Anda di halaman 1dari 18

KONSEP BELAJAR

TUGAS PENGGANTI UTS MK PSIKOLOGI


DOSEN :

Mareta Beyani S.Psi M.Pd

Disusun Oleh :

Dimas Aditya Nugraha (20262033)

Kirana Octaviani Sofyan (20262037)

Muhamad Fahril (20262041)

AKADEMIK TEKNIK ELEKTROMEDIK

ANDAKARA JAKARTA
Jalan Raya Kalimalang Blok E No. 4 C/D, RT 2/ RW 16, Duren Sawit,
Kec.Duren Sawit, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
13430A
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Belajar merupakan kegiatan yang tidak asing lagi di kalangan kita.
Seperti di era sekarng ini, belajar seolah-olah dianggap sebagai tuntutan
yang wajib bagi setiap orang. Tidak hanya bagi mereka yang masih muda,
akan tetapi mereka yang sudah dewasa atau terbilang sudah tua dituntut
untuk belajar agar mampu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
zaman.
Belajar dalam seyogianya dijalankan selama hayat di kandung badan
atau bisa dikatakan seumur hidup. Berkaitan dengan kegiatan belajar di
tengah-tengah masyarakat mengemuka ungkapan “masa muda adalah
masa belajar”. Ungkapan tersebut dimaksudkan bahwa setiap orang muda
sudah semestinya mempersiapkan diri untuk memperoleh segala sesuatu
yang berguna bagi hidupnya di kemudian hari.
Dalam makalah ini penulis mencoba untuk menguraikan beberapa hal
mengenai konsep belajar yang meliputi, definisi belajar, faktor belajar,
proses dan fase belajar, teori-teori belajar serta macam-macam
perwujudan perilaku belajar.

B.     Rumusan Masalah


1.      Apakah definisi dari belajar ?
2.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?
3.      Apa saja ciri – ciri belajar ?
4.      Apa saja yang termasuk dalam teori-teori belajar ?
5.      Hukum belajar ?

C.     Tujuan Masalah


1.      Mendiskripsikan definisi belajar.
2.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
3.      Mengetahui ciri – ciri belajar.
4.      Mengetahui beberapa teori-teori yang termasuk dalam belajar.
5.      Mengetahui hukum belajar.
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi Belajar


Arti kata belajar di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah
suatu usaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan dalam kamus
Bahasa Inggris terdapat empat macam arti belajar, yakni memperoleh
pengetahuan atau menguasai pengetahuan atau menguasai pengetahuan
melalui pengalaman, mengingat, dan mendapat informasi atau
menemukan.1[1]
Beberapa ahli menguraikan definisi dari belajar sebagai berikut :
a.      Arthur J. Gates
Menurut Arthur, yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah
laku melalui pengalaman dan latihan (learnig is the modification of
behavior through experience and training).
b.      L.D. Crow and A. Crow
Ahli ini berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang
perlu dirangsang dan dibimbing ke arah hasil-hasil yang diinginkan
(dipertimbangkan). Belajar adalah penguasaan kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan, dan sikap-sikap (learning is an active process that need to
be simulated and guided toward desirable outcome. Learning is the
acquisition of habits, knowledge, and attitudes).
c.       Gregory A. Kimble
Belajar menurut Gregory A. Kimble adalah suatu perubahan yang
relatif permanen dalam potensialitas tingkah laku yang terjadi pada
seseorang atau individu sebagai suatu hasil latihan atau praktik yang
diperkuat dengan pemberian hadiah. (learning as a relatively permanent
change in behavioral potentiality that occurs as a result of reinforced
practice).2[2]
d.      Morgan3[3]
Morgan dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan
bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.

3
e.       Whiterington
Whiterington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan
bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan para ahli
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar adalah
proses penugasan tertentu sesuatu yang dipelajari. Penugasan tersebut
dapat berupa memahami (mengerti), merasakan, dan dapat melakukan
sesuatu.
Bertolak dari berbagai pemikiran para ahli tersebut, belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk
meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai
sejumlah pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap. Belajar secara formal
adalah usaha menyelesaikan program pendidikan di sekolah atau
perguruan tinggi dengan bimbingan guru atau dosen. Sedangkan belajar
secara otodidak atau disebut juga selfstudy atau belajar mandiri adalah
belajar yang dilakukan di luar program pendidikan di sekolah atau
perguruan tinggi, tetapi melalui usaha sendiri. Sebagai hasil dari belajar
tersebut dapat mencakup beberapa aspek antara lain adalah aspek
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai.

B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Telah dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang
menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam
tingkah laku dan atau kecakapan. Berhasil atau tidaknya perubahan
tersebut tergantung pada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor
tersebut, dapat dibedakan menjadi dua golongan yakni :
1.      Faktor internal (faktor dari dalam diri anak), yakni keadaan atau
keadaan jasmani dam rohani, faktor ini dibagi menjadi dua yaitu :
a. Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis meliputi hal-hal yang bersifat jasmaniah. Kondisi
jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi organ khusus pada anak, seperti tingkat
kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan yang disajikan.
b. Aspek Psikologis
Aspek psikologis meliputi hal-hal yang bersifat rohaniah. Pada
umumnya faktor-faktor rohaniah yang dipandang lebih esensial adalah
sebagai berikut :
a. Kecerdasan/Intelegensi
Intelegensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
untuk mereaksi rangsangan atau untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dengan cara yang tepat. Pada umumnya tidak semua anak
memiliki intelegensi yang sama dalam mempelajari suatu mata pelajaran
dan kecakapan-kecakapan yang lainnya, untuk menolong terjadinya
ketidakadilan yang terjadi antara anak yang memiliki intelegensi yang
tinggi dan anak yang berintelegensi dibawah rata-rata perlu adanya
perhatian khusus dari seorang guru yang profesional, sehingga anak itu
tetap merasa adil dan tidak merasa bosan ataupun tertinggal.

b. Sikap
Sikap (attitude) adalah gejala internal yang berupa kecenderungan
untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap
objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Sikap anak dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau
tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.
c. Bakat
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Bakat akan dapat
mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi
tertentu. Oleh karena itu, sebagai orangtua hendaknya menyekolahkan
anak pada jurusan yang sesuai dengan bakat yang dimiliki oleh anak
tersebut, karena apabila orang tua terlalu memaksakan kehendak pada
akhirnya akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik atau hasil
prestasi belajar anak.
d. Minat
Secara sederhana minat (interest) diartikan sebagai kecenderungan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sama
halnya dengan kecerdasan, sikap dan bakat, karena memberi pengaruh
terhadap aktivitas belajar, anak akan menjadi tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat anak agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau
dipelajarinya.
e. Motivasi
Motivasi merupakan pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
hal dalam bidang tertentu sehingga pada akhirnya orang tersebut dapat
menjadi seorang spesialis dalam bidang yang telah dipilihnya tersebut.
Motivasi diberikan kepada anak oleh guru atau orang tua, dimana motivasi
ini ditujukan supaya dalam diri anak tersebut muncul suatu dorongan atau
hasrat untuk belajar, sehingga anak tersebut dapat menyadari apa guna
belajar dan tujuan yang hendak dicapai apabila diberi perangsang dan
motivasi yang baik dan sesuai.
2.  Faktor eksternal (faktor dari luar diri anak), faktor eksternal terdiri atas
dua macam yakni :
1.  Faktor Lingkungan Sosial
Yang termasuk dalam lingkungan sosial antara lain adalah lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
a. Lingkungan keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam mau tidak
mau turut serta dalam menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar
dialami dan dicapai oleh anak-anak.

b. Lingkungan sekolah
Keberadaan para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas
dapat mempengaruhi semangat belajar anak. Para guru atau staf
administrasi yang menunjukkan sikap dan perilaku yang memperlihatkan
suri tauladan yang baik dalam hal belajar akan menjadi daya dorong yang
positif bagi kegiatan belajar anak.
c. Lingkungan masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal anak juga dapat
mempengaruhi tingkat belajarnya. Misalnya, kondisi lingkungan
masyarakat yang kumuh akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar
anak. Kesulitan yang akan dihadapi anak tersebut antara lain adalah
kesulitan untuk mencari teman belajar atau berdiskusi. 4[5]
2. Faktor Lingkungan non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan non sosial adalah
sebagai berikut : a. Lingkungan alamiah

4
Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan
tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau tidak terlalu gelap, suasana
yang sejuk dan tenang merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi
aktivitas belajar siswa. Apabila lingkungan alamiah mendukung proses
belajar anak akan berlangsung dengan nyaman. Sebaliknya, bila kondisi
lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar anak akan terhambat.
b. Faktor instrumental
Faktor instrumental yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan
dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,
fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software,
seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan
dan sebagainya. Ketersediaan serta kelengkapan dari kedua perangkat
belajar tersebut akan mempengaruhi aktivitas belajar anak.
c. Faktor materi pelajaran
Faktor materi pelajaran (materi yang diajarkan) ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan anak begitu juga dengan metode
mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan anak.

C. Ciri Belajar

1. Perubahan yang bersifat fungsional.

Perubahan yang terjadi pada aspek kepribadian seseorang


mempunai dampak pada perubahan selanjutnya. Karena belajar
anak dapat membaca, karena belajar pengetahuan bertambah,
karena pengetahuannya bertambah akan mempengaruhi sikap dan
perilakunya.

2. Belajar adalah perbuatan yang sudah mungkin sewaktu terjadinya


prioritas.

Yang bersangkutan tidak begitu menyadarinya namun


demikian paling tidak dia menyadari setelah peristiwa itu
berlangsung. Dia menjadi sadar apa yang dialaminya dan apa
dampaknya. Kalau orang tua sudah dua kali kehilangan tongkat,
maka itu berarti dia tidak belajar dari pengalaman terdahulu.

3. Belajar terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.

Belajar hanya terjadi apabila dialami sendiri oleh yang


bersangkutan, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Cara
memahami dan menerapkan bersifat individualistik, yang pada
gilirannya juga akan menimbulkan hasil yang bersifat pribadi.

4. Perubahan yang terjadi bersifat menyeluruh dan terintegrasi.

Yang berubah bukan bagian-bagian dari diri seseorang,


namun yang berubah adalah kepribadiannya. Kepandaian menulis
bukan dilokalosasi tempat saja. Terapi menyangkut aspek
kepribadian lainnya, dan pengaruhnya akan terdapat pada
perubahan perilaku yang bersangkutan.

5. Belajar adalah prsoses interaksi.

Belajar bukanlah proses penyerapan yang berlangsung


tanpa usaha yang aktif dari yang bersangkutan. Apa yang diajarkan
guru belum tentu menyebabkan terjadinya perubahan, apabila yang
belajar tidak melibatkan diri dalam situasi tersebut. Perubahan akan
terjadi kalau yang bersangkutan memberikan reaksi terhadap
situasi yang dihadapi.

6. Perubahan berlangsung dari yang sederhana ke arah yang lebih


kompleks.

Seorang anak baru akan dapat melakukan operasi bilangan


kalau yang bersangkutan sedang menguasai simbol-simbol yang
berkaitan dengan operasi tersebut.

D.    Teori-teori Belajar


Dalam psikologi, teori belajar selalu dihubungkan dengan stimulus
respons dan teori-teori tingkah laku yang menjelaskan respons makhluk
hidup dihubungkan dengan stimulus yang didapat dalam lingkungannya.
Proses yang menunjukkan hubungan yang terus-menerus antara respons
yang muncul serta rangsangan yang diberikan dinamakan sebagai suatu
proses belajar (Tan, 1981:91)
Berikut adalah beberapa teori belajar :
1. Teori Conditioning
Bentuk paling sederhana dari belajar adalah conditioning. Karena
conditioning sangat sederhana bentuknya dan luas sifatnya, para ahli
sering mengambilnya sebagai contoh untuk menjelaskan dasar-dasar dari
semua proses belajar. Meskipun demikian, kegunaan conditioning sebagai
contoh bagi belajar, masih menjadi bahan perdebatan (Walker, 1967).
Teori conditioning sendiri dipecah menjadi dua, yaitu :
a. Conditioning Klasik (Classical Conditioning)
Merupakan suatu bentuk belajar yang kesanggupan untuk berespons
terhadap stimulus tertentu dapat dipindahkan pada stimulus lain.
Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian
menimbulkan respons. Yang terpenting dalam belajar, menurut teori ini
ialah, adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori
ini adalah hal belajar yang terjadi secara otomatis.
Penganut dari teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku
manusia juga tidak lain merupakan hasil dari conditioning, yakni hasil dari
latihan-latihan atau kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat atau
perangsang tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya.
b. Conditioning Operan (Operant Conditioning)
Istilah conditioning operan (operant conditioning) diciptakan oleh
Skinner dan memiliki arti umum conditioning perilaku. Istilah “operan”
berarti operasi (operation) yang pengaruhnya mengakibatkan organisme
melakukan perbuatan pada lingkungannya (Hardy & Heyes: 1985, Reber:
1988).
Tidak seperti dalam conditioning respons (yang responnya
didatangkan oleh stimulus tertentu), respons dalam conditioning operan
terjadi tanpa didahului stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan
oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri sesungguhnya adalah stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu.
2. Teori Psikologi Gestalt
Teori belajar menurut psikologi gestalt sering kali disebut insight full
learning atau field teori. Jiwa manusia, menurut aliran ini adalah suatu
keseluruhan yang berstruktur atau merupakan suatu sistem, bukan hanya
terdiri atas sejumlah bagian atau unsur yang satu sama lain terpisah, yang
tidak mempunyai hubungan fungsional. Manusia adalah makhluk yang
memiliki kebebasan. Ia bebas memilih cara bagaimana ia berinteraksi,
stimulus mana yang diterimanya dan mana yang ditolaknya.
Belajar menurut pandangan psikologi Gestalt, bukan sekedar proses
asosiasi antara stimulus-respons yang kian lama kian kuat disebabkan
adanya berbagai latihan atau ulangan-ulangan. Menurut aliran ini, belajar
itu terjadi apabila terdapat pengertian (insight).pengertian ini muncul jika
seseorang, setelah beberapa saat, mencoba memahami suatu problem,
tiba-tiba muncul adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara
unsur-unsur yang satu dengan yang lain, kemudian dipahami sangkut-
pautnya, untuk kemudian dimengerti maknanya.

E. Hukum Belajar
1. Hukum Kesiapan (Law of Readiness)

Sebelum melakukan sesuatu , pastilah setiap individu


mempersiapkan segala hal yang diperlukan dan membantu utk
melakukan sesuatu tersebut . Dan ketika dia melakukan sesuatu
tersebut pastilah akan terasa mudah karena kita telah
mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik . dan bila seorang
individu tidak mempersiapkan dirinya , pastilah ia akan gelisah
ataupun bingung dalam melakukan sesuatu tersebut . inilah yang
disebut dengan hukum kesiapan dalam teori belajar (yaitu semakin
siap suatu organisme memperoleh perubahan tingkah laku maka
pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.)

2. Hukum Latihan (Law of Exercise)

Seperti yang dikatakan oleh pepatah 'lancar kaji karena


diulang' , semakin sering kita mengulang suatu hal , pastilah kita
akan semakin mahir dalam hal tersebut . sebagai contoh :  dalam
belajar , apabila setiap hari kita membahas suatu pelajaran,
pastilah kita akan menguasainya dan yang pasti tidak cepat lupa .
berbeda dengan belajar  kebut semalam , yang pasti akan kita
lupakan sekejap mata . hal ini lah yang disebut sebagai hukum
latihan . hukum ini mengajarkan kita untuk belajar secara bertahap
dan terorganisir .
Hukum Latihan ini dibagi menjadi dua yaitu :

a. Law of Use : Semakin sering suatu hal dilakukan , maka akan


semakin mahir lah kita dalam hal tersebut
b. Law of Disuse : Semakin lama suatu hal tidak lagi dilakukan ,
maka kita akan lupa akan hal tersebut

3. Hukum Akibat (Law of Effect)

Apabila kita mempelajari sesuatu dan semakin lama kita


menjadi mahir dalam hal tersebut , tentulah kita akan semakin rajin
dan semangat untuk memperdalam hal tersebut , dan begitu juga
sebaliknya . bila kita sudah mempelajari sesuatu hal tapi kita tidak
menyukai ataupun tidak juga menguasai hal tersebut, pastilah kita
akan jenuh dan malas untuk melanjutkannya . inilah yang dimaksud
dengan hukum akibat .
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
1.      Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang
disadari untuk meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku
dengan menguasai sejumlah pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.
2.      Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar di bedakan menjadi dua
yakni : faktor internal dan faktor eksternal.
3.      Fase-fase dalam proses belajar menurut Jerome S Brunner adalah:
fase informasi, fase transformasi, dan fase evaluasi, sedangkan menurut
Wittig adalah: acquisition, storage, retrieval.
4.      Beberapa teori belajar adalah teori conditioning yang dibagi menjadi
teori conditioning klasik dan teori conditioning operant, yang berikutnya
adalah teori psikologi gestalt.
5.      Macam-macam perwujudan perilaku belajar yaitu kebiasaan,
keterampilan, pengamatan, berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir
rasional dan kritis, sikap, inhibisi, apresiasi, dan tingkah laku afektif.

B.     Saran
1.      Kepada pemerintah hendaknya memberikan dukungan penuh terhadap
proses belajar mengajar dengan menyediakan sarana dan prasarana
yang layak yang dapat digunakan untuk menunjang keberhasilan proses
belajar.
2.      Kepada para guru hendaknya memperhatikan anak didiknya sejak dini,
sehingga ketika anak tersebut mengalami masalah dalam belajar akan
segera dapat melakukan tindakan secepatnya untuk mengatasi masalah
belajar anak tersebut sehingga tidak berlanjut. Dan hendaknya seorang
guru bisa kreatif menciptakan kegiatan belajar yang efektif, efisien tidak
monoton sehingga dapat menumbuhkan semangat dan kreativitas anak.
3.      Kepada para orang tua hendaknya memberikan perhatian, dukungan
dan motivasi-motivasi yang sebaik-baiknya yang dapat menumbuhkan
semangat anak dalam kegiatan belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Prawira,PurwaAtmaja.2013.Psikologi Pendidikan dalam Perspektif


Baru.Jojakarta:Ar-Ruzz Media.
Purwanto,M.Ngalim.1990.Psikologi Pendidikan.Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.
Syah,Muhibbin.1995.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sobur,Alex.Psikologi Umum.2003.Bandung:CV Pustaka Setia.
http://tifanify.blogspot.com/2013/03/hukum-teori-belajar-hasil-diskusi.html

Anda mungkin juga menyukai