Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI

DENGAN DIAGNOSA MEDIS APENDIKSITIS DAN TINDAKAN


APENDIKTOMY DI RS DENPASAR

OLEH :
KELOMPOK 9
NAMA KELOMPOK :
NI LUH PUTU SADWITI PATNI 17D10094
NI MADE AYUK KRISTANTI 17D10095
NI MADE AYU SARIANTHI 17D10096
NI MADE LEMA PUTRI DWI ASTUTI 17D10097
NI MADE KUSUMASTUTI 17D10098
NI MADE SRI NURAMUNI 17D10099
NI NYOMAN VANNY EURIKA 17D10100
NI PUTU DELLA ARI CAHYANI. 17D10101
NI PUTU DITA KUSUMA HANDAYANI 17D10102
NI PUTU NINE INDAH KRISNAWATI 17D10103
NI PUTU RATNA LESTARI DEWI 17D10104

D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AKADEMIK 2020
INTERPRETASI KASUS

Seorang Laki 40 tahun diagnosa dengan apendisitis akut rencana dilakukan tindakan
appendectomy. Pada evaluasi pra anestesi tekanan darah 160/100 lihat minum obat-obatan
disangkal riwayat penyakit lain disangkal

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 40 th
Jenis Kelamin : Pria
Diagnosa Medis : Apendiksitis Akut
Tanggal masuk : 16 agustus 2020

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama:
2) Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengalami sakit pada perut kanan
bawah selama 3 hari, sakit semakin terasa saat ketika Bernal an Dan
dilakukan penekanan.
3) Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien ini tidak memiliki penyakit lain
sebelumnya
4) Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat penyakit keluarga.
5) Riwayat Penyakit Sistemik: Tidak ada riwayat penyakit sistemik.
6) Riwayat Kesehatan
- Adakah penyakit keturunan? Tidak
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Tidak
- Bagaimana pengobatannya, tuntas atau tidak? Tidak ada
- Obat apa saja yang pernah digunakan? Tidak ada
- Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya? Tidak ada
- Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-
obatan): Tidak ada
- Riwayat alergi: Tidak ada

B. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum composmentis (E 4, V 5, M 6), penampilan tampak sakit sedang,


tanda-tanda vital tekanan darah 160/100mmHg, laju nadi 60x/menit, laju napas
16 x/menit, SpO2 95% dengan udara bebas, suhu 36,1˚C.

2. Pemeriksaan kepala normal

3. Pemeriksaan wajah normal

4. Pemeriksaan mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

5. Pemeriksaan telinga normal

6. Pemeriksaan hidung normal

7. Pemeriksaan mulut dan faring: mukosa bibir tampak sianosis.

8. Pemeriksaan leher: Pemeriksaan leher dalam batas normal

9. Pemeriksaan payudara dan keiak normal

10. Pemeriksaan thoraks: Hasil pemeriksaan toraks didapatkan bentuk serta gerak
simetris, tidak ada retraksi interkosta serta suprasternal, pemeriksaan auskultasi
paru didapatkan suara napas vesikular paru antara lapang paru kiri dan kanan
sama, tidak ditemukan wheezing serta ronki.

11. Pemeriksaan jantung: Pemeriksaan jantung tidak didapatkan bunyi jantung


tambahan.

12. Pada hasil pemeriksaan abdomen didapatkan bentuk datar dengan konsistensi
lembut, serta bising usus tidak normal, terdapat nyeri tekan diarea perut kanan
bawah ( titik mcburni).

13. Pemeriksaan genetalia normal

14. Pemeriksaan anus normal

15. Pemeriksaan ekstremitas: Pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat, ujung jari
normal tidak ada sianosis
16. Pemeriksaan neurologis normal

C. Data penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

1) Hasil uji elektrolit terkini : untuk mengevaluasi efek dari obat yang
sudah diberikan

2) BUN/Kreatinin : untuk mengevaluasi fungsi ginjal

3) HB/Ht : mengevaluasi kadar hemoglobin untuk mengidentifikasi


resiko gangguan oksigen delivery

4) Kadar tiroid : Hipertiroidisme akan menyebabkan vasoknstriksi

5) Urine : mengevaluasi fungsi ginjal

6) Peningkatan produksi Brain Natriuretic Peptide (BNP) , akibat


peningkatan tekanan intraventrikular, seperti pada gagal jantung

7) EKG : Pemeriksaan EKG dapat memberikan informasi mengenai


denyut, irama, dan konduksi jantung, serta seringkali etiologi,
misalnya perubahan ST segmen iskemik untuk kemungkinan STEMI
atau non-STEMI

8) Analisa gas darah : untuk mengatahui status asam basa pasien.


HASIL LAB DARAH LENGKAP :

2. Pemeriksaan Radiologi

1) Radiologi : Pemeriksaan foto toraks harus dikerjakan secepatnya untuk


menilai kondisi paru dan jantung. Kardiomegali merupakan temuan
yang penting. Pada paru, adanya dilatasi relatif vena lobus atas, edema
vaskular, edema interstisial, dan cairan alveolar membuktikan adanya
hipertensi vena pulmonal

2) Ekokardiografi : indikator adanya disfungsi ventrikel yang signifikan


bila dijumpai EF <50%, LVEDP >18 mmHg, indeks jantung <2,2
L/mnt/m2, dan kelainan gerakan dinding yang bermakna atau adanya
kelainan pada beberapa dinding jantung

3) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pada pemeriksaan USG ditemukan


bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks.
Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan
spesifisitas yaitu 85% dan 92%,%.

4) Computed Tomography Scanning(CT-scan).


pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan
fekalith dan perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi serta
adanya pelebaran sekum, CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-
100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100%
dan 96-97

D. Status ASA

Pasien termasuk ke dalam ASA 2 pasien dengan penyakit sistemik ringan di tandai
dengan adanya hipertensi 160/100mmhg.

E. Rencana pilihan anestesi


Rencana pilihan anestesi adalah RA karena:
a. Untuk meminimalkn pemakaian obat-obat anestesi sehingga beban jantung tidak
terlalu berat..
b. Karena insisi nya tidak terlalu lebar dan durasi tidak terlalu lama, serta
manupulasi organ abdomen yang tidak banyak
c. Karena tidak perforasi
F. Persiapan Obat Pra Induksi

1. Pre-medikasi
Midazolam (0,02 - 0,05 mg/kgBB IV)
2. Antiemetik
Ondansentron (4mg/IV)
3. Induksi
Bupivacain hiperbarik 0.5%
4. Obat emergency
Ephedrine 10mg IV
5. Analgetik
Fentanyl 2,5 mcg/kgbb atau,
Lidokain 1,5 mg/kgbb
6. Obat maintenance
Nasal kanul 2 L/menit
7. Maintanance anestesi
1) Menggunakan oksigen 2 ltr/mnt
2) Jalan napas, oksigenasi, ventilasi, tanda vital pasien harus dievaluasi setiap 5 menit
selama anestesi berlangsung. Bila pasien dalam keadaan bernapas spontan pemantauan
jalan napas dapat diperhatikan dengan mendengar apakah terdapat suara napas patologis,
lihat gerakan dada pasien, serta perhatikan pada kantong reservoir apakah terhenti atau
menurun. Untuk melakukan pemantauan tanda-tanda vital, EKG, dan oksigenasi selama
operasi dapat dipantau melalui monitor. Oksigenasi dapat pula dicek dengan milakukan
inspeksi pada mukosa dan melalui analisa gas darah. Produksi urin selama operasi
ditampung dan diukur volumenya setiap jam terutama pada operasi besar dan memakan
waktu yang lama
3) Cairan pemeliharaan bertujuan untuk mengganti kehilangan air tubuh akibat produksi
urin, sekresi gastrointestinal, keringat, dan kehilangan cairan akibat proses penguapan
dari pernapasan dan kulit. Jumlah terapi cairan Dewasa : 1,5-2ml/kg/jam
G. Intra operatif management
Persiapan obat pra induksi
Induksi : Bupivacaine hiperbarik 0.5%
Premedikasi : ondansetron, dexamethasone, diphenhidramine
H. Penatalaksanaan apabila terjadi hipertensi pasca operasi :
1) Melakukan evaluasi ulang tekanan darah
2) Tekanan darah meningkat bisa diakibatkan karena nyeri post operasi, berikan
obat analgetik.
3) Apabila tekanan darah masih tinggi, dapat diterapi dengan obat anti hipertensi
secara parentral misalnya dengan beta blocker yang terutama digunakan untuk
mengatasi hipertensi dan takikardia yang terjadi. Contoh obat beta blocker
yang bisa diberikan adalah bolus labetolol intravena dan infuse esmolol
intravena bolus dan infuse.
4) Apabila penyebabnya karena overload cairan, bisa diberikan diuretic
furosemide.
5) Dan apabila hipertensi disertai dengan heart failure sebaiknya diberikan ACE-
inhibitor.
6) Pasien dengan iskemia miokard yang aktif secara langsung maupun tidak
langsung dapat diberikan nitrogliserin dan beta-blocker secara intravena.
7) Untuk hipertensi berat sebaiknya segera diberikan sodium nitroprusside.
8) Apabila pasien sudah bisa makan dan minum secara oral sebaiknya mulai
diberikan obat antihipertensi secara oral.

I. Penatalaksanaan Anestesi.
a. Ruang Persiapan.
1) Pasien masuk ke kamar persiapan, pasien dibantu untuk menggunakan baju dan topi
operasi, infus terpasang pada tangan kiri.
2) Sebelum tindakan anestesi dilakukan, diperlukan pengecekan informed consent
terlebih dahulu.
b. Ruang Operasi.
1) Pasien masuk ke kamar operasi, pasien dibaringkan dengan posisi supine di meja
operasi.
2) Melakukan pemasangan monitor dan tanda - tanda vital.
3) Sarung tangan steril prosedur persiapan obat anestesi spinal dilakukan.
4) Penggunaan obat anestesi berupa bupivacaine hiperbaruk 0.5%.
5) Pasien dilakukan pembiusan premedikasi : Ondansentron, dexamethasone,
diphenhidramine.
6) Dari posisi supine, diposisikan duduk tegal dengan leher flexi, posisi tangan memeluk
bantal atau dengan kata lain, memposisikan tulang belakang seperti hurup “C” apabila
dilihat dari posisi samping. Posisi ini membantu memperlebar jarak antar ruas-ruas
vertebra lumbal.
7) Pendekatan midline digunakan, lokasi yang dituju adalah L3-L4 -> garis imajiner
yang menghubungkan kedua krista iliaka kanan dan kiri sebagai batas L4 atau L4-L5.
8) Setelah menemukan posisi yang tepat, lakukan pemberian tanda dengan penekanan
kulit lokal dengan kuku jari. Tindakan aseptik dengan betadine 10% dengan metode
sirkular dari tengah ke luar, tindakan aseptk dengan beradine 10% lagi dengan metode
yang sama, alkohol 70% untuk membersihkandengan cara sirkular. Gunakan jarum
spinal no 27G -> pastikan CSF keluar -> masukan obat dari spuit berisi obat induksi
bupivacaine.
9) Pasien dipersilahkan berbaring kembali keposisi supine.
10) Pengecekan tingginya block : setinggi torak

J. Persiapan Static
1. Persiapan alat STATICS
a) Scope : Stetoscope, laringoscope
b) Tube : LMA, ETT
c) Airway : face mask (sungkup muka), OPA
d) Tape : plaster
e) Inducer : stilet, margil forceps, Gel/jelly, Spuit 10cc
f) Suction
K. Jika terjadi lonjakan tekanan darah saat ekstubasi :
a. Deep ekstubasi (ekstubasi dalam)

b. Tambahkan propofol (lows dose)


c. Lidocaine untuk mengurangi nyeri
d. Namun Pemberian fentanil 1 µg/kgBB lebih baik dalam menurunkan respon
hemodinamik pada tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan tekanan arteri
rerata pada tindakan ekstubasi dibandingkan dengan lidokain 1 mg/kgBB.

L. Analisa Masalah

1. Pre-Anestesi

a. Ansietas: wajah pasien grimace, pasien terlihat gelisah, tanda-tanda vital TD:
160/100mmHg, N: 60x/mnt, RR: 16x/mnt.

a. PK Gangguan Kardiovaskular (peningkatan curah jantung): tekanan darah


160/100 mmHg, laju nadi 60x/menit, laju napas 16x/menit, SpO2 95 % dengan
udara bebas, suhu 36,1 oC.

3. Intra Anestesi

4. PK Gangguan Kardiovaskular : tekanan darah pre 160/100 mmHg, laju nadi


60x/menit, laju napas 16x/menit, SpO2 95 % dengan udara bebas, suhu 36,1 oC,

b. PK Disfungsi Termorgulasi : suhu pre operatif 36,1 oC ( 36,5-37,5)

c.
5. Post Anestesi

a. Nyeri Akut: P: pasien menangis, Q: nyeri tertusuk-tusuk, R: perut kanan bawah,


S: 6 dari 10 skala nyeri yang diberikan, T: konstan. Pasien tampak meringis.

b. Hipertensi: tekanan darah 150/100 mmHg, laju nadi 80x/menit, laju napas
16x/menit, SpO2 98 %

M. Intervensi

1. Pre-Anestesi

a. Ansietas

1) Observasi tanda-tanda vital

2) Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan pasien termasuk reaksi fisik

3) Peningkatan dukungan koping informasi tentang prosedur tindakan kepada


pasien dan keluarga

4) Delegasi pemberian premedikasi

b. PK Gangguan Kardiovaskular
1) Observasi TTV
2) Observasi kesadaran
3) Monitoring cairan masuk dan cairan keluar
4) Monitoring efek obat anestesi
5) Delegasi dalam tindakan perioperatif maintenance cairan intravena dan
vasopresor

6. Intra Anestesi

a. PK Gangguan Kardiovaskular

1) Observasi tanda-tanda vital

2) Observasi tingkat kesadaran pasien

3) Monitoring efek obat anestesi


4) Delegasi dengan dokter anestesi dalam tindakan perioperatif maintenance
cairan intravena dan vasopressor

7. RK disfungsi Termoregulasi

1) Monitoring suhu tubuh secara rutin sebelum pasien di pindahkan kekamar


operasi
2) Tingkatkansuhukamaroperasisebelummelakukantindakan
3) Tutupi seluas mungkin permukaan tubuh pasien dengan selimut
4) Jelaskan kepada pasien tujuan pemberian blanket warmer
5) Kolaborasi pemberian penghangat darah jika ada indikasi transfusi,
penghangat cairan intra vena atau cairan irigasi
8. Post Anestesi

a. Nyeri akut

1) Kaji tanda-tanda vital

2) Observasi lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri

3) Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam pemberian analgetik

b. Hipertensi

1) Observasi tanda-tanda vital

2) Observasi tingkat kesadaran pasien

3) Monitoring efek obat anestesi

4) Delegasi dengan dokter anestesi dalam tindakan post opratif

N. Implementasi

1. Pre-Anestesi
a. Ansietas

1) Mengobservasi tanda-tanda vital

2) Mengkaji dan dokumentasi tingkat kecemasan pasien termasuk reaksi fisik

3) Memberikan dukungan koping informasi tentang prosedur tindakan kepada


orang tua pasien

4) Mendelegasi pemberian premedikasi spt midazolam

b. Pk Gangguan Kardiovaskuler

1) Mengobservasi TTV
2) Mengobservasi kesadaran
3) Memonitoring cairan masuk dan cairan keluar
4) Memonitoring efek obat anestesi
5) Melakukan pendelegasan dalam tindakan perioperatif maintenance cairan
intravena dan vasopresor

9. Intra Anestesi

a. PK Gangguan Kardiovaskular (Penurunan Curah Jantung)

1) Mengobservasi tanda-tanda vital

2) Memonitor cairan masuk dan keluar

3) Memonitor efek obat anestesi

4) Berkolaborasi dengan dokter anestesi dalam pemberian cairan intravena


dan vasopresor

10. PK disfungsi termoregulasi

1) Monitoring suhu tubuh secara rutin sebelum pasien di


pindahkan kekamar operasi
2) Meningkatkan suhu kamar operasi sebelum melakukan
tindakan
3) Menutupi seluas mungkin permukaan tubuh pasien dengan
selimut
4) Menjelaskan kepada pasien tujuan pemberian blanket warmer
5) Melakukan kolaborasi pemberian penghangat darah jika ada
indikasi transfusi, penghangat cairan intra vena atau cairan
irigasi

11. Post Anestesi

a. Nyeri akut

1) Mengkaji tanda-tanda vital

2) Mengobservasi lokasi, karakteristik, kualitas, keparahan nyeri dan skala


nyeri

3) Mendelegasi dengan dokter anestesi dalam pemberian analgetik

b. Hipertensi

1) Melakukan observasi tanda-tanda vital

2) Mengobservasi tingkat kesadaran pasien

3) Memonitoring efek obat anestesi

Melakukan delegasi dengan dokter anestesi dalam tindakan post opratif

Anda mungkin juga menyukai