Anda di halaman 1dari 103

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI
KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2017

FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN


DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI

Setiap Provinsi penerima dana alokasi khusus mengisi format isian rencana
kegiatan DAK bidang kelautan dan perikanan sebagai berikut:
JENIS INDIKATOR URAIAN VOLUME HARGA JUMLAH ALOKASI
KEGIATAN KINERJA KEGIATAN SATUAN DAK (Rp.)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (4) X (5) (7)

Jumlah (8)

..................................... 2016
Kepala
Dinas Provinsi ......................

(...........................................)

Penjelasan nomor kolom:


(1) Diisi dengan nama menu dana alokasi khusus bidang kelautan dan
perikanan provinsi sesuai petunjuk teknis;
(2) Diisi dengan indikator kinerja;
(3) Diisi dengan nama dan uraian kegiatan dana alokasi khusus bidang
kelautan dan perikanan provinsi sesuai petunjuk teknis
(4) Diisi dengan jumlah volume kegiatan dan unit atau satuan untuk
volume kegiatan;
(5) Diisi dengan harga satuan sesuai standar biaya yang berlaku di daerah
bersangkutan;
(6) Diisi dengan hasil perkalian antara volume dengan harga satuan;
(7) Diisi dengan alokasi dana alokasi khusus
(8) Diisi dengan jumlah untuk kolom (6) dan (7)

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SUSI PUDJIASTUTI
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI
KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2017

FORMAT ISIAN RENCANA KEGIATAN


DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
KABUPATEN/KOTA

Setiap Provinsi penerima dana alokasi khusus mengisi format isian rencana
kegiatan DAK bidang kelautan dan perikanan sebagai berikut:
JENIS INDIKATOR URAIAN VOLUME HARGA JUMLAH ALOKASI
KEGIATAN KINERJA KEGIATAN SATUAN DAK (Rp.)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (4) X (5) (7)

Jumlah (8)

Mengetahui: ..................................... 2016


Kepala Kepala
Dinas Provinsi ...................... Dinas Kabupaten/Kota ..................

(...........................................) (...........................................)

Penjelasan nomor kolom:


(1) Diisi dengan nama menu yang dipilih sesuai petunjuk teknis;
(2) Diisi dengan indikator kinerja sesuai menu yang dipilih;
(3) Diisi dengan nama dan uraian kegiatan yang dipilih sesuai petunjuk
teknis
(4) Diisi dengan jumlah volume kegiatan dan unit atau satuan untuk
volume kegiatan;
(5) Diisi dengan harga satuan sesuai standar biaya yang berlaku di daerah
bersangkutan;
(6) Diisi dengan hasil perkalian antara volume dengan harga satuan;
(7) Diisi dengan alokasi dana alokasi khusus;
(8) Diisi dengan jumlah untuk kolom (6) dan (7).

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SUSI PUDJIASTUTI
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI
KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2017

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI


BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017

I. PEMBANGUNAN / REHABILITASI SARANA’ DAN PRASARANA FASILITAS


POKOK DAN FUNGSIONAL PELABUHAN PERIKANAN (UPTD PROVINSI)

1. Pengertian
Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan
perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang
dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh
dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

Pengembangan pelabuhan perikanan merupakan peningkatan


sarana/fasilitas pelabuhan perikanan untuk memenuhi kapasitas
produksi atau pemenuhan fasilitas agar pelabuhan perikanan dapat
minimal operasional.

a. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan


Pelabuhan Perikanan dibagi ke dalam 4 (empat) kelas. Pembagian
kelas dimaksud dilakukan berdasarkan kriteria teknis dan kriteria
operasional dari setiap pelabuhan perikanan, bukan berdasarkan
kewenangan pembangunan atau pengelolaannya. Keempat kelas
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pelabuhan Perikanan kelas A, yang selanjutnya disebut Pelabuhan
Perikanan Samudera (PPS);
2) Pelabuhan Perikanan kelas B, yang selanjutnya disebut Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN);
3) Pelabuhan Perikanan kelas C, yang selanjutnya disebut Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP); dan
4) Pelabuhan Perikanan kelas D, yang selanjutnya disebut Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI).
b. Fasilitas di pelabuhan perikanan meliputi :
1) Fasilitas pokok, dapat terdiri atas:
a) Penahan gelombang (breakwater), turap (revetment), dan groin;
b) Dermaga;
c) Jetty;
d) Kolam pelabuhan;
e) Alur pelayaran; dan
f) Drainase.
2) Fasilitas fungsional, dapat terdiri atas:
a) Tempat Pemasaran Ikan;
b) Air bersih (sumur pompa dan instalasi air bersih), instalasi
bahan bakar minyak (BBM), jaringan dan instalasi listrik
(termasuk trafo); dan
c) Instalasi pengolahan air limbah (IPAL)

2. Persyaratan Umum
Persyaratan umum pengembangan pelabuhan perikanan yang dikelola
oleh provinsi adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan pelabuhan perikanan dilaksanakan di lokasi yang
sudah ada (bukan lokasi baru) dan telah terdapat aktivitas
perikanan tangkap. Lokasi dimaksud dan pengelolaannya telah
ditetapkan oleh Gubernur.
b. Pelabuhan Perikanan yang dikelola oleh provinsi adalah pelabuhan
perikanan yang dikelola dan asetnya dimiliki oleh pemerintah
provinsi.
c. Pelabuhan perikanan yang dikelola provinsi yang akan
dikembangkan telah ditetapkan lokasinya oleh Gubernur setempat.
Surat penetapan lokasi pelabuhan perikanan ditembuskan kepada
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.

3. Persyaratan Khusus
Pengajuan usulan pembiayaan pengembangan pelabuhan perikanan
sebagaimana tersebut di atas harus memenuhi persyaratan khusus
sebagai berikut:
a. Termasuk dalam Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional;
b. Telah memiliki dokumen perencanaan (Studi Kelayakan, Masterplan
dan Detail Desain) yang telah dikonsultasikan dengan Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap;
c. Detail Desain (DD) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) fasilitas yang
akan dikembangkan telah dikonsultasikan dengan Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap sebelum pelaksanaan konstruksi;
d. Pemilihan jenis fasilitas yang akan dikembangkan mengacu kepada
kebutuhan mendesak masyarakat nelayan setempat dan mengacu
kepada hasil studi kelayakan, masterplan dan detail desainnya;
e. Kesanggupan mengoperasionalkan pelabuhan perikanan sesuai
dengan kapasitas terpasang dibuktikan dengan surat pernyataan
kesanggupan pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran
operasional dan pemeliharaan pelabuhan perikanan yang akan
dikembangkan.

4. Kriteria Teknis
a. Pelaksanaan pengembangan fasilitas pelabuhan perikanan memiliki
ketentuan teknis sebagai berikut:
1) Didasarkan pada prinsip efektivitas, efisiensi, dan sesuai
kebutuhan mendesak masyarakat;
2) Sesuai dengan dokumen perencanaan.
3) Fasilitas yang dikembangkan terdiri dari: fasilitas pokok dan
fasilitas fungsional.
b. Fasilitas pelabuhan perikanan yang akan dikembangkan terlebih
dahulu diarahkan untuk fasilitas pokok.
c. Apabila fasilitas pokok telah terpenuhi pengembangan dapat
diarahkan kepada fasilitas fungsional.
d. Fasilitas fungsional dapat dikembangkan jika fasilitas pokok dan
fungsional untuk minimal operasional telah terpenuhi.

Pembangunan dan/atau rehabilitasi sarana/prasarana pelabuhan


perikanan di atas diarahkan untuk:
a. Memiliki kriteria teknis minimal sebagai berikut :
1) mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan
perikanan di perairan Indonesia;
2) memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran sekurang-kurangnya 5 GT;
3) panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman
kolam sekurang-kurangnya minus 1 m;
4) mampu menampung kapal perikanan sekurang- kurangnya 15
unit atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 75 GT; dan
5) memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang- kurangnya 1 ha.
b. Memiliki kriteria operasional minimal yaitu terdapat aktivitas
bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-rata 2 ton
perhari.
Format Lampiran Surat Pernyataan Kesiapan Menanggung Biaya Operasional
dan pemeliharaan pelabuhan perikanan (UPTD Provinsi) yang akan
dikembangkan

KOP DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
NIP :
Pangkat / golongan ruang :
Jabatan :
Unit Kerja :
Menyatakan bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi sanggup menanggung
biaya operasional dan perawatan Pelabuhan Perikanan .........................

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya


untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

…………………….,

Yang bersangkutan

Materai 6000
(………………………………….)
NIP. ………………………
II. PEMBANGUNAN DAN ATAU REHABILITASI UNIT PELAKSANAAN TEKNIS
DINAS (UPTD) PERBENIHAN KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI
Pembangunan dan atau pengembangan sarana dan prasarana perbenihan
meliputi seluruh fasilitas fisik pada Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD)
Perbenihan.
1. Pengertian
e. Perbenihan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi adalah Unit
Pelaksana Teknis Daerah (unit kerja) milik Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi yang bertugas melaksanakan tugas teknis di
bidang perbenihan ikan air tawar, payau dan laut.
2. Persyaratan Umum
1. Pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) bagi provinsi dalam
rangka pengembangan UPTD bersifat sementara sehingga
penggunaan DAK tersebut harus dimaksimalkan untuk
pengembangan/rehabilitasi sarana dan prasarana fisik untuk
menunjang produksi sehingga unit tersebut dapat beroperasi secara
optimal. Disamping itu, penentuan UPTD yang akan
dikembangkan/direhabilitasi didasarkan pada prioritas daerah serta
dengan memperhatikan prospek dan potensi pengembangan unit
tersebut.
2. Penetapan kegiatan pengembangan UPTD Perbenihan di dukung
dengan beberapa persiapan, yaitu: Lahan merupakan tanah yang
dikuasai oleh pemerintah daerah dengan status peruntukan untuk
pengembangan balai benih.
3. Pembangunan/rehabilitasi UPTD dapat dikonsultasikan dengan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perikanan Budidaya terutama
dalam hal pembuatan perencanaan pengembangan dan rehabilitasi
prasarana serta apabila diperlukan dapat meminta pendampingan
teknis dalam tahap operasionalnya.
4. Sanggup menyediakan anggaran operasional yang optimal dari
APBN dan APBD, serta menyediakan anggaran pemeliharaan
melalui APBD.

3. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis pengembangan UPTD Perbenihan didasarkan pada
persyaratan teknis lokasi dan bangunan. Persyaratan teknis lokasi
antara lain mempertimbangkan ketersediaan air, ketersediaan listrik,
jenis tanah (terutama porositas dan keasaman tanah), keamanan serta
aspek sosial ekonomi.
Sedangkan persyaratan teknis bangunan disesuaikan dengan
peruntukan bangunan seperti: tempat memproduksi benih/induk ikan,
unit produksi pakan alami, unit produksi pakan buatan, laboratorium
kesehatan ikan dan lingkungan dan keperluan lainnya.
4. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis standar bangunan dan peralatan balai benih dapat
disesuaikan dengan kondisi dan target produksi benih/induk.
Pembangunan dan atau rehabilitasi fasilitas pokok, fungsional untuk
UPTD Provinsi sebagai berikut :

1.1. Pembangunan/rehabilitasi kolam/saluran UPTD Perbenihan


Pembangunan/rehabilitasi kolam/saluran meliputi :
1. Rehabilitasi kolam atau bak induk/calon induk,
2. Rehabilitasi kolam atau bak pemijahan/pendederan,
3. Rehabilitasi kolam atau bak karantina,
4. Rehabilitasi kolam atau bak Filter/pengendapan
5. Rehabilitasi kolam atau bak pakan alami,
6. Rehabilitasi bangunan panti benih/bangsal/hatchery,
7. Pembangunan bak sterilisasi roda kendaraan dan bak
disinfeksi alas kaki/footbath,
8. Rehabilitasi saluran air pasok (masuk) dan buang (keluar),
9. Rehabilitasi kolam atau bak larva
10. Pembangunan / rehabilitasi tandon,
11. Pembangunan / rehabilitasi kolam atau bak pengelolaan
limbah.
1.2. Peralatan UPTD Perbenihan (paket)
Paket peralatan perbenihan meliputi:
1. Paket instalasi aerasi (hi blow, selang aerasi, batu aerasi,
instalasi pipa)
2. Paket resirkulasi air (filter biologi, filter mekanik, pompa
celup, instalasi pipa, unit ultraviolet)
3. Paket pemijahan buatan (wadah ikan dari plastik/fiberglass,
happa, selang kanulasi, ovaprim / HCG, syringe/ alat suntik,
kakaban, Larutan NaCL / infus, aquabidest)
4. Paket penetasan (happa, corong penetasan, pompa celup,
heater)
5. Paket pendederan (alat penyeragaman ukuran benih, happa,
baskom, refrigerator)
6. Paket pengukuran dan pemeriksaan kesehatan ikan/mutu
benih (timbangan, DO Meter, pH Meter, termometer,
Mikroskop, water quality testkit)
7. Paket pemeliharaan larva (plankton net, happa, corong
penetasan artemia, heater)
8. Paket pembibitan rumput laut hasil kultur jaringan (jukung
pengangkut benih, tali, pelampung, pemberat, jaring
pengaman, bibit rumput laut hasil kultur jaringan).
1.3. Peralatan perkolaman UPTD Perbenihan (paket)
Paket perlatan perkolaman meliputi Paket persiapan dan
pemeliharaan kolam (hand traktor, mesin potong rumput, happa,
alat semprot jaring).
1.4. Peralatan panen UPTD Perbenihan (paket)
1 (satu) paket peralatan panen meliputi : wadah panen fiberglass,
tabung oksigen, alat hitung benih, timbangan dan happa.

III. PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-


PULAU KECIL DAN KONSERVASI PERAIRAN
A. Penyediaan Sarana dan Prasarana Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Terkait dengan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi, Provinsi
dengan Kabupaten/Kota memiliki kawasan konservasi dan belum
memiliki sarana dan prasarana dimaksud wajib untuk memilih menu ini.
Provinsi yang memiliki kawasan konservasi adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Provinsi dengan Kabupaten/Kota yang memiliki SK
Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan

No Kabupaten/Kota Nama Kawasan


1 Provinsi Aceh
Kawasan Konservasi Laut Daerah Perairan Pulau
Simeulue
Pinang, Siumat dan Simanaha (Pisisi)
Aceh Jaya Kawasan Konservasi Laut Daerah Kab. NAD Jaya
Kawasan Konservasi Daerah Kawasan Bina
Aceh Besar
Bahari
Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau
Kota Sabang
Weh Kota Sabang
2 Provinsi Sumatera Utara
Kawasan Konservasi Laut Daerah Serdang
Serdang Berdagai
Bedagai
Nias Kawasan Konservasi Laut Daerah Nias
Kawasan Konservasi Laut Daerah Tapanuli
Tapanuli Tengah
Tengah
Nias Selatan Kawasan Konservasi Laut Daerah Nias Selatan
3 Provinsi Sumatera Barat
Kawasan Pulau Penyu
Sungai Batang Pelangai Sebagai Kawasan
Pesisir Selatan
Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pesisir
Selatan
- Konservasi Terumbu Karang dan Kawasan
Wisata bahari Pulau Ujung, Pulau Tangah dan
Pariaman Pulau Angso
- Konservasi Penyu dan Kawasan Wisata Bahari
Pulau Kasiak
Pasaman barat Kawasan konservasi perairan payau Jorong Maligi
Kepulauan
Kawasan Konservasi Laut Daerah Kep. Mentawai
Mentawai
Kawasan Konservasi Suaka Alam Perairan Batang
Padang Pariaman
Gasan
Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau
Kota Padang
Kecil Sebagai Taman Pulau Kecil Kota Padang
Agam Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab Agam
Solok Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab Solok
4 Provinsi Riau
Bengkalis Kawasan Suaka Perikanan Ikan Terubuk
5 Provinsi Jambi
Bungo Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab. Bungo
Sarolangun Kawasan Suaka Perikanan Arwana Kutur
6 Provinsi Bengkulu
Kaur Kawasan Konservasi Laut Daerah Kaur
Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten
Mukomuko
Mukomuko
No Kabupaten/Kota Nama Kawasan
Kawasan Konservasi Perairan di Kecamatan
Bengkulu Utara
Enggano Kab. Bengkulu Utara
7 Provinsi Lampung
Lampung Barat Kawasan Konservasi Laut Daerah Lampung Barat
Tanggamus Taman Wisata Perairan Teluk Kilauan
8 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
- Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Belitung Timur
Belitung Timur
- Taman Wisata Perairan Gugusan Pulau-pulau
Momparang dan Laut Sekitarnya
Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka
Bangka Barat
Barat
Belitung Kawasan konservasi Perairan kab Belitung
Bangka Selatan Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka
Selatan
9 Provinsi Kepulauan Riau
Wilayah Pengelolaan Terumbu Karang Senayang
Lingga
Lingga
Bintan Kawasan Konservasi laut Daerah Bintan
Batam Marine Management Area Coremap Batam
- Kawasan Konservasi Laut Natuna
Natuna - Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Kabupaten Natuna
10 Provinsi Banten
Pandeglang Kawasan Konservasi Laut Daerah Pandeglang
11 Provinsi Jawa Barat
Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai kawasan
Indramayu
konservasi wisata laut
Pangandaran Kawasan Konservasi Laut Daerah Ciamis
Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau
Sukabumi Kecil (KKP3K) Kabupaten Sukabumi dengan
status Taman Pesisir
12 Provinsi Jawa Tengah
Kawasan Konservasi Laut Daerah Pantai
Batang
Ujungnegoro - Roban
Tegal Kawasan Konservasi Perairan Karang Jeruk, Tegal
Suaka Perikanan Waduk Malahayu dan Waduk
Brebes
Penjalin
Kawasan Taman Pulau Kecil Pulau Panjang Kab
Jepara
Jepara
Pekalongan Pekalongan
13 Provinsi D I Yogyakarta
Gunungkidul Suaka Alam Perairan Kabupaten Gunungkidul
Kawasan Konservasi Taman Pesisir Di Kabupaten
Bantul
Bantul
14 Provinsi Jawa Timur
Kepulauan Sepanjang dan Sekitarnya sebagai
Sumenep
Kawasan Konservasi Laut Daerah
Situbondo Taman Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo
Pasuruan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pasuruan
Taman Pulau Kecil, P. Kedung, P. Watu, P.
Sidoarjo
Pandansari
No Kabupaten/Kota Nama Kawasan
15 Provinsi Bali
Klungkung Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida
Buleleng Taman Wisata Perairan Buleleng
Jembrana Kawasan Konservasi Perairan Jembrana
16 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau
Sumbawa Barat
Kecil (KKP3K) Kabupaten Sumbawa Barat
Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten
Lombok Barat
Lombok Barat
Dompu Kawasan Konservasi Perairan Kab. Dompu
Gili Sulat dan Gili Lawang Kecamatan Sambela
Lombok Timur
sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah
Bima Kawasan konservasi laut daerah Bima (Gili Banta)
Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten
Lombok Tengah
Lombok Tengah
Kawasan Konservasi Perairan Pulau Kramat,
Sumbawa
Pulau Bedil dan Pulau Temudong kab. Sumbawa
17 Provinsi Nusa Tenggara Timur
Alor Kawasan Konservasi Laut Daerah Selat Pantar
Flores Timur Suaka Alam Perairan Kabupaten Flores Timur
Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten
Sikka
Sikka
Suaka Perikanan Perairan Pulau Lembata,
Daerah Perlindungan Adat Maritim Tanjung
Lembata
Atadei dan Teluk Penikenek, Suaka Pulau Kecil
Perairan Laut Pulau Komba
18 Provinsi Kalimantan Barat
Bengkayang Kawasan Konservasi Laut Daerah Bengkayang
19 Provinsi Kalimantan Selatan
Kawasan Konservasi dan Wisata Laut Pulau Laut
Kotabaru
Barat-Selatan dan P. Sembilan
Kawasan Perlindungan Laut Daerah Kab. Tanah
Tanah Bumbu
Bumbu
20 Provinsi Kalimantan Timur
Berau Kawasan Konservasi Laut Berau
Kawasan Konservasi Perairan Wilayah Pesisir Dan
Bontang
Laut Kota Bontang
21 Provinsi Kalimantan Utara
- Kawasan Konservasi Flora dan Fauna Pulau
Sinilak
Nunukan
- Kawasan Konservasi Perairan Daerah di desa
setabu kec. Sebatik barat
22 Provinsi Sulawesi Utara
Kawasan Konservasi Laut Daerah Kab. Minahasa
Minahasa Selatan
Selatan
Kawasan konservasi wilayah pesisir dan pulau-
Kota Bitung
pulau kecil kota bitung
Kawasan Taman Wisata Perairan Kab Minahasa
Minahasa Utara
Utara
23 Provinsi Gorontalo
Bone Bolango Kawasan Konservasi Laut Daerah Desa Olele
Boalemo Kawasan Konservasi Perairan Daerah Boalemo
No Kabupaten/Kota Nama Kawasan
24 Provinsi Sulawesi Tengah
Kawasan Konservasi Laut Daerah Banggai
Banggai Kep.
Kepulauan
Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten
Banggai
Banggai
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Teluk
Parigi Moutong
Tomini
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kab
Morowali
Morowali
Taaman Wisata Perairan Libutan Sibitolu, Kab
Toli-toli
Toli-Toli
25 Provinsi Sulawesi Barat
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Wilayah
Majene
Pesisir Di Kabupaten Majene
Kawasan Konservasi Perairan / Pesisir dan Pulau-
Polewali Mandar
pulau Kecil Kabupaten Polewali Mandar
26 Provinsi Sulawesi Selatan
Pangkajene Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten
Kepulauan Pangkajene dan Kepulauan
Kawasan Konservasi Laut Daerah kab. Kepulauan
Selayar
Selayar
Luwu Utara Kawasan Konservasi Laut Kabupaten Luwu Utara
Kawasan Konservasi wilayah pesisir dan Pulau-
Barru
pulau kecil Kab Barru
27 Provinsi Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara (Kota Kendari, Kabupaten
Konawe, dan Kab. Konawe Selatan)
Kawasan Wisata Laut Selat Tiworo dan Pulau-
Muna
pulau sekitarnya
Buton Kawasan Konservasi Laut Daerah Buton
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten
Bombana
Bombana
Kolaka Suaka Perikanan Kabupaten Kolaka
Konawe Suaka Perikanan Kabupaten Konawe

28 Provinsi Maluku Utara


Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kepulauan
Halmahera Selatan Guraici dan Laut Sekitarnya di Kab. Halmahera
Selatan
Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kab.
Pulau Morotai
Pulau Morotai
Seram Bagian Kawasan Konservasi Perairan Kab Seram Bagian
Timur Timur
Halmahera Tengah Suaka Pulau Kecil Kabupaten Halmahera Tengah
Kota Tidore Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Tidore
Kepulauan Kelpulauan
29 Provinsi Maluku
Kawasan Konservasi Perairan Kab Maluku
Maluku Tenggara
Tenggara
30 Provinsi Papua Barat
Sorong Kawasan Konservasi Laut Daerah Sorong (
Raja ampat Kawasan Konservasi Laut Raja Ampat
No Kabupaten/Kota Nama Kawasan
Kaimana Kawasan Konservasi Laut Kaimana
31 Provinsi Papua
Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Biak
Biak Numfor
Numfor

Persyaratan Umum Penyediaan sarana dan prasarana kawasan


konservasi perairan:
a. Kegiatan ini hanya dapat dilaksanakan di kawasan konservasi yang
telah ditetapkan melalui pencadangan kawasan oleh pemerintah
daerah;
b. Mudah aksesibilitasnya serta mudah berkoordinasi dengan instansi
teknis lainnya di daerah;
c. Lokasi pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang
kabupaten/kota yang telah disusun sebelumnya;
d. Dibangun di atas tanah milik pemerintah daerah kabupaten/kota
yang bersangkutan atau tanah hibah yang sudah jelas statusnya
dan ditetapkan melalui Berita Acara.
Penyediaan sarana dan prasarana kawasan konservasi terdiri dari
gedung dan bangunan, sarana peralatan dan mesin serta sarana
pendukung lainnya untuk pengelolaan kawasan.
1) Gedung dan bangunan merupakan prasarana untuk pengelolaan
kawasan konservasi terdiri dari kantor pengelola, mini lab, pusat
informasi, pintu gerbang, sarana pemeliharaan dan atau
pengembangbiakan biota langka, pondok jaga, pos jaga, gazebo,
Multipurpose Floating Shelter (MPS), pos retribusi, pagar dan
tembok, serta penunjang lainnya (MCK, saluran air, talud, dan
rehabilitasi ekosistem).
1. Pengertian
Gedung dan bangunan merupakan prasarana untuk
pengelolaan kawasan konservasi terdiri dari kantor pengelola,
mini lab, pusat informasi, pintu gerbang, sarana pemeliharaan
dan atau pengembangbiakan biota langka, pondok jaga, pos
jaga, gazebo, Multipurpose Floating Shelter (MPS), pos retribusi,
pagar dan tembok, serta bangunan penunjang lainnya (MCK,
saluran air, dan talud).
2. Persyaratan dan Spesifikasi Teknis
1) Kantor pengelola:
a) Bangunan kantor pengelola bernuansa lingkungan dan
menyesuaikan dengan budaya lokal;
b) Bahan bangunan diutamakan terbuat dari bahan yang
cukup kuat sesuai dengan kondisi alam serta mudah
didapat di pasaran lokal;
c) bangunan: pasangan batu/bata, atau rangka dan dinding
kayu;
d) lantai: keramik, tegel atau bahan lokal; dan
e) atap: genting, atau bahan lokal (rumbia, daun palem,
ijuk).
2) Mini-Lab Kawasan Konservasi
a) Laboratorium mini yang digunakan untuk mendukung
kepentingan pengelolaan kawasan konservasi;
b) Dapat digunakan untuk riset mikro dalam rangka
monitoring rutin sumberdaya seperti pemantauan
kualitas air, penelitian substrat dan sebagainya;
c) Mini lab ditempatkan lingkungan kantor pengelola
dengan mempertimbangkan aksesabilitas, kepentingan
riset dan sebagainya;
d) Desain pembangunan Mini-Lab disesuaikan dengan
kebutuhan dan harus terbuat dari bahan ramah
lingkungan.
3) Pusat informasi:
a) Ruang dan desain interior pusat informasi ditata
sedemikian rupa agar menarik pengunjung;
b) Bangunan pusat informasi diharapkan bernuansa alami
sesuai dengan budaya lokal;
c) Jumlah ruang pada pusat informasi disesuaikan dengan
kebutuhan, seperti adanya ruang kerja penanggung
jawab dan ruang kerja staf (pemandu wisata dan lain-
lain), ruang audiovisual, ruang display/ruang informasi,
dan kamar mandi/toilet, gudang dan ruang-ruang lain
yang dianggap penting; dan
d) Material bangunan diharapkan mengurangi konstruksi
beton dan memaksimalkan material alami dengan
konstruksi bangunan sesuai budaya setempat, serta
dengan tetap mengedepankan aspek pelestarian
lingkungan.
4) Pintu gerbang:
a) Pintu gerbang dituliskan ”SELAMAT DATANG” dengan
”nama kawasan konservasi” dan dilengkapi logo Pemda
dalam gaya arsitektur lokal, dan bila perlu dilengkapi
dengan bahasa Inggris;
b) Spesifikasi pintu gerbang didominasi bahan-bahan alami
lokal yang mudah didapat di daerah dimana kawasan
konservasi berada;
c) Ukuran pintu gerbang disesuaikan dengan lokasi dan
kondisi lingkungan setempat, dengan
mempertimbangkan sarana transportasi yang banyak
dipergunakan para pengunjung;
d) Pintu gerbang yang dibangun menghadap jalan raya agar
memperhitungkan tinggi dan lebar kendaraan yang
diijinkan masuk melewati jalan tersebut, sedangkan
pintu gerbang dibangun jauh dari jalan raya cukup
disesuaikan dengan kondisi di lapangan;
e) Rangka bangunan menggunakan material yang kuat
untuk menopang konstruksi bangunan pintu gerbang,
dengan mengutamakan material yang mudah didapat,
dan tetap memperhatikan gaya arsitektur lokal; dan
f) Pemilihan lokasi untuk pembangunan pintu gerbang
dapat ditempatkan di tepi jalan raya, atau tempat lain
yang mempunyai aksesbilitas langsung dan berfungsi
sebagai pintu masuk menuju kawasan (contoh: di
dermaga penyeberangan menuju ke kawasan konservasi
perairan).

Gambar 3. Contoh Gerbang Kawasan Konservasi


5) Sarana pemeliharaan dan atau pengembangbiakan biota
langka:
a) Merupakan fasilitas pemeliharaan sementara dan atau
pengembangbiakan biota langka seperti penyu, kima dan
biota air lainnya yang berkatagori langka dan dilindungi
berdasarkan undang-undang dan perlu dilestarikan;
b) Berfungsi selain untuk pelestarian biota air langka juga
sebagai wahana wisata pendidikan;
c) Didesain sedemikian rupa untuk mendukung siklus
hidup buatan bagi biota air langka yang akan dipelihara
sementara dan atau dikembangbiakan, sehingga
memungkinkan biota air dimaksud dapat hidup dan
dilestarikan;
d) Layout ruang pusat pemeliharaan dan atau
pengembangbiakan disesuaikan dengan kebutuhan
seperti ruang kerja, kamar mandi, toilet, tempat
penangkaran dan ruang lainnya yang masih dianggap
perlu untuk keperluan pemeliharaan dan atau
pengembangbiakan;
e) Bahan bangunan yang digunakan diupayakan yang
ramah lingkungan dan meminimalkan korosi/karat;
f) Diupayakan jauh dari keramaian untuk menjaga agar
perkembangbiakan biota langka dapat berjalan dengan
lancar sebagaimana terjadi secara alamiah;
g) Tempat pembangunan sarana juga harus mudah diakses
untuk kelancaran proses pengawasan pengelola;
h) Sarana pemeliharaan dan/atau pengembangbiakan biota
langka dapat dilengkapi dengan alat pemantau kualitas
air; dan
i) Sarana pemeliharaan dan/atau pengembangbiakan biota
langka ini dapat dilakukan pada kabupaten/kota yang di
kawasannya rawan ditemukan biota laut langka
terdampar.tempat pembangunan sarana juga harus
mudah untuk dijangkau demi kelancaran proses
pengawasan dan pergantian pegawai antara waktu.
6) Pondok jaga:
a) Berfungsi sebagai tempat petugas melakukan
pengawasan dan pengendalian kawasan;
b) Dalam rangka pengawasan dan pengendalian tersebut,
petugas dimungkinkan tinggal lebih lama di pondok jaga;
c) Desain sedemikian rupa sesuai fungsinya sebagai tempat
tinggal sementara petugas dalam rangka pengawasan
dan pengendallian, sehingga ruang di pondok jaga
minimal terdiri dari ruang kerja merangkap ruang tamu,
ruang komunikasi, kamar tidur, dan kamar mandi/toilet;
d) Ukuran disesuaikan ketersediaan lahan, dengan gaya
arsitektur budaya lokal dengan mengedepankan aspek
lingkungan sehingga kesan nuansa alami lebih dominan,
dengan konstruksi bangunan diupayakan
mengedepankan aspek lingkungan seperti bangunan
panggung;
e) Meminimalkan bangunan beton (model panggung)
mengutamakan bahan kayu atau bahan alami lainnya
yang mudah didapat di daerah tersebut; dan
f) Dibangun di zona sesuai peruntukannya dan/atau di
lokasi yang terbuka dengan jarak yang relatif dekat dari
pantai, sehingga pengawas dapat mengamati kegiatan
yang ada di kawasan konservasi perairan.
Gambar 4. Contoh Bangunan Pondok Jaga

Gambar 5. Contoh Sketsa Pondok Jaga

7) Pos jaga:
a) Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai pos
pengamanan kelompok penjaga/pengawas yang terletak
di dalam kawasan konservasi dan dibangun hanya untuk
tempat berlindung kelompok penjaga/pengawas untuk
beberapa saat;
b) Konstruksi bangunan didesain sesederhana mungkin dan
menyesuaikan dengan budaya lokal dengan dominasi
bahan yang alami namun cukup kuat untuk menghadapi
kondisi lapangan, sehingga fungsi pengawasan dapat
optimal;
c) Konstruksi bangunan dapat berupa bangunan panggung
dengan mengedepankan aspek lingkungan serta
optimalisasi fungsi sebagai tempat pengawasan;
d) Material bangunan pos jaga diupayakan berupa bahan
alami yang kuat dan tidak mempergunakan batu karang;
e) Dibangun di zona sesuai peruntukannya dan/atau di
lokasi yang sensitif terhadap pelanggaran, sehingga
memudahkan petugas mengamati kegiatan yang ada di
kawasan konservasi tersebut; dan
f) Pos jaga dapat dilengkapi dengan toilet dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan, lokasi dan

disesuaikan dengan kebutuhan.

Gambar 6. Contoh Sketsa Pos Jaga

8) Gazebo:
a) Lokasi gazebo harus sesuai dengan peruntukan yang
teruang dalam dokumen rencana pengelolaan dan zonasi
kawasan;
b) Berfungsi sebagai tempat berlindung, tempat beristirahat
sementara serta tempat pengunjung menikmati
pemandangan yang ada di kawasan;
c) Konstruksi gazebo didominasi dari bahan alami yang
mudah didapat disekitar lokasi dengan arsitek gaya lokal.
Kalaupun diperlukan konstruksi semen diupayakan
mengedepankan konstruksi/relief alam sehingga timbul
kesan alami;
d) Material gazebo sebaiknya didominasi dari kayu dengan
atap terbuat dari bahan ramah lingkungan, seperti
rumbai daun kelapa, ijuk dan/atau jenis atap lainnya
dengan desain arsitektur lokal;
e) Gazebo harus diberi label/tulisan keterangan, misalnya
berupa papan informasi sederhana yang sedikitnya
bertuliskan “Gazebo Kawasan Konservasi......”

Gambar 7. Contoh Sketsa dan Bangunan

9) Multipurpose Floating Shelter (MPS)


a) Merupakan Shelter apung dalam kawasan konservasi
yang lokasinya ditempatkan di wilayah perairan sesuai
zonasi yang telah ditetapkan;
b) MPS ini bisa digunakan untuk berbagai tujuan seperti
persinggahan/tempat istirahat sementara petugas
monitoring kawasan, tempat singgah sementara
pengunjung, sekaligus dapat digunakan pula untuk
sarana budidaya ramah lingkungan (KJA), dan floating
jetty;
c) Penempatan dan jumlah MPS harus mempertimbangkan
fungsi, zonasi, stabilitasshelter dan aksesabilitas;
d) Desain MPS bisa disesuaikan dengan kebutuhan dengan
menggunakan bahan ramah lingkungan yang tidak
bersifat korosif.

Gambar 8. Ilustrasi Multipurpose floating shelter (MPS)


10) Pos retribusi:
a) Berfungsi sebagai pos penarikan dana retribusi sebagai
pemberian izin untuk memasuki kawasan konservasi,
yang diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota
setempat;
b) Konstruksi bangunan didesain sesederhana mungkin dan
menyesuaikan dengan budaya lokal dengan dominasi
bahan yang alami namun cukup kuat untuk menghadapi
kondisi lapangan, sehingga fungsi pos retribusi dapat
optimal;
c) Secara teknis konstruksi bangunan pos retribusi terdiri
atas ruang jaga;
d) Konstruksi bangunan dapat berupa bangunan panggung
dengan mengedepankan aspek lingkungan serta
optimalisasi fungsi;
e) Material bangunan pos retribusi bisa berupa bahan yang
terbuat alamiah/ramah lingkungan.
f) Dibangun di zona sesuai peruntukannya dan/atau di
jalan masuk lokasi, sehingga memudahkan petugas
melaksanakan tugas.
g) Pos diberi harus diberi label/tulisan keterangan,
misalnya berupa papan informasi sederhana yang
sedikitnya bertuliskan “Pos Retribusi Kawasan
Konservasi …..”
11) Pagar
a) Pagar mengelilingi suatu gedung/bangunan seperti
kantor pengelola, pusat informasi, dan instalasi
pemeliharaan dan/atau pengembangbiakan biota langka;
b) Pagar dibangun dengan menggunakan bahan yang
memungkinkan untuk bertahan terhadap pergantian
cuaca, kokoh terhadap guncangan, dan mampu menahan
tumbukan.
12) Pendukung Lainnya
a) MCK, tidak dibangun di kawasan sempadan pantai;
desain dan bahan bangunan harus disesuaikan
kebutuhan dan ramah lingkungan; dan dilengkapi
dengan sarana air bersih berikut alat pendukungnya
seperti ember, bak air dan sebagainya.
b) Saluran air/drainase berfungsi mengalirkan air
permukaan ke badan air dan atau ke bangunan resapan
air; danjenis konstruksi drainase dapat terbuat dari
pasangan batu kali, batu kosok, batu kali berusuk beton,
cermaton (cerucuk matras beton), bronjong kawat, dan
berbagai jenis tersebut dapat dikombinasikan dengan
tiang pancang beton bertulang.
c) Talud merupakan lereng/dinding penyangga, berfungsi
untuk memperkuat suatu saluran di sungai maupun di
pantai, sehingga bangunan saluran tersebut dapat
bertahan dari proses erosi dan atau abrasi; dan jenis
konstruksi talud dapat terbuat dari bahan-bahan sesuai
kebutuhan misalnya pasangan batu kali, batu kosok,
batu kali berusuk beton, cermaton (cerucuk matras
beton), bronjong kawat, dan berbagai jenis tersebut dapat
dikombinasikan dengan tiang pancang beton bertulang.
d) Rehabillitasi ekosistem:
1) Merupakan fasilitas kegiatan rehabilitasi habitat ikan
(misalnya: habitat peneluran penyu);
2) Berfungsi untuk pelestarian ekosistem dan biota di
kawasan konservasi perairan;
3) Didesain sedemikian rupa sehingga mendukung
keberlangsungan sumberdaya ikan dan ekosistem;
4) Lokasi rehabilitasi disesuaikan dengan zonasi di suatu
kawasan konservasi perairan;
5) Bahan yang digunakan diupayakan yang ramah
lingkungan; dan
6) Lokasi fasilitas kegiatan rehabilitasi ekosistem harus
sesuai dengan rencana pengelolaan kawasan dan
mudah dijangkau untuk kelancaran proses
pengawasan.
B. Penyediaan Sarana dan Prasarana Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Penyediaan sarana dan prasaran pesisir dan pulau-pulau kecil
mencakup penyediaan prasarana tambat kapal/perahu.
1) Tambat kapal/perahu adalah tambat yang dibangun di pulau-pulau
kecil yang belum ada tambatan kapal/perahu setelah mendapat
rekomendasi dari kantor pelabuhan/administrasi pelabuhan terdekat
untuk keselamatan pelayaran.
1. Pengertian
Tambat kapal/perahu adalah tambat yang dibangun di pulau-
pulau kecil yang belum ada tambatan kapal/perahu setelah
mendapat rekomendasi dari kantor pelabuhan/administrasi
pelabuhan terdekat untuk keselamatan pelayaran.
2. Persyaratan Umum
1) Dibangun setelah mendapat rekomendasi dari kantor
pelabuhan/administrasi pelabuhan terdekat untuk
keselamatan pelayaran;
2) Pulau kecil berpenduduk.
3. Persyaratan teknis
1) Material pasangan batu kali (apabila diperlukan):
a) Campuran pengikat yang digunakan 1:4;
b) Kemiringan/slope maksimal 45o.
2) Material utama kayu:
a) Kayu yang digunakan kayu ulin, besi, gelam, merbau atau kayu
lokal yang mempunyai kekuatan setara, tetapi jika tidak
mempunyai kekuatan setara harus mendapat perlakuan
khusus;
b) Tiang utama beton atau kayu tanpa sambungan, tetapi apabila
tidak tersedia kayu yang panjang maka sambungan kayu harus
berada di bawah dasar laut (sea bed), dengan panjang minimal
setengah dari bagian yang tertanam di dalam laut.
3) Perlengkapan tambatan kapal terdiri dari daprah, boulder
kayu dan tangga. Pada lokasi yang memiliki beda pasut lebih
besar dari 2,5 m harus dibuat daprah khusus, sedang pada
pasut yang kurang dari 2,5 m posisi daprah dibuat flang
daprah di dermaga;
4. Spesifikasi teknis
1) Bentuk dan ukuran tambatan kapal/perahu;
Bentuk dan ukuran tambatan disesuaikan dengan pasang
surut dan kedalaman serta draft kapal dengan tipe tambatan
kapal:
a) Tipe marginal, dibuat sejajar garis pantai tanpa terestle karena
kedalaman perairan di muka daratan telah mencukupi;
b) Tipe finger dibuat tegak lurus pantai untuk dapat disandari di
dua sisinya (pakai atau tidak pakai terestle);
c) Tipe T dan L, dibuat dengan menggunakan terestle
karenakedalaman perairan yang sesuai dengan draft kapal jauh
dari pantai dengan panjang, lebar dan kedalaman tambatan
kapal ditentukan berdasarkan hasil survey kedatangan kapal
(perahu) yaitu survey asal dan tujuan pada kapal (perahu)
yang mungkin berlabuh dan bertambat di lokasi dimaksud.
Perhitungan panjang tambatan kapal/perahu:
Panjang tambatan kapal = n (1,1 L)
n = jumlah kapal (perahu)
L = panjang perahu.
Tabel 3. Contoh Spesifikasi Tambatan Kapal
No Jenis Pekerjaan Bahan/Material/Keterangan
1 Konstruksi tiang - Beton ukuran 30 s/d 40x30 s/d 40 cm,
tanpa sambungan dan menggunakan besi
beton ulir ukuran minimal 19 mm dan
campuran 1:2:3
- Kayu ukuran 10 s/d 20x10 s/d 20 cm
tanpa sambungan
- Jarak antara tiang satu dengan tiang
yang lain dipasang pengaku yang terbuat
dari beton atau kayu
2 Tiang pengaku - Beton dengan ukuran minimal 15/20 cm
dengan menggunakan besi beton ulir
ukuran minimal 16 mm dengan
campuran 1:2:3
- Kayu dengan ukuran minimal 10/12 cm
3 Lantai dermaga Papan Ukuran minimal 3/20 cm
4 Bout dan paku Galvanize
5 Panjang dermaga Disesuaikan dengan besarnya pasang
surut dan kondisi lokasi
6 Lebar dermaga 1,5 m
2) Kedalaman kolam pelabuhan:
a) Kedalaman dari dasar kolam ditetapkan berdasarkan
sarat maksimum (maksimum draft) kapal yang bertambat
ditambah dengan jarak aman (clearance) sebesar (0,8 –
1,0 m ) di bawah lunas kapal, dihitung dari MLWS:
(1) Titik nol lantai tambatan kapal diambil berdasarkan
referensi tabel pasang surut yang ada di pelabuhan
terdekat (Tabel DISHIDROS), dengan angka keamanan
+70 cm di atas pasang;
(2) Apabila referensi data pasang surut yang diambil dari
pelabuhan terdekat, ternyata jarak lokasi yang
dimaksud dengan pelabuhan referensi masih tidak
signifikan, maka dalam rangka akurasi data pasang
surut disarankan untuk dibuat data pasang surut di
lokasi yang direncanakan.

IV. PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA PENGAWASAN SUMBER DAYA


KELAUTAN DAN PERIKANAN

Pengadaan sarana dan prasarana pengawasan sumber daya kelautan dan


perikanan terdiri dari:
A. Pengadaan speedboat pengawasan SDKP;
B. Pengadaan garasi [steiger] speedboat pengawasan SDKP
C. Pengadaan bangunan pengawasan SDKP;
D. Pengadaan perlengkapan Kelompok Masyarakat Pengawas [POKMASWAS].
A. Pengadaan Speedboat Pengawasan SDKP.
1. Pengertian
Speedboat pengawasan SDKP adalah kapal pengawas ukuran kecil
yang dirancang dan diberi tanda-tanda khusus sebagai kapal patroli
cepat dengan olah gerak maupun manuveurability dan stability yang
prima untuk berbagai kegiatan patroli dalam rangka pengawasan
pemanfaatan SDKP di laut yang memerlukan kecepatan tinggi
sesuai dengan ketentuan kelayakan di laut.
2. Menu Pengadaan
Menu pengadaan speedboat pengawasan SDKP terdiri dari:
a. pengadaan speedboat pengawasan SDKP lengkap (body, mesin,
peralatan dan perlengkapan standar);
b. Pengadaan peralatan dan perlengkapan standar (navigasi,
komunikasi, keselamatan, tambat labuh, lampu dan perkakas)
c. Pengadaan suku cadang dan mesin speedboat pengawasan
SDKP yang telah diadakan sebelumnya/terjadi kerusakan, agar
speedboat pengawasan SDKP dapat dioperasionalkan kembali.
3. Persyaratan Umum
Pengadaan speedboat pengawasan SDKP harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Memiliki wilayah laut dan/atau perairan umum (danau dan
sungai) yang potensial dalam pemanfaatan sumber daya
kelautan dan perikanan.
b. Merupakan daerah rawan pelanggaran dalam pemanfaatan
sumber daya kelautan dan perikanan serta wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil.
4. Persyaratan Khusus
a. Mampu menyiapkan dana operasional dan pemeliharaan setiap
tahunnya, termasuk perawatan rutin dan periodik;
b. Mempunyai personel yang bertugas mengoperasikan, menjaga,
dan merawat speedboat pengawasan SDKP dan mempunyai
kemampuan dan keahlian di bidang masing-masing.
Diprioritaskan bagi daerah yang telah tersedia SDM Pengawasan
SDKP antara lain:
1) Pengawas Perikanan;
2) Polsus PWP3K; atau
3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perikanan)
pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/UPTD
Pengawasan SDKP.
c. Khusus untuk perlengkapan/suku cadang speedboat
pengawasan dipersyaratkan bagi daerah yang telah memiliki
speedboat pengawasan SDKP, namun belum tersedia
perlengkapan/suku cadang atau dalam kondisi rusak yang
memerlukan penggantian.
5. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis pengadaan speedboat pengawasan SDKP
memenuhi kriteria teknis sebagai berikut:
a. Bahan/material speedboat
pengawasan SDKP
1) Speedboat dengan bahan FRP (Fibre Reinforced Plastic),
bahan perekat yang di pakai adalah resin polyester
untuk marine yang umum digunakan untuk
pembuatan kapal, dikombinasikan dengan lapisan
Chopped Strand Mat (CSM), yang dikombinasikan dengan
kain Glass Fibre Multiaxial/ Multiaxial Fabric (generasi ke-
tiga dari WR).
2) Speedboat dengan bahan alumunium, plat alumunium yang
di pakai untuk pembangunan speedboat alumunium
adalah plat marine use dengan standard ASTM 5083
dengan tingkat kekuatan konstruksi speedboat, kecepatan,
stabilitas, manuveurability, daya jelajah dan tingkat
ketahanan/keawetan yang memadai sesuai kebutuhan dan
kondisi daerah pelayaran setempat.
b. Mesin penggerak
Mesin penggerak untuk speedboat pengawasan SDKP, besar
(ukuran /kapasitas) dan jenisnya (outboard/inboard)
menyesuaikan dengan material/bahan body dan ukuran
speedboat, sehingga dapat memenuhi kecepatan yang memadai
sebagai speedboat Pengawasan SDKP.
c. Alat navigasi dan
komunikasi
1) Alat navigasi sekurang-kurangnya mampu untuk
menentukan arah, posisi, serta kedalaman laut yang
meliputi: kompas, GPS map dengan depth sounder,
clinometer, Peta Perairan Indonesia (sesuai wilayah
pengawasan).
2) Alat komunikasi yang dapat digunakan untuk
berkomunikasi dengan pihak lain baik secara langsung
dengan menggunakan suara (radio komunikasi, horn,
sirine, dsb) maupun tidak langsung dengan menggunakan
isyarat (bendera). Alat komunikasi sebagai kelengkapan
dari speedboat pengawasan terdiri dari: sirine, horn,
megaphone, VHF marine (DCS berdasar International
Maritime Organization), SSB radio, handy talky, bendera
Merah Putih, serta bendera isyarat.
d. Sistem penerangan
Sistem penerangan yang digunakan dalam speedboat terdiri
dari: lampu cabin, lampu navigasi (merah + hijau), lampu
sorot (halogen) dan lampu putar (lampu sirine) sesuai
standar kapal pengawas.
e. Peralatan keselamatan
Speedboat harus dilengkapi peralatan keselamatan sesuai
standar yang berlaku, antara lain life jacket, pemadam
kebakaran portable, pelampung, kotak P3K, dll.
f. Tanda-tanda speedboat
pengawasan SDKP
Tanda-tanda speedboat pengawasan SDKP adalah sesuatu
yang menunjukan identitas atau ciri khusus speedboat
pengawas yang meliputi:
1) Logo Kementerian Kelautan dan Perikanan ditempatkan
pada bagian luar kanan dan logo Pemerintah Provinsi di kiri
dinding anjungan.
2) Nama kapal diambil dari nama jenis ikan, yang memiliki
makna; kewibawaan, kekuatan dan ketangguhan. Nama
Kapal Pengawas Perikanan ditulis dengan huruf kapital
jenis arial, ditempatkan pada dinding luar lambung kanan
dan kiri buritan kapal, dengan cat warna putih, dengan
ketentuan:
 Nama kapal ditulis pada buritan di bawah garis geladak
utama dengan jarak 1/10 tinggi permukaan bebas kapal;
 Tinggi huruf berukuran minimum 1/20 tinggi permukaan
bebas kapal dan maksimum 1/8 tinggi permukaan bebas
kapal, disesuaikan dengan besarnya kapal serta
keindahan/ estetika.
3) Strip Speedboat Pengawasan SDKP berbentuk dua garis
miring sejajar berwarna kuning tua dan putih. Strip Kapal
Pengawas Perikanan ditempatkan di lambung kanan dan
kiri di bagian haluan dengan kemiringan 60° kearah
haluan, dimulai dari garis air ke atas.
g. Warna speedboat
pengawasan SDKP diatur sebagai berikut:
1) Dinding bangunan bagian luar di atas geladak berwarna
putih;
2) Dinding lambung bagian luar kapal di atas garis air
berwarna biru tua;
3) Dinding lambung bagian luar kapal di bawah garis air
atau bot-top area berwarna merah tua sesuai warna cat
anti–fouling;
4) Lantai geladak berwarna abu-abu.
h. Tanda fungsi speedboat
pengawasan SDKP
Merupakan tanda pengenal dalam melakukan pengawasan dan
penegakan hukum bidang kelautan dan perikanan, berbentuk
tulisan “SPEEDBOAT PENGAWASAN SDKP”.
Tanda fungsi ini ditempatkan pada dinding luar anjungan
kanan dan kiri kapal ditulis dengan huruf kapital jenis arial
warna kuning tua pada papan dengan dasar warna biru
tua, serta besar tulisan disesuaikan dengan luas dasar
papan. Ukuran papan disesuaikan dengan panjang geladak
paling atas dan dipasang membujur geladak.
6. Spesifikasi Teknis
Pengadaan speedboat pengawasan SDKP yang ditetapkan sebagai
berikut:
a. Spesifikasi Teknis Speedboat pengawasan SDKP Ukuran
+12 m (Speedboat Tipe Napoleon) memiliki panjang + 12 m
dengan menggunakan mesin Outboard atau Inboard.
Ukuran Utama Speedboat Tipe Napoleon
 Panjang : 12 meter
 Daya Mesin : 2 x 200 - 250 HP
Outboard/Inboard
 Penumpang : 10-12 orang
 Desain Kecepatan : 20 – 30 Knot
 Endurance : 7 jam
 SeaState 4

a. Konstruksi
Konstruksi kapal yang akan dibangun mengikuti peraturan
klasifikasi dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) Fiberglass
1996 atau alumunium walaupun konstruksi kapal tidak di-
klas- kan.Konstruksi speedboat pengawasan SDKP terdiri
dari:
a) Speedboat Pengawasan SDKP 12 meter dengan
bahan konstruksi FRP (Fibre Reinforced Plastic); dan
b) Speedboat Pengawasan SDKP 12 meter dengan
bahan konstruksi Alumunium.
b. Permesinan
1) Umum
Tenaga penggerak speedboat pengawasan SDKP
ukuran 12 meter terdiri dari 2 (dua) Outboard Marine
Engine atau menggunakan Inboard Marine Engine,
dengan besar Daya yang cukup untuk melakukan
pengawasan dan pengejaran dibuktikan dengan
perhitungan speed power prediction yang ditunjukkan
dengan grafik dan perhitungan. Pemeliharaan dan
perawatan mesin disediakan peralatan sesuai dengan
standar pembuat mesin dan dilengkapi dengan:
(1) Specials tools untuk mesin
(2) Box tool kits (obeng, kunci pas, tang, kunci ring,
kunci L dll) 1 set
(3) Manual book, manual installation dari mesin tersebut.
2) Sistem kontrol
Mesin penggerak dikendalikan oleh throttle yang
dihubungkan oleh flexible cablesesuai dengan standar
dari pabrik pembuat mesin itu sendiri, keduanya
diletakkan pada dashboard di ruang kemudi yang
dilengkap indikator bahan bakar, RPM indicator,
temperature indicator, dll sesuai standar. Untuk
speedboat pengawasan yang menggunakan inboard
enginestern drive, sistem kontrol harus menyesuaikan
dengan pabrik pembuat (maker standard).

Gambar 01. Contoh Speedboat Type Napoleon (Inboard)

c. Instalasi Listrik
1) Sistem Listrik.
(1) Instalasi listrik yang terpasang menggunakan kabel
marine use, sumber listrik berasal dari 2 (dua)
buah battery 12 Volt dengan kapasitas minimal
120 AH yang ditempatkan di dalam kotak battery
yang terbuat dari marine plywood.
(2) Battery tersebut dipergunakan untuk
menghidupkan lampu-lampu navigasi, alat
komunikasi serta pompa bilga yang terpasang di
kapal.
(3) Pengisian kembali arus listrik ke battery melalui
rectifier yang terpasang pada masing-masing mesin
penggerak.
2) Switch Panel/Saklar
Aliran listrik dikendalikan melalui switch panel
yang terpasang pada dashboard yang ditempatkan pada
ruang kemudi dan dilengkapi dengan
sekering/pemutus arus dan dua sekering cadangan
untuk setiap saklar. Saklar-saklar tersebut untuk
menghidupkan lampu, alat navigasi dan pompa bilga.
3) Lampu Penerangan (termasuk lampu Navigasi)
Lampu penerangan (termasuk lampu navigasi) pada
speedboat pengawasan sekurang-kurangnya terdiri dari:
(1) 2 (dua) buah lampu cabin atau sesuai kebutuhan.
(2) 1 (satu) set Lampu-lampu navigasi (mast light, side
light, stern light).
(3) 2 (dua) buah lampu sorot atau lampu kabut
halogen dengan spesifikasi marine use.
(4) 1 (satu) buah lampu cari (search light) yang bisa di
putar dari dalam.
(5) 1 (satu) buah light bar (lampu sirine)
4) Alat alat Navigasi dan Komunikasi.
Alat-alat navigasi dan komunikasi pada speedboat
pengawasan sekurang-kurangnya terdiri dari:
(1) 1 (satu) buah Compass
(2) 1 (satu) buah Sirine/tipe Light bar
(3) 1 (satu) buah Electric Horn
(4) 1 (satu) buah loudhoulier (sirine and megaphone
type)
(5) 1 (satu) buah GPS Map include Depth Sounder
(6) 1 (satu) buah VHF radio with DSC
(7) 2 (dua) buah Handy Talky (Marine)
(8) 1 (satu) buah teropong marine use
(9) 1 (satu) set bendera isyarat/semboyan kapal
(10) 1 (satu) buah clinometer
(11) 2 (dua) buah bendera Merah Putih ukuran standar
(12) Peta perairan
(13) 1 (satu) buah Jam dinding (marine)
5) Perlengkapan Keselamatan
Perlengkapan keselamatan pada speedboat pengawasan
terdiri dari:
(1) 15 (dua belas) buah life jacket Solas Approved.
(2) 1 (satu) buah life buoy.
(3) 1 (satu) set kotak P3K.
(4) 2 (dua) buah pemadam api 5 kg.
(5) 1 (satu) paket smog signal.
(6) 1 (satu) paket red hand flare, dll.
6) Perlengkapan tambat
(1) 2 (dua) buah jangkar tangan berat sesuai
dengan ketentuan BKI
(2) 1 (satu) set tali jangkar + 12 mm, panjang
sesuai ketentuan BKI
(3) 2 (dua) set tali tambat + 12 mm, panjang sesuai
ketentuan BKI
(4) 6 buah dampra, bantalan angin berbentuk guling
ukuran F3
7) Perlengkapan lain-lain
Perlengkapan lain yang dipersyaratkan pada speedboat
pengawasan yaitu 2 Set pompa bilga portable sumersible
1000 GPH + Automatic.
b. Spesifikasi Teknis Speedboat pengawasan SDKP Ukuran
+16 m (Speedboat Tipe Albacore) memiliki panjang + 16 m
dengan menggunakan mesin Outboard Marine Engine
(4-stroke).
Ukuran utama kapal berkisar antara: (abt.)
 Panjang keseluruhan (LoA) : ± 16.00 meter
 Lebar (B) : ± 3.60 meter
 Tinggi (H) : ± 1.80 meter
 Sarat air (T) : ± 0.6 meter
 Mesin : 2 x 250 Hp (OBM 4 troke)
 Kecepatan : 25 Knot

a. Konstruksi
Konstruksi kapal yang akan dibangun mengikuti peraturan
klasifikasi dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) Fiberglass
1996 atau alumunium walaupun konstruksi kapal tidak di-
klas- kan.Konstruksi speedboat pengawasan SDKP terdiri
dari:
a) Speedboat Pengawasan SDKP 16 meter dengan
bahan konstruksi FRP (Fibre Reinforced Plastic); dan
b) Speedboat Pengawasan SDKP 16 meter dengan
bahan konstruksi Alumunium.

b. Permesinan
1) Umum
Tenaga penggerak speedboat pengawasan SDKP
ukuran 16 meter terdiri dari 2 (dua) Outboard Marine
Engine atau menggunakan Inboard Marine Engine,
dengan besar daya yang cukup untuk melakukan
pengawasan dan pengejaran dibuktikan dengan
perhitungan speed power prediction yang ditunjukkan
dengan grafik dan perhitungan.
Mesin penggerak utama terletak di buritan kapal dengan
spesifikasi jenis:
 Jumlah mesin : 2 unit, outboard marine
engine (CW dan CCW)
 Daya Mesin (Minimal): 2 x 250 HP
 Tipe Mesin : Outboard Marine Engine 4
stroke
 Starting : Electric
 Ignition : TCI Microcomputer
 Bahan bakar : Regular Unleaded (Minimum
pump octane 87)
 Sistem pendingin : Water/Thermostic control
Pemeliharaan dan perawatan mesin disediakan peralatan
sesuai dengan standar pembuat mesin dan dilengkapi
dengan:
(1) Specials tools untuk mesin
(2) Box tool kits (obeng, kunci pas, tang, kunci ring,
kunci L dll) 1 set
(3) Manual book, manual installation dari mesin
tersebut.
2) Sistem kontrol
Mesin penggerak dikendalikan oleh throttle yang
dihubungkan oleh flexible cable sesuai dengan standar
dari pabrik pembuat mesin itu sendiri, keduanya
diletakkan pada dashboard di ruang kemudi yang
dilengkap indikator bahan bakar, RPM indicator,
temperature indicator, dll sesuai standar. Untuk
speedboat pengawasan yang menggunakan inboard
enginestern drive, sistem kontrol harus menyesuaikan
dengan pabrik pembuat (maker standard).
Gambar 02. Contoh Speedboat Type Albacore (Inboard)

c. Instalasi Listrik
1) Sistem Listrik.
(1) Instalasi listrik yang terpasang menggunakan kabel
marine use, sumber listrik berasal dari 2 (dua)
buah battery 12 Volt dengan kapasitas minimal
200 AH yang ditempatkan di dalam kotak battery
yang terbuat dari marine plywood.
(2) Battery tersebut dipergunakan untuk
menghidupkan lampu-lampu navigasi, alat
komunikasi serta pompa bilga yang terpasang di
kapal.
(3) Pengisian kembali arus listrik ke battery melalui
rectifier yang terpasang pada masing-masing mesin
penggerak.
2) Switch Panel/Saklar
Aliran listrik dikendalikan melalui switch panel
yang terpasang pada dashboard yang ditempatkan pada
ruang kemudi dan dilengkapi dengan
sekering/pemutus arus dan dua sekering cadangan
untuk setiap saklar. Saklar-saklar tersebut untuk
menghidupkan lampu, alat navigasi dan pompa bilga.
3) Lampu Penerangan (termasuk lampu Navigasi)
Lampu penerangan (termasuk lampu navigasi) pada
speedboat pengawasan sekurang-kurangnya terdiri dari:
(1) 2 (dua) buah lampu cabin atau sesuai kebutuhan.
(2) 1 (satu) set Lampu-lampu navigasi (mast light, side
light, stern light).
(3) 2 (dua) buah lampu sorot atau lampu kabut
halogen dengan spesifikasi marine use.
(4) 1 (satu) buah lampu cari (search light) yang bisa di
putar dari dalam.
(5) 1 (satu) buah light bar (lampu sirine)
4) Alat alat Navigasi dan Komunikasi.
Alat-alat navigasi dan komunikasi pada speedboat
pengawasan sekurang-kurangnya terdiri dari:
(1) 1 (satu) buah Compass
(2) 1 (satu) buah Sirine/tipe Light bar
(3) 1 (satu) buah Electric Horn
(4) 1 (satu) buah loudhoulier (sirine and megaphone type)
(5) 1 (satu) buah GPS Map include Depth Sounder
(6) 1 (satu) buah VHF radio with DSC
(7) 2 (dua) buah Handy Talky (Marine)
(8) 1 (satu) buah teropong marine use
(9) 1 (satu) set bendera isyarat/semboyan kapal
(10) 1 (satu) buah clinometer
(11) 2 (dua) buah bendera Merah Putih ukuran standar
(12) Peta perairan
(13) 1 (satu) buah Jam dinding (marine)
(14) Radar 16 Nautical Mile
5) Perlengkapan Keselamatan
Perlengkapan keselamatan pada speedboat pengawasan
terdiri dari:
(1) 20 (dua puluh) buah life jacket Solas Approved.
(2) 2 (dua) buah life buoy.
(3) 1 (satu) set kotak P3K.
(4) 2 (dua) buah pemadam api 5 kg.
(5) 2 (dua) paket smog signal.
(6) 2 (dua) paket red hand flare, dll.
6) Perlengkapan tambat
(1) 2 (dua) buah jangkar tangan berat dan
rantai jangkar sesuai dengan ketentuan BKI.
(2) 1 (satu) set tali jangkar + 12 mm, panjang
sesuai ketentuan BKI.
(3) 2 (dua) set tali tambat + 12 mm, panjang sesuai
ketentuan BKI.
(4) 4 buah dampra, bantalan angin berbentuk guling
ukuran F4.
7) Perlengkapan lain-lain
Perlengkapan lain yang dipersyaratkan pada speedboat
pengawasan yaitu 3 Set pompa bilga portable sumersible
1000 GPH + Automatic.
B. Pengadaan garasi (Steiger) Speedboat Pengawasan SDKP
1. Pengertian
Garasi Steiger (tempat labuh/parkir) speedboat pengawasan
adalah bangunan khusus yang digunakan untuk menyimpan/
menempatkan speedboat pengawasan. Steiger (tempat labuh/parkir)
speedboat pengawasan diperuntukkan bagi Pemerintah Daerah
yang telah memiliki speedboat pengawasan.
2. Persyaratan Umum
a) Ketersediaan Lahan
Luas lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan garasi
(steiger) speedboat pengawasan SDKP ini disesuaikan
dengan tipe speedboat pengawasan yang dimiliki.
b) Lokasi
Penentuan lokasi pembangunan steiger speedboat
disarankan diatas perairan pantai untuk kemudahan mobilitas
speedboat pada saat dioperasionalkan. Kondisi perairan harus
tenang untuk menjaga kondisi speedboat pengawasan agar
tetap stabil pada posisinya dan tidak terbentur dengan
bangunan steiger akibat gelombang yang mungkin terjadi.
Steiger ini dapat dilengkapi dengan akses untuk proses
docking/perawatan berupa rel menuju workshop yang
berada di darat dan penyimpanan apabila speedboat
pengawasan tidak digunakan dalam waktu lama, karena akan
terhindar dari pengaruh korosi air laut.
3. Persyaratan Teknis
Steiger harus memenuhi fungsinya yaitu melindungi speedboat
pengawasan dari cuaca (hujan, sinar matahari) dan keamanan
(pencurian). Dengan adanya garasi (steiger) speedboat pengawasan,
kerusakan speedboat pengawasan akibat pengaruh lingkungan
akan kecil. Dengan demikian speedboat pengawasan akan terawat
dengan baik, tidak cepat rusak, berkarat, terlindungi sehingga
memiliki masa keawetan dalam fungsi gunanya. Garasi (steiger)
speedboat pengawasan dibagi menjadi 2 yaitu Steiger darat (dengan
railing) dan Steiger atas air (tanpa railing).
4. Spesifikasi Teknis
Struktur utama (kolom, balok, rangka atap) garasi (steiger)
speedboat pengawasan SDKP terbuat dari baja profil, beton atau
bahan lainnya dengan jenis dan ukuran sesuai desain perencanaan.
Atap menggunakan penutup zincalum atau bahan lain yang sesuai
dengan kondisi di lapangan.

Gambar 03. Contoh Denah Steiger Speedboat Pengawasan

Gambar 04. Contoh Desain Tampak Samping garasi


(steiger) Speedboat Pengawasan SDKP
Gambar 05. Contoh Gambar potongan garasi (steiger) Speedboat
pengawasan SDKP dengan railing

Gambar 06. Contoh Desain garasi (steiger) speedboat pengawasan SDKP


di atas air
Gambar 07. Contoh garasi [steiger] Speedboat pengawasan SDKP

C. Pengadaan Bangunan Pengawasan SDKP


1. Pengertian
Bangunan pengawasan SDKP adalah bangunan yang digunakan
sebagai kantor dan/atau pos pengawasan SDKP dengan fungsi
sebagai tempat untuk memfasilitasi dan melakukan aktivitas
pengawasan lainnya yang dilaksanakan oleh petugas pengawas
perikanan, Polsus PWP3K, PPNS Perikanan.
2. Persyaratan umum
Pengadaan bangunan pengawasan SDKP diperuntukan bagi
daerah dengan persyaratan/kriteria sebagai berikut:
a. Terdapat kegiatan usaha perikanan (penangkapan ikan,
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan maupun usaha
budidaya ikan), kawasan konservasi atau kegiatan
pemanfaatan sumber daya kelautan;
b. Memiliki SDM Pengawasan yaitu Pengawas Perikanan, Polsus
PWP3K, atau PPNS Perikanan pada Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi/UPTD Pengawasan SDKP;
c. Merupakan daerah rawan pelanggaran dalam pemanfaatan
sumber daya kelautan dan perikanan;
d. Terdapat unit pengawas SDKP di daerah (Satker/Pos
Pengawasan SDKP).
3. Persyaratan Teknis
a. Ketersediaan Lahan
Untuk pengadaan bangunan pengawasan harus disediakan
lahan oleh Pemerintah Daerah dengan persyaratan akses
mudah dicapai serta dekat dengan sentra kegiatan perikanan
(Pelabuhan Perikanan, Pangkalan Pendaratan Ikan, Tempat
Pelelangan Ikan, Tempat Budidaya Perikanan, Lokasi
Penangkapan Ikan, Kawasan Konservasi/Pesisir). Untuk luasan
lahan disesuaikan dengan kebutuhan bangunan yang akan
dibangun oleh Pemerintah Daerah.
b. Model dan Konstruksi Bangunan
Bangunan pengawasan SDKP dapat dibangun dengan 2
model yaitu model 1 lantai maupun 2 lantai. Dalam bangunan
tersebut sekurang-kurangnya memiliki ruangan-ruangan
sebagai berikut: Ruang Kerja (kepala dan staf, ruang pengawas),
Ruang Koordinasi (rapat, komunikasi), Gudang, Dapur/Pantry,
Kamar Mandi/WC. Untuk bangunan pengawasan SDKP terdiri
dari dua macam tipe yaitu bangunan pengawasan SDKP
Perairan Umum Darat (PUD) dan Perairan Umum Laut (PUL)
dengan kriteria:
1) Bangunan Pengawasan Perairan Umum Daratan (PUD):
a) Dibangun disekitar wilayah perairan darat (waduk,
danau, dsb) dengan luasan minimal 4 Ha;
b) Luas bangunan disesuaikan kebutuhan dan jumlah
personil, minimal 24 m2;
c) Terdiri dari ruang k e r j a / pengawas, ruang
k o o r d i n a si / komunikasi, g u d a n g , pantry dan toilet.
2) Bangunan Pengawasan Perairan Umum Laut (PUL):
a) Dibangun di sekitar wilayah perairan laut;
b) Luas bangunan disesuaikan kebutuhan dan jumlah

personil, minimal 36 m2;


c) Terdiri dari ruang k e r j a / pengawas, ruang
k o o r d i n a si / komunikasi, g u d a n g , pantry dan toilet.
c. Konstruksi bangunan terbuat dari bahan struktur beton
bertulang, dinding bata/batako, atap metal serta pada
bagian depan bangunan pengawasan dipasang papan
nama bertuliskan: Kantor/Pos Pengawasan Sumber Daya
Kelautan dan Perikanan daerah yang bersangkutan.
d. Apabila di daerah tersebut tidak terdapat/sulit material
untuk konstruksi bangunan beton bertulang, maka dapat
menggunakan material lainnya (kayu dan seng/asbes)
dengan masih mempertimbangkan fungsi bangunan
sebagai pos/kantor pengawasan.
4. Spesifikasi Teknis
Bangunan Pengawasan menggunakan material beton, baja, kayu
dan material lainnya yang sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia dan peraturan mengenai pembangunan gedung Negara.
Bangunan pengawasan memiliki ciri pada dinding dengan warna
cat biru muda dengan cat struktur biru tua, dilengkapi dengan
tiang bendera dan papan nama “Pos Pengawasan/Bangunan
Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan” disertai logo
Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Gambar 08. Contoh Denah Bangunan Pengawasan


Gambar 09. Contoh Bangunan Pengawasan 2 Lantai

Gambar 10. Contoh Bangunan Pengawasan 1 Lantai

D. Pengadaan Perlengkapan Kelompok Masyarakat Pengawas


[POKMASWAS]
1. Pengertian
Perlengkapan POKMASWAS adalah seperangkat peralatan/sarana
dan prasarana yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan
pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan yang dilakukan
oleh Kelompok Masyarakat Pengawas [POKMASWAS].
2. Persyaratan Umum
Perlengkapan POKMASWAS ini diberikan kepada POKMASWAS yang
aktif membantu pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan.
3. Persyaratan Teknis
a. Rompi, Pentungan dan Senter POKMASWAS
1) Rompi
Perlengkapan ini digunakan sebagai pengaman dan identitas
POKMASWAS. Spesifikasi teknis rompi POKMASWAS sebagai
berikut:
a) Bahan parasut;
b) Pada bagian belakang [punggung] dipasang
reflektor/scotlight ‘POKMASWAS SDKP’.

Gambar 11. Contoh Rompi POKMASWAS


2) Pentungan
Pentungan digunakan sebagai alat pengaman diri pada saat
Pengawas Perikanan melakukan operasional pengawasan
SDKP. Spesifikasi teknis pentungan sebagai berikut:
(a) Panjang : > 50 cm
(b) Bahan : Karet

Gambar 12. Contoh Pentungan


3) Senter
Alat ini digunakan untuk penerangan saat melakukan
operasional pengawasan SDKP pada malam hari. Spesifikasi
teknis sebagai berikut:
Tabel 01. Spesifikasi Senter
No Uraian Keterangan
1. Type R20
2. Panjang > 25 cm
3. Warna cahaya Putih terang
No Uraian Keterangan
Terdapat 3 mode: terang, kurang
terang/redup dan berkedip/SOS
4. Diameter > 4 cm
5. Jangkauan cahaya > 200 meter

Gambar 13. Contoh Senter


b. Handy Talky
Alat komunikasi ini dapat dibawa dan digunakan untuk
melakukan komunikasi di berbagai tempat. Alat ini digunakan
pada saat melakukan pengawasan di lapangan atau sebagai
sarana komunikasi yang diberikan kepada POKMASWAS dalam
rangka memberikan laporan tentang adanya pelanggaran dalam
pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. Jangkauan
alat ini hanya terbatas pada suatu wilayah/kawasan tertentu
sesuai dengan kapasitas alat (instrumen) serta kondisi wilayah
(datar/bergelombang).
Secara teknis alat komunikasi bergerak (handy talky/HT)
sebagai berikut :
1) Frekuensi VHF: 146-174 (5W)
2) Terdapat 16 Channel
3) Rechargeable batteries
4) 12.5/25kHz Channel Spacing
5) Scan (channel, memory)
6) Indikator visual LED
7) Vibrate Alert
Gambar 14. Contoh Alat Komunikasi Handy Talky (HT)

c. GPS [Global Positioning System]


Peralatan ini digunakan untuk menentukan lokasi [titik
koordinat] terjadinya pelanggaran di bidang kelautan dan
perikanan, terutama untuk kejadian di laut. Spesifikasi Teknis
GPS sebagai berikut:
a) Waterproof
b) battery lithium
c) Interface high speed USB
d) Base map
e) Built in Memory > 2GB
f) Accepts data card = MicroSD
g) Electronic Compass
h) Touchscreen
i) Camera
j) 2.000 waypoints
k) 200 routes
l) 10.000 track points
Gambar 15. Contoh GPS [Global Positioning System]
d. Teropong
Teropong digunakan untuk pengamatan obyek yang jauh agar
jelas terlihat. Untuk mengantisipasi pelaksanaan operasional
pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan pada malam
hari, menggunakan jenis teropong night vision. Sepesifikasi
teknis sebagai berikut:
a) Pembesaran Lensa X OBJ 10 x 50
b) Tutup Fokus ( ft / m) 20 / 6
c) Lensa Multi Coating
d) Beradaptasi terhadap Tripod
e) Eyecups Fold Down
f) Eye Relief 10
g) Sistem Fokus InstaFocus
h) Prism Glass
i) Ukuran Kelas Standar

Gambar 16. Contoh Teropong


e. Kamera digital
Kamera digunakan untuk mengambil gambar sebagai bukti
pendukung terjadinya pelanggaran sumber daya kelautan dan
perikanan. Spesifikasi teknis kamera digital seperti pada Tabel
02.
Tabel 02. Spesifikasi Kamera Digital
No Uraian Keterangan
1. Berat < 1 kg
2. Lensa > 14 MP
3. Zoom optik 5
4. Format foto JPEG
5. Format video AVI, MJPEG
6. Type Memory SD, SDHC
7. Fitur tampilan HD
8. Ukuran layar 3”

Gambar 17. Contoh Kamera Digital

f. Perahu Motor untuk POKMASWAS


1) Pengertian
Perahu motor untuk POKWASMAS adalah perahu motor
yang di peruntukkan bagi kelompok masyarakat pengawas
(POKMASWAS) sebagai penunjang kegiatan operasional di
lapangan dalam rangka membantu tugas pengawasan
sumber daya kelautan dan perikanan.
2) Persyaratan Umum
Persyaratan umum pengadaan perahu motor untuk
POKMASWAS, sebagai berikut:
a) Memiliki perairan yang potensial dalam pengelolaan
sumber daya kelautan dan perikanan;
b) Memiliki Kelompok Masyarakat Pengawas
(POKMASWAS) yang telah dikukuhkan/disahkan oleh
Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) serta aktif
dalam kegiatan operasional pengawasan sumber daya
kelautan dan perikanan;
c) Sebagai daerah rawan pelanggaran dalam pengelolaan
sumber daya kelautan dan perikanan.
3) Persyaratan Teknis
a) Bahan/material
Perahu motor untuk POKMASWAS dibuat dengan bahan
FRP (Fibre Reinforced Plastic) atau bahan yang lain yang
mudah didapatkan didaerah misalnya kayu, dsb.
Konstruksi kapal yang akan dibangun mengikuti
peraturan klasifikasi dari Biro Klasifikasi Indonesia
(BKI) Fiberglass 1996, stabilitas, manuveurability, daya
jelajah dan tingkat ketahanan/keawetan yang memadai
sesuai kebutuhan dan kondisi daerah
pelayaransetempat. Ukuran perahu motor disesuaikan
dengan kondisi daerah sesuai stabilitas perahu dan
aspek keselamatan.
b) Mesin penggerak
Mesin penggerak utama untuk perahu motor untuk
POKMASWAS, dari besar daya (ukuran/kapasitas) dan
jenis mesin penggeraknya (out-board) menyesuaikan
dengan karakteristik perairan dan kebutuhan daerah,
dan harus dapat memenuhi kecepatan yang memadai.
c) Alat navigasi dan komunikasi
Perahu motor untuk POKWASMAS dilengkapi dengan
alat navigasi sekurang-kurangnya mampu untuk
menentukan arah, posisi, serta kedalaman laut yang
meliputi: kompas, GPS Map. Alat komunikasi standar
minimal pada Perahu POKWASMAS Portable VHF
Radio/handy talky.
d) Tanda-tanda perahu motor untuk POKMASWAS
Tanda-tanda perahu motor untuk POKMASWAS adalah
sesuatu yang menunjukan identitas atau ciri khusus
Perahu motor untuk POKWASMAS meliputi:
(1) Nama Perahu diambil dari nama Pokwasmas
sendiri. Nama Perahu ditulis dengan huruf kapital
jenis arial, ditempatkan pada dinding luar lambung
kanan dan kiri buritan kapal, dengan cat warna
putih, dengan ketentuan;
(2) Nama Perahu ditulis pada buritan di bawah garis
geladak utama dengan jarak 1/10 tinggi permukaan
bebas perahu;
(3) Tinggi huruf berukuran minimum 1/20 tinggi
permukaan bebas perahu dan maksimum 1/8
tinggi permukaan bebas kapal, disesuaikan dengan
besarnya kapal serta keindahan / estetika;
(4) Strip perahu berbentuk dua garis miring sejajar
berwarna kuning tua dan putih dan ditempatkan di
lambung kanan dan kiri di bagian haluan dengan
kemiringan 60° ke arah haluan, dimulai dari garis
air ke atas;
(5) Warna Perahu motor untuk POKWASMAS:
a) Dinding bangunan bagian luar di atas geladak
berwarna putih;
b) Dinding lambung bagian luar kapal di atas garis
air berwarna biru tua;
c) Dinding lambung bagian luar kapal di bawah
garis air atau bot-top area berwarna merah tua
sesuai warna cat anti – fouling.
Gambar 18. Contoh perahu motor untuk POKMASWAS
g. Handphone SMS Gateway
Type smartphone dipergunakan sebagai alat komunikasi dalam
kegiatan operasional pengawasan sumber daya kelautan dan
perikanan oleh POKMASWAS dan sebagai sarana penyampaian
informasi kejadian pelanggaran pengelolaan sumber daya
kelautan dan perikanan dengan menggunakan sms (SMS
Gateway). Selain itu smartphone ini dilengkapi dengan kamera
untuk merekam/mendokumentasikan pelanggaran dalam
pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan.
h. Bangunan/Pos Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS)
1) Pengertian
Bangunan POKMASWAS adalah bangunan yang digunakan
sebagai tempat koordinasi dan operasional pengawasan
pengelolaan SDKP oleh POKMASWAS.
2) Persyaratan umum
Pengadaan bangunan POKMASWAS SDKP di peruntukkan
bagi daerah dengan persyaratan/kriteria sebagai berikut:
a) Terdapat kegiatan usaha perikanan (penangkapan
ikan, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan
maupun usaha budidaya ikan);
b) Memiliki kelompok POKMASWAS yang aktif dalam
kegiatan pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan
dan perikanan;
c) Merupakan daerah rawan pelanggaran dalam
pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan;

3) Persyaratan Teknis
a) Ketersediaan Lahan
Untuk pengadaan bangunan POKMASWAS harus
disediakan lahan oleh Pemerintah Daerah/POKMASWAS
dengan persyaratan akses mudah dicapai serta dekat
dengan sentra kegiatan perikanan (Pelabuhan
Perikanan, Pangkalan Pendaratan Ikan, Tempat
Pelelangan Ikan, Tempat Budidaya Perikanan, Lokasi
Penangkapan Ikan atau kegiatan pengelolaan sumber
daya kelautan dan perikanan). Untuk luasan lahan
disesuaikan dengan kebutuhan bangunan yang akan
dibangun.
b) Model dan Konstruksi Bangunan
Bangunan pengawasan SDKP dapat dibangun
dengan model 1 lantai atau model panggung
tergantung kondisi di daerah. Dalam bangunan tersebut
sekurang-kurangnya memiliki ruangan-ruangan sebagai
berikut: Ruang Koordinasi/ Rapat/Pertemuan,
Dapur/Pantry, dan Kamar Mandi/WC. Luas bangunan
menyesuaikan kondisi POKMASWAS di daerah, minimal
20 meter persegi.
c) Konstruksi bangunan terbuat dari bahan struktur beton
bertulang, dinding bata/batako, atap metal serta pada
bagian depan bangunan dipasang papan nama
bertuliskan: POS POKMASWAS Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan daerah yang bersangkutan.
d) Apabila di daerah tersebut tidak terdapat/sulit material
untuk konstruksi bangunan beton bertulang, maka dapat
menggunakan material lainnya (kayu dan seng/asbes)
dengan mempertimbangkan fungsi bangunan
POKMASWAS;
4) Spesifikasi Teknis
Bangunan POKMASWAS SDKP menggunakan material
beton, baja, kayu dan material lainnya yang sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia dan peraturan
mengenai pembangunan gedung Negara. Bangunan
POKMASWAS memiliki ciri pada dinding dengan warna
cat biru muda dengan cat struktur biru tua, dilengkapi
dengan tiang bendera dan papan nama “POS
POKMASWAS SDKP” disertai logo Kementerian Kelautan
dan Perikanan.

Gambar 19. Contoh denah dan tampak bangunan POKMASWAS

Format Surat Pernyataan Kesiapan Menyediakan Biaya Operasional dan pemeliharaan


serta penempatan personel yang bertugas pada Speedboat Pengawasan SDKP

KOP DINAS PROVINSI

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : [diisi Kepala Dinas Provinsi]
NIP : [diisi NIP Kepala Dinas Provinsi]
Pangkat / golongan ruang : [diisi pangkat/golongan ruang Kepala Dinas Provinsi]
Jabatan : [diisi Jabatan Kepala Dinas Provinsi]
Unit Kerja : [diisi unit kerja Kepala Dinas Provinsi]

Menyatakan bahwa [diisi Dinas Provinsi] sanggup :


1. Menyediakan biaya operasional dan pemeliharaan, termasuk perawatan rutin dan
periodik speedboat pengawasan SDKP setiap tahun;
2. menempatkan personel yang bertugas mengoperasikan, menjaga, dan merawat
speedboat pengawasan SDKP dan mempunyai kemampuan dan keahlian di
bidang masing – masing.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan sebenar -
benarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

[ diisi tempat, tanggal diterbitkan]


Yang bersangkutan

Materai
6.000
[diisi tanda tangan pembuat pernyataan]

[diisi nama pembuat pernyataan]


NIP. [diisi NIP pembuat pernyataan]
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI
KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2017

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)


KABUPATEN/KOTA BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017

B. PEMBANGUNAN / REHABILITASI SARANA DAN PRASARANA TEMPAT


PELELANGAN IKAN (TPI) DI LUAR PELABUHAN PERIKANAN (MILIK UPTD
KABUPATEN/KOTA)

1. Pengertian
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah Tempat para penjual dan pembeli
melakukan transaksi jual beli ikan melalui pelelangan dimana proses
penjualan ikan dilakukan dihadapan umum dengan cara penawaran
bertingkat.

Tempat Pelelangan Ikan atau disingkat TPI adalah pasar tempat


terjadinya transaksi penjualan ikan/hasil laut baik secara lelang
maupun tidak (tidak termasuk TPI yang menjual/melelang ikan darat).
Biasanya TPI ini dikoordinasi oleh Dinas Perikanan, Koperasi atau
Pemerintah Daerah.

TPI tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut: tempat tetap


(tidak berpindah-pindah), mempunyai bangunan tempat transaksi
penjualan ikan, ada yang mengkoordinasi prosedur lelang/penjualan,
mendapat izin dari instansi yang berwenang (Dinas
Perikanan/Pemerintah Daerah).
Fasilitas di Tempat Pelelangan Ikan meliputi:
a. Bangunan TPI
b. Lantai;
c. Drainase;
d. Instalasi listrik dan penerangan;
e. Air bersih; dan
f. Lahan parkir.

2. Persyaratan Umum
Persyaratan umum Pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana
Tempat Pelelangan Ikan yang dikelola oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1) Pembangunan/rehabilitasi Tempat Pelelangan Ikan dilaksanakan di
lokasi yang sudah ada (bukan lokasi baru) dan telah terdapat
aktivitas perikanan tangkap. Lokasi dimaksud dan pengelolaannya
telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
2) Tempat Pelelangan Ikan yang dikelola oleh kabupaten/kota adalah
Tempat Pelelangan Ikan yang dikelola dan asetnya dimiliki oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota.
3) Tempat Pelelangan Ikan yang dikelola kabupaten/kota yang akan
dibangun/rehabilitasi telah ditetapkan lokasinya oleh
Bupati/Walikota setempat yang ditembuskan kepada Direktur
Jenderal Perikanan Tangkap.

3. Persyaratan Khusus
Pengajuan usulan pembiayaan pembangunan/rehabilitasi sarana dan
prasarana Tempat Pelelangan Ikan sebagaimana tersebut di atas harus
memenuhi persyaratan khusus sebagai berikut:
a. Pemilihan jenis fasilitas yang akan dikembangkan mengacu kepada
kebutuhan mendesak masyarakat nelayan setempat dan mengacu
kepada hasil studi kelayakan, masterplan dan detail desainnya;
b. Kesanggupan mengoperasionalkan Tempat Pelelangan Ikan sesuai
dengan kapasitas terpasang dibuktikan dengan surat pernyataan
kesanggupan pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran
operasional dan pemeliharaan Tempat Pelelangan Ikan yang akan
dibangun/direhabilitasi sarana dan prasarananya.
c. Lahan yang digunakan merupakan milik pemerintah daerah
kabupaten/kota yang ditandai dengan sertfikat kepemilikan atas
tanah.

4. Spesifikasi Teknis
1) Pembangunan/rehabilitasi sarana dan prasarana Tempat Pelelangan
Ikan di atas diarahkan untuk memenuhi spesifikasi teknis sebagai
berikut:
a. terlindung dan mudah untuk dibersihkan;
b. mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan
disanitasi, dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan
mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang higiene;
c. mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam
pengawasan hasil perikanan;
d. kendaraan yang mengeluarkan asap dan binatang yang dapat
mempengaruhi mutu hasil perikanan tidak diperbolehkan berada
dalam Tempat Pelelangan Ikan;
e. dibersihkan secara teratur minimal setiap selesai penjualan;
f. dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah,
makan dan minum, dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat
dengan jelas;
g. mempunyai fasilitas pasokan air bersih dan atau air laut bersih
yang cukup;
2) Tempat pelelangan ikan harus memenuhi persyaratan higiene dan
penerapan sistem rantai dingin.
3) Memiliki pengelola yang telah ditetapkan melalui Surat Keputusan
Bupati/Walikota atau Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/Kota.
Format Lampiran Surat Pernyataan Kesiapan Menanggung Biaya Operasional
dan pemeliharaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di luar Pelabuhan Perikanan
(UPTD Kabupaten/Kota) yang akan dikembangkan

KOP DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
NIP :
Pangkat / golongan ruang :
Jabatan :
Unit Kerja :
Menyatakan bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota sanggup
menanggung biaya operasional dan perawatan Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
..........................

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya


untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

…………………….,

Yang bersangkutan

Materai 6000
(………………………………….)
NIP. ………………………
C. PEMBANGUNAN/REHABILITASI SARANA DAN PRASARANA POKOK UPTD
PERBENIHAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KAB/KOTA
1. Pengertian
a. UPTD Perbenihan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab/Kota adalah
Unit Pelaksana Teknis Daerah (unit kerja) milik Dinas Kelautan dan
Perikanan Kab/Kota yang bertugas melaksanakan tugas teknis di
bidang perbenihan ikan air tawar, payau dan laut.
2. Persyaratan Umum
a. Penetapan jenis unit perbenihan yang akan dikembangkan
didasarkan pada prioritas kebutuhan serta dengan memperhatikan
potensi sumberdaya perikanan budidaya yang tersedia.
b. Penetapan kegiatan pengembangan UPTD Perbenihan di dukung
dengan beberapa persiapan, yaitu: Lahan merupakan tanah yang
dikuasai oleh pemerintah daerah dengan status peruntukan untuk
pengembangan UPTD Perbenihan.
c. Apabila diperlukan, pelaksana pembangunan UPTD Perbenihan
Kab/ Kota dapat berkonsultasi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Ditjen Perikanan Budidaya dalam membuat perencanaan penyediaan
prasarana dan sarana UPTD Perbenihan serta meminta berkonsultasi
teknis dalam tahap operasionalnya.
d. Sanggup menyediakan anggaran biaya operasional dan pemeliharaan
melalui APBD kabupaten/kota serta staf operasional UPTD
Perbenihan.
3. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis pengembangan UPTD Perbenihan didasarkan pada
persyaratan teknis lokasi dan bangunan. Persyaratan teknis lokasi
antara lain mempertimbangkan ketersediaan air, ketersediaan listrik,
jenis tanah (terutama posrositas dan keasaman tanah), keamanan serta
aspek sosial ekonomi.
4. Spesifikasi Teknis
1.5. Pembangunan/rehabilitasi kolam/saluran UPTD Perbenihan
Pembangunan/rehabilitasi kolam/saluran meliputi :
12. Rehabilitasi kolam atau bak induk/calon induk,
13. Rehabilitasi kolam atau bak pemijahan/pendederan,
14. Rehabilitasi kolam atau bak karantina,
15. Rehabilitasi kolam atau bak Filter/pengendapan
16. Rehabilitasi kolam atau bak pakan alami,
17. Rehabilitasi bangunan panti benih/bangsal/hatchery,
18. Pembangunan bak sterilisasi roda kendaraan dan bak
disinfeksi alas kaki/footbath,
19. Rehabilitasi saluran air pasok (masuk) dan buang
(keluar),
20. Rehabilitasi kolam atau bak larva
21. Pembangunan / rehabilitasi tandon,
22. Pembangunan / rehabilitasi kolam atau bak pengelolaan
limbah.
1.6. Peralatan UPTD Perbenihan (paket)
Paket peralatan perbenihan meliputi:
9. Paket instalasi aerasi (hi blow, selang aerasi, batu aerasi,
instalasi pipa)
10. Paket resirkulasi air (filter biologi, filter mekanik, pompa
celup, instalasi pipa, unit ultraviolet)
11. Paket pemijahan buatan (wadah ikan dari
plastik/fiberglass, happa, selang kanulasi, ovaprim /
HCG, syringe/ alat suntik, kakaban, Larutan NaCL /
infus, aquabidest)
12. Paket penetasan (happa, corong penetasan, pompa celup,
heater)
13. Paket pendederan (alat penyeragaman ukuran benih,
happa, baskom, refrigerator)
14. Paket pengukuran dan pemeriksaan kesehatan
ikan/mutu benih (timbangan, DO Meter, pH Meter,
termometer, Mikroskop, water quality testkit)
15. Paket pemeliharaan larva (plankton net, happa, corong
penetasan artemia, heater)
16. Paket pembibitan rumput laut hasil kultur jaringan
(jukung pengangkut benih, tali, pelampung, pemberat,
jaring pengaman, bibit rumput laut hasil kultur
jaringan).
1.7. Peralatan perkolaman UPTD Perbenihan (paket)
Paket perlatan perkolaman meliputi Paket persiapan dan
pemeliharaan kolam (hand traktor, mesin potong rumput, happa,
alat semprot jaring).
1.8. Peralatan panen UPTD Perbenihan (paket)
1 (satu) paket peralatan panen meliputi : wadah panen fiberglass,
tabung oksigen, alat hitung benih, timbangan dan happa.
D. PENGADAAN SARANA DAN PRASARANA PEMBERDAYAAN USAHA SKALA
KECIL MASYARAKAT PESISIR (NELAYAN, PEMBUDIDAYA IKAN,
PENGOLAH DAN PEMASAR HASIL PERIKANAN SERTA PETAMBAK GARAM)

A. Perahu/Kapal Penangkap Ikan Berukuran lebih kecil dari 3 GT yang


Dioperasikan di Perairan Laut dan Perairan Umum Daratan berseta
mesin dan alat tangkapnya.

1. Pengertian
a) Kapal penangkap ikan adalah kapal yang secara khusus
dipergunakan untuk menangkap ikan termasuk menampung,
menyimpan, mendinginkan, dan/atau mengawetkan.
b) Perahu/kapal penangkap ikan berukuran lebih kecil dari 3 GT
adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk
melakukan penangkapan ikan di perairan umum daratan dan
khusus untuk perairan umum tersebut, seperti danau, waduk,
sungai, rawa dan genangan air lainnya.
c) Alat penangkapan ikan yang diizinkan adalah alat penangkapan
ikan yang tidak mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber
daya ikan serta tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
d) Alat bantu penangkapan ikan adalah sarana dan perlengkapan
atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk membantu
penangkapan ikan.

2. Persyaratan Umum
a) Pengadaan/pembangunan/penyediaan kapal penangkap ikan
yang digunakan hanya untuk melakukan penangkapan ikan di
laut berukuran lebih kecil dari 3 GT dilengkapi dengan mesin
utama.
b) Pengadaan/pembangunan/penyediaan perahu/kapal penangkap
ikan yang digunakan hanya untuk melakukan penangkapan ikan
di perairan umum daratan berupa danau, waduk, sungai, rawa
dan genangan air lainnya.
c) Pengadaan alat penangkapan ikan yang diperbolehkan adalah alat
penangkapan ikan yang diizinkan, selektif, efektif, efisien dan
ramah lingkungan, yang meliputi jaring dan pancing sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan dengan dilengkapi
rancang bangun (design) alat penangkapan ikan.
d) Penyediaan alat penangkapan ikan diprioritaskan bagi nelayan
kecil yang tergabung dalam kelompok usaha bersama (KUB)
perikanan tangkap atau koperasi yang telah memiliki kapal.

3. Persyaratan Khusus
a) Kapal penangkap ikan di laut berukuran lebih kecil dari 3 GT
diperuntukkan bagi nelayan kecil yang tergabung dalam kelompok
usaha bersama (KUB) perikanan tangkap atau koperasi dengan
memperhatikan ketersediaan sumber daya ikan di masing-masing
wilayahnya.
b) Kapal penangkap ikan berukuran lebih kecil dari 3 GT yang
dilengkapi dengan mesin, hanya diperuntukkan bagi nelayan kecil
yang tergabung dalam kelompok usaha bersama (KUB) perikanan
tangkap atau koperasi.
c) Spesifikasi, konstruksi, pengertian, jenis, sebutan, singkatan,
pengkodean dan gambar serta tata cara pengoperasian dari
masingmasing kelompok jenis alat penangkapan ikan
sebagaimana tersebut di atas mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai Alat Penangkapan
Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.
d) Pengadaan alat penangkapan ikan ini diprioritaskan bagi nelayan
kecil yang tergabung dalam kelompok usaha bersama (KUB)
perikanan tangkap atau koperasi yang telah memiliki kapal
dilakukan dengan syarat memiliki:
1) Bukti kepemilikan calon penerima; dan
2) Spesifikasi teknis yang diketahui oleh Dinas Kota/Kabupaten
setempat yang membidangi urusan perikanan.
e) Pengadaan alat bantu penangkapan ikan ini diprioritaskan bagi
nelayan kecil yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama
(KUB) perikanan tangkap atau koperasi dan telah memiliki kapal
dilakukan dengan syarat memiliki:
1) Bukti kepemilikan kapal calon penerima; dan
2) Spesifikasi teknis kapal calon penerima yang diketahui oleh
dinas kota/kabupaten setempat yang membidangi urusan
perikanan.

4. Spesifikasi Teknis
a. Pembangunan kapal penangkap ikan dilengkapi dengan gambar
rencana garis, gambar rencana umum dan gambar rencana
konstruksi;
b. Mesin penggerak yang digunakan adalah mesin kapal; dan
c. Peralatan dan perlengkapan kapal disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Spesifikasi teknis alat penangkapan ikan yang dibiayai melalui
dana alokasi khusus memenuhi spesifikasi teknis kelompok alat
tangkap sebagai berikut: Jaring lingkar (surrounding nets); Jaring
angkat (lift nets); Alat yang dijatuhkan (falling gears); Jaring
insang (gillnets and entangling nets); Perangkap (traps); Pancing
(hooks and lines); dan alat penangkap ikan yang tidak dilarang.
e. Pengadaan alat bantu penangkapan ikan disesuikan dengan
kebutuhan, dapat berupa: alat bantu navigasi/instrumen nautika
kapal perikanan, global positioning system, alat bantu pendeteksi
ikan (fish finder), mini winch dan lain-lain.

B. Percontohan Budidaya
1. Penyusunan dan Penetapan Konsep Kawasan Percontohan
a. Sosialisasi/Koordinasi
Sosialisasi dan koordinasi dilakukan oleh Dinas KP
Kabupaten/Kota. Peserta sosialisasi adalah calon Pokdakan
pelaksana di kawasan percontohan yang telah dilakukan
identifikasi dan verifikasi, serta menyatakan kesanggupan yang
dibuktikan dengan berita acara.
b. Identifikasi Lokasi dan Pokdakan
Penetapan lokasi diharapkan dapat menjamin keselarasan
dengan pembangunan wilayah di daerah dan keadaan sosial di
lingkungan sekitarnya. Lokasi pengembangan percontohan
dilakukan di lahan milik Pokdakan yang telah memenuhi kriteria,
antara lain :
1) Aspek Teknis
a) Lokasi sesuai Standar kelayakan kegiatan perikanan
budidaya
b) Berada dalam kawasan pengembangan perikanan budidaya
c) Tidak dalam areal banjir dan cemaran
d) Daya dukung lingkungan memadai
e) Kesesuaian lokasi dengan penerapan teknologi yang akan
dikembangkan (teknologi anjuran)
2) Aspek Non Teknis
a) Terdapat Kelembagaan kelompok
b) Sosial budaya dan atau kearifan lokal
c) Kemudahan akses (transportasi, komunikasi, sumber benih
dan pasar)
d) Kondisi sarana dan prasarana penunjang
e) Komitmen pelaku dan dukungan pemerintah daerah
3) Aspek Legalitas
Kawasan pengembangan percontohan lokasinya sesuai
dengan tata ruang daerah dan tidak terdapat konflik
kepentingan baik dengan kegiatan perikanan maupun
kegiatan lainnya terkait pemanfaatan ruang/lahan dan status
kepemilikan lahannya jelas serta sesuai dengan peruntukan
pengembangan perikanan.
c. Persyaratan Kelompok
Identifikasi calon Pokdakan dilaksanakan oleh Tim Teknis yang
terdiri dari dinas KP Kabupaten/Kota yang membidangi
perikanan budidaya dan penyuluh. Hasil identifikasi lokasi dan
Pokdakan dibuktikan dengan berita acara.
Kelompok Pembudidaya adalah pelaksana percontohan perikanan
budidaya di kawasan sentra perikanan budidaya yang diusulkan
oleh Tim Teknis dan ditetapkan oleh Kepala Dinas KP
Kabupaten/Kota dengan persyaratan kelompok sebagai berikut:
1) Kelompok diutamakan berbadan hukum;
2) Merupakan binaan dinas setempat;
3) Mempunyai anggota minimal 10 orang;
4) Mempunyai struktur organisasi dan kepengurusan
5) Penyiapan lahan percontohan budidaya secara berkelanjutan
6) Lahan milik PEMDA, umum atau kelompok (Pokdakan)
dengan status yang jelas dan diperuntukkan bagi
pengembangan kawasan perikanan budidaya
7) Bersedia untuk menandatangi surat pernyataan kesanggupan
mengikuti ketentuan pelaksanaan percontohan.
d. Penetapan Lokasi dan Pokdakan
Lokasi dan Pokdakan ditetapkan oleh Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten/Kota berdasarkan usulan Tim Teknis,
melalui SK Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/Kota.
e. Temu Lapang dan Pelaporan
Untuk mengoptimalkan manfaat kegiatan percontohan budidaya
ikan bagi masyarakat, Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten/Kota agar menyediakan anggaran untuk pelaksanaan
temu lapang maksimal 2 (dua) kali pertemuan serta monitoring
dan pelaporan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.
Temu lapang dilaksanakan oleh Dinas KP Kabupaten/Kota di
lokasi percontohan dengan melibatkan UPTD, Penyuluh,
Pokdakan di sekitar lokasi dan stakeholder terkait lainnya, yang
bertujuan untuk:
a. Mengevaluasi dan mensosialisasikan keberhasilan
percontohan baik dari segi teknis, manajemen kelompok
maupun efektifitas percontohan;
b. Menyebarluaskan informasi teknologi yang telah diterapkan
kepada Pokdakan sekitar di luar kawasan perikanan
budidaya;
c. Menginventarisasi kendala, tantangan dan permasalahan
serta solusi pemecahannya.

2. Percontohan Budidaya
a. Persiapan
1) Persiapan Lahan dan Wadah Budidaya
Persiapan lahan dan wadah budidaya dipersiapkan sesuai
dengan kebutuhan persyaratan teknis budidaya.
2) Penyediaan Sarana dan Prasarana
Penyediaan Sarana dan prasarana dilaksanakan berdasarkan
Perpres No.54 Tahun 2010 sebagaimana telah dirubah
dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Pengadaan
barang dan Jasa Pemerintah. Agar jadwal pengadaan oleh
Satker Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota
disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan percontohan.
3) Pemilihan Komoditas
Persiapan disesuaikan dengan teknis budidaya komoditas
yang akan dikembangkan. Komoditas yang dikembangkan
merupakan komoditas unggulan kabupaten/kota setempat
dan memiliki kriteria antara lain:
Potensial secara ekonomi sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat/ Pokdakan;
a) Mudah dipasarkan;
b) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja/segmentasi usaha;
c) Dapat dilaksanakan dengan teknologi yang sederhana agar
dapat dicontoh oleh pembudidaya sekitar;
d) Dapat dipanen dalam skala masal;
e) Mendukung ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi.
4) Penerapan Teknologi
Teknologi budidaya yang diterapkan dalam percontohan
perikanan budidaya merupakan teknologi inovatif dan
aplikatif yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI)
atau Petunjuk Teknis (Juknis) Budidaya sesuai komoditas
yang dibudidayakan. Benih yang digunakan harus mengikuti
kaidah-kaidah Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB),
sedangkan dalam proses pemeliharaan sampai dengan panen
harus mengikuti kaidah-kaidah Cara Budidaya Ikan Yang
Baik (CBIB).
3. Pelaksanaan Percontohan
a. Pelaksanaan Percontohan
Pelaksanaan percontohan dilakukan berdasarkan rencana kerja
teknis yang disusun oleh tim teknis bersama pokdakan
pelaksana percontohan kawasan budidaya tahun 2016 dan
mengacu pada standar operasional prosedur (SOP) yang telah
disiapkan oleh UPT sebagai pendamping teknis. Komoditas yang
akan dikembangkan bukan termasuk komoditas asing Invasif
yaitu komoditas yang dapat menyebabkan dominannya jenis
tersebut dan akan mengurangi biodeversitas spesies lokal, jenis
dan paket komoditas percontohan tersebut adalah :
1) Polikultur (udang, bandeng, Gracilaria)
2) Rumput Lat E. Cottonii
3) Bandeng (semi intensif)
4) Udang vaname
5) Gurame
6) Udang galah (UGADI)
7) Lele
8) Patin
9) Nila
10) Mas
11) Ikan hias
Teknologi Percontohan merupakan teknologi hasil perekayasaan
yang inovatif, aplikatif dan ramah lingkungan. Teknologi harus
diterapkan oleh Pokdakan pelaksana percontohan yang
berpedoman pada SOP yang telah dibuat oleh tim teknis,
mengacu pada SNI dan menerapkan prinsip-prinsip CBIB.
Setiap anggota kelompok harus berperan serta dan terlibat secara
langsung dalam setiap tahapan teknis operasional budidaya
dibawah bimbingan teknisi.

b. Paket Percontohan
Paket percontohan diprioritaskan pada kawasan perikanan
budidaya perikanan budidaya meliputi budidaya air tawar, air
payau dan laut serta ikan hias yang disesuaikan dengan potensi
kawasa n perikanan budidaya, contoh standar paket
budidaya sebagai berikut:
1) Percontohan Budidaya Ikan Air Tawar
a) Paket budidaya gurame di kolam (350 m2/unit) dalam
bentuk sarana produksi yang terdiri dari :
Benih : 7.000 ekor (uk. 7-15 gr/ekor)
Pakan : 2.933 kilogram
Persiapan kolam : 1 paket
Alat perikanan : 1 paket

Dengan asumsi 1 siklus produksi 4 bulan, dalam 1 tahun


dapat dilakukan 3 siklus, maka produksi 1 siklus
diproyeksikan 1.995 kg, sehingga dalam 1 tahun akan
diperoleh hasil sekitar 5,985 ton.
b) Paket budidaya ikan dengan padi (MINAPADI) dengan
luasan 1.000 m2 dalam bentuk sarana produksi yang
terdiri dari :
Benih padi : 5 kilogram
Benih nila : 3.300 ekor
Pakan : 528 kilogram
Pupuk : 15 kilogram
Alat perikanan : 1 paket
Pembuatan caren : 1 paket
Dengan asumsi 1 siklus produksi nila 3 bulan, dalam 1
tahun dapat dilakukan 4 siklus, maka produksi 1 siklus
diproyeksikan nila 440 kg dan padi 700 kg, sehingga
dalam 1 tahun akan diperoleh hasil sekitar nila 1,76 ton
dan 2,8 ton padi.
c) Paket budidaya udang galah bersama padi (UGADI)
dengan luasan 1.000 m2 dalam bentuk sarana produksi
yang terdiri dari :
Benih padi : 5 kilogram
Tokolan udang : 10.000 ekor
Pakan : 240 kilogram
Pupuk : 15 kilogram
Dengan asumsi 1 siklus produksi udang 3 bulan, dalam 1
tahun dapat dilakukan 4 siklus, maka produksi 1 siklus
diproyeksikan 166 kg, sehingga dalam 1 tahun akan
diperoleh hasil sekitar 664 kilogram.
d) Paket budidaya lele di kolam terpal (10 m2/unit) dalam
bentuk sarana produksi yang terdiri dari :
Benih : 20.000 ekor (8-12 cm/ekor)
Pakan : 2.000 kilogram
Kolam terpal : 10 unit
Alat perikanan : 1 paket
Persiapan kolam : 10 paket
Dengan asumsi 1 siklus produksi lele 2 bulan, dalam 1
tahun dapat dilakukan 6 siklus, maka produksi 1 siklus
diproyeksikan 2.000 kg, sehingga dalam 1 tahun akan
diperoleh hasil sekitar 1,2 ton.
e) Paket budidaya lele intensif dengan penerapan teknologi
bioflok (10 m2/unit) dalam bentuk sarana produksi yang
terdiri dari :
Pembuatan kolam (bundar/persegi) : 10 unit
Saluran dan kolam tamping : 1 paket
Pompa bensin 3’ : 1 unit
Pompa sumersable : 12 unit
Selang plastik : 1 paket
Serok : 5 buah
Bak : 5 buah
Ember : 5 buah
Benih : 75.000 ek (7-8
cm/ekor)
Pakan : 6000 kg
Probiotik : 20 liter
Molase : 500 liter
Tepung terigu/kanji : 1000 kg
Premix : 1 kg
Desinfektan : 5 botol
Dengan asumsi 1 siklus produksi lele 2,5 bulan, dalam 1
tahun dapat dilakukan 4 siklus, maka produksi 1 siklus
diproyeksikan ukuran konsumsi 6800 kg oversize 100 kg
undersize 300 kg, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh
hasil sekitar ukuran konsumsi 27,2 ton oversize 400 kg
undersize 1200 kg.
f) Paket budidaya patin di kolam dalam (10.000 m2/unit)
dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari :
Kolam : 10.000 m2
Pompa : 1 unit
Kincir : 4 unit
Genset : 1 unit
Peralatan dan sarana : 1 unit
Persiapan kolam : 1 paket
Peralatan : 1 paket
Benih : 300.000 ekor (3 inchi)
Pakan : 229.500 kilogram
Kapur pertanian : 4.000 kilogram
Saponin : 50 kilogram
Probiotik : 100 liter
Biaya panen : 2 paket
Dengan asumsi 1 siklus produksi patin 6 bulan, dalam 1
tahun dapat dilakukan 2 siklus, maka produksi 1 siklus
diproyeksikan 172.260 kg, sehingga dalam 1 tahun akan
diperoleh hasil sekitar 344,52 ton.

g) Paket budidaya patin di kolam (100 m2/unit) dalam


bentuk sarana produksi yang terdiri dari :
Kolam : 4 unit
Persiapan lahan : 10 paket
Peralatan : 1 paket
Benih : 4.000 ekor (7-9 cm/ekor)
Pakan : 2.808 kilogram
Dengan asumsi 1 siklus produksi patin 6 bulan, dalam 1
tahun dapat dilakukan 2 siklus, maka produksi 1 siklus
diproyeksikan 2.160 kg, sehingga dalam 1 tahun akan
diperoleh hasil sekitar 4,32 ton.
h) Paket budidaya nila di kolam dalam bentuk sarana
produksi yang terdiri dari :
Persiapan lahan : 1 paket
Benih : 3.400 ekor (5-8 cm/ekor)
Pakan : 1.000 kilogram
Dengan asumsi 1 siklus produksi nila 4 bulan, dalam 1
tahun dapat dilakukan 3 siklus, maka produksi 1 siklus
diproyeksikan 900 kg, sehingga dalam 1 tahun akan
diperoleh hasil sekitar 2,7 ton.
i) Paket budidaya mas di kolam dalam bentuk sarana produksi
yang terdiri dari :
Persiapan lahan : 1 paket
Benih : 4.000 ekor (5-8 cm/ekor)
Pakan : 950 kilogram
Dengan asumsi 1 siklus produksi nila 4 bulan, dalam 1
tahun dapat dilakukan 3 siklus, maka produksi 1 siklus
diproyeksikan 800 kg, sehingga dalam 1 tahun akan
diperoleh hasil sekitar 2,4 ton.
2) Percontohan Budidaya Air Payau/Laut
a) Paket polikultur udang, bandeng, rumput laut dalam
bentuk sarana produksi yang terdiri dari :
Nener : 5.000 ekor (uk. 4-7 cm)
Benur : 10.000 ekor (PL 30)
Rumput laut : 1.000 kilogram
Pupuk : 1 paket
Persiapan lahan : 1 paket
Dengan asumsi masing-masing untuk bandeng 2 siklus
per tahun, udang 2 siklus per tahun, dan rumput laut 4
siklus per tahun. Sedangkan produksi per siklus masing-
masing untuk udang diproyeksikan 160 kg (size 50),
bandeng 1000 kg (size 5) dan rumput laut 4000 kilogram
basah, sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil
masing-masing produksi udang sekitar 320 kg, bandeng
2000 kg dan rumput laut basah 12.000 kg.
b) Paket budidaya rumput laut metode long line/bingkai (25
x 100 m) atau dengan metode Rakit Apung dan atau lepas
dasar dan atau metode lainnya sesuai dengan teknologi
anjuran disesuaikan dengan kondisi daerah lokasi
percontohan dalam bentuk sarana produksi sesuai dengan
jenis metoda yang dilaksanakan yang terdiri dari :
Peralatan pendukung : 1 paket
Perahu : 1 unit
Bibit rumput laut : 1 ton
Tali PE : 36 kg (diameter 12 mm)
Tali PE : 100 kg (diameter 10 mm)
Tali PE : 40 kg (diameter 4 mm)
Tali PE : 4 gulung (diameter 1,5 mm)
Tali PE : 36 kg (diameter 12 mm)
Tali PE : 8 pak (diameter 1mm)
Jangkar beton : 4 buah (@50 kg)
Pelampung utama : 16 buah (volume 25 liter)
Pelampung jalur : 500 buah (volume 600 ml)
Peralatan : 1 paket
Persiapan lahan : 1 paket
Tenaga kerja : 1 orang
Dengan asumsi waktu produksi sebanyak 6 sikus per
tahun, maka produksi 1 siklus diproyeksikan minimal
6.000 kg rumput laut basah, sehingga dalam 1 tahun
akan diperoleh hasil minimal 36.000 kg rumput laut
basah.
c) Paket budidaya bandeng semi intensif di tambak (1
hektar) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari :
Glondongan : 50.000 ekor (30-40 gr/ekor)
Pakan : 9.600 kg
Pupuk : 1 paket
Peralatan : 1 paket (termasuk kincir)
Persiapan lahan : 1 paket
Dengan asumsi waktu produksi dalam 1 tahun sebanyak
2 siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 8.000 kg
(size 4), sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil
minimal 16.000 kg bandeng.
d) Paket budidaya udang vaname intensif plastik mulsa (1
hektar) dalam bentuk sarana produksi yang terdiri dari :
Kincir : 16 unit
Peralatan kualitas air : 1 paket
Genset : 2 unit (15 PK)
Persiapan lahan : 1 paket
Plastik mulsa : 1 paket
Obat-obatan : 1 paket
Benih : 1.000.000 ekor (PL 12)
Pakan : 22.500 kg (FCR = 1.5)
Dengan asumsi waktu produksi 1 tahun sebanyak 2
siklus, maka produksi 1 siklus diproyeksikan 15.000 kg
(size 50), sehingga dalam 1 tahun akan diperoleh hasil
minimal 30.000 kg udang vaname.
3) BUDIDAYA IKAN HIAS
a) Paket budidaya ikan koi di kolam (12m2/unit) dalam
bentuk sarana produksi yang terdiri dari :
Bak tandon : 2 unit
Pompa air : 1 unit
Blower : 1 unit
Instalasi air dan aerasi : 1 paket
Instalasi listrik : 1 paket
Waring : 2 unit
Alat kualitas air : 1 paket
Peralatan lapangan : 1 paket
Benih : 3.600 ekor (ukuran 5 cm)
Pakan : 1.971 kg
Obat-obatan : 1 paket
Dengan asumsi 1 siklus produksi 2 bulan, dalam 1 tahun
dapat dilakukan 5 siklus, maka produksi 1 siklus
diproyeksikan 2.880 ekor (SR 80%), sehingga dalam 1
tahun akan diperoleh hasil minimal 14.440 ekor ikan koi
(ukuran 15 cm).

Catatan : Semua paket percontohan (budidaya air tawar,


payau/laut, ikan hias) dapat disesuaikan dengan kondisi dan
potensi yang ada di lokasi percontohan masing-masing.

Bedah Usaha Mikro dan Kecil Pengolahan Ikan (Bedah UMK)

1. Pengertian
a) Bedah UMK adalah kegiatan perbaikan bangunan dan pemberian
bantuan peralatan pengolahan kepada usaha pengolahan produk
perikanan skala mikro dan kecil dengan fokus empat komoditas utama,
yaitu: 1) pindang ikan, 2) ikan kering, 3) ikan asap, dan 4) abon ikan.
Tujuan kegiatan Bedah UMK adalah; memperbaiki mutu dan standar
produk olahan; meningkatkan nilai tambah produk olahan;
meningkatkan kapasitas produksi dan usaha; meningkatkan
pendapatan UMK pengolah ikan.
b) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria yakni memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta
rupiah).
c) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil yakni memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).
d) Pindang Ikan sesuai SNI 2717:2009 adalah hasil olahan ikan
sederhana dengan cara kombinasi perebusan dan penggaraman. Produk
yang dihasilkan merupakan produk awetan ikan dengan kadar garam
rendah.
e) Ikan Asin Kering sesuai SNI 2721:2009 adalah ikan segar yang
mengalami perlakuan penerimaan, pencucian dengan atau tanpa
perendaman dalam larutan garam, pengeringan, sortasi, dan
penimbangan.
f) Ikan Asap sesuai SNI 2725:2013 adalah produk ikan segar yang
mengalami perlakuan penyiangan, pencucian dengan atau tanpa
perendaman dalam larutan garam, penirisan, dengan atau tanpa
pemberian rempah dan pengasapan panas yang dilakukan dalam ruang
pengasapan dengan menggunakan kayu, sabut atau tempurung kelapa.
g) Abon Ikan sesuai SNI 7690:2013 adalah produk olahan hasil
perikanan dengan bahan baku ikan segar yang mengalami perlakuan
perebusan atau pengukusan, pencabikan, penambahan bumbu, dan
pemasakan.
h) Sertifikat Kelayakan Pengolahan, yang selanjutnya disingkat SKP
adalah sertifikat yang diberikan kepada UPI yang telah menerapkan Cara
Pengolahan Ikan yang Baik (Good Manufacturing Practices/GMP) dan
memenuhi persyaratan Prosedur Operasi Sanitasi Standar (Standard
Sanitation Operating Procedure/SSOP).
i) Perbaikan bangunan adalah perbaikan suatu bangunan unit
pengolahan ikan skala usaha mikro dan kecil, dengan pra-syarat
minimal memiliki ruangan yang digunakan untuk penanganan dan
pengolahan ikan, agar memenuhi persyaratan jaminan mutu dan
keamanan pangan.
j) Bantuan peralatan pengolahan adalah pengadaan peralatan
pengolahan bagi usaha mikro dan kecil untuk melengkapi peralatan
pengolahan pada unit pengolahan ikan yang telah ada dalam rangka
peningkatan kapasitas produksi, dan kualitas produk yang dihasilkan
sesuai dengan SNI dari produk yang dihasilkan.
2. Persyaratan Umum

1) Dalam rangka Bedah UMK, maka terlebih dahulu harus


mempertimbangkan volume produksi hasil perikanan yang bernilai
ekonomis sehingga jumlah produksi tersebut dapat diolah dan dipasarkan
secara keseluruhan dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2) Penerima bantuan adalah kelompok masyarakat/perorangan yang
bergerak di bidang usaha pengolahan hasil perikanan skala usaha mikro
dan kecil, binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Prov/Kab/Kota.
3) Penerima bantuan memiliki mata pencaharian utama sebagai pengolah
salah satu komoditas dari 4 paket Bedah UMK.
4) Penerima bantuan memiliki surat keterangan usaha, minimal dari
kelurahan setempat dan telah berproduksi minimal dua tahun secara
kontinu.
5) Bangunan pengolahan terpisah dari rumah/tempat tinggal atau memiliki
ruang khusus untuk pengolahan.
6) Tersedia sumber air bersih yang memadai.
7) Tersedia jaringan/sumber listrik yang memadai.
8) Aksesibilitas ke lokasi kegiatan dalam kondisi baik dan mudah dijangkau.
9) Belum menerima bantuan sejenis.
10) Surat pernyataan bermaterai dari pengolah yang menyatakan sanggup
mengikuti kegiatan Bedah UMK dan tidak mengalihfungsikan bangunan
yang ada.
11) Unit Pengolahan skala UMK penerima bantuan wajib didukung dengan
APBD untuk mendapatkan bantuan non fisik yaitu berupa: 1) bantuan
sertifikasi produk, 2) bantuan perijinan usaha, 3) fasilitasi kemitraan, 4)
peningkatan kompetensi pengolah, dan 5) monitoring dan evaluasi.

3. Persyaratan Teknis

Persyaratan teknis penerima bantuan Bedah UMK meliputi:


1) Tempat pengolahan belum memenuhi kaidah GMP/SSOP sehingga dapat
mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan.
2) Memiliki fasilitas:
1) Ruang penanganan ikan
2) Ruang pengolahan ikan
3) Ruang pengemasan
4) Tempat penyimpanan bahan baku dan produk
5) Toilet
6) Instalasi air bersih
7) Instalasi listrik
8) Saluran pembuangan dan penampungan air limbah
9) Tempat pencuci tangan / sarana sanitasi
3) Memiliki minimal 50% alat pengolahan untuk proses produksinya.
4) Luas bangunan UPI skala UMK secara keseluruhan adalah sebesar ≤50 m2.
4. Ruang Lingkup

a) Bedah UMK difokuskan pada empat komoditas utama, yaitu: 1) pindang


ikan, 2) ikan kering, 3) ikan asap, dan 4) abon ikan yang masing-
masing dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan kapasitas produksi
(bahan baku) per hari dan/atau teknologi yang digunakan sebagai
berikut:
1) Pindang Ikan kapasitas 40 kg
2) Pindang Ikan kapasitas 100 kg
3) Ikan Kering dengan Solar Dryer kapasitas 100 kg
4) Ikan Kering dengan Solar Dryer kapasitas 200 kg
5) Ikan Asap dengan Lemari Asap
6) Ikan Asap dengan Oven
7) Abon Ikan kapasitas 5 kg
8) Abon Ikan kapasitas 10 kg

b) Perbaikan Bangunan

Perbaikan bangunan terdiri dari dua komponen kegiatan yaitu:

1) Perbaikan Unit Pengolahan Ikan (UPI) adalah perbaikan unit


bangunan yang digunakan untuk melakukan kegiatan
pengolahanikan agar memenuhi persyaratan keamanan pangan;
2) Perbaikan saluranpembuangan yang dilengkapi bak kontroladalah
perbaikan atau pembuatan saluran limbah dari UPI ke tempat yang
dipersyaratkan, sehingga tidak menjadi sumber kontaminan bagi
produk yang dihasilkan serta tidak mengganggu masyarakat sekitar.

c) Bantuan Peralatan Pengolahan

Bantuan peralatan pengolahan merupakan pengadaan peralatan


pengolahan bagi pengolah ikan skala UMKuntuk mengganti dan/atau
melengkapi peralatan pengolahan yang sudah dimiliki oleh UPI dalam
rangka peningkatan mutu dan standar produk, nilai tambah produk dan
kapasitas produksi UPI tersebut.

d) Peran Serta Daerah (Dinas Kelautan dan Perikanan Prov/Kab/Kota)

1) Penerima bantuan Bedah UMK dituangkan dalam Surat Keputusan


Gubernur/Bupati.
2) Memberikan dukungan kepada UMK penerima bantuan sesuai
dengan persyaratan umum 2 huruf k.
3) Dinas KP Provinsi/Kab/Kota berkoordinasi dengan Ditjen Penguatan
Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan dalam penyelenggaraan
kegiatan.

5. Spesifikasi Teknis

Spesifikasi teknis standar perbaikan bangunan dan bantuan peralatan


pengolahanadalah sebagai berikut:
a) Perbaikan Bangunan Pindang Ikan, Ikan Asin/Kering, Ikan Asap dan
Abon Ikan
No. Uraian Spesifikasi
1. Lantai Lantai keramik
Kemiringan yang cukup, kedap air,
mudah dibersihkan dan disanitasi, serta
dirancang sedemikian rupa sehingga
memudahkan pembuangan air kotor.
2. Dinding Keramik dinding ukuran 30x30
L x T = (50 m x 1,2 m)
Rata permukaannya, mudah dibersihkan
dan disanitasi, kuat, dan kedap air
3. Pintu Kusen
Pintu P x L = 2 m x 0,8 m dan tebal 3mm
Terbuat dari bahan yang kuat, kedap
air, mudah dibersihkan dan disanitasi,
dilengkapi dengan tirai plastik
4. Langit-langit; Gypsum dengan luas 50 m2
atau Mudah dibersihkan, berwarna terang
sambungan
atap
5. Ventilasi dan Frame alumunium dan kawat kasa
sirkulasi udara alumunium (uk. 60 cm x 100 cm)
Cukup untuk menghindari kondensasi,
dilengkapi dengan sarana pencegah
masuknya serangga
6. Toilet Pemindahan pintu agar tidak
menghadap toilet
Perbaikan lantai
Perbaikan closet
Menggunakan sistem water flushing dan
memenuhi sanitasi.
7. Instalasi air Pemasangan pompa air 1 paket
Memenuhi kapasitas debit yang
dibutuhkan, air layak digunakan dalam
proses pengolahan
8. Tempat Pemasangan wastafel
pencuci tangan Dilengkapi sarana sanitasi dan tidak
menyebabkan rekontaminasi
9. Saluran Pemasangan saluran pembuangan yang
Pembuangan dilengkapi dengan bak kontrol

b) Paket Pengolahan Pindang Ikan (kapasitas 40 kg)


No. Uraian Spesifikasi
1 Meja preparasi  Material : Stainless Steel 304 tebal min
stainless steel 1,2 mm
(1 unit)  Dimensi (P x L x T) : 180x70x85cm
(tinggi disesuaikan dgn kebiasaan
pengolah)
2 Chest Freezer  Kapasitas : min. 194 Liter
(1 unit)
3 Kompor Gas Kompor Gas :
Mawar 1  1 tungku
Tungku  Berpemantik otomatis
Lengkap  Dimensi : P (77) L (41,5) T (16,5) cm
(1 unit)  Garansi : 5 tahun Body (Garansi
Keropos) ,1 tahun Spare part, 3 tahun
Servis
 Jenis api : Api lilin
 Terbuat dari bahan stainless steel
 Bentuk api yang biru, merata dan
besar
 Full Pressed Body
 Tahan beban hingga 100 KG
 Dilengkapi sensor panas ( bila api
mati di burner/tungku, gas tidak
keluar)
Dilengkapi dengan aksesoris:
 Tabung Gas Elpiji 12 Kg (produk
baru/minimal memiliki waktu kaji
ulang yang berakhir pada Mei 2018)
 Regulator ber-SNI
 Selang ber-SNI
 Dilengkapi dengan ring aluminium
ber-SNI
4 Coolbox  Kapasitas : <200 Liter
(1 unit)  Bahan Plastic : HDPE
5 Fan di ruang  diameter 18 inchi
pengolahan  3 kontrol speed
(1 unit)  Jaring kipas bahan nikel
 Baling-baling dari besi
 Bisa berputar ke kiri dan ke kanan
6 Tirai plastic (2 Tebal 2 mm T=2,5m, L=2m
unit)
7 Lampu dg  Lampu TL LED 2 x 20 Watt
acrylic cover  Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt
(2 unit)  Tutup cover acrylic bening
 Panjang 120 cm
8 Insect killer  Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs
lamps  Min. Coverage Area : 70 m2
(2 unit)  4D Entry point : Front/Back/Both
Sides
 Use to Kill Flies and Mosquitos
 Maks. Wattage : 40Watt
 Voltage : 220-240V
9 Hand Sealer  Max Input Power : 300 watt
(1 unit)  Min Lebar Seal : 2 mm
 Body : Iron / Besi
 Min Panjang Seal : 20 Cm
10 Tempat  Berbahan HDPE plastic
sampah  Bukaan tutup: injak
berpenutup  Kapasitas 30 Liter
(2 unit)
11 Pallet untuk  Min Size : 1200 x 1200 x 150 mm
penirisan Perbaiki ukuran
(Palet Kecil)  Material : HDPE
(1 unit)  Type : Reversible
 Min Statik : 5000 Kg
 Min Dynamic : 1500 Kg
 Min Racking : 1200 Kg
 Accessibility : Forklift entry : 4-wa
 Washabl
 Durable & reliable
 Recyclable
 Max Weight : 30 Kg
12 Bahan  Plastik PP (Polypropylene) ketebalan
Kemasan min 0,8 mm
(1 unit)
13 Timbangan  Display : LED
bahan Baku  Power : Baterai/rechargeable
(1 unit)  Kapasitas : 300-500 Kg
 Min plat form size : 60 cm x 80 cm
14 Timbangan  Display : LED
produk  Power : Baterai/rechargeable
(1 unit)  Kapasitas : 30 Kg

15 Panci  Volume 20 kg Bahan : Stainless Steel


perebusan 304, minimal tebal 3 mm
pindang
(4 unit)

c) Paket Pengolahan Pindang Ikan (Kapasitas 100 kg)


No. Uraian Spesifikasi
1 Meja preparasi  Material : Stainless Steel 304
stainless steel  Ketebalan minimal 1,2 mm
(1 unit)  Dimensi (P x L x T) : 180 x 70x 85cm
(tinggi disesuaikan dengan kebiasaan
pengolah)
2 Chest Freezer  Kapasitas : min. 194 Liter
(1 unit)
3 Kompor Gas Kompor Gas :
Mawar 1  1 tungku
Tungku  Berpemantik otomatis
Lengkap  Berat : 8,1 kg
(2 unit)  Dimensi : P (77) L (41,5) T (16,5) cm
 Garansi : 5 tahun Body (Garansi
Keropos) ,1 tahun Sparepart, 3 tahun
Service
 Jenis api : Api lilin
 Terbuat dari bahan stainless stell
dan
 Anti Karat yang tahan lama terhadap
korosi
 Bentuk api yang biru, merata dan
besar
 Full Pressed Body
 Tahan beban hingga 100 KG
 Dilengkapi sensor panas ( bila api
mati di burner / tungku gas tidak
keluar)
 Dilengkapi dengan aksesoris:
Tabung Gas Elpiji 12 Kg :
 Produk baru/minimal memiliki
waktu kaji ulang yang berakhir pada
Mei 2018
 Ber-SNI
Regulator : Ber-SNI
Selang :
 Dilengkapi dengan ring aluminium
 Ber-SNI
4 Coolbox  Kapasitas : <200 Liter
(1 unit)  Bahan Plasic : HDPE
5 Fan di ruang  diameter 18 inchi
pengolahan  3 kontrol speed
(1 unit)  Jaring kipas bahan nikel
 Baling-baling dari besi
 Bisa berputar ke kiri dan ke kanan
6 Tirai plastik Tebal 2 mm T=2,5m, L=2m
plastic curtain
(2 unit)
7 Lampu dg  Lampu TL LED 2 x 20 Watt
acrylic cover  Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt
(2 unit)  Tutup cover acrylic bening
 Panjang 120 cm

8 Insect killer  Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs


lamps  Min. Coverage Area : 70 m2
(2 unit)  4D Entry point : Front/Back/Both
Sides
 Use to Kill Flies and Mosquitos
 Maks. Wattage : 40Watt
 Voltage : 220-240V

9 Hand Sealer  Max Input Power : 300 watt


(1 unit)  Min Lebar Seal : 2 mm
 Body : Iron / Besi
 Min Panjang Seal : 20 Cm
10 Tempat Berbahan HDPE plastic
sampah Bukaan tutup: injak
berpenutup Kapasitas 30 Liter
(2 unit)
11 Pallet untuk  Min Size : 1200 x 1200 x 150 mm
penirisan Perbaiki ukuran
(Palet Kecil)  Material : HDPE
(1 unit)  Type : Reversible
 Min Statik : 5000 Kg
 Min Dynamic : 1500 Kg
 Min Racking : 1200 Kg]
 Accessibility : Forklift entry : 4-way
 Washable
 Durable & reliable
 Recyclable
 Max Weight : 30 Kg
12 Bahan  Plastik PP (Polypropylene) ketebalan
Kemasan min 0,8 mm
(1 unit)
13 Timbangan  Display : LED
bahan Baku  Power : Baterai/rechargeable
(1 unit)  Kapasitas : 300-500 Kg
 Min plat form size : 60 cm x 80 cm
14 Timbangan  Display : LED
produk  Power : Baterai/rechargeable
(1 unit)  Kapasitas : 30 Kg

15 Panci Volume 20 kg Bahan : Stainless Steel


perebusan 304, minimal tebal 3 mm
pindang
(12 unit)

d) Paket Pengolah Ikan Kering dengan Solar Dryer (Kapasitas 100 kg)
No. Uraian Spesifikasi
1 Meja stainless  Material : Stainless Steel 304
steel  Ketebalan minimal 1,2 mm
(1 unit)  Dimensi (P x L x T) : 180 x 70 x 85cm
 (tinggi disesuaikan dengan kebiasaan
pengolah)
2 Coolbox  Kapasitas : <200 Liter
(1 unit)  Bahan Plastik : HDPE
3 Tirai plastik  Tebal 2 mm T=2,5m, L=2m
plastic curtain
(2 unit)
4 Lampu dg  Lampu TL LED 2 x 20 Watt
acrylic cover  Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt
(2 unit)  Tutup cover acrylic bening
 Panjang 120 cm
5 Insect killer  Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs
lamps  Min. Coverage Area : 70 m2
(2 unit)  4D Entry point : Front/Back/Both Sides
 Use to Kill Flies and Mosquitos
 Maks. Wattage : 40Watt
 Voltage : 220-240V
6 Hand Sealer  Max Input Power : 300 watt
(1 unit)  Min Lebar Seal : 2 mm
 Body : Iron / Besi
 Min Panjang Seal : 20 Cm
7 Keranjang  Bahan : plastik
Berlubang/Tra  Tidak mudah pecah
ys  Kapasitas : minimal 20 Kg
(4 unit)  Dimensi : minimal 62 x 43 x 38 (cm)
 Dapat disusun vertical dan berlubang-
lubang
8 Tempat  Berbahan HDPE plastic
sampah  Bukaan tutup: injak
berpenutup  Kapasitas 30 Liter
(2 unit)
9 Pallet untuk  Min Size : 1200 x 1200 x 150 mm
penirisan Perbaiki ukuran
(Palet Kecil)  Material : HDPE
(1 unit)  Type : Reversible
 Min Statik : 5000 Kg
 Min Dynamic : 1500 Kg
 Min Racking : 1200 Kg
 Accessibility : Forklift entry : 4-way
 Washable
 Durable & reliable
 Recyclable
 Max Weight : 30 Kg
10 Bahan  Plastik PP (Polypropylene) ketebalan min
Kemasan 0,8 mm
(1 unit)
11 Drum  Bahan : plastik berpenutup
Penyimpanan Ukuran : 50 L
(2 unit)
12 Timbangan  Display : LED
produk  Power : Baterai/rechargeable
(1 unit)  Kapasitas : 30 Kg

13 Talenan  Bahan : acrylic


e) P (1 unit)
14 Solar Dryer  Ukuran : 3 m x 6 m
a (1 unit)  Material :
k 20 tray, 1 tray = 5 kg

et Pengolah Ikan Kering dengan Solar Dryer(Kapasitas 200 kg)


No. Uraian Spesifikasi
1 Meja stainless  Material : Stainless Steel 304
steel  Ketebalan minimal 1,2 mm
(1 unit)  Dimensi (P x L x T) : 180x70x85cm
(tinggi disesuaikan dengan kebiasaan
pengolah)
2 Coolbox  Kapasitas : <200 Liter
(1 unit)  Bahan Plasic : HDPE
3 Tirai plastik  Tebal 2 mm T=2,5m, L=2m
plastic curtain
(2 unit)
4 Lampu dg  Lampu TL LED 2 x 20 Watt
acrylic cover  Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt
(2 unit)  Tutup cover acrylic bening
 Panjang 120 cm
5 Insect killer  Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs
lamps  Min. Coverage Area : 70 m2
(2 unit)  4D Entry point : Front/Back/Both
Sides
 Use to Kill Flies and Mosquitos
 Maks. Wattage : 40Watt
 Voltage : 220-240V
6 Hand Sealer  Max Input Power : 300 watt
(1 unit)  Min Lebar Seal : 2 mm
 Body : Iron / Besi
 Min Panjang Seal : 20 Cm
7 Keranjang  Bahan : plastik
Berlubang/Tra  Tidak mudah pecah
ys  Kapasitas : minimal 20 Kg
 Dimensi : minimal 62 x 43 x 38 (cm)
 Dapat disusun vertical dan berlubang-
lubang
8 Tempat  Berbahan HDPE plastic
sampah  Bukaan tutup: injak
berpenutup  Kapasitas 30 Liter
(2 unit)
9 Pallet untuk  Min Size : 1200 x 1200 x 150 mm
penirisan Perbaiki ukuran
(Palet Kecil)  Material : HDPE
(2 unit)  Type : Reversible
 Min Statik : 5000 Kg
 Min Dynamic : 1500 Kg
 Min Racking : 1200 Kg
 Accessibility : Forklift entry : 4-way
 Washable
 Durable & reliable
 Recyclable
 Max Weight : 30 Kg
10 Bahan  Plastik PP (Polypropylene) ketebalan
Kemasan min 0,8 mm
(1 unit)
11 Drum  Bahan : palstik berpenutup
Penyimpanan  Ukuran : 50 L
(4 unit)
12 Timbangan  Display : LED
produk  Power : Baterai/rechargeable
(1 unit)  Kapasitas : 30 Kg

13 Talenan  Bahan : acrylic


(1 unit)
14 Solar Dryer  Ukuran : 3 m x 6 m
(2 unit)  Material :
20 tray, 1 tray = 5 kg

f) Paket Pengolah Ikan Asap dengan Lemari Asap


No. Uraian Spesifikasi
1 Meja preparasi  Material : Stainless Steel 304
stainless steel  Ketebalan minimal 1,2 mm
(1 unit)  Dimensi (P x L x T) : 180x70x85cm
(tinggi disesuaikan dengan kebiasaan
pengolah)
2 Chest Freezer  Kapasitas : min. 194 Liter
(1 unit)
3 Lemari asap  Spesifikasi - KM-SH 80
(1 unit)  Dimensi : 500 x 465 x 1050 mm
 Material : Mild Steel,Stainless Steel
 Kapasitas : 80 Liter (20-30 kg/proses)
 Kelengkapan : Thermometer Payung
 Material Rangka : Mild Steel (Siku 40
x 40 X 4)
 Pemanas : Kompor LPG
4 Coolbox  Kapasitas : <200 Liter
(1 unit)  Bahan Plasitc : HDPE

5 Exhause di  Exhaust Dinding / atap


ruang  Menggunakan " Metal Louver "
pengolahan Sebagai Filter Atau Perangkap Minyak
(2 unit) Goreng Dan Dilengkapi Dengan " Oil
Cup " Untuk Menampung Minyak
Goreng.
 Diameter 10 "
6 Tirai plastik  T=2,5m, L=2m tebal = 5 mm
plastic curtain
(2 unit)
7 Lampu dg  Lampu TL LED 2 x 20 Watt
acrylic cover  Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt
(2 unit)  Tutup cover acrylic bening
 Panjang 120 cm
8 Insect killer  Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs
lamps  Min. Coverage Area : 70 m2
(2 unit)  4D Entry point : Front/Back/Both
Sides
 Use to Kill Flies and Mosquitos
 Maks. Wattage : 40Watt
 Voltage : 220-240V
9 Hand Sealer  Max Input Power : 300 watt
(1 unit)  Min Lebar Seal : 2 mm
 Body : Iron / Besi
 Min Panjang Seal : 20 Cm
10 Keranjang  Bahan : plastik
Berlubang/Tra  Tidak mudah pecah
ys  Kapasitas : minimal 20 Kg
(4 unit)  Dimensi : minimal 62 x 43 x 38 (cm)
 Dapat disusun vertical dan berlubang-
lubang
11 Tempat  Berbahan HDPE plastic
sampah  Bukaan tutup: injak
berpenutup  Kapasitas 30 Liter
(2 unit)
12 Pallet untuk  Min Size : 1200 x 1200 x 150 mm
penirisan Perbaiki ukuran
(Palet Kecil)  Material : HDPE
(1 unit)  Type : Reversible
 Min Statik : 5000 Kg
 Min Dynamic : 1500 Kg
 Min Racking : 1200 Kg
 Accessibility : Forklift entry : 4-way
 Washable
 Durable & reliable
 Recyclable
 Max Weight : 30 Kg
13 Bahan  Plastik PP (Polypropylene) ketebalan
Kemasan min 0,8 mm
(1 unit)
14 Timbangan  Display : LED
produk  Power : Baterai/rechargeable
(1 unit)  Kapasitas : 30 Kg

g) Paket Pengolah Ikan Asap dengan Oven


No. Uraian Spesifikasi
1 Meja preparasi  Material : Stainless Steel 304
stainless steel  Ketebalan minimal 1,2 mm
(1 unit)  Dimensi (P x L x T) : 180x70x85cm (
tinggi disesuaikan dengan kebiasaan
pengolah)
2 Chest Freezer  Kapasitas : min. 194 Liter
(1 unit)  Power consumption : maks. 168 Watt
3 Oven  Material : Stainless Steel
(1 unit) Kapasitas 25 Kg

4 Coolbox  Kapasitas : <200 Liter


(1 unit)  Bahan Plasic : HDPE
5 Exhause di  Exhaust Dinding
ruang  Menggunakan " Metal Louver "
pengolahan Sebagai Filter Atau Perangkap Minyak
(2 unit) Goreng Dan Dilengkapi Dengan " Oil
Cup " Untuk Menampung Minyak
Goreng.
 Diameter 10 "
6 Tirai plastik  T=2,5m, L=2m tebal = 5 mm
plastic curtain
(2 unit)
7 Lampu dg  Lampu TL LED 2 x 20 Watt
acrylic cover  Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt
(2 unit)  Tutup cover acrylic bening
 Panjang 120 cm
8 Insect killer  Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs
lamps  Min. Coverage Area : 70 m2
(2 unit)  4D Entry point : Front/Back/Both
Sides
 Use to Kill Flies and Mosquitos
 Maks. Wattage : 40Watt
 Voltage : 220-240V

9 Hand Sealer  Max Input Power : 300 watt


(1 unit)  Min Lebar Seal : 2 mm
 Body : Iron / Besi
 Min Panjang Seal : 20 Cm
10 Keranjang  Bahan : plastik
Berlubang/  Tidak mudah pecah
Trays  Kapasitas : minimal 20 Kg
(4 unit)  Dimensi : minimal 62 x 43 x 38 (cm)
 Dapat disusun vertical dan berlubang-
lubang
11 Tempat  Berbahan HDPE plastic
sampah  Bukaan tutup: injak
berpenutup  Kapasitas 30 Liter
(2 unit)
12 Pallet untuk  Min Size : 1200 x 1200 x 150 mm
penirisan Perbaiki ukuran
(Palet Kecil)  Material : HDPE
(1 unit)  Type : Reversible
 Min Statik : 5000 Kg
 Min Dynamic : 1500 Kg
 Min Racking : 1200 Kg
 Accessibility : Forklift entry : 4-way
 Washable
 Durable & reliable
 Recyclable
 Max Weight : 30 Kg
13 Bahan  Plastik PP (Polypropylene) ketebalan
Kemasan min 0,8 mm
(1 unit)
14 Timbangan  Display : LED
produk  Power : Baterai/rechargeable
(1 unit)  Kapasitas : 30 Kg

h) Paket Pengolah Abon Ikan (Kapasitas 5 kg)


No. Uraian Spesifikasi
1 Meja preparasi  Material : Stainless Steel 304
stainless steel  Ketebalan minimal 1,2 mm
(1 unit)  Dimensi (P x L x T) : 110 x 70 x 85 cm
2 Kompor Gas  Kompor Gas :
Mawar 1  1 tungku
Tungku  Berpemantik otomatis
Lengkap  Dimensi : P (77) L (41,5) T (16,5) cm
(1 unit)  Garansi : 5 tahun Body (Garansi
Keropos) ,1 tahun Spare part, 3 tahun
Servis
 Jenis api : Api lilin
 Terbuat dari bahan stainless steel
 Bentuk api yang biru, merata dan
besar
 Full Pressed Body
 Tahan beban hingga 100 KG
 Dilengkapi sensor panas ( bila api
mati di burner/tungku, gas tidak
keluar)
Dilengkapi dengan aksesoris:
Tabung Gas Elpiji 12 Kg :
 Produk baru/minimal memiliki waktu
kaji ulang yang berakhir pada Mei
2018
 Regulator ber-SNI
 Selang ber-SNI
 Dilengkapi dengan ring aluminium
ber-SNI
3 Chest Freezer  Kapasitas : min. 194 Liter
(1 unit) Daya min. 168 Watt
4 Coolbox  Kapasitas : <200 Liter
(1 unit)  Bahan Plasic : HDPE
5 Exhause di  Exhaust Dinding
ruang  Menggunakan " Metal Louver "
pengolahan Sebagai Filter Atau Perangkap Minyak
(2 unit) Goreng Dan Dilengkapi Dengan " Oil
Cup " Untuk Menampung Minyak
Goreng.
 Warna Putih
 25 Aufa
 Diameter 10 "
 Capacity 835Cmh
 Power 34W, 220V, 50Hz.
6 Tirai plastik  T=2,5m, L=2m
plastic curtain
(2 unit)
7 Lampu dg  Lampu TL LED 2 x 20 Watt
acrylic cover  Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt
(2 unit)  Tutup cover acrylic bening
 Panjang 120 cm
8 Insect killer  Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs
lamps  Min. Coverage Area : 70 m2
(2 unit)  4D Entry point : Front/Back/Both
Sides
 Use to Kill Flies and Mosquitos
 Maks. Wattage : 40Watt
 Voltage : 220-240V
9 Hand Sealer  Max Input Power : 300 watt
(2 unit)  Min Lebar Seal : 2 mm
 Body : Iron / Besi
 Min Panjang Seal : 20 Cm
10 Baskom  Bahan : plastik
Plastik  Tidak mudah pecah
(4 unit)  Kapasitas : minimal 10 Kg
 Dimensi : minimal 62 x 43 x 38 (cm)
 Dapat disusun vertical dan berlubang-
lubang
11 Wadah Plastik  Bahan : plastik
berpenutup  Tidak mudah pecah
(3 unit)  Ukuran 5 liter
12 Tempat  Berbahan HDPE plastic
sampah  Bukaan tutup: injak
berpenutup  Kapasitas 30 Liter
(2 unit)
13 Bahan  Plastik PP (Polypropylene) ketebalan
Kemasan min 0,8 mm
(1 unit)
14 Timbangan  Display : LED
produk  Power : Baterai/rechargeable
(1 unit)  Kapasitas : 30 Kg
15 Wajan 10 Kg  Bahan panci :stainless steel, diameter
(1 unit) wajan : 60 - 70 cm
16 Kukusan  Bahan : stainless steel (food grade),
(1 unit) Diameter : 36-40 cm, tipe : susun 3
17 Spinner  Kapasitas : 10 kg /proses
(peniris  Listrik yang dibutuhkan : 1/4 HP atau
minyak) sekitar (200-250) watt, 220 V
(1 unit)  Silinder : Stainless Steel
 Keranjang : vorporasi stainless steel
 Tabung : stainless steel
 Regulator pengatur kecepatan (3 level
kecepatan)
 Bahan Body stainless steel dan besi
(gambar)
18 Blender  Bahan plastik dan stainless steel,
(1 unit)  Kapasitas 2 liter
 mata pisau stainless steel
 power : 750 - 800 Watt, 220 V

i) Paket Pengolah Abon Ikan (Kapasitas 10 kg)


No. Uraian Spesifikasi
1 Meja preparasi  Material : Stainless Steel 304
stainless steel  Ketebalan minimal 1,2 mm
(1 unit)  Dimensi (P x L x T) : 110 x 70 x 85 cm
2 Kompor Gas  Kompor Gas :
Mawar 1  1 tungku
Tungku  Berpemantik otomatis
Lengkap  Dimensi : P (77) L (41,5) T (16,5) cm
(2 unit)  Garansi : 5 tahun Body (Garansi
Keropos) ,1 tahun Spare part, 3 tahun
Servis
 Jenis api : Api lilin
 Terbuat dari bahan stainless steel
 Bentuk api yang biru, merata dan
besar
 Full Pressed Body
 Tahan beban hingga 100 kg
 Dilengkapi sensor panas (bila api mati
di burner/tungku, gas tidak keluar)
Dilengkapi dengan aksesoris:
Tabung Gas Elpiji 12 Kg :
 Produk baru/minimal memiliki waktu
kaji ulang yang berakhir pada Mei
2018
 Regulator ber-SNI
 Selang ber-SNI
 Dilengkapi dengan ring aluminium
ber-SNI
3 Chest Freezer  Kapasitas : min. 194 Liter
(1 unit)  Daya min. 168 Watt
4 Coolbox  Kapasitas : <200 Liter
(1 unit)  Bahan Plasic : HDPE
5 Exhause di  Exhaust Dinding
ruang  Menggunakan "Metal Louver" Sebagai
pengolahan Filter Atau Perangkap Minyak Goreng
(2 unit) Dan Dilengkapi Dengan "Oil Cup"
Untuk Menampung Minyak Goreng.
 Warna Putih
 25 Aufa
 Diameter 10 "
 Capacity 835Cmh
 Power 34W, 220V, 50Hz.
6 Tirai plastik  T=2,5m, L=2m
plastic curtain
(2 unit)
7 Lampu dg  Lampu TL LED 2 x 20 Watt
acrylic cover  Kap Lampu TL LED 2 x 20 Watt
(4 unit)  Tutup cover acrylic bening
 Panjang 120 cm
8 Insect killer  Maks. UV Light Tubes 20 Watt x 2 pcs
lamps  Min. Coverage Area : 70 m2
(2 unit)  4D Entry point : Front/Back/Both
Sides
 Use to Kill Flies and Mosquitos
 Maks. Wattage : 40Watt
 Voltage : 220-240V
9 Hand Sealer  Max Input Power : 300 watt
(2 unit)  Min Lebar Seal : 2 mm
 Body : Iron / Besi
 Min Panjang Seal : 20 Cm
10 Baskom  Bahan : plastik
Plastik  Tidak mudah pecah
(4 unit)  Kapasitas : minimal 10 Kg
 Dimensi : minimal 62 x 43 x 38 (cm)
 Dapat disusun vertical dan berlubang-
lubang
11 Wadah Plastik  Bahan : plastik
berpenutup  Tidak mudah pecah
(3 unit)  Ukuran 5 liter
12 Tempat  Berbahan HDPE plastic
sampah  Bukaan tutup: injak
berpenutup  Kapasitas 30 Liter
(2 unit)
13 Bahan  Plastik PP (Polypropylene) ketebalan
Kemasan min 0,8 mm
(1 unit)
14 Timbangan  Display : LED
produk  Power : Baterai/rechargeable
(1 unit)  Kapasitas : 30 Kg

15 Wajan 10 Kg  Bahan panci : stainless steel, diameter


(2 unit) wajan : 60 - 70 cm,
16 Kukusan  Bahan : stainless steel (food grade),
(2 unit)  Diameter : 36-40 cm
 tipe : susun 3
17 Spinner  Kapasitas : 10 kg /proses
(peniris  Listrik yang dibutuhkan : 1/4 HP atau
minyak) sekitar (200-250) watt, 220 V
(1 unit)  Silinder : Stainless Steel
 Keranjang : vorporasi stainless steel
 Tabung : stainless steel
 Regulator pengatur kecepatan (3 level
kecepatan)
 Bahan Body stainless steel dan besi
18 Blender  Bahan plastik, dan stainless steel,
(1 unit)  Kapasitas 2 liter
 mata pisau stainless steel
 power : 750 - 800 Watt, 220 V
C. Sarana Prasarana Usaha Garam Rakyat
1. Pengertian
Sarana Prasarana Usaha Garam Rakyat merupakan kegiatan untuk
meningkatkan meningkatkan jaringan distribusi garam rakyat,
meliputi pembuatan saluran air sekunder, perbaikan jalan produksi,
pembuatan brine tank ( penampungan air baku/air siap pakai untuk
dikristalisasi) dan geomembran.
2. Persyaratan Umum
a. Sarana prasarana usaha garam rakyat dilaksanakan di wilayah
pesisir yang memiliki lahan/tambak garam rakyat minimal seluas
15 Ha
b. Usaha garam rakyat telah dilaksanakan minimal 2 tahun terakhir
3. Persyaratan dan Spesifikasi Teknis
Sarana Prasaranan Usaha Garam Rakyat meliputi pembuatan
saluran air sekunder, pembuatan brine tank dan geomembran.
a. Pembuatan saluran air Sekunder
Saluran air sekunder merupakan saluran yang digunakan untuk
mendistribusikan air baku dari saluran primer ke dalam
hamparan lahan garam.
Spesifikasi teknis saluran air sebagai berikut :
(1) Lebar saluran sebesar 70 cm; kedalaman saluran sebesar 70
cm;
(2) Konstruksi saluran sebagaimana tergambar berikut :
Jalan Inspeksi 70 cm
Saluran Jalan Produksi

hamparan lahan 70 cm
30 cm
garam

Saluran Sekunder

Konstruksi dinding saluran cor-an batu kali, jalan inspeksi


saluran berupa beton ber-cor.
(3) Panjang saluran disesuaikan panjang jalan produksi
b. Pembuatan brine tank
Brine tank atau kolam penampungan air baku merupakan kolam
penampungan air siap pakai untuk kristalisasi.
Spesifikasi teknis brine tank sebagai berikut :
(1) Panjang brine tank 10 meter, lebar 10 meter dengan
ketinggian 1 meter dari lantai.
(2) Konstruksi lantai beton cor / precast dengan ketebalan 5 cm,
penopang dinding terbuat dari tulangan beton besi diameter
10 mm, dengan lebar coran 15 x 15 cm, dengan jarak tiap
penopang adalah 3,25 ( tiga koma dua puluh lima ) meter.
Gambar konstruksi sebagai berikut :

10 m

3, 25 m 3, 25 m 3, 25 m

1m

10 m

(3) Rangka tiang penopang dinding dari besi dengan diameter 10


mm.
15 x 15 cm

1m
lantai

50 cm

(4) Permukaan brine tank dilapisi dengan geomembran;


(5) Bagian atas brine tank diberikan penutup plastik berwarna
putih bening, dengan penopang berupa bambu berbentuk
prisma.
(6) Tinggi sumbu prisma 3 meter dari permukaan lantai.
c. Geomembran
Geomembran adalah membran untuk melapisi lahan garam yang
terbuat dari bahan plastik kedap air untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas garam.
Spesifikasi geomembran sebagai berikut :
Jenis : LDPE (Low Density Poly Ethylene)
Densitas : Minimum 0,900 g/cm3 – Maksimum
0,940 g/cm3
Kandungan : 2- 3 %
Karbon Hitam
Warna : Hitam pada kedua sisi
Tebal : Minimal 0,25 mm
Lebar Bentang / : Minimal 4,4 m
roll
Panjang Bentang : 42 m
/ roll
Strenght at Break : minimum 6 kN/m
Elongation at : minimum 160 %
Break
Tear resistence : minimum 20 N
Puncture : minimum 60 N
resistance
Bahan Baku : tidak menggunakan bahan daur ulang.
Catatan : Harus ada identitas barang yang
bersifat Permanen pada geomembran,
sehingga memudahkan
dalam inventarisasi barang
LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI
KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2017

KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG


KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017

Target PDRB 2017 :


APBD bidang KP 2017 :
(non belanja pegawai dan operasional)

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS PROVINSI


BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017
NO KEGIATAN INDIKATOR KINERJA
Pembangunan/Rehabilitasi fasilitas pokok dan fungsional Pelabuhan
I
Perikanan (UPTD Provinsi)
A. Fasilitas Pokok 1. Jumlah produksi perikanan
a) Penahan gelombang (breakwater), tangkap...(volume produksi
turap (reveretment), dan groin –ton)
b) Dermaga 2. Nilai produksi perikanan
c) Jetty tangkap... (Rp. Juta)
d) Kolam Pelabuhan 3. Jumlah pelabuhan
e) Alur pelayaran perikanan yang memenuhi
f) Drainase standar operasional...
B. Fasilitas Fungsional (lokasi)
a) Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
b) Instalasi air bersih
c) Instalasi BBM
d) Instalasi listrik
e) Instalasi Pengolah Limbah (IPAL)
II Pembangunan/Rehabilitasi sarana dan prasarana pokok Balai Benih Ikan
Sentral/BBIS (UPTD Provinsi)
A. Pembangunan kolam 1. Jumlah produksi perikanan
B. Peralatan Perbenihan budidaya... (juta ton)
C. Peralatan Perkolaman 2. Jumlah produksi induk
D. Peralatan Panen unggul budidaya... (juta ton-
non komulatif)
III Pengadaan sarana dan prasarana pengawasan sumber daya kelautan dna
perikanan
A. Pengembangan sarana dan 1. Jumlah pemenuhan sarana
prasarana pengawasan pengelolaan dan prasarana pengawasan
sumber daya kelautan dan yang memadai secara
perikanan akuntabel dan tepat
a) Pengadaan speedboat pengawasan waktu... (unit)
SDKP (12m dan 16m)
b) Pengadaan garasi speedboat
c) Bangunan pengawasan
d) Perlengkapan POKMASWAS
IV Pengadaan sarana dan prasarana di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil dan konservasi perairan
A. Bangunan pengelolaan kawasan 1. Jumlah luas kawasan
konservasi konservasi (juta Ha)
B. Tambatan perahu/jetty di pulau- 2. Jumlah kawasan pesisir...
pulau kecil (kawasan) dan pulau-pulau
kecil... (pulau) yang mandiri
V Pengadaan sarana dan prasarana pembinaan mutu hasil perikanan
A. Peralatan laboratorium
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS
KABUPATEN/KOTA BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2017
I Pembangunan/Rehabilitasi sarana dan prasarana Tempat Pelelangan
Ikan di luar Pelabuhan Perikanan (milik UPTD kab/kota)
A. Pembuatan/rehabilitasi lantai 1. Jumlah produksi perikanan
B. Drainase tangkap... (volume produksi-
C. Instalasi listrik dan penerangan ton)
D. Lahan parkir 2. Nilai produksi perikanan
E. Air bersih tangkap... (Rp.juta)
3. Nilai tukar nelayan (NTN)

II Pembangunan/Rehabilitasi sarana dan prasarana pokok Balai Benih Ikan


Lokal/BBIL (milik UPTD Kab/Kota)
A. Pembangunan kolam 1. Jumlah produksi perikanan
B. Peralatan perbenihan budidaya... (juta ton)
C. Peralatan perkolaman 2. Jumlah produksi induk
D. Peralatan panen unggul di UPTD ... (juta
ekor-non komulatif)
3. Nilai tukar pembudidaya
(NTPi)
III Pengadaan sarama dan prasarana pemberdayaan usaha skala kecil
masyarakat pesisiee (Nelayan, Pembudidaya Ikan, Pengolah dan Pemasar
Hasil Perikanan serta Petambak Garam)
A. Kapal penangkapan <3GT beserta 1. Kapal perikanan yang
mesin dan alat tangkapnya (laut dan terbangun... (unit)
perairan umum daratan) 2. Jumlah alat penangkap ikan
B. Percontohan budidaya (air tawar, air yang terbangun dan
payau dan air laut) dioperasionalkan... (unit)
C. Pembangunan/Rehabilitasi bedah 3. Jumlah produksi perikanan
UKM pengolahan budidaya... (juta ton)
D. Sarana dan prasarana tambak 4. Volume produk hasil olahan
garam (saluran air, tandon air tua, perikanan... (juta ton)
bak pencucian dan geomembran 5. Nilai produk kelautan dan
serta gudang garam) perikanan (Rp.triliun)
6. Nila tukar pengolah
7. Volume produksi garam ...
(juta ton)
8. Nilai tukar petambak garam

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd
SUSI PUDJIASTUTI
LAMPIRAN VI
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR /PERMEN-KP/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI
KHUSUS BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
TAHUN 2017

OUTCOME KEGIATAN DAK


BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN 2016-2017

NO INDIKATOR OUTCOME 2016 2017


1. Jumlah produksi perikanan
2. Meningkatnya pendapatan nelayan,
pembudidaya, pengolah dan pemasar hasil
perikanan (Rp./orang/bulan)
3. Tingkat konsumsi ikan per kapita
(kg/kapita/tahun)
4. Volume dan nilai produk hasil perikanan
(ton/Rp.juta)
5. Jumlah produksi jenis ikan
6. Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola
(pulau)
7.
8.
9.

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SUSI PUDJIASTUTI

Anda mungkin juga menyukai