Anda di halaman 1dari 6

LANJUTAN TM 12

CHAIRIL SKM.MKL

Standar IV. Rumah sakit mesti mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor
dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

Kriteria dari standar IV adalah sebagai berikut:

a. Setiap rumah sakit melakukan proses perencanaan yang baik dengan mengacu pada visi, misi,
dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien-petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,
praktik bisnis yang sehat dan faktor-faktor lain yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan
”Tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit”

b. Setiap rumah sakit melakukan pengumpulan data kinerja antara lain yang terkait dengan
pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan dan keuangan.

c. Setiap rumah sakit melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua KTD/KNC, dan secara
proaktif melakukan evaluasi suatu proses kasus resiko tinggi bagi pasien.

d. Setiap rumah sakit menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk menentukan
perubahan sistem yang di perlukan agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.

a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara


terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan ”Tujuh langkah menuju keselamatan pasien
rumah sakit”

b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk mengidentifikasi risiko


keselamatan pasien dan program untuk menekan atau mengurangi KTD/KNC

c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit terkait dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.

d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengkaji, mengukur, dan
meningkatkan kinerja rumah rakit serta meningkatkan keselamatan pasien.

e. Pimpinan mengkaji dan mengukur efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Rumah
Sakit dan keselamatan pasien.
Kriteria dari standar ini adalah sebagai berikut.

a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien guna meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit.

b. Tersedia program proaktif untuk mengidentifikasi risiko keselamatan dan program


meminimalkan insiden yang mencakup jenis kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari
KNC/Kejadian Nyaris Cedera (Near miss) sampai dengan KTD (Adverse event)

c. Tersedianya mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi serta berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.

d. Tersedia prosedur yang cepat tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang
terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan
jelas untuk keperluan analisis.

f. Tersedia mekanisme pelaporan baik internal dan eksternal yang berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang analisis akar masalah (RCA)
kejadian pada saat program keselamatan pasien mulai di laksanakan.

g. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil resiko termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan kejadian
yang tidak diinginkan.

h. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola
pelayanan di dalam Rumah Sakit dengan pendekatan antar disiplin.

i. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan kinerja
rumah sakit dan perbaikan Keselamatan Pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan
sumber daya tersebut.

j. Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria obyektif untuk
mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk
rencana tindak lanjut dan implementasinya.

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.

a. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaiatan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas dan transparan.

b. Rumah sakit menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin
dalam pelayanan pasien.
Kriteria dari standar ini adalah sebagai berikut :

a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru
yang memuat topik tentang keselamatan paien sesuai dangan tugasnya masing- masing.

b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.

c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan training tentang kerjasama kelompok guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

a. Rumah sakit harus merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal

b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria dari standar ini adalah :

a. Rumah sakit perlu menyediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan
pasien.

b. Tersedia mekanisme untuk mengidentifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.
2.2 Komitmen Kerja

2.2.1 Pengertian Komitmen Kerja

Faktor sumber daya manusia adalah faktor yang signifikan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit. Manajemen rumah sakit perlu mengembangkan perawat untuk melaksanakan Askep secara
efektif, akurat, dan konsisten. Bagi Perawat Komitmen kerja adalah identifikasi kekuatan yang terkait
dengan nilai-nilai dan tujuan untuk memelihara keanggotaan dalam rumah sakit (Robbins, 2006).
Komitmen kerja juga didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan, keterikatan individu terhadap tujuan
dan mempunyai keinginan untuk tetap berada dalam rumah sakit (Mathis dan Jackson, 2001) Komitmen
perawat dan bidan terhadap rumah sakit ditunjukkan dengan prestasi yang lebih baik dengan terlibat
aktif melaksanakan asuhan keperawatan (Wijaya, 2012).

Beberapa penelitian tentang komitmen kerja dilaksanakan oleh Nursyahfitri (2010). Dia mengkaji
“Pengaruh Komitmen Karyawan terhadap Kinerja Karyawan pada Divisi Produksi PT. Marumitsu
Indonesia”. Ternyata komitmen berpengaruh terhadap kinerja karyawan (t=3,037 dan p=0,000).
Penelitian yang dilakukan oleh Rois (2010) tentang “Pengaruh Komitmen Anggota dan Budaya Kerja
terhadap Kinerja Tim Koordinasi, Monitoring, dan

Evaluasi Nasional”. Menemukan pengaruh yang signifikan antara komitmen anggota dengan kinerja Tim
Kormonev Nasional dengan nilai Uji t 2,300 dan Uji F 0,637. Penelitian Suparman (2007) tentang
“Analisis Pengaruh Peran Kepemimpinan, Motivasi dan Komitmen Organisasi terhadap Kepuasan Kerja
dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai”. Menemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan komitmen
kerja terhadap kinerja (nilai t 0,25 dan P=0,000). Semua hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
komitmen kerja secara nyata berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

2.2.2 Peningkatan Komitmen Kerja

Komitmen kerja perawat dapat ditingkatkan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan
beberapa cara sebagai berikut.

1. Menciptakan rasa aman, suasana kerja yang kondusif serta lakukan promosi secara regular

2. Menempatkan perawat sesuai dengan kapasitas, minat, dan motivasi kerjanya agar memberikan
keuntungan bagi kedua belah pihak.

3. Meningkatkan keterampilan, kesempatan pengembangan diri, dan bimbingan perencanaan karir


agar perawat merasa mantap dalam pencapaian kariernya.
4. Mengembangkan fleksibilitas dan otonomi pelaksanaan tugas tetapi tetap memegang teguh
tanggung jawab.

5. Mengembangkan system monitoring peningkatan kinerja, dan pemahaman terhadap nilai dan
tujuan rumah sakit untuk menjaga kesesuaian antara visi dan misi (Wijaya, 2012).

2.2.3 Peranan Komitmen

Komitmen kerja memiliki peranan penting untuk peningkatan kinerja perawat. Komitmen kerja perawat
dapat meningkatkan kinerja mereka yang meliputi aspek motivasi, kejelasan tugas dan kemampuan
kerja. Dengan komitmen kerja yang tinggi, perawat menjadi lebih giat bekerja dan mempunyai motivasi
kuat untuk berprestasi. Komitmen kerja juga dapat menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap rumah
sakit, karena ingin tetap bertahan menjadi anggota rumah sakit (Wijaya, 2012).

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Komitmen Kerja

Komitmen merupakan kekuatan perawat secara menyeluruh terhadap tugas dan kondisi lingkungan
rumah sakit. Factor-faktor yang mempengaruhi komitmen kerja adalah keinginan kuat untuk tetap
menjadi anggota organisasi, kemauan berusaha dan bekerja keras untuk mencapai tujuan organisasi,
keyakinan dan kepercayaan terhadap nilai-nilai, serta tujuan organisasi. Pada penelitian ini, komitmen
kerja terdiri atas beberapa subvariabel seperti inisiatif, penghayatan terhadap visi dan misi rumah sakit,
peraturan rumah sakit, asuhan keperawatan, dan indikator kinerja klinik. Penjabaran masing-masing
subvariabel sebagai berikut.

1. Inisiatif

Inisiatif merupakan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas tanpa menunggu perintah. Hal ini
terkait dengan peningkatan hasil pekerjaan, menciptakan peluang untuk menghindari timbulnya
masalah. Inisiatif juga menyangkut kreativitas perawat untuk mengembangkan potensi diri dalam

melaksanakan Askep dan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan. Dalam penelitian ini subvariabel
inisiatif diukur dengan indikator kesempatan menyampaikan pendapat untuk mengembangkan askep,
memiliki upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan dan mengembangkan kompetensi dalam
melaksanakan Askep (Ubaydillah, 2009).

2. Penghayatan Terhadap Visi dan Misi Rumah Sakit

Visi merupakan suatu pernyataan ringkas tentang cita-cita pengembangan organisasi di masa depan.
Misi merupakan penetapan tujuan atau sasaran organisasi di masa depan. Misi merupakan penetapan
tujuan atau sasaran organisasi yang mencakup kegiatan jangka panjang dan jangka pendek. Pernyataan
visi dan misi harus sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan kebutuhan pasien. Keduanya harus bias
mengantarkan rumah sakit mencapai tujuan dengan menumbuhkan semangat kerja, keharmonisan
dalam melaksanakan Askep sesuai SOP. Peningkatan komitmen kerja memerlukan penghayatan visi dan
misi rumah sakit. Dalam penelitian ini subvariabel visi dan misi rumah sakit diukur dengan indikator
pemahaman terhadap visi dan misi rumah sakit yang sudah disosialisasikan kepada perawat dengan
dijabarkan visi dan misi rumah sakit dalam tugas pokok dan fungsi (Mangku Prawira, 2009).

3. Peraturan Rumah Sakit

Peraturan membatasi segala kegiatan perawat. Mereka harus mematuhi karena ada sanksi bagi yang
melanggar. Peraturan dapat berupa tata tertib yang mengikat perawat melaksanakan askep sehingga
tidak menyimpang dari tujuan rumah sakit. Pada penelitian ini subvariabel peraturan rumah sakit diukur
dengan indikator kepatuhan terhadap peraturan rumah sakit yang diterapkan secara adil.

Anda mungkin juga menyukai