Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan bangsa Arab pra Islam mengalami kekacauan yang luar biasa. Mereka
menyekutukan Allah SWT karena belum adanya kepercayaan kepada-Nya. Mereka berbuat
maksiat, berbagai bentuk kebobrokan moral, tidak memiliki norma, dan percaya kepada
hurafat dan berhala. Berbagai hal muncul dan terkemuka pada zaman bangsa Arab pra Islam.
Baik dalam hal kepercayaan, perilaku moral,, akhlak, sikap, dan lain sebagainya. Namun
tidaklah selalu menitikberatkan bahwa kata jahiliyah adalah kebodohan. Hal ini dapat terbukti
dengan banyaknya karya-karya sastra bangsa Arab pra Islam ketika itu. Mereka telah
memiliki peradaban dengan berbagai karyanya, baik dalam hal puisi, tulisan, para orator
ulung, dan rasa kebersamaan sesama kabilah. Walau dalam kenyataannya bangsa Arab belum
memiliki agama yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW.
Maka selayaknya kita dapat merubah paradigma kita, bbahwa yang disebut jahiliah itu
bukanlah dalam hal yang dipandang secara global saja. Karena ada berbagai hal yang telah
ditonjolkan oleh mereka. Karena mereka pulalah yang awalnya terbentuk sastra-sastra Arab
yang bernilai tinggi.
Mulai sekaranglah kita harus membuka pikian kita. Bahwa ketika zaman mdaereka pun
peradaban sudah ada, lantas mengapa pada zaman sekarang, dapat dibilang juga sebagai
zaman teknologi terutama indonesia yang mayoritasnya umat Islam belum mencapai sikap
dan adab sebagai mana layaknya umat Islam pasa zaman Nabi Muhammad SAW.
Maka dari itu penting bagi kita mempelajari Sejarah peradaban Islam gunamelihat
contoh dan cerminan bagi kita. Dari sinilah perlunya saya membuat makalah tentang hal ini
agar pembaca dapat mengambil pelajaran hal yang baiknya, dan hal buruknya tidak kita
lakukan pada zaman sekarang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagimana asal usul bangsa Arab dahulu?
2. Bagaimana kondisi politik dan pemertintahan bangsa Arab pra Islam dahulu ?
3. Bagaimana kepercayaan dan kondisi budaya bangsa Arab pra Islam ketika itu?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar pembaca tdapat mengetahui bagaimana sejarah asal usul bangsa Arab pra
Islam
2. Agar para pembaca daat mengetahui keadaaan politik dan pemerintahan bangsa
Arab pra Islam
3. Agar pembaca dapat mengetahui dan dapat mengambil pelajaran dari
kepercayaan dan budaya bangsa Arab pra Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH PERADABAN ARAB PRA ISLAM


1. Geografi Simenanjung Arabia
Bangsa Arab bertempat tinggal dan mendiami simenanjung terbesar di dunia, yaitu
Simenanjung Arabia. Terletak di Asia Barat Daya, luasnya 1.027.000 mil persegi,
sebagian besar ditutupi padang pasir dan merupakan salah satu tempat terpanas di dunia.
Tidak terdapat sungai yang dapat dilayari atau airnya yang terus menerus mengalir ke laut,
yang ada hanya lembahlembah yang digenangi air di waktu musim hujan. Simenanjung
Arabia terdiri atas dua bagian. Pertama, daerah pedalaman, merupakan daerah padang
pasir yang kering karena kurang dituruni hujan dan sedikit penduduk karena daerahnya
tandus. Kedua, daerah pantai di pinggir laut, di bagian tengah dan selatan, hujan turun
teratur sehingga subur ditanami, yaitu daerah Hijaz, Yaman, Hadramaut, Oman dan
Bahrain. Di antara daerah itu Yaman yang paling subur, sehingga disebut negeri barkah
Berdasarkan letak geografis bangsa Arab ini, mereka yang tinggal di daerah
pedalaman disebut penduduk pengembara (ahl al-badwi). Mereka ini mengembara dari
satu tempat ke tempat lain dengan membawa segala miliknya, berhenti bila menemukan
air dan padang rumput untuk ditinggalkan lagi bila sumber kehidupan mereka habis.
Pekerjaan utama mereka, memelihara ternak unta, domba dan kuda serta berburu dan tidak
tertarik pada perdagangan, pertanian dan kerajinan. Adapun mereka yang tinggal di daerah
pantai disebut penduduk penetap (alh al-hadhar). Mereka sudah tahu pertanian, seperti
cara mengolah tanah bercocok tanam dan kerajinan. Mereka juga berdagang, bahkan
dengan orang luar negeri. Oleh sebab itu, mereka lebih berbudaya dari Arab badwi1
2. Asal Usul Bangsa Arab
Bangsa Arab berasal dari ras Samiyah dan terbagi kepada dua suku. Pertama, suku
Arab al-Baidah , yaitu bangsa Arab yang sudah punah seperti kaum ‘Ad dan Tsamud.
Kedua, suku Arab al-aqiyah, yaitu bangsa Arab yang masih hidup sampai sekarang, terdiri
dari keturunan Qahthan dan Adnan. Allah mengutus Nabi Hud kepada kaum ‘Ad tetapi
mereka mendustakan-Nya maka Allah menyiksa mereka dengan meniupkan angin selama
tujuh malam delapan hari secara terus menerus.Mereka mati bergelimpangan karena
kedinginan kelaparan dan ditimpa berbagai penyakit sehingga mereka punah dan tidak ada
1
Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau , hlm. 9

3
yang tersisa. Adapun kaum Tsamud diutus Allah kepada mereka Nabi Saleh dengan
membawa mu’jizat seekor unta dengan janji bahwa minuman mereka dan minuman untuk
unta dibagi brgiliran hari, tetapi mereka menyembelih unta dan memakan dagingnya,
maka kemurkaan Allah datang kepada mereka dengan menimpakan sakit semacam
penyakit kolera selama tiga hari lamanya. Hari pertama muka mereka pucat kuning, hari
kedua berubah menjadi merah padam dan hari ketiga jadi hitam serta malamnya mereka
mati bergelimpangan. Negeri asli keturunan Qahthan adalah Arabia Selatan, di antara
mereka ada yang muncul menjadi Raja, seperti Raja Yaman, Raja Saba’ dan Raja Himyar.
Tetapi semenjak bendungan Saba’ rusak, di antara mereka ada yang mengembara ke utara
dan malahan dapat membentuk kerajaankerajaan, seperti Hirah dan Ghasasinah. Termasuk
suku Aus dan Khazraj yang mendiami Madinah juga berasal dari suku Qahthan ini.
Adapun keturunan Adnan, mereka disebut juga Arab Musta’ribah artinya percampuran
antara darah Arab asli yang mendiami Makkah dengan darah pendatang, yaitu Nabi
Isma’il AS. Salah satu anaknya adalah Adnan yang menurunkan keturunan Quraisy,
kemudian keturunan Abd al-Muthalib, kakek Nabi Muhammad s.a.w. yang lebih dikenal
dengan keturunan bani Hasyim. Itulah sebabnya silsilah Nabi Muhammad s.a.w. dapat
ditelusuri sampai ke atas terus kepada Nabi Isma’il AS2
3. Flora
Hasil utama Jazirah Arab adalah kopi, korma,sayursayuran dan buah-buahan. Yang
paling penting di antaranya adalah korma. Tidak dapat dibayangkan bagaimana kehidupan
di padang pasir, tanpa korma. Buahnya menjadi bahan makanan pokok, bijinya ditumbuk
untuk makanan unta, dan batangna dapat dijadikan bahan kayu bakar. Di Hijaz dan
sekitarnya, Yatsrib adalah penghasil korma yang banyak, sampai sekarang masih seperti
itu, sebaliknya Makkah karena daerahnya bukit-bukit berbatu tidak terdapat banyak
korma. Daerah-daerah pantai, seperti Yaman, Hadramaut menghasilkan buah-buahan dan
sayursayuran, juga gandum dan kopi dalam jumlah besar. Daerah peranian yang paling
subur adalah Yaman dan Syam (Siria). Maka tidak mengherankan bila kedua kota itu
menjadi pusat perjalanan dagang orang-orang Quraisy dari Makkah di masa Jahiliyah.
Mereka pergi ke Yaman di musim dingin dan pergi ke Syam di musim panas.

4. Fauna

2
Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau , hlm. 10

4
Hewan utama di Jazirah Arab adalah unta, kuda, domba, dan kambing, tetapi yang
paling penting di antaranya adalah unta. Karena unta, selain berfungsi sebagai alat
transportasi juga dijadikan alat tukar: mas kawin, harga tebusan, hasil perjudian bahkan
kekayaan, semuanya dihitung dalam jumlah unta. Boleh dikatakan unta menjadi teman
abadi orang Badwi, karena air susunya diminum sebagai pengganti air, sebab air dalam
musim kering hanya diberikan untuk ternak.
Dagingnya jadi santapan makanan, kulitnya menjadi pakaian, kotorannya dapat
dijadikan bahan bakar, bahkan air kencingnya bila digosokkan ke kulit akan terhindar dari
sengatan binatang. Sedangkan kuda merupakan barang lux, kareka makanan dan
pemeliharaannya sulit di padang pasir. Dalam penyerangan-penyerangan gerak cepat
dalam peperangan kuda sangat diperlukan. Demikian juga untuk keperluan olah raga dan
berburu. Begitu pentingnya kuda bagi orang Arab Badwi, dalam musim kering kesulitan
air, jika ada air yang masih tersisa akan mereka berikan kepada kuda, tidak kepada anak
yang menjerit minta air. Begitulah gambaran pentingnya kuda bagi orang Arab.
5. Watak Bangsa Arab
Jazirah Arab yang gersang dan tandus memberi pengaruh terhadap bentuk fisik dan
karakter mereka. Pada bentuk fisik mereka bertubuh kekar, kuat dan mempunyai daya
tahan tubuh yang tangguh, sedangkan dalam karakter memberi watak khusus, baik yang
positif atau baik maupun yang negatif atau buruk.
a. Watak Positif.
Adapun watak positif. Pertama, adalah kedermawanan karena di kalangan
masyarakat kedermawanan adalah bukti kemuliaan. Semakin dermawan seseorang
maka dia akan semakin dihargai dan dikagumi. Jadi, kedermawanan itu adalah
lambang kemuliaan bukan karena kedermawanan. Dengan demikian, motif
kedermawanan itu bukanlah. kebaikan hati, tetapi didasari oleh keinginan untuk
dihormati dan dimuliakan untuk popularitas dan terkenal. Kedua, keberanian dan
kepahlawanan menjadi syarat yang mutlak diperlukan agar dapat mempertahankan
hidup di padang pasir yang tandus dan gersang itu. Oleh karena itu tidak
mengherankan jika nilai keberanian mendapat nilai yang paling tinggi dan unsur 3yang
paling esensi dalam masyarakat Jahiliyah untuk mempertahankan kehormatan suku.
Sebab suku yang penakut akan menjadi mangsa bagi suku yang pemberani.
b. Watak Negatif Sedangkan watak negatif.

3
Ibid. Hlm. 12

5
Pertama, gemar berperang, hidup di Jazirah Arab yang gersang dan tandus
memerlukan tambahan sumber menunjang kehidupan. Disamping itu, binatang ternak
pun memerlukan ladangladang gembalaan. Untuk memenuhi keperluan tersebut mesti
harus menyeberang ke perkampungan orang lain. Namun karena desa lain pun
mengalami problem yang sama. Maka jalan satu-satunya adalah perang. Siapa yang
kuat dialah yang berhak untuk hidup. Oleh karena itu dalam pandangan orang Arab,
perang adalah untuk mempertahankan hidup.
Kedua, angkuh dan sombong, darah di kalangan masyarakat Arab mempunyai
harga yang sangat tinggi. Setiap darah yang tertumpah dari salah satu anggota
sukunya menjadi kewajiban bagi seluruh anggota suku untuk menuntut balas dengan
tanpa memperhitungkan apa yang menjadi.
Penyebabnya. Hal ini akibat dari sifat angkuh dan sombong, karena merasa paling
hebat. Ketiga, pemabuk dan penjudi, di kalangan masyarakat Arab yang kaya,
minuman keras dianggap sebagai barang mewah. Bahkan melalui minuman keras
mereka mampu memamerkan kekayaannya. Sedangkan bagi kalangan ekonomi lemah
mabuk-mabukan merupakan tempat pelarian untuk melupakan himpitan hidup yang
berat

2.2 SISTEM PEMERINTAHAN BANGSA ARAB SEBELUM ISLAM

Pada masyarakat Arab pra Islam sudah banyak ditemukan tata cara pengaturan dalam
aktivitas kehidupan sosial yang dapat dibagi pada beberapa system – system yang ada di
masyarakat, salah satunya adalah sistem politiknya. Sebelum kelahiran Islam, ada tiga
kekuatan politik besar yang perlu dicatat dalam hubungannya dengan Arab; yaitu kekaisaran
Nasrani Byzantin, kekaisaran Persia yang memeluk agama Zoroaster, serta Dinasti Himyar
yang berkuasa di Arab bagian selatan. 4. Setidaknya ada dua hal yang bisa dianggap turut
mempengaruhi kondisi politik jazirah Arab, yaitu interaksi dunia Arab dengan dua adi kuasa
saat itu, yaitu kekaisaran Byzantin dan Persia serta persaingan antara Yahudi, beragam sekte
dalam agama Nasrani dan para pengikut Zoroaster. Tradisi kehidupan gurun yang keras serta
perang antar suku yang acap kali terjadi ini nantinya banyak berkaitan dalam penyebaran ide-
ide Islami dalam Al Qur’an, seperti jihad, sabar, persaudaraan (ukhuwwah), persamaan, dan
yang berkaitan dengan semua itu.

4
Moenawwar Khaliel, UlumulQur’an : Kondisi Arab Pra Islam. http://moenawar.mutiply.com , di akses pada
tanggal 23 September 2019

6
Pada masa sebelum Islam yamg diajarkan disebarluaskan ke bangsa Arab oleh
Rasulullah SAW, orang Arab sering kali terjali peperangan antar suku di antaranya dikenal
dengan perang Fujjar karena terjadi beberapa kali antar suku, yang pertama perang antara
suku Kinanah dan Hawazan, kemuadian Quraisy dan Hawazan sera Kinanah dan Hawazan
lagi. Dan peperangan ini terjadi 15 tahun sebelum Rasul diutus.5
Masyarakat Arab pra Islam memiliki budaya patriarkhi yang kuat bahkan sampai
sekarang. Hal itu dikarenakan keadaan alam yang tidak menguntungkan bagi kaum
perempuan dalam menjalankan aktifitas sosialnya. Masyarakat Arab pra Islam juga memiliki
sifat-sifat yang baik selain sifat kasar dan keras yaitu mereka bersifat sederhana, ramah
tamah, solidaritas, pandai merenung, dermawan dan pemberani, itulah sifat yang apabila
sifat-sifat itu terkumpul dalam diri seseorang mereka disebut Muru’ah(kumpulan sifat-sifat
mulia yang terdapat dalam diri masyarakat Arab).6
Terkait dengan pemerintahan, Jazirah Arab, sebagai contoh kota Mekah sudah
mengenal pembagian kekuasaan sejak zaman dahulu. Di antara suku-suku yang telah
memegang kekuasaan di Mekah adalah suku-suku Amaliqah, yaitu suku sebelum nabi Ismail
dilahirkan. Kemudian datang pula ke Mekah suku-suku Jurhum dan mereka menetap di
Mekah bersama dengan suku Amaliqah. Akan tetapi sukusuku Jurhum dapat mengalahkan
suku-suku Amaliqah sehingga mereka harus terusir dari Mekah. Pada masa suku Jurhum
menjadi penguasa inilah Ismail datang ke Mekah. Dan kemudian terjadilah pembagian
kekuasaan antara Jurhum dan Ismail, yaitu urusan-urusan politik dan peperangan dipegang
oleh orang-orang Jurhum, sedang Ismail mencurahkan tengahnya untuk berkhidmat kepada
Baitullah dan urusan-urusan keagamaan.
Suku Quraisy baru berkuasa pada tahun 440 M setelah merebut kekuasaan dari
Khuza’ah (sebelum Khuza’ah telah merebut kekuasaan dari Jurhum) yang dipimpin oleh
Qushi, kemudian ia mendirikan Darun Nadwah (lembaga permusyawaratan).
Qushai juga telah menggabungkan kependetaan dan kepemimpinan negara dan
membedakannya menjadi beberapa fungsi, yang masing-masing diberikan kepada marga
Quraisy. Adapun beberapa fungsi tersebut yaitu:
1. Hijabah, untuk pemeliharaan ka’bah dan penjaga kesuciannya.
2. Siqayah, penyediaan air segar untuk ibadah harian dan ziarah musiman.
3. Rifadah, penyediaan makanan bagi para peziarah.
4. Qiyadah, untuk mengatur dan memimpin semua peribadatan.

5
Muhammad Ridha, Tarikhal-InsaniyahwaAbtaluha , terjmh, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1987), hlm. 300
6
Hanung Hasbulloh Hamda, dkk, Mozaik Sejarah Islam,(Yogyakarta: Nusantara Press, 2011), hlm. 27

7
5. Liwa’, untuk membawa bendera dan dewa atau lambang lain bila diperintahkan.7

Masyarakat Arab pra Islam dapat dikatakan hebat dalam pengaturan pemerintahannya,
mereka sudah dapat membagi tugas-tugas mereka sesuai dengan keahlian. Jika kita lihat di
Indonesia dewasa ini masih banyak yang mengendalikan pemerintahan, namun sebenarnya
bukan keahlian mereka sehingga banyak wilayah Indonesia yang rusak-rusakan. Maka sesuai
dengan sabda Nabi SAW bahwa apabila kekuasaan dipegang oleh orangorang yang tidak ahli
pada bidangnya maka tunggulah kehancurannya. Hal ini patut kita jadikan bahan renungan
bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk bisa menempatkan kekuasaan pada orang-orang
yang ahli, bukan hanya sebatas orang yang memiliki banyak materi semata.

2.3 KEPERCAYAAN DAN KEBUDAYAAN BANGSA ARAB

Kepercayaaan bangsa Arab sebelum lahirnya Islam, mayoritas mengikuti dakwah


Ismail AS, yaitu menyeru kepadda agama bapaknya Ibrahim AS yang intinya menyeru dan
menyembah Allah SWT, mengesakan-Nya dan memluk agama-Nya.
Waktu terus bergulir sekian lama, sehingga banyak diantara mereka yang melalaikan
ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka. Sekalipun begitu masih ada sisa-sisa tauhid
dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga muncul Amru Bin Luhay (Pemimpin Bani
Khuzu’ah). Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal baik, mengeluarkan sadaqah dan respek
terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir
mereka mengangggapnya sebagai ulama besar da wali yang disegani.
Kemudian Amru Bin Luhay memengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat
penduduk Syam menyembah berhala. Ia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik dan
benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para Rasul dan kitab. Maka dia pulang sambil
membawa Hubal dan meletakkannya di Ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Makkah
untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Kemudian agama berhala ini berkembang pesat
sehingga menjadi agama mayoritas penduduk Makkah. Orang-orang hijaz pun banyak yang
mengikuti penduduk Mekkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas Ka’bah da
penduduk tanah suci.8
Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan mereka di tempat-
tempat tertentu, seperti :
1. Manat, mereka tempatkan di Musyallal di tepi laut merah dekat Qudaid
2. Lata, mereka tempatkan di Tha’if
7
Ibid, hlm. 28.
8
Zubaidaah, Siti. 2016. Sejarah peradaban Islan. Medan: Perdana Publishing, hlm. 13

8
3. Uzza, mereka tempatkan di Wady Nakhlah

Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil
bertebarandi setiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari kemusyrikan
bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya beradaa pada Agama Ibrahim.
Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka lakukan, seperti :
1. Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomat kamit di hadapannya,
meminta pertolongan tatkala kesulitan, berdo’a untuk memenuhi kebutuhan,
dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa memberikan syafaat di
sisi Allah
2. Mereka menunaikan ibadah Haji dan Thawaf di sekeliling berhala, merunduk dan
bersujud di hadapannya.
3. Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebutkan
namanya.
Selain itu, orang-orang Arab juga mempercayai pengundian nasib dengan anak panah
di hadapan berhala Hubal. Mereka juga percaya kepada perkataan Peramal, Orang Pintar, dan
ahli Nujum. Dikalangan mereka ada juga yang percaya dengan Ramalan Nasib Sial dengan
Sesutu. Ada juga diantara mereka yang percaya bahwa orang yang mati terbunuh, jiwanya
tidak akan tentram jika dendamnnya belum dibalaskan, ruhnya bisa menjadi burung hantu
yang berterbangan di padang seraya berkata “berilah aku minum, berilah aku minum!” jika
dendamnya sudah di balaskan, barulah ruhnya akan menjadi tentram.
Sekalipun masyarakat Arab jahiliyah seperti itu, masih ada sisa-sisa dari agama
Ibrahim dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti pengagungan terhadap
Ka’bah, thawaf di sekelilingnya, haji, umrah, wuquf di Arafah dan Muzdalilah. Memang ada
hal-hal baru dalam pelaksanannya.9
Semua gambaran agama dan kebiasaan ini adalah syirik dan penyembahan terhadap
berhala menjadi kegiatan sehari-hari, keyakinan terhadap khayalan dan khufarat selalu
menyelimuti kehidupan mereka. Begitulah agama dan kebiasaan mayoritas bangsa Arab pada
masa itu. Sementara sebelum itu sudah ada agama Yahudi, Masehi, Majusi, Shabi’ah yang
masuk ke dalam masyarakat Arab, tetapi itu hanya sebagian kecil dianut oleh penduduk Arab,
karena kemusyrikan da penyesatan aqidah terlalu berkembang pesat.
Itulah agama-agama dan tradisi yang ada pada saat detik-detik kedatangan Islam.
Namun agama-agama itu sudah banyak disusupi penyimpangan dan hal-hal merusak. Orang-

9
Ibid, hlm. 14

9
orang musyrik yang mengaku pada agama Ibrahim, justru keadaannya jauh sama sekali dari
perintah dan larangan syariat Ibrahim. Mereka mengabaikan tuntunan-tuntunan tentang
akhlak yang mulia. Kedurhakaan mereka tak terhitung banyaknya., dan seiring dengan
perjalanan waktu, mereka berubah menjadi para paganis (penyembah berhala), dengan tradisi
dan kebiasaan yang menggambarkan berbagai macam khurafat dalam kehidupan agama,
kemudian berimbas ke kehidupan politik dan sosial.
Sedangkan orang-orang yahudi berubah menjadi orang-orang yang angkuh dan
sombong. Pemimpin-pemimpin mereka menjadi sesembahan selain Allah. Para pemimpin ini
lah yang membuat hukum ditengah manusia dan menghisab mereka menurut kehendak yang
terbetik di dalam hati mereka. Ambisi mereka hanya tertuju kepada kekayaan dan kedudukan,
sekalipun berakibat musnahnya agama dan menyebarkan kekhufuran serta pengabaian
terhadap ajaran-ajaran yang telah ditetapkan Allah kepada mereka, dan yang semua
dianjurkan untuk mensucikannya.
Sedangkan agama Nasrani berubah menjadi agama paganisme yang sulit dipahami dan
menimbulkan pencampuradukan antara Allah dan Manusia. Kalaupun ada bangsa Arab yang
memeluk agama ini, namun tidak ada pengaruh yang berarti. Karena ajaran-ajarannya jauh
dari model kehidupan yang mereka jalani, dan yang tidak mungkin mereka tinggalkan.
Semua agama dan tradisi bangsa Arab pada masa itu, keadaan para pemeluknya dan
masyarkatnya sama dengan keadaan orang-orang musyrik. Musyrik hati, kepecayaan, tradisi
dan kebiasaan mereka hampir serupa.10

10
Ibid, hlm. 15

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kondisi Arab pada masa pra islam tidak mengenal pemerintah sentral dan persatuan
serta tidak mengindahkan nilai-nilai moral. Kepemimpinan politik disana berdasarkan
kabilah-kabilah dan suku,yang dalam masing-masing suku terdapat pemimpin bersar yang di
sebut Syeikh atau Amir yang memiliki wewenang untuk menentukan peperangan, pembagian
harta rampassan dan pertempuran tertentu tanpa berhak mengatur anggota kabilahnya.
Banga Arab jahiliah percaya dan mewarisi mitos-mitos (tahayul dan khurafat) dari
nenek moyang yang bertumpu pada system kepercayaan watsaniyah (paganisme). Seperti
kepercayaan terhadap dewa, roh jahat, hantu, azimat, tuah dan lainnya. Selain itu mereka juga
menyembah matahari, bintang dan angin. Bahkan ada yang menyembah batu-batu kecil dan
pohon-pohon yang di anggap keramat. Mereka juga menyembah malaikat karena dianggap
sebagai keturunan Tuhan. Juga terdapat sejumlah orang yang dalam islam disebut Ahlul kitab
(mereka yang memahami dan konsisten terhadap kitab Taurat dan Injil) dari kalangan Yahudi
dan Nasrani.
Kehidupan masyarakat Arab berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain yang
dianggap dapat memberikan kemudahan untuk hidup. Kondisi seperti membuat mereka
bersikap sebagai pemberani dan bersikap keras dalam mempertahankan prinsip dan
kepercayaan, juga membuat mereka harus menguasai seperangkat ilmu dan keterampilan
untuk hidup sesuai dengan lingkungannya. Bangsa Arab juga mahir dalam membuat dan
menghapal silsilah keluarga dan nenek moyangnya, sehingga mereka mampu menunjukan
hubungan dirinya dengan nenek moyang yang besar-besar sehingga mendapat pretise karena
keturunan. Syair bagi mereka untuk mengungkapan pikiran, pengetahuan dan pengalaman
hidupnya. Bentuk pengungkapan lainnya melalui natsr(prosa), amtsal (perumpamaan-
perumpamaan), khitabah (pidato), ansab (gencologi) dan lainnya.
Sturktur msyarakat menempatkan posisi perempuan sangat rendah,bahkan tak terhitung
sebagai manusia yang wajar. System perbudakan berlaku dan berkembang di kalangan
bangsa Arab. Mereka di perkerjakan dengan sekehendak majikan dan dijual belikan serta di
tukar dengan barang seperti pedagang bertransaksi secara barter. Perdamaian antar suku
sangat sulit diwujudkan, peperangan demi peperangan terus terjadi diantara masyarakat.
Penghargaan manusia didasarkan pada prestise bukan prestasi, dan hubungan social di

11
tentukan oleh ikatan darah dan emosi, bukan ikatan kemanusiaan dan keagaaman yang di
tawarkan dalam Islam.

3.2 SARAN
Bagi pembaca diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pembaca terutama
dalam hal yang berkaitan dengan Arab pra-Islam.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Muh Alif dkk. 2014. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam: Dari Masa
Klasik, Tengah Hingga Modren. Yogyakarta: Qaulan Pustaka.

Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru:Yayasan Pustaka Riau.


Zubaidah, Siti. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Medan: Perdana Publishing.

13

Anda mungkin juga menyukai