Anda di halaman 1dari 13

KAPASITAS DASAR JALAN BEBAS HAMBATAN

(BASIC CAPACITY FOR FREEWAY)


Hikmat Iskandar

Pusat Litbang Jalan dan Jembatan


Jalan A.H. Nasution No.264, Bandung, 40294
E-mail: iskandar_hikmat@yahoo.com
Diterima: 09 Januari 2012, Disetujui: 04 April 2012

ABSTRAK

Sejak Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI’97) dirumuskan 14 tahun yang lalu, banyak hal
dalam perlalu lintasan di Indonesia yang berubah, terutama populasi kendaraan dan regulasinya,
yaitu UU No.38/2004 tentang jalan, UU No.22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan
peraturan-peraturan turunannya. Beberapa pakar dan praktisi jalan berpendapat, perlu dilakukan
evaluasi terhadap MKJI’97 terkait dengan perubahan tersebut. Latar belakang ini mendasari
dilakukannya kegiatan pengkinian MKJI’97 yang pada makalah ini didiskusikan dengan fokus
memutakhirkan ekivalen kendaraan ringan (ekr) dan utama-nya kapasitas dasar (C0) Jalan Bebas
Hambatan (JBH). Ada beberapa cara untuk penetapan ekr, diantaranya pendekatan kapasitas,
kecepatan, dan waktu antara. Cara lain yang dikembangkan adalah cara perbandingan penggunaan
ruang lajur jalan oleh kendaraan-kendaraan. Cara penetapan C0 menggunakan pendekatan
pemodelan mate-matis hubungan antara kecepatan dan kepadatan. Pada tahun 2011, dikumpulkan
sample data arus lalu lintas di 15 ruas JBH di Indonesia. Hasil analisis data menyimpulkan bahwa
nilai ekr mengalami perubahan dari nilai yang dipakai MKJI’97. Nilai C0 yang ditetapkan dari
pemodelan non-linear menunjukkan peningkatan sebesar 4,3%-8,7%.

Kata Kunci: Rekayasa Lalu lintas, arus lalu lintas, hubungan kecepatan-kepadatan, Kapasitas Jalan,
ekivalen kendaraan ringan,

ABSTRACT

The Indonesian Highway Capacity Manual 1997 (IHCM’97), which was formulated 14 years ago,
there were many changes on traffic situation, mainly on population and regulation, i.e. Roads act
No.38 year 2004, Traffic and Road Transport Act No.22 year 2009, and other derivate regulations.
Accordingly, some experts and practisions on road suggested that IHCM’97 needs to be reviewed.
These become background of this review activity which is discussed in this paper in focus on values of
equivalent light vehicle (ekr) and mainly basic capacity (C0) of the Freeway. There are several
methods for deriving ekr, three used by IHCM’97, i.e. capacity, speed, and headway approaches.
Other, which was developed, is by comparing spaces occupying by each vehicles type. C0 is defined by
mathematical modeling approach, which relates speed versus density of flow. In year 2011, traffic
flow sample data were collected in 15 segments of the Indonesian Tool roads freeway. Results shows
that ekr values are slightly change to the IHCM’97, and C0, which was derived from non-linear model,
increases about 4,3%-8,7%.

Keywords: Traffic engineering, traffic flow, speed-flow relationship, Highway Capacity, equivalent
light vehicle.
PENDAHULUAN KAJIAN PUSTAKA

Latar Belakang Bagian-bagian MKJI’97 yang direvisi


Beberapa komponen dasar yang dikaji
Di dalam perhitungan analisis jalan, ulang dan disesuaikan dengan perkembangan
termasuk Jalan Bebas Hambatan (JBH), dewasa ini adalah tipe jalan, nilai ekr (atau
digunakan nilai Ekivalen Kendaraan Ringan dalam MKJI’97 versi bahasa Indonesia disebut
(ekr) dan Kapasitas Dasar (C0). Ekr dipakai emp), C0, dan metoda penetapan ekr dan C0.
untuk mengkonversi satuan arus lalu lintas dari Dalam kajian pustaka ini, topik-topik tersebut
kendaraan per jam menjadi skr per jam, dan C0 menjadi fokus pengkajian.
adalah nilai baku kapasitas atau kemampuan
meksimum suatu ruas jalan yang baku untuk Ciri-ciri tipe JBH
menyalurkan arus kendaraan per jam. Sesuai definisi MKJI’97, ciri-ciri tipe
MKJI’97 (Ditjen Bina Marga, 1997) JBH adalah:
menggunakan ekr dan C0 yang dirumuskan - sebagai jalan untuk lalu lintas menerus
pada tahun 1997 berdasarkan data yang dengan pengendalian jalan masuk secara
dikumpulkan sekitar tahum 1993-1995 oleh penuh;
DitJen Bina Marga yang dibantu oleh konsultan - merupakan jalan terbagi, tipe 4/2-T, 6/2-T,
internasional dari Swedia (SWEROAD). Sejak 8/2-T;
awal dipublikasikan sampai saat ini, sudah 14 - umumnya berupa jalan tol;
tahun, MKJI’97 belum berubah. Beberapa - merupakan segmen jalan di antara simpang
alasan telah diungkapkan bahwa MKJI’97 perlu susun yang tidak terpengaruh oleh lalu lintas
direvisi (Antono dkk, 2009; Dishub Jabar, simpang susun tersebut;
2009, DKT, 2009; DJBM, 2009; DLLAJ, 2009; - dilengkapi jalur penghubung untuk ke luar
Munawar, 2009; Hikmat Iskandar, 2011) dan dan masuk JBH;
salah satu yang perlu diungkapkan ulang adalah - mempunyai karakteristik geometrik dan arus
bahwa kondisi perlalu lintasan dewasa ini lalu lintas yang homogen pada seluruh
dipandang mengalami perubahan yang penting, panjangnya;
khususnya berkaitan dengan populasi kendaraan - segmen JBH luar kota secara umum
yang meningkat tinggi, porsi sepeda motor yang diperkirakan jauh lebih panjang dari segmen
juga meningkat, perubahan regulasi tentang JBH perkotaan atau semi perkotaan dan
jalan dan lalu lintas dengan terbitnya UU karakteristik jalan, linkungan, dan lalu
No.38/2004 (PRI 2004) dan UU No.22/2009 lintasnya dalam koteks kapasitas, disamakan.
(PRI, 2009) beserta PP dan Kepmen MKJI’1997 menggolongkan JBH
turunannya, pertumbuhan panjang jalan, dan menjadi tiga tipe yaitu, 1) JBH2/2-TT, 2)
perkembangan teknologi kendaraan yang JBH4/2-TT, dan 3) JBH4/2-T, 6/2-T, 8/2-T.
menyebabkan perubahan kemampuan Selanjutnya ketiga tipe ini dirubah, sesuai
manouver kendaraan. Alasan-alasan tersebut dengan perkembangan regulasi, menjadi hanya
yang menjadi dasar dilakukannya pengkinian 1 tipe JBH, yaitu tipe yang ketiga. Alasan
ekr dan C0 untuk JBH. Tujuan penulisan perubahan tersebut adalah sebagai berikut:
makalah ini adalah untuk menyampaikan hasil - Tipe JBH2/2-TT tidak dikembangkan lebih
ekperimen lapangan dalam menetapkan nilai lanjut sesuai dengan Pasal 32 ayat (2) PP
ekr dan C0 sebagai bahan untuk mengkinikan 34/2006 (PRI, 2006), bahwa JBH paling kecil
nilai tersebut dalam MKJI’97. memiliki tipe jalan 4/2-T dengan lebar lajur
paling kecil 3,50m, demikian juga untuk tipe
JBH4/2-TT;
- Tipe JBH4/2-T, 6/2-T, 8/2-T adalah tipe-tipe
JBH yang sesuai peraturan yang berlaku.
Mempertimbangkan asumsi MKJI’97 bahwa
kapasitas dan karakteristik tipe JBH6/2-T dan lengkung horizontal serta vertikal alinemen
JBH8/2-T serta yang lebih banyak lajurnya jalan (hilliness dan bendiness), dan kedua
sama dengan tipe JBH4/2-T, maka untuk adalah batas nilai (%) kemiringan melintang
ekperimen ekr dan C0 tidak dibedakan JBH jalan yang tegak lurus sumbu jalan. Angka
dengan jumlah lajur 4, 6, atau 8. teknis tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
Beberapa hal yang perlu menjadi Beberapa pertimbangan teknis yang melatar-
pertimbangan terkait regulasi dewasa ini adalah belakangi pembagian terain tersebut, dalam
bahwa berdasarkan spesifikasi penyediaan kajian ini juga digunakan.
prasarana jalan (PP No.34 tahun 2006), jalan AASHTO (2001) menjelaskan,
2/2-TT dan 4/2-TT termasuk katagori Jalan pengkatagorian medan menjadi level terrain,
Sedang, dan jalan 4/2-T termasuk katagori Jalan rolling terrain, dan mountinous terrain
Raya. Untuk tipe jalan terbagi dengan jumlah didasarkan pada pencapaian jarak pandang jalan
lajur lebih dari 4, seperti jalan 6/2-T atau jalan (highway sight distance) dan biaya
8/2-T, parameter lalu-lintas untuk menetapkan pembangunan jalannya. Untuk medan datar,
kapasitasnya dapat disamakan dengan jalan 4/2- jarak pandang tersebut dikatagorikan mudah
T. Tipe JBH ke depan hanya meliputi tipe jalan dicapai tanpa harus membongkar atau
terbagi seperti jalan raya, tetapi dengan meratakan rupa bumi yang ada sehingga tidak
pengendalian penuh. menyebabkan biaya konstruksi yang tinggi.
PP No.34 tahun 2006 menetapkan lebar Untuk katagori medan bukit, pencapaian jarak
lajur lalu lintas JBH paling kecil 3,50m. pandang tersebut sekali-kali terhalang oleh
Selanjutnya, Permen PU No.19 Tahun 2012 kemiringan medan sehingga ada biaya
tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria tambahan untuk pembangunannya. Untuk
Perencanaan Teknis Jalan menetapkan bahwa katagori medan gunung, pencapaian jarak
lebar lajur jalan diukur dari sisi dalam marka pandang sering harus dilakukan dengan
menerus ke sisi dalam marka menerus di sisi penggalian-penggalian (tebing atau bukit)
lainnya atau ke garis tengah marka terputus- karena medan yang miring dan berubah-rubah
putus di sisi lainnya. Pengukuran ini konsisten sehingga biayanya pun menjadi tinggi. Jadi
dengan prinsip bahwa marka menerus dilarang pengkelasan medan seperti ini cenderung
dilalui kendaraan kecuali marka terputus-putus. menjadi dasar untuk perencanaan alinemen atau
Dengan demikian, lebar lajur tidak termasuk geometrik jalan, semakin datar suatu jalan maka
marka menerus. biaya pembangunannya akan meningkat.
Mempertimbangkan hal tersebut, lebar US HCM (2000) menjelaskan,
jalur lalu lintas adalah, sesuai dengan jumlah pengkatagorian alinemen jalan didasarkan pada
lajur jalan, bervariasi mulai dari 2x7,00m, kecepatan operasional kendaraan berat yang
2x10,50m, 2x14,00m, dan seterusnya sedang berjalan mengarungi segmen jalan
tergantung dari jumlah lajur yang dibutuhkan dengan bentuk alinemen dan kemiringan
ditambah lebar untuk marka jalan menerus. memanjang tertentu. Apabila dalam arus lalu-
Ukuran-ukuran tipe jalan di atas menjadi lintas tidak ada perbedaan kecepatan yang
ukuran standar yang harus dicapai JBH di penting antara kendaraan berat dengan
Indonesia untuk masa yang akan datang kendaraan ringan, maka jalan tersebut
sehingga perhitungan kapasitas jalan mengacu dikatagorikan alinemen datar. Jika dalam arus
kepada ukuran standar tersebut. lalu lintas sudah mulai ada perbedaan kecepatan
Tipe medan dan tipe alinemen jalan; antara kendaraan berat dan kendaraan ringan
MKJI’97 membedakan tiga katagori medan yang signifikan tetapi kendaraan berat belum
jalan, yaitu datar, bukit, dan gunung. Klasifikasi berjalan dalam kecepatan merayap (crowling
medan tersebut dibedakan untuk Tipe medan speed) atau kecepatan minimumnya, maka
topographi yang dilalui jalan dan tipe alinemen. alinemen tersebut dikatagorikan alinemen bukit.
Kriteria teknis untuk membedakan katagori Jika perbedaan kecepatan tersebut sudah
medan tersebut ada dua. Pertama adalah angka menyebabkan kendaraan berat berjalan pada
kecepatan merayap, maka alinemen tersebut diteliti lebih lanjut dikaitkan dengan
dikatagorikan alinemen gunung. Kapasitas jalan pengkatagorian alinemen seperti dalam tabel 2.
sangat terpengaruh oleh perbedaan kecepatan
tersebut dan pengkatagorian alinemen Ekivalen Kendaraan Ringan
diperhitungkan dalam analisis kapasitas. Arus lalu-lintas adalah arus kendaraan
Tabel 1 dan Tabel 2 dari MKJI’97, yang beragam jenis dan fungsinya, dalam
menjadi kriteria teknis yang membedakan konteks kapasitas dinyatakan dalam satuan
pengkatagorian alinemen jalan. kend./jam. Untuk perhitungan kapasitas, semua
Ke depan, pengkatagorian medan dan nilai arus lalu-lintas perlu disamakan satuannya
alinemen seperti diuraikan diatas masih dianut, untuk idealisasi dalam memenuhi anggapan-
sekalipun dapat dihipotesakan bahwa teknologi anggapan pendekatan analisis sehingga bisa
mesin kendaraan berat dewasa ini sudah lebih dibakukan (misal anggapan single regime atau
maju dibandingkan dengan saat MKJI’97 homogeneous entity sebagai arus). Nilai arus
dirumuskan sehingga crawling speed kendaraan dari satuan kend./jam dikonversikan menjadi
berat diperkirakan meningkat, sehingga dapat skr/jam dengan menggunakan nilai ekr yang
mempengaruhi batas hilliness lengkung vertikal nilainya diturunkan secara empiris untuk tipe
dan juga bendiness lengkung horizontal. kendaraan yang berbeda dengan kendaraan
bakunya. Kendaraan baku ditetapkan kendaraan
Tabel 1. Tipe medan (muka bumi) jalan ringan, diberi kode KR, meliputi sedan,
minibus, truk pik-up, dan jeep. MKJI’97
Katagori menetapkan Kijang Super tahun 93 sebagai KR
Kemiringan melintang medan yang tegak
topography yang baku, tetapi dalam prakteknya, beragam
lurus sumbu jalan (%)
medan jalan jenis kendaraan “dianggap” memiliki nilai ekr
Datar <10 yang sama dengan KR baku. Tipe kendaraan
Bukit 10 – 25 KR pada MKJI’97 menjadi nilai rujukan
Gunung ≥ 25 perbandingan satuan kendaraan per komposisi,
maka nilai emp atau ekr untuk jenis kendaraan
Tabel 2. Tipe alinemen jalan ini adalah satu, dan yang lain adalah:
- Kendaraan berat menengah, sebelumnya
Katagori Lengkung diberi kode MHV (medium to heavy good
Lengkung horizontal
Tipe Vertikal
alinemen (Hilliness),
(Bendiness), vehicles), dirubah kedalam bahasa Indonesia
(Radian/Km) menjadi Kendaraan Sedang disingkat KS,
jalan (m/Km)
Datar 0 - 10 (5) < 1,00 (0,25) meliputi truk dua gandar dan bus kecil,
Bukit 10 – 30 (25) 1,00 – 2,50 (2,00) - Bus besar, sebelumnya diberi kode LB, di
Gunung ≥ 30 (45) ≥ 2,50 (3,50) rubah menjadi BB.
- Truk besar (meliputi truk tiga gandar, truk
Disamping itu, batas teknis hilliness, jika gandengan yang pada saat MKJI’97
dinyatakan dalam persen, nilainya untuk diturunkan banyak digunakan), dan truck
alinemen datar adalah 0-1%, untuk alinemen semi trailer yang yang dewasa ini banyak
bukit adalah 1%-3%, dan untuk alinemen digunakan, diberi kode sebelumnya HV
gunung adalah >3%. Sementara itu, Permen PU (heavy vehicles) dan selanjutnya diberi kode
No.19/PRT/2011 tentang Persyaratan Teknis KB.
Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan - Sepeda motor, meliputi semua kendaraan
(PRI, 2011) menetapkan batas kemiringan roda dua bermotor, sebelumnya diberi kode
vertikal memanjang paling besar alinemen datar MC, selanjutnya diberi kode SM.
segmen JBH untuk perencanaan adalah 4%, Khusus untuk JBH, klasifikasi jenis
alinemen Bukit 5%, dan alinemen Gunung 6%. kendaraan digolongkan hanya menjadi tiga,
Hal ini perlu menjadi perhatian khusus untuk yaitu KR, KS dan KB dengan spesifikasi
sebagai berikut:
- KR adalah semua kendaraan yang panjangnya jika ada perbedaan lebar jalur lalu lintas dari
<5m; lebar bakunya.
- KS adalah semua kendaraan yang panjangnya Pengkinian kapasitas hanya akan
5 s.d. 9m merevisi C0. C0 ditetapkan secara empiris dari
- KB adalah semua kendaraan yang panjangnya hubungan dasar antara kepadatan dan kecepatan
lebih dari 9m. arus lalu lintas.
Sepeda motor tidak dimasukan karena Hipotesa umum yang mendasari analisa
tidak diizinkan di jalan Tol, dan hambatan kapasitas ruas jalan adalah bahwa kecepatan
samping tidak ada karena jalan Tol berkurang bila kepadatan arus bertambah,
dikendalikan penuh. demikian juga sebaliknya, kecepatan meningkat
Nilai-nilai ekr kendaraan sesuai bila kepadatan berkurang. Kapasitas ditentukan
pengelompokan MKJI’97 menjadi objek untuk pada kondisi kombinasi kecepatan dan
direvisi dan nilainya disajikan dalam Tabel 3. kepadatan yang memberikan arus yang terbesar.
Pengurangan kecepatan akibat penambahan
Tabel 3. Ekr untuk tipe JBH4/2-T kepadatan arus mendekati konstan pada arus
rendah dan menengah, tetapi menjadi lebih
Arus lalu- ekr
besar pada arus yang mendekati kapasitas. Pada
Tipe lintas per kondisi arus yang mendekati kapasitas, sedikit
alinyemen lajur KS BB TB penambahan arus akan menyebabkan
(kend/jam)
pengurangan kecepatan yang besar. Hubungan
Datar 0 1,2 1,2 1,6 matematis yang menjelaskan fonomena ini pada
1250 1,4 1,4 2,0
2250 1,6 1,7 2,5 jalan berlajur banyak dapat diperoleh dengan
>2800 1,3 1,5 2,0 menggunakan model “single regime”, seperti
Bukit 0 1,8 1,6 4,8 persamaan 2):
900 2,0 2,0 4,6
1700 2,2 2,3 4,3
> 2250 1,8 1,9 3,5 Greendshields (1935):
Gunung 0 3,2 2,2 5,5 v 
700 2,9 2,6 5,1 v  v B   F  k
1450
> 2000
2,6
2,0
2,9
2,4
4,8
3,8  kJ 
....................... 2)
Dan MKJ’97 mengadopsi bentuk yang serupa
Kapasitas dasar tapi tak sama, seperti persamaan 3) s.d. 4):
Persamaan dasar MKJI’97 untuk  1 
( L 1)  1m 
penentuan kapasitas JBH adalah sebagai   k  
ditunjukkan pada persamaan 1) v  v B 1     .........3)
  k J  
C = C0 x FCW …………………1)
 1 
 
keterangan: k 0  1  m   Lm 

k J  L  m 
C adalah kapasitas (smp/jam), ....................4)
C0 adalah kapasitas dasar (smp/jam),
FCW adalah faktor penyesuaian lebar jalur lalu keterangan:
lintas. v adalah kecepatan arus (sms), km/jam
Untuk JBH, MKJI’97 masih vB adalah Kecepatan arus bebas (km/jam)
menggunakan faktor penyesuaian pemisahan k adalah Kepadatan (smp/km), dihitung
arah (FSP) yang hanya berlaku untuk tipe sebagai Q/V
JBH2/2-TT dan JBH4/2-TT. Tipe ini kj adalah Kepadatan pada saat jalan macet total
selanjutnya tidak dipakai lagi, sehingga rumus k0 adalah Kepadatan pada saat kapasitas
kapasitasnya seperti di atas, nilai C0 dikoreksi L dan m adalah Konstanta
Bentuk lain dapat berupa hubungan yang non sederhana seperti di atas. MKJI’97 memplot
linear seperti model yang dikembangkan oleh hubungan khas antara k-v seperti dalam gambar
Greenberg (1955) atau oleh Underwood (1961). berikut. Kurva hubungan tersebut yang
Untuk JBH4/2-T, hubungan k - v kemudian dianalisis untuk merumuskan nilai C0
seringkali mendekati linier dan dapat (Tabel 4).
digambarkan dengan model linier yang

Kepadatan, smp/Km
Gambar 1. Hubungan kecepatan vs kepadatan untuk tipe JBH4/2-T

Arus, smp/jam

Gambar 2. Hubungan kecepatan vs arus untuk tipe JBH4/2-TT


Tabel 4. Kapasitas Dasar Ruas Jalan Bebas kurang berdisiplin seperti berjalan tidak dalam
Hambatan lajur jalan yang disediakan tetapi sering berada
di atas garis marka pembagi lajur atau
C0 menggunakan bahu jalan sehingga arus tidak
Tipe Jalan 4/2-T dan 6/2-T Catatan
(smp/jam)
lagi bergerak dalam satu garis antrian.
Datar 2300 Per Lajur
Pendekatan ketiga yang berdasarkan
Bukit 2250 Per Lajur waktu antara, cendererung digunakan untuk
Gunung 2150 Per lajur jalan-jalan antar kota dimana kendaraan
berjalan beriringan mengikuti satu garis lurus
Nilai C0 pada Tabel 4 merupakan fokus sehingga celah waktu antara kendaraan-
bahasan kapasitas jalan untuk JBH. kendaraan yang beriringan jelas. Secara ideal,
Diperkirakan nilai C0 tersebut akan “bergeser” pendekatan Waktu antara dipandang kurang
sehubungan dengan meningkatnya populasi sesuai dengan kondisi lalu-lintas di perkotaan
kendaraan terutama kendaraan yang baru karena pada umumnya kendaraan di kawasan
dengan mesin dan sistem rem serta berat perkotaan berjalan tidak pada satu garis lurus
kendaraan yang memungkinkan kendaraan pada lajur lalu-lintasnya dan sering dijumpai
bergerak dengan lebih rensponsive, lebih cepat, sepeda motor yang banyak berkelompok
dan lebih dekat antara satu dengan kendaraan didalam suatu arus lalu-lintas (tidak beriringan),
yang beriringan (memperpendek headway) sehingga sangat sulit untuk menentukan waktu
dalam kondisi arus kapasitas. antara dua sepeda motor yang beriringan.
Pendekatan keempat berdasarkan
Pendekatan empiris dalam menetapkan ekr penempatan ruang lajur jalan oleh kendaraan-
dan C0 kendaraan (Iskandar, 2011) merupakan cara
Pendekatan empiris untuk penetapan nilai alternatif pada kondisi arus dimana perilaku
ekr dapat dilakukan dengan empat pendekataan kendaraan-kendaraan dalam arus sulit
(Iskandar, 2011). Pertama berdasarkan diidealisasikan dalam bentuk single regime,
pendekatan Kecepatan arus lalu-lintas; kedua seperti sepeda motor dalam arus perkotaan.
berdasarkan pendekatan Kapasitas jalan; ketiga Cara ini cenderung menghasilkan nilai ekr yang
berdasarkan pendekatan waktu antara (time konsisten untuk kondisi lalu lintas di segmen-
headway); dan keempat berdasarkan segmen jalan perkotaan.
pendekatan penempatan ruang lajur jalan oleh
kendaraan. Ringkasan kajian literatur
Pendekatan pertama lebih cocok untuk Dari kajian literatur di atas, dapat
sifat arus yang masih “lengang”. Idealnya arus diringkaskan sebagai berikut:
masih memiliki waktu antara >9 detik. Kondisi - Tipe fasilitas jalan yang perlu dikaji lebih
arus ini dikatagorikan sebagai kecepatan bebas, jauh untuk menetapkan ekr dan C0 JBH,
dimana kendaraan-kendaraan dalam arus tidak adalah tipe JBH4/2-T. Tipe JBH yang 6 lajur
saling mempengaruhi kecepatannya. dan 8 lajur, untuk nilai ekr dan C0 dapat
Pendekatan kedua, cocok digunakan digunakan untuk nilai JBH yang 4 lajur.
untuk kondisi arus yang lebih padat dari kondisi - Metoda penurunan ekr menggunakan:
pendekatan pertama. Waktu antara antar a. pendekatan kecepatan untuk arus yang
kendaraan mencapai < 9 detik sampai dengan masih lengang,
arus mendekati kapasitasnya atau memiliki b. pendekatan kapasitas untuk arus yang
waktu antara paling kecil sekitar satu detik atau padat,
bahkan lebih kecil, misal 0,9 detik. Pendekatan c. pendekatan waktu antara untuk kondisi
kapasitas ini cocok untuk digunakan pada ruas arus yang “masih” beriringan, dan
jalan dilingkungan perkotaan dimana kepadatan d. pendekatan perbandingan penggunaan
arusnya lebih tinggi dibandingkan dengan di ruang lajur jalan oleh kendaraan untuk
luar kota dan pengguna jalan banyak yang kondisi arus yang campur tak beraturan.
Untuk JBH dimana kendaraan-kendaraan merepresentasikan arus lalu lintas segmen-
berjalan cenderung teratur beriringan dalam segmen JBH di Indonesia.
lajur lalu lintas, pendekatan kecepatan atau - Hasil proses pengumpulan data menggunakan
pendekatan waktu antara lebih cocok untuk TrafficCam adalah arus (q) per komposisi
digunakan. Pendekatan perbandingan KR, KS, dan KB serta kecepatan rata-ratanya
penggunaan ruang lajur jalan oleh kendara-an per interval waktu 5 menit.
pun dapat digunakan. - Hasil lain dari pengamatan play back
Penetapan kapasitas ditetapkan melalui rekaman video adalah data jumlah kendaraan
pendekatan matematis empiris, menggu-nakan per jenis yang menempati ruang lajur jalan
model hubungan k-v yang linear maupun yang dalam kondisi arus yang lengang, sedang, dan
non-linear. padat.
- Untuk menetapkan klasifikasi kendaraan
berdasarkan panjang kendaraan, dilakukan
HIPOTESIS pengumpulan data panjang kendaraan.
Pengukuran dilakukan secara manual
Kapasitas dasar JBH, karena perubahan perlalu langsung terhadap jenis-jenis kendaraan
lintasan di Indonesia terutama populasi tertentu yang sedang berhenti, khususnya di
kendaraan, dihipotesakan akan berubah. tempat parkir, atau di tempat istirahat
kendaraan angkutan barang, atau di terminal
angkutan umum. Nilai representatif
METODOLOGI pengukuran statis ini, untuk jenis KR, KS,
dan KB, menjadi data input untuk setting
Metodologi untuk menetapkan data, ekr, dan C0 TrafficCam Collect-R sebagai dasar alat
adalah sebagai berikut. tersebut melakukan klasifikasi jenis
- Untuk pengumpulan data, data arus untuk kendaraan.
mengkinikan ekr dan C0 dikumpulkan di - Ekr ditetapkan berdasarkan data yang
segmen-segmen jalan Tol. Pengumpulan data terkumpul dengan cara sebagaimana
arus dilakukan dengan dua cara. Cara pertama diuraikan dalam butir 1) di atas, kemudian
menggunakan alat TrafiCam Collect-R. Alat dianalisis berdasarkan pendekatan kecepatan,
ini berupa kamera yang dilengkapi program kapasitas, dan penempatan ruang jalan oleh
penganalisa gambar video (image analyser) kendaraan.
yang menghitung arus dan kecepatan - C0 ditetapkan berdasarkan data arus yang
langsung dari gambar video yang tertangkap dikumpulkan menggunakan alat TrafiCam
oleh kamera TrafiCam Collec-R. Data arus Collect-R setelah dikonversi satuan arusnya
direkam dan diunduh setelah selesai survei dari satuan kendaraan per 5 menit menjadi skr
menggunakan Laptop. Cara kedua per jam. Pendekatan matematis untuk
menggunakan Video Camcorder, merekam mendapatkan hubungan dasar k-v dilakukan,
arus lalu lintas selama waktu pengamatan. baik untuk asumsi linear maupun untuk
Gambar video kemudian dianalisis di asumsi non-linear. Nilai C0 ditetapkan dari
laboratorium untuk menghitung arus, nilai maksimum perkalian k dan v, dalam
kecepatan dan kepadatan. Cara pertama satuan skr per jam, baik untuk anggapan
digunakan sebagai pengumpul data utama. linear maupun untuk anggapan non linear,
Cara kedua digunakan untuk konfirmasi data tergantung kepada dispersi data yang
cara pertama dan untuk analisis lainnya serta diperoleh.
sebagai backup data. Data dikumpulkan untuk Nilai ekr dan nilai C0 yang diperoleh
kondisi arus lalu lintas normal pada hari kerja dibandingkan terhadap nilai MKJI’97 untuk
selama 8 jam waktu siang hari pada kondisi mengevaluasi perubahannya.
cuaca baik. Data yang dikumpulkan
HASIL DAN ANALISIS tersebut dihitung VB, dan ekr untuk masing-
masing jenis kendaraan.
Data
Pengumpulan data arus, sebagaimana Tabel 6. Persamaan regresi, R2, VB, dan ekr untuk
diuraikan dalam metodologi, dilakukan di lajur kiri pada kondisi lengang
segmen-segmen jalan tol terpilih, segmen lurus, (v>60Km/jam dan k<6kend./Km)
dan memungkinkan penempatan kamera, yang
masing-masing di 15 ruas jalan tol seperti v = 94, 93 - 0,01054 qKR - 0,03802 qKS - 0,07349 qKB
ditunjukkan dalam Tabel 5. Pengumpulan data R Square 0,25
menghasilkan data arus jalan tol gabungan VB = 95,90
sebanyak 3041 set arus untuk lajur kiri dan ekrKR 1
3400 set arus untuk lajur kanan, masing-masing ekrKS 3,61
per interval 5 menit yang dikonversi menjadi
ekrKB 6,97
arus dalam satuan kendaraan per jenis per jam.

Tabel 5. Lokasi pengumpulan data arus lalu lintas Hasil tersebut, masih belum memuaskan karena
JBH tahun 2011 persamaan tersebut hanya menjelaskan sekitar
25% dispersi data terhadap nilai v. Pendekatan
Ruas jalan Tol kapasitas memberikan persamaan regressi dan
1. Jalan Tol Camareng Km 5,4 DKI Jakarta nilai ekr sebagaimana dalam Tabel 7.
2. Jalan Tol Camareng Km 12 DKI Jakarta
3. Jalan Tol JORR– Km 26,4 DKI Jakarta Tabel 7. Persamaan regresi, R2, VB, dan ekr untuk
Cikunir
4. Jalan Tol Jakarta Km 38
lajur kiri, dan kondisi lengang
Cikampek
5. Jalan Tol Jakarta Km 56,2 qKR = 119,85 - 0,19292 qKS - 0,26270 qKB
Cikampek
6. Jalan Tol Tangerang- Km 68,75 Banten R Square 0.034543
Merak VB 119.85
7. Jalan Tol Tangerang- Km 94,50 Banten
Merak ekrKR 1,00
8. Jalan Tol Padaleunyi Km 133,40 Bandung ekrKS 0.19
9. Jalan Tol Padaleunyi Km 151,80 Bandung
10. Jalan Tol Palikanci Km 218,60 Cirebon ekrKB 0.26
11. Jalan Tol Kota
Semarang
12. Jalan Tol kota Hasil tersebut, masih jauh dari memuaskan
Surabaya-Gempol karena persamaan tersebut hanya menjelaskan
13. Jalan Tol kota
Surabaya-Porong
3,45% dispersi data terhadap nilai q.
14. Jalan Tol kota Berdasarkan pendekatan pemanfaatan ruang
Belmera – Medan lajur jalan oleh kendaraan diperoleh nilai ekr
15. Jalan Tol kota Ir. H Makassar
Sutami, Makassar sebagaimana dalam Tabel 8.

Nilai ekivalen kendaraan ringan Tabel 8. Nilai ekr untuk JBH4/2-T berdasarkan
Dari hasil pengolahan data menggunakan perbandingan penggunaan ruang lajur
jalan oleh kendaraan per jenis
pendekatan kecepatan, kapasitas, dan multiple
linear regressi, serta pendekatan penempatan
ruang lajur jalan oleh kendaraan-kendaraan, Ekr
Kondisi lalu lintas
diperoleh hasil sebagai berikut. KR KS KB
Berdasarkan pendekatan kecepatan Lengang, q<400 1.00 3.00 3.00
diperoleh hubungan antara v versus qKR, qKS, Sedang, 400≤q<800 1.00 1.66 3.50
qKB yang diturunkan dengan cara regressi
Padat, q≥1600 1.00 1.33 2.00
berganda dalam Tabel 6. Dari persamaan
Mengevaluasi nilai ekr berdasarkan Tabel 1. Ekr untuk JBH tipe 4/2-T
ketiga pendekatan diatas, dimana hasil
pendekatan kecepatan dan pendekatan kapasitas ekr
Tipe Arus per lajur
meng-gunakan teknis regresi menghasilkan alinyemen (kend/jam) KS TB
nilai R2 yang tidak memuaskan.
<400 3,00 3,00
Mempertimbangkan hal-hal tersebut, sedangkan Datar
400-800 1,66 3,50
nilai ekr yang didapat dari cara penempatan >800 1,33 2,00
ruang jalan oleh kendaraan menghasilkan nilai
yang lebih representative, maka sebagai hasil Nilai Kapasitas Dasar
akhirnya analisis digunakan hasil dari analisis Dengan menggunakan nilai-nilai ekr
cara ketiga. Hasilnya di tuangkan dalam Tabel seperti dalam Tabel 9, dilakukan perhitungan
9. konversi data dari satuan kendaraan per jam ke
satuan skr per jam. Data hasil konversi
kemudian diplot untuk mendapatkan gambaran
tentang dis-persi data antara k versus v. Plot
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 dan
Gambar 4.

Gambar 3. Plot data v-k untuk lajur kiri JBH

Gambar 4. Plot data v-k untuk lajur kanan JBH


Dapat dilihat bahwa dispersi data v-k jalan tertentu dalam kecepatan tertentu akan
menunjukkan kencenderungan “non-linear” dan menampung kendaraan yang terbesar jika
model persamaan regresi mengikuti negatif seluruhnya dari jenis KR, dan akan lebih kecil
eksponensial yang memberikan penjelasan jika seluruhnya KS, atau seluruhnya KB, atau
dispersi data terhadap model persamaan yang campuran dari jenis-jenis kendaran KR, KS,
terbaik, yaitu 80,26% untuk lajur kiri dan dan KB. Hal ini disebabkan secara umum oleh
74,52% untuk lajur kanan. Dari hubungan dimensi kendaraan yang berbeda dan
tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya VB kemampuan manover kendaraan yang juga
adalah 95Km/jam untuk lajur kiri dan berbeda. Perbandingan jumlah ini yang
112Km/jam untuk lajur kanan. Hubungan kemudian mendasari penetapan nilai ekr.
tersebut memberikan nilai C0 sebesar 2400 Membandingkan nilai ekr MKJI’97
skr/jam untuk lajur kiri dan 2500 ekr/jam untuk dengan ekr yang diperoleh dari menganalisa
lajur kanan. Dari analisis ini, dapat disimpulkan data tahun 2011, khususnya jenis KB memiliki
bahwa nilai C0 JBH seperti dalam Tabel 10. nilai ekr yang lebih tinggi dari nilai
sebelumnya. Hal ini ini dapat disebabkan oleh
Tabel 10. Kapasitas Dasar segmen JBH tahun 2011 jenis kendaraan berat yang beroperasi pada saat
MKJI’97 dirumuskan berlainan dengan
Tipe Jalan 4/2-T;
C0 (skr/jam) Catatan kendaraan berat yang beroperasi dewasa ini.
6/2-T; 8/2-T
Truck semi trailer yang beroperasi di jalan Tol
Alinemen 2400 (per lajur) Lajur kiri lebih banyak dijumpai dewasa ini, dan ini yang
DATAR 2500 (per lajur) Lajur kanan mungkin menjadi sebab ekr KB meningkat.
Membandingkan nilai C0 MKJI’97
(Tabel 4) dengan hasil analisis terhadap data
PEMBAHASAN JBH tahun 2011 (Tabel 10), terdapat kenaikan
nilai kapasitas dari 2300skr/jam menjadi 2400
Penetapan ekr menggunakan teknik skr/jam untuk lajur kiri dan 2500skr/jam untuk
regresi baik untuk pendekatan kecepatan lajur kanan, atau naik sekitar 4,3%-8,7%.
maupun pendekatan kapasitas, memberikan Sebelumnya, MKJI’97 tidak membedakan
nilai koefisien determinasi yang tidak kapasitas untuk lajur kiri dan lajur kanan atau
memuaskan. Salah satu sebab hal ini terjadi lajur cepat. Ternyata, analisis data menunjuk-
karena inkonsistensi data dimana kecepatan kan nilai yang berbeda untuk kapasitas lajur kiri
ken-daraan-kendaraan untuk suatu kepadatan dan lajur kanan.
arus lalu lintas tertentu bervariasi terlalu be-sar. Perbedaan nilai C0 pada lajur kiri dan
Ada pengemudi yang memilih kecepatan tinggi kanan dapat disebabkan oleh ketentuan cara
pada suatu kepadatan arus yang sama sementara berlalu lintas di jalan Tol bahwa lajur kanan
yang lain tidak memilih kecepatan yang tinggi. diperuntukkan bagi kendaraan yang menyusul
Fakta ini dapat terlihat dari dis-persi data atau berjalan lebih cepat sehingga adalah suatu
kecepatan pada setiap nilai kerapatan yang kewajaran jika nilai VB untuk lalu lintas pada
ditunjukkan dalam Gambar 3 dan 4. Mengambil lajur kanan menjadi lebih tinggi.
data dari nilai rata-rata ke-cepatan Mempertimbangkan karakteristik
menghasilkan persamaan regresi dengan R2 operasioanal lalu lintas umumnya di jalan tol
yang rendah. Demikian juga jika diambil data yang menerapkan cara berlalu lintas bahwa
dengan nilai kecepatan diatas nilai tertentu lajur kanan atau lajur dua atau lajur cepat
(minal 95%-tile). diperuntukkan untuk kendaraan yang berjalan
Pemilihan cara penempatan ruang jalan lebih cepat atau menyusul, maka sebaiknya
oleh kendaraan kemudian menjadi cara yang kapasitasnya pun dibedakan sekalipun
lebih memberikan hasil yang lebih baik. Cara perbedaannya tidak terpaut besar tetapi tetap
ini mengasumsikan bahwa suatu ruang lajur masih signifikan (4%).
KESIMPULAN DAN SARAN Direktorat Jenderal Bina Marga. 2009.”
Pemanfaatan dan usulan pengkinian
Kesimpulan MKJI, beberapa pokok pikiran dalam
rangka pemutahiran MKJI”. Dalam
Dari uraian di atas dapat disimpulkan: Workshop Permasalahan MKJI’97, 14
1. Nilai ekr untuk JBH mengalami sedikit May 2009, Bandung: Pusjatan.
perubahan dari nilai MKJI’97. Nilai ekr Direktorat Lalu-lintas dan Angkutan Jalan
untuk jenis kendaraan KB lebih besar (lihat (DLLAJ). 2009. Pemanfaatan dan
Tabel 9) usulan pengkinian MKJI, beberapa
2. C0 ditetapkan dari pemodelan hubungan v- pokok pikiran dalam rangka
k yang non-linear yang memberikan “fit” pemutahioran MKJI. Makalah disajikan
disperse data terbaik, yaitu Negative dalam workshop permasalahan
Exponential. MKJI’97, 14 May 2009, Pusjatan,
3. Nilai C0 untuk lajur kiri dan lajur kanan Bandung.
JBH berbeda sebesar 4%. Erwin K, dkk., 2009. Pengkinian Manual
4. Nilai C0 untuk JBH mengalami kenaikan Kapasitas Jalan Indonesia. Laporan
sebesar 4,3%-8,7% dari C0 MKJI’97. penelitian Balai Teknik Lalu-lintas dan
Lingkungan Jalan, tahun anggaran 2009
Saran Pusat Litbang Jalan dan Jembatan:
Bandung.
1. Nilai ekr dan C0 hasil penelitian ini Greenberg, H., 1959. “An analysis of traffic
disarankan digunakan untuk flow”. Operation Research. 7(1):79-
memutakhirkan nilai C0 MKJI’97. Nilai- 85.
nilai tersebut diturunkan dari data yang Greenshields, 1935. A study of traffic
dikumpulkan cukup mewakili segmen- capacity”. In Proceeding Highways
segmen jalan Tol di Indonesia dengan Research Board 14 . Washington, DC:
katagori JBH. TRB.
2. Cara penetapan ekr dengan pendekatan Iskandar H., 2011. Kapasitas dasar jalan
penempatan ruang jalan oleh kendaraan perkotaan. Laporan Penelitian berupa
agar dikembangkan lebih jauh untuk Naskah ilmiah, Pusjatan : Bandung.
sebagai alat analisis bagi kondisi arus lalu Munawar A., 2009. “Pengkinian Manual
lintas tipikal Indonesia. Kapasitas Jalan Indonesia 1997”.
3. Nilai ekr untuk kondisi alinemen jalan Dalam Workshop permasalahan
gunung dan Bukit, agar diteliti, apakah MKJI’97,14 May 2009, Pusjatan :
juga mengalami perubahan. Bandung.
Pemerintah Republik Indonesia . 2011.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
DAFTAR PUSTAKA No.19/PRT/2011 tentang Persyaratan
Teknis Jalan dan Persyaratan
Antono SP, Davey K, Efi Novara. 2009. Perencanaan Teknis Jalan. Jakarta:
“Pengkinian MKJI”. Dalam Workshop Kementerian Pekerjaan Umum.
permasalahan MKJI’97, 14 May 2009. _________. 2009. Undang-undang Republik
Bandung: Pusjatan. Indonesia nomor 22 tahun 2009 tentang
Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat. 2009. lalu lintas dan angkutan jalan. Jakarta:
“Pengkinian Manual Kapasitas Jalan Kementerian Hukum dan Hak Azasi
Indonesia.” Dalam Workshop Manusia.
Permasalahan MKJI’97, 14 May 2009, _________. 2006. Peraturan Pemerintah
Bandung: Pusjatan. nomor 34 tahun 2006 tentang jalan.
Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak SWEROAD dan PT Bina Karya (Persero),
Azasi Manusia 1997. Manual Kapasitas Jalan
_________. 2004. Undang-undang Republik Indonesia. (Laporan konsultan yang
Indonesia nomor 38 tahun 2004 tentang tidak diterbitkan). Jakarta: Direktorat
jalan. Jakarta Jenderal Bina Marga.
SWEROAD and PT Bina Karya (Persero). SWEROAD dan PT Bina Karya. 1997. Manual
1994. Indonesian Highway Capacity Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).
Manual Project, Phase 2: Inter-urban Final Report. Jakarta: Direktorat Bina
Roads. Final Report of consulting Jalan Kota
services for Highway Capacity Manual Underwood, R.T., 1961. Speed, volume and
to Direktorat Bina Kota. Jakarta: density relationships. Quality and
Direktorat Jenderal Bina Marga. theory of traffic flow. Yale Bureau of
Highway, 1961.

Anda mungkin juga menyukai