Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: 978-602-61265-2-8), Juni 2018

EFEKTIFITAS PELATIHAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH


TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN NGUNTORONADI
KABUPATEN WONOGIRI

Shanti Emawati1), Sudiyono2), Ayu Intan Sari3)


1),2),3)
Prodi Peternakan, Fakultas Pertanian,UNS
E-mail: shanti_uns@yahoo.co.id (correspondence author)

ABSTRAK

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menganalisis efektifitas pelatihan teknologi
pengolahan limbah ternak sapi potong di Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri sebagai
indikator keberhasilan pelatihan teknologi pengolahan limbah kotoran ternak. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 10 Mei- 22 Juli 2017 di Desa Gebang dan Desa Ngadipiro. Jumlah
peternak yang mengikuti pelatihan sebesar 34 orang yang tergabung dalam KTT. Wijaya Makmur
dan KTT Subur. Metode pelaksanaan adalah melalui Focus Group Discussion (FGD), penyuluhan
dan pelatihan teknologi pengolahan pupuk organik. Berdasarkan hasil kegiatan menunjukkan
bahwa profil peternak yang mengikuti kegiatan pelatihan adalah rata-rata usia peternak 49 tahun,
tingkat pendidikan SLTA, jumlah kepemilikan ternak sapi 3 ekor dan pekerjaan utama sebagai
petani. Pada aspek kognitif terdapat peningkatan pengetahuan peternak sebelum dan sesudah
dilakukannya kegiatan pelatihan teknologi pengolahan limbah kotoran ternak sapi. Hasil rata-rata
dari nilai pretest dan posttest menunjukkan kenaikan dari 52,12 ke 66,06 atau naik sebesar 13,94
sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pelatihan teknologi pengolahan limbah ternak sapi
berhasil dan efektif dengan ditunjukkan adanya peningkatan pengetahuan peternak sesudah
diberikannya pelatihan. Peningkatan pengetahuan sebagai tolak ukur dalam menentukan
efektivitas suatu program pelatihan.

Kata kunci : pengetahuan, pelatihan, teknologi pengolahan, limbah ternak sapi, pupuk organik

PENDAHULUAN
Kabupaten Wonogiri merupakan Secara klimatologi, Kabupaten
salah satu sentra utama pengembangan sapi Wonogiri beriklim tropis, mempunyai 2
potong di Jawa Tengah dengan jumlah musim yaitu penghujan dan kemarau dengan
populasi sapi potong sebesar 157.468 ekor. suhu rata-rata antara 240-320 dengan curah
Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah hujan rata-rata 1,845 mm/tahun dengan
182.236,02 ha atau 5,59% dari luas wilayah jumlah hari hujan rata-rata 100 hari/tahun.
Propinsi Jawa Tengah dan secara geografis Besarnya hujan potensial per tahun rata-rata
terletak antara 7032’ dan 8015’ Lintang 3.631.708.820 m3 dengan tingkat evaporasi
Selatan (LS) dan 110041’ dan 111018’ Bujur sebesar 10% maka jumlah air hujan efektif
Timur (BT). Secara administrasi, Kabupaten di Kabupaten Wonogiri per tahun rata-rata
Wonogiri terbagi menjadi 25 kecamatan, sebesar 3.268.537.937 m3 dengan
251 desa dan 43 kelurahan serta 2.306 penyebaran daerah hujan yang tidak merata
dusun/lingkungan (BPS Wonogiri, 2016) (Bapedda Kabupaten Wonogiri, 2011).
Topografi Kabupaten Wonogiri Kecamatan Nguntoronadi terdiri dari
sebagian tanahnya berupa perbukitan, 9 desa dan 2 kelurahan. Jarak Kecamatan
dengan + 20% bagian wilayah merupakan Nguntoronadi ke ibukota Kabupaten
perbukitan kapur, terutama yang berada di Wonogiri sekitar 28 km. Secara administrasi
wilayah selatan Wonogiri. Sebagian besar Kecamatan Nguntoronadi berbatasan dengan
topografi tidak rata dengan kemiringan rata- sebelah Utara adalah Kecamatan Ngadirojo,
rata 300, sehingga terdapat perbedaan sebelah Timur adalah Kecamatan
kawasan yang satu dengan kawasan lainnya Tirtomoyo, sebelah selatan adalah
yang membuat kondisi sumber daya alam Kecamatan Baturetno dan sebelah Barat
yang saling berbeda. berbatasan dengan Kecamatan Wuryantoro.

745
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: 978-602-61265-2-8), Juni 2018

Potensi sumber daya alam yang ada Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi,


di Kecamatan Nguntoronadi meliputi luas Kabupaten Wonogiri.
wilayah 8.040, 52 ha yang terbagi dari lahan
persawahan, tegal, tanah pekarangan, METODE PELAKSANAAN
bangunan, hutan Negara serta waduk. Tanah Kegiatan ini dilaksanakan pada
pekarangan juga digunakan masyarakat tanggal 10 Mei- 22 Juli 2017 di Desa
sekitar sebagai penunjang sektor Gebang dan Desa Ngadipiro, Kecamatan
perekonomian termasuk sub sektor Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Jumlah
peternakan yaitu sebagai area pemeliharaan responden sebesar 34 peternak yang
dan lahan hijauan pakan ternak. tergabung dalam KTT Wijaya Makmur dari
Kecamatan Nguntoronadi memiliki Desa Gebang dan KTT. Subur dari Desa
potensi peternakan sapi potong, hal ini Ngadipiro.
terlihat dari jumlah populasi sapi potong Metodologi yang digunakan dalam
sebesar 4838 ekor. Desa Ngadipiro kegiatan ini adalah: (1) Peningkatan
merupakan salah satu desa di Kecamatan pengetahuan mengenai teknologi
Nguntoronadi yang memiliki jumlah pengolahan limbah ternak sapi. Peningkatan
populasi sapi potong terbesar kedua setelah pengetahuan peternak dilakukan dengan
Desa Semin yaitu 508 ekor, sedangkan desa melalui kegiatan penyuluhan dan Focus
yang memiliki jumlah populasi sapi potong Group Discussion (FGD) yang melibatkan
cukup besar adalah Desa Gebang yaitu 450 instansi terkait, peternak, tokoh masyarakat
ekor (BPS Wonogiri, 2016). untuk menggali data agar diperoleh
Lahan pertanian yang luas serta pemecahan masalah yang selama ini
pengolahan lahan pertanian yang baik dapat dihadapi peternak, (2) Penerapan teknologi
menunjang dalam pemenuhan pakan untuk pengolahan limbah ternak sapi menjadi
ternak sapi potong, selain itu limbah kotoran pupuk organik padat dan cair. Aplikasi
yang berasal dari ternak sapi digunakan teknologi pengolahan limbah ternak sapi
sebagai pupuk untuk penyubur tanaman menjadi pupuk organik padat dan cair
pangan dan pakan. Upaya mengembangkan dilaksanakan melalui kegiatan pelatihan, (3)
peternakan sapi potong berbasis pengolahan Peningkatan pengetahuan peternak diukur
limbah ternak di Desa Gebang dan menggunakan skoring pretest dan post test
Ngadipiro, Kecamatan Nguntoronadi adalah yaitu penilaian sebelum dan sesudah
dengan peternak mengikuti kegiatan peternak mengikuti penyuluhan dan
penyuluhan dan pelatihan yang pelatihan teknologi pengolahan limbah
diselenggarakan oleh dinas terkait dan ternak sapi menjadi pupuk organik padat dan
perguruan tinggi. Menurut Simamora (2006) cair
salahsatu pengembangan SDM dengan cara
melakukan pelatihan guna meningkatkan HASIL DAN PEMBAHASAN
pengetahuan dan keterampilan. Pelatihan Karakteristik Responden
akan dikatakan berhasil apabila pelatihan Karakteristik peternak dalam
yang dilakukan berjalan efektif yaitu kegiatan ini meliputi umur, tingkat
bertambahnya pengetahuan, kemampuan pendidikan, jumlah kepemilikan ternak dan
dan ketrampilan terhadap materi pelatihan pekerjaan peternak. Umur peternak yang
(Hasibuan, 2005). Oleh karena itu diketahui mengikuti pelatihan di Kecamatan
efektivitas pelatihan pengolahan limbah Nguntoronadi (Tabel 1.
ternak sapi potong di Desa Gebang dan

Tabel 1. Umur peternak yang mengikuti kegiatan pelatihan


Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
15-30 0 0
31-45 13 38,24
46-60 18 52,94
> 61 3 8,82
Jumlah 34 100
Sumber : Data primer terolah, 2017.

746
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: 978-602-61265-2-8), Juni 2018

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa dengan 64 tahun (Arsyad, 1999). Usia


jumlah peternak terbanyak terdapat pada peternak yang produktif atau masih muda
kelompok umur 46-60 tahun sebanyak 18 pada umumnya rasa keingintahuan terhadap
orang dengan persentase sebesar 52,94%. sesuatu semakin tinggi dan minat untuk
Hal ini menunjukkan umur peternak mengadopsi terhadap introduksi teknologi
digolongkan dalam usia produktif untuk semakin tinggi (Chamdi, 2003).
bekerja. Hasil tersebut didukung Undang- Tingkat pendidikan peternak yang
Undang Tenaga Kerja Nomor 13 Tahun mengikuti pelatihan di Kecamatan
2003, seseorang yang dikelompokkan Nguntoronadi (Tabel 2).
sebagai tenaga kerja berusia 15 sampai

Tabel 2. Tingkat pendidikan peternak yang mengikuti pelatihan di Kecamatan Nguntoronadi


Tingkat pendidikan Jumlah responden (Orang) Persentase (%)
SD dan sederajad 11 32,35
SMP dan sederajad 10 29,41
SMA dan sederajad 12 35,29
Perguruan Tinggi 1 2,94
Total 34 100,00
Sumber : Data primer terolah, 2017.

Tingkat pendidikan peternak atau mempertimbangkan suatu inovasi yang


tergolong tinggi dengan lulusan lulusan dapat membantu mengembangkan usaha
SMA dan sederajad 12 orang atau sebesar menjadi lebih baik dari sebelumnya,
35,29%, Semakin tinggi tingkat pendidikan sehingga peternak tidak tertinggal dengan
seseorang maka akan semakin tinggi juga perkembangan teknologi yang semakin
tingkat produktivitas atau kinerja tenaga modern (Tiafery, 2016). Soekartawi et al.
kerja tersebut (Simanjuntak, 2001). (1986) menyatakan bahwa pendidikan
Pendidikan akan mempengaruhi pola pikir seseorang akan mempengaruhi pula dalam
dan sikap seseorang, terutama dalam hal menjalankan usaha secara efektif dan
pengambilan keputusan dan pengaturan efisien.
manajemen dalam mengelola suatu usaha. Jumlah kepemilikan ternak peternak
Pendidikan mempermudah dalam menerima yang mengikuti pelatihan (Tabel 3)

Tabel 3. Jumlah kepemilikan ternak peternak yang mengikuti pelatihan di Kecamatan


Nguntoronadi
Jumlah kepemilikan ternak (ekor) Jumlah responden (Orang) Persentase (%)
1-3 22 64,7
4-6 11 32,35
>6 1 2,94
Total 34 100
Sumber : Data primer terolah, 2017.
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan dimiliki petani hanya satu sampai beberapa
bahwa jumlah peternak yang mengikuti ekor. Tingkat kepemilikan ternak sapi sangat
pelatihan tertinggi terdapat pada kelompok berpengaruh kepada besar kecilnya
jumlah kepemilikan ternak sapi 1-3 ekor pendapatan usaha sapi potong (Krisna dan
sebanyak 22 orang dengan persentase Harry, 2014).
64,7%. Menurut pendapat Sostroamidjojo Pekerjaan peternak yang mengikuti
dan Soeradji(1990), skala usaha peternakan pelatihan pengolahan limbah ternak menjadi
sapi rakyat digambarkan oleh jumlah pupuk organic padat dan cair di Kecamatan
kepemilikan ternak uyang kecil, ternak yang Nguntoronadi (Tabel 4).

747
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: 978-602-61265-2-8), Juni 2018

Tabel 4. Pekerjaan peternak yang mengikuti pelatihan di Kecamatan Nguntoronadi


Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
Petani 27 79,41
Wiraswasta 4 11,76
PNS 1 2,94
Buruh 1 2,94
Wirausaha industry brem 1 2,94
Jumlah 61 100
Sumber: Data primer terolah, 2017.

Berdasarkan Tabel 4 sebagian besar seperti kegagalan produksi, petani


peternak yang mengikuti pelatihan melakukan usaha sampingan sebagai salah
pengolahan limbah ternak sapi di Kecamatan satu sumber pendapatan untuk memenuhi
Nguntoronadi bermatapencaharian sebagai kebutuhan pokok keluarga.
petani sebanyak 27 orang dengan persentase
79,41%. Peternak yang mengikuti pelatihan Keberhasilan Program Penyuluhan dan
merupakan peternak rakyat yang memiliki Pelatihan
sapi potong sebagai usaha sampingan Berdasarkan aspek kognitif
dengan pekerjan utama bervariasi. Usaha mengenai teknologi pengolahan limbah
peternakan dijadikan sebagai pekerjaan ternak sapi menjadi pupuk organik padat dan
sampingan karena hasil dari usaha cair, setelah dilakukan kegiatan penyuluhan
peternakan dapat dijadikan sebagai dan pelatihan kepada peternak menunjukkan
tambahan pendapatan bagi keluarga peningkatan seperti tersaji pada Tabel 5
(Tiafery, 2016). Susanto (2003) menyatakan sebagai berikut.
bahwa untuk menghadapi resiko usaha

Tabel 5. Hasil pretest dan posttest peternak yang mengikuti kegiatan pelatihan
No. Pretest Postest Peningkatan
1 50 66 16
2 42 26 -16
3 38 90 52
4 66 78 12
5 62 78 16
6 38 50 12
7 14 18 4
8 74 82 8
9 34 54 20
10 54 58 4
11 38 66 28
12 78 78 0
13 42 66 24
14 74 80 6
15 70 86 16
16 34 86 52
17 66 86 20
18 66 74 8
19 86 94 8
20 66 46 -20
21 42 66 24
22 18 34 16
23 78 74 -4
24 74 90 16

748
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: 978-602-61265-2-8), Juni 2018

25 46 46 0
26 42 70 28
27 58 82 24
28 66 62 -4
29 58 38 -20
30 10 54 44
31 26 54 28
32 34 78 44
33 58 58 0
34 70 78 8
Rata-
rata 52,12 66,06 13,94

Hal ini terlihat pada nilai pretest sebelum Tahun 2012. Wonogiri. Bapedda
pelatihan sebesar 52,12 dan nilai post test Kabupaten Wonogiri.
sesudah pelatihan 66,06 dengan rata-rata Badan Pusat Statistik. (2016). Kabupaten
peningkatan hasil yang diperoleh adalah Wonogiri dalam Angka.
13,94. Hasil pos-test lebih besar Wonogiri:BPS.
dibandingkan dengan hasil pre-test, sehingga Badan Pusat Statistik. (2016). Kecamatan
dapat disimpulkan bahwa pemberian Ngauntoronadi dalam Angka.
pelatihan pengolahan limbah ternak sapi Wonogiri: BPS.
berhasil dan efektif dengan ditunjukkan Chamdi, A.N. (2003). Kajian Profil Usaha
adanya peningkatan pengetahuan peternak Kambing di Kecamatan
sesudah diberikannya pelatihan. Keradenan Kabupaten Grobogan.
Peningkatan pengetahuan sebagai (Prosiding Seminar Nasional
tolak ukur dalam menentukan efektivitas Teknologi Peternakan dan
suatu program pelatihan. Menurut Hasibuan Veteriner. Bogor 29-30
(2005) bahwa pelatihan akan dikatakan September 2003). Bogor,
berhasil apabila pelatihan yang dilakukan Puslitbang Peternakan
berjalan efektif yaitu bertambahnya Departemen Pertanian.
pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan Hasibuan. (2005). Manajemen Sumber Daya
terhadap materi pelatihan. Manusia. (Edisi Revisi). Jakarta.
Bumi Aksara.
KESIMPULAN Krisna, R. & Harry. (2014) Hubungan
Pada aspek pengetahuan mengenai Tingkat Kepemilikan dan Biaya
teknologi pengolahan pengolahan limbah Usaha dengan Pendapatan Peternak
ternak sapi menjadi pupuk organik padat dan Sapi Potong di Kabupaten
cair, setelah dilakukan kegiatan penyuluhan Sukabumi Provinsi Jawa Barat
dan pelatihan kepada peternak menunjukkan (Studi Korelasi). Jurnal Aplikasi
peningkatan. Rata-rata hasil pos-test lebih Manajemen. 2(12).
besar dibandingkan dengan hasil pre-test, Simanjuntak, P. J. (2001). Pengantar
sehingga dapat disimpulkan bahwa Ekonomi Sumber Daya Manusia.
pemberian pelatihan pengolahan limbah Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas
ternak sapi berhasil dan efektif dengan Ekonomi UI.
ditunjukkan adanya peningkatan Simamora, H. (2006). Manajemen Sumber
pengetahuan peternak sesudah diberikannya Daya Manusia, (Edisi 2).
pelatihan. Yogyakarta. STIE YKPN.
Soekartawi, A., Soeharjo, J. L. Dillon & J.
DAFTAR PUSTAKA B. Hardaker. (1986). Ilmu
Arsyad, L. (1999). Ekonomi Pembangunan. Usahatani dan Penelitian untuk
Edisi keempat. Universitas Gadjah Perkembangan Petani Kecil.
Mada. Yogyakarta. Jakarta. UI Press.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Sosroamidjojo & Soeradji. ( 1990).
(2011). Data Pokok dan Album Peta Peternakan Umum. Jakarta. CV
untuk Informasi dan Bahan Yasaguna.
Perencanaan Pembangunan Daerah

749
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: 978-602-61265-2-8), Juni 2018

Susanto, W. (2003). Pendapatan Usahatani Tiafery, (2016). Model Pemberdayaan


Pembibitan dan Pembesaran Sapi Peternak Rakyat Dalam
Potong Betina di Desa Tegahan, Pengembangan Usaha
Kecamatan Grobogan, Kabupaten Penggemukan Sapi Potong Di
Grobogan, Jawa Tengah (Skripsi). Kecamatan Nogosari Kabupaten
Yogyakarta. Fakultas Peternakan Boyolali. (Skripsi). Surakarta.
Universitas Gadjah Mada. Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret.

750

Anda mungkin juga menyukai