Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku seksual sebelum menikah yang dilakukan remaja semakin hari

semakin menjadi sorotan. Penyebabnya antara lain ingin mendapatkan status

di dalam kelompok pergaulan, kurangnya pengetahuan seksual dari orang tua

dan kurangnya perkembangan kognitif terhadap keyakinan pemahaman

agama. Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengertian kata standar “stan-dar”

yaitu ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan. Perilaku seksual diartikan

sebagai kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi dorongan seksual. Standar

perilaku seksual adalah ukuran yang dipakai sebagai patokan dalam mengukur

segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual. (Syamsu, 2014)

Perilaku seksual diawali dengan terjalinnya interaksi antar teman dan

lawan jenis, melibatkan aspek emosi yang diekspresikan dalam berbagai

perilaku seksual ringan seperti berpegangan tangan, mencium pipi kening dan

merangkul. Adapun perilaku seksual berat yang dilakukan remaja antara lain

kissing, necking, petting dan intercourse. Banyaknya remaja yang sulit

mengendalikan dorongan perilaku seksual dapat menimbulkan masalah

seperti berhenti pendidikan dibangku sekolah, hilangnya keperawanan

menyebabkan kehamilan, ketidaksiapan kehamilan remaja yang

mengakibatkan abortus, bahkan penyakit menular seksual seperti HIV-AIDS

yang akhirnya kematian dimasa muda. (Haqim, 2014)

1
2

Survei internasional yang dilakukan Bayer Healtcare Pharmaceutical

ditahun 2011 terhadap 6.000 orang remaja dalam 26 negara mengungkapkan

terjadinya peningkatan jumlah remaja yang melakukan seks tidak aman, di

negara Perancis mencapai 11% dan tertinggi di Amerika Serikat yaitu

sebanyak 39%. Indonesia sendiri 63% remaja sudah pernah melakukan kontak

seksual dengan lawan jenis dan yang ironis nya 21% pernah melakukan aborsi

(BKKBN, 2008). Survei kesehatan reproduksi remaja yang dilakukan

Kementrian Kesehatan Indonesia pada tahun 2017, mewawancarai 33%

remaja perempuan dan 34% remaja laki-laki yang memulai pacaran dibawah

umur 15 tahun. Remaja umur 15 tahun tidak memiliki ketrampilan

pengetahuan seksual sehingga beresiko berperilakuan pacaran yang tidak

sehat. (Jaenudin. 2012)

Hasil survei demografi kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukkan

48 dari 1.000 kehamilan diperkotaan terjadi pada remaja berumur 15 sampai

19 tahun dan belum menikah dan surveri yang dilakukan kementrian

kesehatan Indonesia ditahun 2017, jumlah infeksi HIV baru dilaporkan

sebanyak 10.376 kasus. Prestase infeksi HIV dilaporkan 3,2% kelompok

umur 15 sampai 19 tahun, adapun AIDS sebanyak 673 kasus dan kelompok

remaja umur 15 sampai 19 tahun sebanyak 21%. (Depkes, 2017)

Dari hasil SDKI didapatkan peningkatan pada tahun 2007 (Sindo News

Nasional,2015). Departemen Kesehatan tahun 2009mendapatkan data dari

pengadilan agama kabupaten Ponorogo Jawa Timur, 47 pelajar SMA hamil

diluar nikah dan putus pendidikan dibangku sekolah.


Masa remaja merupakan periode penting dari kehidupan, periode

transisional, masa perubahan, masa individu mencari identitas diri dan

ambang menuju kedewasaan. Dimana ini seseorang ingin selalu mencoba hal-

hal baru bahkan yang didorong rangsangan seksual. Remaja berasal dari kata

latin Adolescence yang merupakan fase yang potensial bagi tumbuh dan

kembang fisik maupun psikis yang akan terus tumbuh ke arah dewasa.

Menurut WHO batasan usia remaja mulai 12 sampai 21 tahun. Karakteristik

remaja meliputi perkembangan seksual, perkembangan emosi, dan

ketertarikan remaja pada lawan jenis yang merupakan tugas perkembangan

yang harus dikuasai remaja dalam pembentukan hubungan baru dan lebih

matang dengan lawan jenis. (Krori, 2011).

Pendidikan seksual merupakan kegiatan atau informasi untuk

mengajarkan mengenai kesehatan reproduksi untuk mengurangi potensi

resiko akibat perilaku seksual yang negatif, memberikan bekal pembelajaran

tentang keterampilan hidup dalam mengurangi tingginya tingkat anak putus

sekolah dan kehamilan yang tidak diinginkan. Bertujuan memberikan

pengetahuan dan pemahaman tentang apa itu seksual secara keseluruhan

sehingga remaja terhindar dari perilaku-perilaku seksual yang negatif.

(Nyarko, 2014).

Aktivitas keagamaan ditujukan kepada remaja untuk menstabilkan

tingkah laku, memberikanperlindungan rasa aman yang diharapkan untuk

mendapatkan sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan, apalagi

bagi remaja yang sedang mencari ekstensi diri. Pengertian aktivitas


keagamaan yaitu segalakegiatan dalam kehidupan yang didasarkan pada nilai-

nilai agama yang diyakini agar tidak terjadi kekacauan dalam kehidupan

sehari-hari.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui

wawancara dengan guru bimbingan konseling dan guru agama Kristen SMAN

15 Jakarta, pada tahun 2012 terdapat 2 orang pelajar di perkumpulan rohani

Kristen SMAN 15 Jakarta putus pendidikan dibangku sekolah karena hamil

duluar nikah dan hasil wawancara dengan 10 siswa mulai kelas X sampai

kelas XII di perkumpulan Rohani Kristen SMAN 15 Jakarta. Dari 10

responden 6 mengatakan pernah melakukan aktivitas seksual seperti

berpengangan tangan, berpelukkan bahkan kissing dan necking yang dilatar

belakangi dengan pengaruh teman yang merupakan gaya pacaran pada remaja

jaman sekarang. 2 responden mengatakan belum pernah pacaran dan belum

pernah melakukan aktivitas seksual, dan dua diantaranya tidak memiliki

keterbukaan.

Selain itu 8 responden mengatakan taat mengikuti aktivitas keagamaan

di perkumpulan rohani kristen SMAN 15 Jakarta seperti mengikuti pengurus

perkumpulan rohani kristen, taat melakukan ibadah dihari minggu dan rajin

berdoa. Namun 2 responden mengatakan jarang melaksanakan aktivitas

keagamaan dan jarang mengikuti aktivitas keagamaan yang disediakan

perkumpulan Rohani Kristen SMAN 15 Jakarta.

Oleh karena itu penulis mengambil judul penellitian tentang “Hubungan

antara Aktivitas Keagamaan, Pendidikan Seksual dengan Standar Perilaku Se


ksual Remaja di Perkumpulan Rohani Kristen SMAN 15 Jakarta.”

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijabarkan, perilaku seksual sebelum

menikah yang dilakukan remaja menjadi semakin sorotan, salah satu

penyebab kurangnya perkembangan kognitif terhadap keyakinan pemahaman

agama. Perilaku seksual diartikan sebagai kegiatan yag dilakukan untuk

memenuhi dorongan seksual. Masa remaja merupakan periode penting dari

kehidupan, periode transisional, masa perubahan, masa individu mencari

identitas diri dan ambang menuju kedewasaan (Krori, 2011). Pengertian

aktivitas keagamaan yaitu segala kegiatan dalam kehidupan yang didasarkan

pada nilai-nilai agama yang diyakini agar tidak terjadi kekacauan dalam

kehidupan sehari-hari.

Penelitian yang dilakukan oleh Peggy M. J. Emmerink di Universitas

Utrecht Netherland dengan menggunakan instrumen yang baru

dikembangkan, skala untuk penilaian standar seksual diantara remaja

(SASSY). Perilaku seksual dan agama secara dignifikan berhubungan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Ada atau tidaknya hubungan antara aktivitas keagamaan,

pendidikan seksual dengan standar perilaku seksual remaja di perkumpulan

Rohani Kristen SMAN 15 Jakarta”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara aktivitas keagamaan, pendidikan

seksualdengan standar perilaku seksual remaja di perkumpulan rohani

Kristen SMAN 15 Jakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui aktivitas keagamaan di perkumpulan rohani Kristen SMAN

15 Jakarta.

b. Mengetahui pendidikan seksual di perkumpulan rohani Kristen SMAN

15 Jakarta.

c. Mengetahui standar perilaku seksual remaja di perkumpulan rohani Kri

sten SMAN 15 Jakarta.

d. Mengetahui hubungan antara aktivitas keagamaan, pendidikan seksual

dengan standar perilaku seksual remaja di perkumpulan rohani Kristen

SMAN 15 Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

a. Hasil dari penelitian ini bisa digunakan untuk pembimbing rohani atau

pembimbing konseling di SMAN 15 Jakarta untuk pengembangan pend

idikan seksual yang berhubungan dengan standar perilaku seksual remaj

a dan keagamaan.

b. Bagi pelajar diusia remaja menjadi tambahan informasi tentangstandar

perilaku seksual yang seusia dengan perkembangan remajadan lebih

bertanggung jawab melakukan perilaku seksual sesuai keagamaan.

2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambah

informasi bagi remaja dalam perkembangan standar perilaku seksualyang

berhubungan dengan aktivitas keagamaan.

3. Manfaat Metodologis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai referensi

untuk penelitian kedepan dan diharapkan kepada peneliti berikutnya bisa

mengembangkan penelitian ini sesuai perkembagan zaman dan keagamaan

yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai