Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindakan universal precautions/kewaspadaan universal adalah langkah

sederhana pencegahan infeksi yang mengurangi resiko penularan dari

patogen yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh diantara pasien dan

pekerja kesehatan. Tindakan ini dilakukan di semua tempat pelayanan pasien

di rumah sakit seperti di instalasi gawat darurat, instalasi rawat inap, instalasi

sterilisasi, laboratorium, instalasi rawat jalan, dan unit pencucian linen.

Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang

untuk diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah

sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, baik yang telah

didiagnosis,diduga terinfeksi atau kolonisasi. Diterapkan untuk mencegah

transmisi silang sebelum pasien di diagnosis, sebelum adanya hasil

pemeriksaan laboratorium dan setelah pasien didiagnosis.Tenaga kesehatan

seperti petugas laboratorium, rumah tangga, CSSD, pembuang sampah dan

lainnya juga berisiko besar terinfeksi. Oleh sebab itu penting sekali

pemahaman dan kepatuhan petugas tersebut untuk juga menerapkan

Kewaspadaan Standar agar tidak terinfeksi (Permenkes,2017).

Salah satu tempat pelayanan kesehatan di rumah sakit yang

mempunyai resiko tinggi tertular penyakit adalah di pelayanan Unit Gawat

Darurat. Unit Gawat Darurat merupakan gerbang utama penanganan kasus

kegawatan di rumah sakit yang mempunyai resiko tinggi terjadinya penularan

penyakit infeksi. Pekerjaan yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan baik

dokter maupun perawat yang ada di UGD memiliki resiko lebih tinggi tertular

penyakit dibanding petugas dibagian lain karena mereka menangani pasien

1
2

yang belum diketahui riwayat penyakitnya (Kathleen, Jane, & Linda,

2008).

Sebagai tenaga medis yang bertugas di UGD dituntut memberikan

penanganan yang cepat dan tepat pada penanganan pasien gawat apabila

pasien tidak mendapat pertolongan segera maka dapat mengancam jiwa

pasien atau menimbulkan kecacatan permanen (Mawu, Bidjuni & Hamel,

2016). Apabila penanganan tersebut tidak dilakukan sesuai dengan prosedur

yang telah ditetapkan akan berpotensi menularkan penyakit infeksi, baik bagi

pasien (yang lain) atau bahkan pada petugas kesehatan (Nursalam, 2011)

Tabel 1.1 Identitas Bahaya Di IGD


No Tindakan Potensi Bahaya
.
1 Memasang Infus Jarum infus (Abocath). Terpapar darah
pasien, tempat tidur rusak, perawat tidak
memakai APD
2 Menjahit luka Gunting, Obat Anastesi, Jarum Jahit, Meja
tindakan statis (tidak bias dikonrol),
menggunakan tangan untuk menahan tepi
luka
3 Mengambil sampah darah Jarum suntik, tempat tidur rendah,
perawat tidak pakai APD
4 Memindahkan pasien Tempat tidur rendah, posisi waktu
mengangkat janggal
5 Melakukan suctioning Cairan tubuh pasien, droplet dari pasien,
posisi kerja
6 Memasang Kateter Cariran tubuh pasien, urine pasien
7 Memberikan obat injeksi Jarum suntik, terpapar darah, tidak pakai
APD
8 Melakukan resusitasi jantung paru Pekerjaan cepat dan berulang, tempat
tindakan tidak punya matras resusitasi,
posisi kerja membungkuk, keluarga pasien
ada di dalam ruangan
9 Memberi obat melalui rectal Feces
Sumber: Iwan M.Ramdan, 2017

Pencegahan terhadap penularan infeksi dengan cara penggunaan alat

Pelindung Diri (APD). Setiap hari tenaga kesehatan baik itu dokter, perawat

dll selalu berinteraksi dengan pasien, bahaya-bahaya yang terjadi di rumah

sakit, yang paling sering adalah bersinggungan langsung dengan pasien hal

ini membuat perawat beresiko terkena Healthcare-associated Infection


3

(HAls). HAls merupakan infeksi yang terjadi selama dalam proses asuhan

keperawatan ataupun selama bekerja di rumah sakit atau di fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya (WHO, 2009).

Prevalensi HAls di negara-negara berkembang berkisar antara 3,5-

12% (WHO, 2016). Sedangkan prevalensi kejadian HAls di Indonesia

sebesar 7,1% (Wikansari, Hestiningsih & Raharjo, 2012). Data lnternational

Labour Organization (ILO) tahun 2012 mencatat angka Penyakit Akibat Kerja

(PAK) secara global menurut data WHO dari 35 juta pekerja kesehatan, 3

juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan virus HBV; 0,9 juta terpajan virus

HBC; dan 170,000 terpajan virus HIV/AIDS. Estimasinya sebanyak 7.000

tenaga kesehatan di Indonesia terinfeksi hepatitis B, dengan 5.000

diantaranya tertular melalui jarum suntik (Kemenkes, 2016).

Alat pelindung diri (APD) Adalah peralatan yang dirancang untuk

melindungi pekerja dari kecalakaan atau penyakit yang serius ditempat kerja

akibat kontak dengan potensi bahaya. Jenis pelindung APD antara lain :

sarung tangan, masker (pelindung wajah), kacamata (pelindung mata),

penutup kepala (kap), gaun pelindung, alas kaki (pelindung kaki) (Nisa,

2011). Penggunaan APD harus sesuai dengan trasmisi jikalau tidak sesuai

dengan transmisinya akan menyebabkan terjadinya infeksi kepada tenaga

kesehatan khususnya perawat karena yang sering bersinggungan dengan

pasien adalah perawat, misalkan penggunaan sarung tangan yang

seharusnya sekali pakai kepada satu pasien dipakai untuk beberapa pasein

dan menyebabkan penularan penyakit/infeksi lebih cepat (WHO, 2009).

Studi pendahuluan yang dilakukan di RSDJ Sambang Lihum pada

tanggal .... 2020, dari 15 orang perawat yang berada di IGD RSDJ Sambang
4

Lihum ada beberapa perawat yang melakukan tindakan tidak tepat yaitu

perawat menggunakan sarung tangan saat mengangkat telepon,

menggunakan masker saat memberikan injeksi dan masker tidak dilepas

saat di ruang perawat, serta terdapat perawat yang tidak mencuci tangan

sebelum atau sesudah menggunakan sarung tangan, tidak buang jarum dan

benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air. Serta dari hasil

wawancara dengan Kepala Ruangan IGD RSDJ Sambang Lihum meskipun

perawat sudah mengetahui peraturan penggunaan APD dengan tepat, masih

terdapat perawat yang tidak melaksanakan sesuai dengan peraturan. Maka

dari itu peneliti bermaksud melakukan melihat tentang bagaimana

kewaspadaan universal yang dilakukan perawat IGD RSDJ Sambang Lihum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa rumusan

masalah adalah “Bagaimana Gambaran Kewaspadaan Universal perawat di

IGD RSDJ Sambang Lihum”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kewaspadaan universal perawat di

instalasi gawat darurat RSDJ Sambang Lihum

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik umur dan jenis kelamin


5

b. Mengetahui kewaspadaan universal perawat meliputi:

1) Kepatuhan cuci tangan 6 langkah oleh perawat

2) Kepatuhan perawat memakai handscon

3) Kepatuhan memakai masker, kaca mata, dan kaca muka

4) Pengelolaan pembersihan alat kesehatan

5) Pengelolaan jarum dan benda tajam lain

6) Pengelolaan tumpahan cairan tubuh pasien dengan penggunaan spill

kits

7) Pengelolaan sampah medis dan non medis

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pengembangan Ilmu

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi konstribusi dalam kemajuan ilmu

keperawatan.

2. Bagi Instansi Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan gambaran perilaku perawat dalam upaya

meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit pada

petugas kesehatan lebih spesifiknya pada perawat.

3. Bagi Perawat

Diharapkan dapat meningkatkan perilaku perawat dalam penggunaan APD

dengan tepat dan benar pada setiap bentuk tindakan keperawatan.

4. Bagi Institusi
6

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi modal penting bagi institusi

mengembangkan kewaspadaan mahasiswa pada saat praktek lapangan

dimana untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

5. Bagi Peneliti

Menjadi pedoman penting bagi peneliti untuk lebih meningkatkan

kewaspadaan pada saat melakukan kegiatan yang bersentuhan langsung

dengan pasien, cairan pasien, dan lingkungan pasien pada saat bekerja.
7

Anda mungkin juga menyukai