau bak Filter/pengendapan
16. Rehabilitasi kolam atau bak pakan alami,
17. Rehabilitasi bangunan panti benih/bangsal/hatchery,
18. Pembangunan bak sterilisasi roda kendaraan dan bak
disinfeksi alas kaki/footbath,
19. Rehabilitasi saluran air pasok (masuk) dan buang
(keluar),
20. Rehabilitasi kolam atau bak larva
21. Pembangunan / rehabilitasi tandon,
22. Pembangunan / rehabilitasi kolam atau bak pengelolaan
limbah.
1.6. Peralatan UPTD Perbenihan (paket)
Paket peralatan perbenihan meliputi:
9. Paket instalasi aerasi (hi blow, selang aerasi, batu aerasi,
instalasi pipa)
10. Paket resirkulasi air (filter biologi, filter mekanik, pompa
celup, instalasi pipa, unit ultraviolet)
11. Paket pemijahan buatan (wadah ikan dari
plastik/fiberglass, happa, selang kanulasi, ovaprim /
HCG, syringe/ alat suntik, kakaban, Larutan NaCL /
infus, aquabidest)
12. Paket penetasan (happa, corong penetasan, pompa celup,
heater)
13. Paket pendederan (alat penyeragaman ukuran benih,
happa, baskom, refrigerator)
14. Paket pengukuran dan pemeriksaan kesehatan
ikan/mutu benih (timbangan, DO Meter, pH Meter,
termometer, Mikroskop, water quality testkit)
15. Paket pemeliharaan larva (plankton net, happa, corong
penetasan artemia, heater)
16. Paket pembibitan rumput laut hasil kultur jaringan
(jukung pengangkut benih, tali, pelampung, pemberat,
jaring pengaman, bibit rumput laut hasil kultur
jaringan).
1.7. Peralatan perkolaman UPTD Perbenihan (paket)
Paket perlatan perkolaman meliputi Paket persiapan dan
pemeliharaan kolam (hand traktor, mesin potong rumput, happa,
alat semprot jaring).
1.8. Peralatan panen UPTD Perbenihan (paket)
1 (satu) paket peralatan panen meliputi : wadah panen fiberglass,
tabung oksigen, alat hitung benih, timbangan dan happa.
D. PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBERDAYAAN USAHA SKALA
KECIL MASYARAKAT PESISIR (NELAYAN, PEMBUDIDAYA IKAN,
PENGOLAH DAN PEMASAR HASIL PERIKANAN SERTA PETAMBAK GARAM)
1. Pengertian
a) Kapal penangkap ikan adalah kapal yang secara khusus
dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk menampung,
menyimpan, mendinginkan, dan/atau mengawetkan.
b) Perahu/kapal penangkap ikan berukuran lebih kecil dari 3 GT
adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk
melakukan penangkapan ikan di perairan umum daratan dan
khusus untuk perairan umum tersebut, seperti danau, waduk,
sungai, rawa dan genangan air lainnya.
c) Alat penangkapan ikan yang diizinkan adalah alat penangkapan
ikan yang tidak mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber
daya ikan serta tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
d) Alat bantu penangkapan ikan adalah sarana dan perlengkapan
atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk membantu
penangkapan ikan.
2. Persyaratan Umum
a) Pengadaan/pembangunan/penyediaan kapal penangkap ikan
yang digunakan hanya untuk melakukan penangkapan ikan di
laut berukuran lebih kecil dari 3 GT dilengkapi dengan mesin
utama.
b) Pengadaan/pembangunan/penyediaan perahu/kapal penangkap
ikan yang digunakan hanya untuk melakukan penangkapan ikan
di perairan umum daratan berupa danau, waduk, sungai, rawa
dan genangan air lainnya.
c) Pengadaan alat penangkapan ikan yang diperbolehkan adalah alat
penangkapan ikan yang diizinkan, selektif, efektif, efisien dan
ramah lingkungan, yang meliputi jaring dan pancing sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan dengan dilengkapi
rancang bangun (design) alat penangkapan ikan.
d) Penyediaan alat penangkapan ikan diprioritaskan bagi nelayan
kecil yang tergabung dalam kelompok usaha bersama (KUB)
perikanan tangkap atau koperasi yang telah memiliki kapal.
3. Persyaratan Khusus
a) Kapal penangkap ikan di laut berukuran lebih kecil dari 3 GT
diperuntukkan bagi nelayan kecil yang tergabung dalam kelompok
usaha bersama (KUB) perikanan tangkap atau koperasi dengan
memperhatikan ketersediaan sumber daya ikan di masing-masing
wilayahnya.
b) Kapal penangkap ikan berukuran lebih kecil dari 3 GT yang
dilengkapi dengan mesin, hanya diperuntukkan bagi nelayan kecil
yang tergabung dalam kelompok usaha bersama (KUB) perikanan
tangkap atau koperasi.
c) Spesifikasi, konstruksi, pengertian, jenis, sebutan, singkatan,
pengkodean dan gambar serta tata cara pengoperasian dari
masingmasing kelompok jenis alat penangkapan ikan
sebagaimana tersebut di atas mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai Alat Penangkapan
Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
d) Pengadaan alat penangkapan ikan ini diprioritaskan bagi nelayan
kecil yang tergabung dalam kelompok usaha bersama (KUB)
perikanan tangkap atau koperasi yang telah memiliki kapal
dilakukan dengan syarat memiliki:
1) Bukti kepemilikan calon penerima; dan
2) Spesifikasi teknis yang diketahui oleh Dinas Kota/Kabupaten
setempat yang membidangi urusan perikanan.
e) Pengadaan alat bantu penangkapan ikan ini diprioritaskan bagi
nelayan kecil yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama
(KUB) perikanan tangkap atau koperasi dan telah memiliki kapal
dilakukan dengan syarat memiliki:
1) Bukti kepemilikan kapal calon penerima; dan
2) Spesifikasi teknis kapal calon penerima yang diketahui oleh
dinas kota/kabupaten setempat yang membidangi urusan
perikanan.
4. Spesifikasi Teknis
a. Pembangunan kapal penangkap ikan dilengkapi dengan gambar
rencana garis, gambar rencana umum dan gambar rencana
konstruksi;
b. Mesin penggerak yang digunakan adalah mesin kapal; dan
c. Peralatan dan perlengkapan kapal disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Spesifikasi teknis alat penangkapan ikan yang dibiayai melalui
dana alokasi khusus memenuhi spesifikasi teknis kelompok alat
tangkap sebagai berikut: Jaring lingkar (surrounding nets); Jaring
angkat (lift nets); Alat yang dijatuhkan (falling gears); Jaring
insang (gillnets and entangling nets); Perangkap (traps); Pancing
(hooks and lines); dan alat penangkap ikan yang tidak dilarang.
e. Pengadaan alat bantu penangkapan ikan disesuikan dengan
kebutuhan, dapat berupa: alat bantu navigasi/instrumen nautika
kapal perikanan, global positioning system, alat bantu pendeteksi
ikan (fish finder), mini winch dan lain-lain.
B. Percontohan Budidaya
1. Penyusunan dan Penetapan Konsep Kawasan Percontohan
a. Sosialisasi/Koordinasi
Sosialisasi dan koordinasi dilakukan oleh Dinas KP
Kabupaten/Kota. Peserta sosialisasi adalah calon Pokdakan
pelaksana di kawasan percontohan yang telah dilakukan
identifikasi dan verifikasi, serta menyatakan kesanggupan yang
dibuktikan dengan berita acara.
b. Identifikasi Lokasi dan Pokdakan
Penetapan lokasi diharapkan dapat menjamin keselarasan
dengan pembangunan wilayah di daerah dan keadaan sosial di
lingkungan sekitarnya. Lokasi pengembangan percontohan
dilakukan di lahan milik Pokdakan yang telah memenuhi kriteria,
antara lain :
1) Aspek Teknis
a) Lokasi sesuai Standar kelayakan kegiatan perikanan
budidaya
b) Berada dalam kawasan pengembangan perikanan budidaya
c) Tidak dalam areal banjir dan cemaran
d) Daya dukung lingkungan memadai
e) Kesesuaian lokasi dengan penerapan teknologi yang akan
dikembangkan (teknologi anjuran)
2) Aspek Non Teknis
a) Terdapat Kelembagaan kelompok
b) Sosial budaya dan atau kearifan lokal
c) Kemudahan akses (transportasi, komunikasi, sumber benih
dan pasar)
d) Kondisi sarana dan prasarana penunjang
e) Komitmen pelaku dan dukungan pemerintah daerah
3) Aspek Legalitas
Kawasan pengembangan percontohan lokasinya sesuai
dengan tata ruang daerah dan tidak terdapat konflik
kepentingan baik dengan kegiatan perikanan maupun
kegiatan lainnya terkait pemanfaatan ruang/lahan dan status
kepemilikan lahannya jelas serta sesuai dengan peruntukan
pengembangan perikanan.
c. Persyaratan Kelompok
Identifikasi calon Pokdakan dilaksanakan oleh Tim Teknis yang
terdiri dari dinas KP Kabupaten/Kota yang membidangi
perikanan budidaya dan penyuluh. Hasil identifikasi lokasi dan
Pokdakan dibuktikan dengan berita acara.
Kelompok Pembudidaya adalah pelaksana percontohan perikanan
budidaya di kawasan sentra perikanan budidaya yang diusulkan
oleh Tim Teknis dan ditetapkan oleh Kepala Dinas KP
Kabupaten/Kota dengan persyaratan kelompok sebagai berikut:
1) Kelompok diutamakan berbadan hukum;
2) Merupakan binaan dinas setempat;
3) Mempunyai anggota minimal 10 orang;
4) Mempunyai struktur organisasi dan kepengurusan
5) Penyiapan lahan percontohan budidaya secara berkelanjutan
6) Lahan milik PEMDA, umum atau kelompok (Pokdakan)
dengan status yang jelas dan diperuntukkan bagi
pengembangan kawasan perikanan budidaya
7) Bersedia untuk menandatangi surat pernyataan kesanggupan
mengikuti ketentuan pelaksanaan percontohan.
d. Penetapan Lokasi dan Pokdakan
Lokasi dan Pokdakan ditetapkan oleh Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten/Kota berdasarkan usulan Tim Teknis,
melalui SK Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/Kota.
e. Temu Lapang dan Pelaporan
Untuk mengoptimalkan manfaat kegiatan percontohan budidaya
ikan bagi masyarakat, Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/Kota agar menyediakan anggaran untuk pelaksanaan
temu lapang maksimal 2 (dua) kali pertemuan serta monitoring
dan pelaporan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.
Temu lapang dilaksanakan oleh Dinas KP Kabupaten/Kota di
lokasi percontohan dengan melibatkan UPTD, Penyuluh,
Pokdakan di sekitar lokasi dan stakeholder terkait lainnya, yang
bertujuan untuk:
a. Mengevaluasi dan mensosialisasikan keberhasilan
percontohan baik dari segi teknis, manajemen kelompok
maupun efektifitas percontohan;
b. Menyebarluaskan informasi teknologi yang telah diterapkan
kepada Pokdakan sekitar di luar kawasan perikanan
budidaya;
c. Menginventarisasi kendala, tantangan dan permasalahan
serta solusi pemecahannya.
2. Percontohan Budidaya
a. Persiapan
1) Persiapan Lahan dan Wadah Budidaya
Persiapan lahan dan wadah budidaya dipersiapkan sesuai
dengan kebutuhan persyaratan teknis budidaya.
2) Penyediaan Sarana dan Prasarana
Penyediaan Sarana dan prasarana dilaksanakan berdasarkan
Perpres No.54 Tahun 2010 sebagaimana telah dirubah
dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Pengadaan
barang dan Jasa Pemerintah. Agar jadwal pengadaan oleh
Satker Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota
disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan percontohan.
3) Pemilihan Komoditas
Persiapan disesuaikan dengan teknis budidaya komoditas
yang akan dikembangkan. Komoditas yang dikembangkan
merupakan komoditas unggulan kabupaten/kota setempat
dan memiliki kriteria antara lain:
Potensial secara ekonomi sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat/ Pokdakan;
a) Mudah dipasarkan;
b) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja/segmentasi usaha;
c) Dapat dilaksanakan dengan teknologi yang sederhana agar
dapat dicontoh oleh pembudidaya sekitar;
d) Dapat dipanen dalam skala masal;
e) Mendukung ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi.
4) Penerapan Teknologi
Teknologi budidaya yang diterapkan dalam percontohan
perikanan budidaya merupakan teknologi inovatif dan
aplikatif yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI)
atau Petunjuk Teknis (Juknis) Budidaya sesuai komoditas
yang dibudidayakan. Benih yang digunakan harus mengikuti
kaidah-kaidah Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB),
sedangkan dalam proses pemeliharaan sampai dengan panen
harus mengikuti kaidah-kaidah Cara Budidaya Ikan Yang
Baik (CBIB).
3. Pelaksanaan Percontohan
a. Pelaksanaan Percontohan
Pelaksanaan percontohan dilakukan berdasarkan rencana kerja
teknis yang disusun oleh tim teknis bersama pokdakan
pelaksana percontohan kawasan budidaya tahun 2016 dan
mengacu pada standar operasional prosedur (SOP) yang telah
disiapkan oleh UPT sebagai pendamping teknis. Komoditas yang
akan dikembangkan bukan termasuk komoditas asing Invasif
yaitu komoditas yang dapat menyebabkan dominannya jenis
tersebut dan akan mengurangi biodeversitas spesies lokal, jenis
dan paket komoditas percontohan tersebut adalah :
1) Polikultur (udang, bandeng, Gracilaria)
2) Rumput Lat E. Cottonii
3) Bandeng (semi intensif)
4) Udang vaname
5) Gurame
6) Udang galah (UGADI)
7) Lele
8) Patin
9) Nila
10) Mas
11) Ikan hias
Teknologi Percontohan merupakan teknologi hasil perekayasaan
yang inovatif, aplikatif dan ramah lingkungan. Teknologi harus
diterapkan oleh Pokdakan pelaksana percontohan yang
berpedoman pada SOP yang telah dibuat oleh tim teknis,
mengacu pada SNI dan menerapkan prinsip-prinsip CBIB.
Setiap anggota kelompok harus berperan serta dan terlibat secara
langsung dalam setiap tahapan teknis operasional budidaya
dibawah bimbingan teknisi.
b. Paket Percontohan
Paket percontohan diprioritaskan pada kawasan perikanan
budidaya perikanan budidaya meliputi budidaya air tawar, air
payau dan laut serta ikan hias yang disesuaikan dengan potensi
kawasa n perikanan budidaya, contoh standar paket
budidaya sebagai berikut:
1) Percontohan Budidaya Ikan Air Tawar
a) Paket budidaya gurame di kolam (350 m2/unit) dalam
bentuk sarana produksi yang terdiri dari :
Benih : 7.000 ekor (uk. 7-15 gr/ekor)
Pakan : 2.933 kilogram
Persiapan kolam : 1 paket
Alat perikanan : 1 paket
1. Pengertian
a) Bedah UMK adalah kegiatan perbaikan bangunan dan pemberian
bantuan peralatan pengolahan kepada usaha pengolahan produk
perikanan skala mikro dan kecil dengan fokus empat komoditas utama,
yaitu: 1) pindang ikan, 2) ikan kering, 3) ikan asap, dan 4) abon ikan.
Tujuan kegiatan Bedah UMK adalah; memperbaiki mutu dan standar
produk olahan; meningkatkan nilai tambah produk olahan;
meningkatkan kapasitas produksi dan usaha; meningkatkan
pendapatan UMK pengolah ikan.
b) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria yakni memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta
rupiah).
c) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil yakni memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).
d) Pindang Ikan sesuai SNI 2717:2009 adalah hasil olahan ikan
sederhana dengan cara kombinasi perebusan dan penggaraman. Produk
yang dihasilkan merupakan produk awetan ikan dengan kadar garam
rendah.
e) Ikan Asin Kering sesuai SNI 2721:2009 adalah ikan segar yang
mengalami perlakuan penerimaan, pencucian dengan atau tanpa
perendaman dalam larutan garam, pengeringan, sortasi, dan
penimbangan.
f) Ikan Asap sesuai SNI 2725:2013 adalah produk ikan segar yang
mengalami perlakuan penyiangan, pencucian dengan atau tanpa
perendaman dalam larutan garam, penirisan, dengan atau tanpa
pemberian rempah dan pengasapan panas yang dilakukan dalam ruang
pengasapan dengan menggunakan kayu, sabut atau tempurung kelapa.
g) Abon Ikan sesuai SNI 7690:2013 adalah produk olahan hasil
perikanan dengan bahan baku ikan segar yang mengalami perlakuan
perebusan atau pengukusan, pencabikan, penambahan bumbu, dan
pemasakan.
h) Sertifikat Kelayakan Pengolahan, yang selanjutnya disingkat SKP
adalah sertifikat yang diberikan kepada UPI yang telah menerapkan Cara
Pengolahan Ikan yang Baik (Good Manufacturing Practices/GMP) dan
memenuhi persyaratan Prosedur Operasi Sanitasi Standar (Standard
Sanitation Operating Procedure/SSOP).
i) Perbaikan bangunan adalah perbaikan suatu bangunan unit
pengolahan ikan skala usaha mikro dan kecil, dengan pra-syarat
minimal memiliki ruangan yang digunakan untuk penanganan dan
pengolahan ikan, agar memenuhi persyaratan jaminan mutu dan
keamanan pangan.
j) Bantuan peralatan pengolahan adalah pengadaan peralatan
pengolahan bagi usaha mikro dan kecil untuk melengkapi peralatan
pengolahan pada unit pengolahan ikan yang telah ada dalam rangka
peningkatan kapasitas produksi, dan kualitas produk yang dihasilkan
sesuai dengan SNI dari produk yang dihasilkan.
2. Persyaratan Umum
3. Persyaratan Teknis
b) Perbaikan Bangunan
5. Spesifikasi Teknis
d) Paket Pengolah Ikan Kering dengan Solar Dryer (Kapasitas 100 kg)
No. Uraian Spesifikasi
1 Meja stainless Material : Stainless Steel 304
steel Ketebalan minimal 1,2 mm
(1 unit) Dimensi (P x L x T) : 180 x 70 x 85cm
(tinggi disesuaikan dengan kebiasaan
pengolah)
2 Coolbox Kapasitas : <200 Liter
(1 unit) Bahan Plastik : HDPE
3 Tirai plastik Tebal 2 mm T=2,5m, L=2m
plastic curtain
(2 unit)
4 Lampu dg Lampu TL LED 2 x 20 Watt
acrylic cover Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt
(2 unit) Tutup cover acrylic bening
Panjang 120 cm
5 Insect killer Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs
lamps Min. Coverage Area : 70 m2
(2 unit) 4D Entry point : Front/Back/Both Sides
Use to Kill Flies and Mosquitos
Maks. Wattage : 40Watt
Voltage : 220-240V
6 Hand Sealer Max Input Power : 300 watt
(1 unit) Min Lebar Seal : 2 mm
Body : Iron / Besi
Min Panjang Seal : 20 Cm
7 Keranjang Bahan : plastik
Berlubang/Tra Tidak mudah pecah
ys Kapasitas : minimal 20 Kg
(4 unit) Dimensi : minimal 62 x 43 x 38 (cm)
Dapat disusun vertical dan berlubang-
lubang
8 Tempat Berbahan HDPE plastic
sampah Bukaan tutup: injak
berpenutup Kapasitas 30 Liter
(2 unit)
9 Pallet untuk Min Size : 1200 x 1200 x 150 mm
penirisan Perbaiki ukuran
(Palet Kecil) Material : HDPE
(1 unit) Type : Reversible
Min Statik : 5000 Kg
Min Dynamic : 1500 Kg
Min Racking : 1200 Kg
Accessibility : Forklift entry : 4-way
Washable
Durable & reliable
Recyclable
Max Weight : 30 Kg
10 Bahan Plastik PP (Polypropylene) ketebalan min
Kemasan 0,8 mm
(1 unit)
11 Drum Bahan : plastik berpenutup
Penyimpanan Ukuran : 50 L
(2 unit)
12 Timbangan Display : LED
produk Power : Baterai/rechargeable
(1 unit) Kapasitas : 30 Kg
hamparan lahan 70 cm
30 cm
garam
Saluran Sekunder
10 m
3, 25 m 3, 25 m 3, 25 m
1m
10 m
1m
lantai
50 cm
ttd
SUSI PUDJIASTUTI
LAMPIRAN VI
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI
KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2017
ttd
SUSI PUDJIASTUTI