Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny hj yarni

Umur : 70 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Anoa

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Suku / bangsa : Kaili

Status Perkawinan : Sudah menikah

Tanggal Pemeriksaan : 22 November 2017

Tanggal Pulang : 25 November 2017

II. ANAMNESA (AUTOANAMNESIS)


 Keluhan Utama
Bintil- bintil merah pada bagian dada sebelah kanan

 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien dari bagian penyakit dalam dikonsul ke bagian kulit dan kelamin
dengan keluhan bintil- bintil bergerombol berisi air yang di alami sejak 6
hari yang lalu. Awalnya pasien demam dan batuk kemudian timbul
kemerahan pada bagian dada seblah kanan lama-kelamaan timbul bintil-
bintil merah dan tidak didapatkan pada bagian tubuh lainnya. Bintil
tersebut tidak didapatkan gatal, hanya terasa nyeri dan panas. Ada bintil-
bintik yang masih utuh dan sebagian sudah mulai pecah

 Riwayat Penyakit Dahulu :


- Penderita tidak pernah mengalami keluhan yang seperti ini sebelumnya
- Diabetes mellitus (-) dan hipertensi (+)
- Riwayat cacar air pasien mengaku lupa
- Riwayat alergi makanan dan obat disangkal
- Riwayat kontak dengan bhan iritan di sangkal

 Riwayat penyakit keluarga :


Dalam keluarga tidak ada yg menderita keluhan yang sama

 Riwayat Sosial Ekonomi:


Pasien merupakan ibu rumah tangga yang melakukan kegiatan seperti
memasak, mencuci dan sebagainya

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Status Generalis
Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Baik
2. Tanda Vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Heart Rate : 80x/menit
Suhu : 36,7 ºC
Pernapasan : 20 x/ menit
3. Kepala
Sklera : Ikterik (-)
Konjungtiva : Anemis (-)
Bibir : Sianosis (-)

2
4. Jantung/Paru : dalam batas normal
5. Abdomen : dalam batas normal
6. Ekstremitas : dalam batas normal
7. Kelenjar limfe : dalam batas normal

IV. STATUS DERMATOLOGI

Lokasi : regio thoracal dan cervical


Ukuran : milier sampai lentikuler
Efloresensi :Tampak vesikel yang bergerombol dengan dasar
macula eritematosa yang menyebar pada bagian daerah thoracal sampai
cervical, vesikel berisi cairan jernih sebagian keruh serta terdapat krusta
dan erosi dengan Ukuran bervariasi, lokiasi unilateral

V. DIAGNOSA
Herpes Zoster Thoracocervical Dextra

VI. ANJURAN PEMERIKSAAN


1. Tzank test

VII. DIAGNOSA BANDING


1. Dermatitis venenata
2. Dermatitis kontak iritan

VIII. PENATALAKSANAAN
- Acyclovir 5 x 800 mg
- Natrium diklofenak di berikan pada saat nyeri
- Salisil talk di berikan pada lesi yang belum pecah
- Fuson cr 10 gr diberikan pada lesi yang sudah pecah pemberian pagi
dan sore
- Vitamin C 1 Ampul/12 jam

3
- Ranitidine 1 ampul/12 jam
FOLLOW UP

Pemeriksaan Hari 1 Tanggal 22 November 2017


S Bebas demam 1 hari (+), Nyeri berkurang (+) , edema (-), rasa panas
didaerah bintil berkurang (+), rasa gatal (-)
O Tanda vital

TD : 130/60 mmHg
Nadi : 95x/menit
Suhu : 36,8 ºC
Pernapasan : 20x/menit

Status Dermatologi
Lokasi :Regio Thoracal dextra dan cervical dextra
Ukuran : milier sampai lentikuler
Efloresensi : Tampak vesikel yang bergerombol dengan dasar macula
eritema yang menyebar bagian daerah thoracal sampai
cervical dextra, vesicel sebagian pecah menjadi krusta.
Ukuran bervariasi, lokasi unilateral

A Herpes Zoster Thoracocervical Dextra


P Terapi dari perawatan kulit :

 Non medikamentosa
- Nacl 0,9% kompres
 Medikamentosa
Sistemik
- Inj. Vit C 1 amp/12j/iv
- Inj. Ranitidin 1 amp/12j/iv
- Acyclovir 5 x 800 mg
Topical
- Salisil talk di berikan pada lesi yang belum pecah

4
- Fuson cr 10 gr diberikan pada lesi yang sudah pecah
pemberian pasi dan sore
Gambar

Gambar 1. Tampak vesikel dengan dasar macula eritema yang vesicel seluruhnya
sudah pecah menjadi krusta. Ukuran bervariasi, lokasi unilateral.

Pemeriksaan Hari 2 Tanggal 23 November 2017

5
S Bebas demam 2 hari (+), Nyeri berkurang (+) , edema (-), rasa panas
didaerah bintil berkurang (+), rasa gatal (-)
O Tanda vital

TD : 120/80 mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 36.5 ºC
Pernapasan : 22x/menit

Status Dermatologi
Lokasi : Regio thoracal dan cervical dextra
Ukuran : milier sampai lentikuler
Efloresensi : Tampak vesikel yang bergerombol dengan dasar macula
eritema yang menyebar bagian daerah thoracal sampai
cervical dextra, vesicel sebagian pecah menjadi krusta.
Ukuran bervariasi, lokasi unilateral

A Herpes Zoster Thoracocervical Dextra


P Terapi dari perawatan kulit :
 Non medikamentosa
- Nacl 0,9% kompres
 Medikamentosa
Sistemik
- Inj. Vit C 1 amp/12j/iv
- Inj. Ranitidin 1 amp/12j/iv
- Acyclovir 5 x 800 mg
Topical
- Salisil talk di berikan pada lesi yang belum pecah
- Fuson cr 10 gr diberikan pada lesi yang sudah pecah
pemberian pagi dan sore

6
Gambar

Gambar 2 . Tampak vesikel dengan dasar macula eritema yang


vesicel seluruhnya sudah pecah menjadi krusta dan sebagian
menjadi eroisf. Ukuran bervariasi, lokasi unilateral.

7
Pemeriksaan Hari 3 Tanggal 24 November 2017
S Bebas demam 3 hari (+), Nyeri berkurang (+) , edema (-), rasa panas
didaerah bintil berkurang (+), rasa gatal (-)
O Tanda vital

TD : 120/60 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36.5 ºC
Pernapasan : 22x/menit

Status Dermatologi
Lokasi : Regio thoracal dan cervical dextra
Ukuran : milier sampai lentikuler
Efloresensi : Tampak krusta bergerombol dengan dasar macula eritema
yang menyebar bagian daerah thoracal sampai cervical
dextra,. Ukuran bervariasi, lokasi unilateral
A Herpes Zoster Thoracocervical Dextra
P Terapi dari perawatan kulit :
 Non medikamentosa
- Nacl 0,9% kompres

 Medikamentosa
Sistemik
- Acyclovir 5 x 800 mg
Topical
- Salisil talk di berikan pada lesi yang belum pecah
- Fuson cr 10 gr diberikan pada lesi yang sudah pecah pemberian
pagi dan sore

8
Gamba
r

Gambar 3. Tampak krusta dengan dasar macula eritema yang

9
menyebar bagian daerah thoracal sampai cervical dextra dan juga
tampak daerah yang erosif. Ukuran bervariasi, lokasi unilateral

PEMBAHASAN

Virus varisella zoster merupakan satu virus yang dapat menyebabkan dua
penyakit. Infeksi VZV primer jugadikenal dengan cacar, biasanya terjadi pada
masa kanak-kanak, namun infeksi VZV berlanjut menginfeksi individu seumur
hidup, virus kemudian berkembang di sepanjang sumsum tulang di ganglia
dorsalis. Biasanya virus varisela zoster mengalami reaktivasi, menyebabkan
infeksi rekuren yang dikenal dengan nama herpes zoster atau shingles. Cara utama
penularan herpes zoster yaitu ditularkan melalui orang ke orang yang kontak
langsung cairan dari kulit yang lesi atau terinfeksi dari sekresi pernapasan Herpes
zoster adalah akibat dari infeksi VZV yang mengalami reaktivasi setelah masa
dorman di ganglion dorsalis. 1,2,3,4

Mula-mula penderita mengalami demam atau panas, sakit kepala, lemas dan
fotofobia akut disertai nyeri yang terbatas pada satu sisi tubuh saja. Pada fase akut
selanjutnya muncul makula kecil eritematosa di bagian tubuh yang nyeri, dalam 1-
2 hari akan berubah cepat menjadi papul dan kemudian berkembang menjadi
vesikel, semakin hari menyebar dan membesar, dapat disertai dengan rasa gatal
dan nyeri yang tak tertahankan. Kemunculan vesikel baru lebih dari satu minggu
hal tersebut berhubungan dengan sindrom imunodefisiensi. Cairan vesikel akan
menjadi keruh disebabkan masuknya sel radang sehingga akan menjadi pustula.
Lesi kemudian akan mengering yang diawali pada bagian tengah sehingga
terbentuk umbilikasi dan akhirnya akan menjadi krusta dalam waktu yang
bervariasi antara 2-12 hari, krusta akan lepas dalam waktu 1-3 minggu, dan
sembuh dalam waktu 3-4 minggu Pada kasus, lokasi herpes zoster thorakoservical
ditemukan vesikel bergerombol multipel, berbentuk bulat, dengan ukuran 0,3 –

10
0,5 cm diatas kulit eritematosus bersifat unilateral, tidak menyilang garis tengah,
umur vesikel dalam satu gerombolan sama, tetapi dengan gerombolan yang lain
tidak sama, kulit diantara gerombolan normal. Hal ini sesuai dengan herpes zoster
thorakoservical Dextra. 1,4,5,6.

Diagnosis banding Dermatitis venenata, dengan gejala klinis ditemukan


eritema edema, vesikel, bula, dan rasa panas di daerah kontak.diagnosis banding
pada kasus ini yaitu dermatitis kontak iritan dengan efloresensi eritema, edema,
papul, vesikel, skuama dan likenifikasi dengan keluhan gatal . Untuk menegakkan
diagnosis secara pasti dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium polymerase
chain reaction (PCR) merupakan tes yang paling sensitif dan spesifik dengan
sensitifitas berkisar 97-100%, membutuhkan setidaknya satu hari untuk
mendapatkan hasilnya. Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis
preparat seperti scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat
juga digunakan sebagai preparat. Tes ini dapat menemukan asam nukleat dari
virus varicella zoster. Dapat juga dilakukan pemeriksaan direct fluorescent assay
(DFA) hasil dari pemeriksan ini cepat untuk mendiagnosis herpes zoster. Preparat
diambil dari scraping dasar vesikel. Tes ini dapat menemukan antigen virus
varicella zoster dan dapat membedakan antara virus herpes zoster dan virus herpes
simpleks dengan sensitivitas 90%.5,6,7

Dapat dilakukan pemeriksan tes Tzank, preparat diambil dari discraping


dasar vesikel yang masih baru kemudian diwarnai dengan Hematoxylin Eosin,
Giemsa, Wright toluidine blue. Preparat diperiksa dengan menggunakan
mikroskop. cahaya. Hasil positif akan menunjukkan sel giant multinuleat. Tes ini
tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes simpleks
virus. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.4 Pemeriksaan kultur virus
merupakan pemeriksaan yang sangat spesifik tetapi hasilnya ditunggu 1-2 minggu
dan VZV hanya terdeteksi 60%-70% dari specimen.6,7,8

11
Gambar 4. Tzanck smear menunjukan gambaran multinucleated giant
cell (pembesaran 100x)6

Tujuan utama terapi pada pasien herpes zoster yaitu untuk mempercepat
penyembuhan, mencegah kearah yang lebih parah, mengurangi rasa nyeri akut
dan kronis dan mengurangi komplikasi. Terapi antiviral yang dapat diberikan
asiklovir, famciclovir, valacyclovir, obat ini dapat menghambat polymerase VZV.
Secara umum obat ini aman dan ditoleransi aman pemberian pada orang tua. Efek
samping biasanya mual, muntah, diare, sakit kepala pada 8%-17% pasien.
Asiklovir diberikan 5 kali 800 mg sehari selama 7 – 10 hari atau famciclovir
diberikan 250-500 mg 3 kali sehari selama 7 hari. Obat ini diekresikan di ginjal
sehingga dosisnya harus disesuaikan karena memungkinkan terjadinya
insufisiensi ginjal atau alternatif obat lain yaitu valacyclovir diberikan sebanyak
1000 mg 3 kali sehari. Dosis harus disesuaikan pada pasien dengan insufisiensi
ginjal, trombotik trombositopeni purpura atau hemolitik uremik sindrom dan dosis
8000 mg ehari pada pasien dengan defisiensi sistem imun. Antibiotik diberikan
bila ada infeksi sekunder misalnya kulit menjadi bernanah dan terkelupas. Untuk
pengobatan secara topical diberikan tergantung stadium herpes zoster. Pemberian
bedak dapat diberikan jika masih dalam stadium vesikel tujuannya supaya vesikel
tida pecah sehingga tidak terjadi infeksi sekunder. 1,9,10

Dilakukan kompres terbuka bila terjadi erosif dan dapat diberikan salep
antibiotik bila terjadi ulserasi. Pada kasus diberikan asiklovir 5x800 mg per hari
diminum secara oral selama 7 hari, pemberian secara topical bedak salisil 2%
dioleskan dua kali sehari pada lesi keringdan diberikan fuson krim pada
daerahyang sudahpecah. Pasien juga diberikan vitamin C 1 ampul/12 jam sesuai
dengan teori yang mengatakan bahwan vitamin C adalah antioxidant lini pertama

12
yang spesifik untuk imunitas dalam melawan virus imunitas selular Kasus
berbasis komunitas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka dengan
asupan vitamin C yang rendah secara signifikan berisiko lebih tinggi untuk
terkena herpes zoster. Vitamin C juga diketahui berhubungan dengan
meringankan rasa nyeri yang diderta pasien. Sedangkan untuk mengatasi nyeri
pasien diberi Na. Diklofenac, untuk mengatasipeningkatan asamlambung sebagai
akibat Obat NSAID pasien diberi Ranitidn Ampul/12jam. KIE (komunikasi,
informasi, edukasi) diberikan untuk mencegah penularan, menjaga lesi tetap
kering, dan menjaga kebersihan lesi untuk mengurangi resiko superinfeksi bakteri
Prognosis pasien baik jika mendapatkan pengobatan secara dini.10,11

KESIMPULAN

Seorang perempuan berusia 70 tahun menderita herpes zoster


thoracocervical. Pada pasien ditemukan vesikel bergerombol multipel, berbentuk
bulat, dengan ukuran 0,3-0,5 cm diatas kulit eritematosus, unilateral, tidak
menyilang garis tengah, umur vesikel dalam satu gerombolan sama, tetapi dengan
gerombolan yang lain tidak sama, kulit diantara gerombolan normal. Diberi
pengobatan asiklovir 5x800 mg per hari diminum secara oral selama 7 hari,
pemberian secara topikal bedak talk salisil 2% pada lesi yang belum pecah dan
fucon Cr 10 gram untuk vesikal yang sudah pecah. Prognosis pasien baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Kenneth E. Schmader & Michael N. Oxman. Varicella and Herpes Zosters.


In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BS, Paller AS, Leffel DJ. eds.
Fitzpatricks’s Dermatology in General Medicine. 8th. New York: Mc Graw-
Hill.2012.p 2383-2401
2. Wolff K, Johnson RA, Fitspatricks: color atlas and synopsis of clinically
dermatology. New York: McGrawHill. 2013. P 534-541
3. J.C. Sterling. Virus infection. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffths C,
editors. Rook’s Text Book of Dermatology. 8th ed. Massachusets: Blackwell
Publishing Company; 2010. p. 33.1
4. Cohen J. Herpes Zoster. N Engl J Med 2013; 369: 255-63
5. Weaver B. Herpes Zoster Overview Natural History and Incidence. J Am
Osteopath Assoc. 2009;109 (2); s2-s6.
6. Shahid M. “Comparison of Tzanck smear with viral serology in varicella”.
Jurnal Of Pakistan Association of Dermatologists. Department of
Dermatology, Military Hospital, Rawalpindi, Pakistan. 26, (4), 306-309, 2016
7. Lubis R. Varicella dan Herpes Zoster. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit Dan
Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2011.
8. James W. Berger T. Elston D. Andrews' Diseases Of The Skin Clinical
Dermatology Edisi 10. Saunders Elsevier Canada, 2006 P. 376-384
9. Kenneth RC, Rebecca L, Jerry F, Igor I, Presentation and Management of
Herpes Zoster in the Geriatric Population. A Peer –Reviewed Journal for
Managed Care and Hospital Formulary Management; 2013:217-224, 227

14
10. Byun S. dan JeonY. “Administration of Vitamin C in a Patient with Herpes
Zoster. The Korean jurnal of pain 22, (2), 108-111, 2011
11. Priya S, Lisa A, David PM, Herpes Zoster (Shingles) and Postherpetic
Neuralgia. Mayo Clinic Proceedings; 2009:84 (3); 274-280

15

Anda mungkin juga menyukai