Bab I - Daftar Pustaka
Bab I - Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes melitus pada
tahun 2015 telah mencapai 415 juta orang. Jika tidak ada tindakan dilakukan,
diperkirakan akan meningkat menjadi 642 juta tahun 2040. 1 dari 11 orang
meninggal akibat diabetes, dan 673 milyar dolar yakni 12 % dari total
140.2 juta penderita pada tahun 2040. ¾ dari penderita diabetes hidup di
Data dari WHO tahun 2016, Indonesia menempati urutan kedua setelah India
di Asia Tenggara pada tahun 2010 jumlah penderita diabetes sebanyak 8.4
juta penderita dan akan meningkat sebanyak 21.3 juta pada tahun 2030
1
Provinsi Jambi sampai 21.8% di Provinsi Papua Barat (DepKes RI, 2007).
Pengetahuan merupakan hasil dari tingkah laku, hal ini terjadi setelah
Rata-rata kejadian hipoglikemia meningkat 3.2 per 100 orang per tahun
menjadi 7.7 per 100 orang per tahun pada pennggunaan insulin.Pasien yang
hipoglikemiknya terjadi sekitar dua kali per minggu. Hipoglikemia berat yang
darah normal, minimal terjadi sekali per tahun sebesar 27% pada pasien yang
pada sekitar 3% dari penderita diabetes mellitus yang bergantung pada insulin
2
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam laoran kasus ini adalah
mengalami hipoglikemi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
4
Tabel 2.1. Klasifikasi Klinis Hipoglikemia
5
Workgroup on Hypoglycemia tahun 2005
2.2 Epidemiologi
Diantara hipoglikemi yang disebabkan oleh faktor luar (eksogen), obat-obatan
menjadi penyebab tersering, dan diatara obat-obatan tersebut, obat diabetes yang
berperan meningkatkan kadar insulin serum merupakan penyebab utama.
Berdasarkan penelitian, terjadi peningkatan insidensi hipoglikemi pada penderita
yang diobati dengan obat-obatan diabetes, sejalan dengan kebijakan pengendalian
kadar glukosa darah secara intensif (diabetes control and complication trial dan united
kingdom prospective diabetes study). Sebagai contoh, terjadi peningkatan angka
kejadian / episode hipoglikemia berat dari 20 episode per 100 penderita/ tahun
(dengan pengobatan “konvensional” menjadi 60 episode per penderita pertahun)
dengan pengobatan intensif pada diabetes tipe satu yang diobati dengan insulin.
Angka kejadian hipoglikemi pada DM1 lebih tinggi dari pada DM tipe 2, tapi dampak
yang ditimbulkannya justru lebih serius bila ini terjadi pada DM tipe 2. Pada DM tipe
2, apalagi dengan usia lanjut, hipoglikemi tak jarang mencetuskan gejala serius
6
seperti stroke, infark miokard, gagal jantung akut dan aritmia ventricular.
2.3 Etiologi
Etiologi hipolikemi dibedakan atas dua hal yaitu
1. Pada pasien DM
Defisiensi insulin endogen, yang sekaligus menandakan bahwa
telah terjadi penurunan respon glukagon
Terapi DM secara agresif, yang terlihat dari rendahnya target
terapi, baik glukosa darah, HbA1C atau keduanya
Riwayat hipoglikemia
Latihan jasmani dengan intensitas ringan-berat
Tidur
Gagal ginjal
Gaal hati
Pasca persalinan pada ibu yan mengunakan terapi insulin saat hamil
Asupan makanan tidak adekuat
2. Pada pasien non DM
Pasien yang sakit atau dalam pengobatan
Obat (alcohol, beta blockers, pentamidine, kombinasi
sulfametoksazole dan trimethopirm)
Penyakit kritis (gaal hati, gagal ginjal, gagal jantung, sepsis,
inanition)
Defisiensi hormone (kortisol, glucagon dan epinefrin)
Tumor non sel islet
Pasien yang tampak sehat
Hiperinsulinisme endoen (insulinoma, angguan sel beta
fungsional, hipoglikemia akibat insulin autoimun, Insulin
sekretagog
Hipoglikemia accidental, surreptitious,malicious
7
2.4 Gejala dan Tanda
pada dasarnya, keluhan maupun gejala klinis hipolikemi, terjadi oleh karena
dua penyebab utama yakni: terpacunya aktivitas system saraf otonom terutama
simpatis dan tidak adekuatnya suplai glukosa kejaringan serebral (neuroglikopenia).
Cukup banyak kejadian hipoglikemi luput dari penamatan pasien dan dokter,
disebabkan gambaran klinis yang cukup lebar, serta kurangnya pemahaman pasien
tentang hipoglikemi tersebut. Pada tahap awal hipoglikemia, respon pertama dari
tubuh adalah peningkatan hormone adrenalin / epinefrin, sehingga menimbulkan
gejala neurogenik berupa :
Gemetaran
Kulit lembab dan pucat
Rasa cemas
Kerinat berlebihan
Rasa lapar
Mudah rangsang
Penelihatan kabur/kembar
Gejala klinis biasanya muncul pada kadar glukosa darah <60mg/dl, meskipun
pada orang tertentu, sudah dirasakan ketika kadar gula darahnya <70mg/dl. Tapi pada
umumnya pada kadar gula darah <50mg/dl telah memberi dampak pada fungsi
serebral. Pada tahap lanjut, hipoglikemia akan memberikan gejala defisiensi glukosa
pada jaringan serebral (neuroglikopenik) yakni:
Sulit berfikir
Bingung
Sakit kepala
Kejang-kejang
Koma
Bila keadaan hipoglikemi tidak cepat teratasi, maka dapat menimbulkan
8
Kecacatan bahkan kematian.
2.5 Patofisiologi
Tubuh memerlukan kadar gula darah yang normal melalui regulasi gula darah
yang fisiologis untuk memenuhi kebutuhan energi jaringan. Pada kejadian
hipoglikemi, mekanisme pertahanan tubuh yang berfungsi akan mengaktifasi
beberapa system neuroendokrin, tidak berlangsung secara adekuat atau mengalami
gangguan. Gangguan mekanisme tersebut menyebabkan keadaan hipolikemi karena
tubuh gagal mempertahankan kadar normal gula darah baik oleh penyebab dari luar
maupun dalam tubuh sendiri. Kemampuan regulasi glukosa secara normal diatur
melalui rangkaian beberapa proses yan terjadi secara seimbang dalam tubuh. Terjadi
keseimbangan antara beberapa prosesnya diantaranya absorbsi glukosa disaluran
cerna, uptake glukosa oleh jaringan, glikogenesis. Glukoneogenesis, yang secara
keseluruhan dipengaruhi oleh beberapa hormone.
9
hormone, disekresikan oleh hipofise anterior yang juga berdampak pada
peningkatan produksi glukosa di hepar. Patut dicatat bahwa kasus untuk
hormone kortisol dan grouth hormone, dapat memberikan efek sebaliknya
yakni menurunkan kadar glukosa melalui mekanisme deposit glukosa
dijaringan perifer. Namun efek ini baru timbul setelah beberapa jam setelah
pemberian sehingga pada prolonged hipoglikemia, fenomena ini harus
difikirkan.
Regulasi gula darah yan normal diperlukan tubuh untuk memenuhi
kebutuhan energy dijaringan. Pada keadaan normal, terjadi keseimbangan
antara proses absorbsi glukosa di saluran cerna, uptake glukosa oleh jaringan,
glikogenesis, glikogenolisis, glukoneogenesis, yang dipenaruhi oleh
seperangkat hormone. Hipoglikemi terjadi ketika tubuh agal mempertahankan
kadar normal glukosa darah oleh penyebab dari luar ataupun dalam tubuh.
Keadaan ini disebabkan ketidak mampuan tubuh dalam mengatur regulasi
glukosa melalui rangkaian beberapa proses yang terjadi secara seimbang.
Keseimbangan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hormone yang penting,
diantaranya insulin, glucagon, epinefrin (adrenalin), kortisol dan grouth
hormone.
2.6 Diagnosis
10
Rasa gemetar
Perasaan lapar
Pusing
Keringat dingin
Jantung berdebar
Gelisah
Penurunan kesadaran sampai koma dengan atau tampa kejang
Pada pasien atau keluarga perlu ditanyakan adanya pemakaian
preparat insulin atau obat hipoglikemik oral, dosis terakhir, waktu
pemakaian terakhir, perubahan dosis, waktu makan terakhir, jumlah
asupan makanan, dan aktivitas fisik yan dilakukan.
Curiga/tampak hipoglikemia
diabetes bukandiabetes
11
Gambaran klinis: Tampak sehat
Ditatalaksana dengan:
Obat-obatan
Insulin
Kegagalan organ
Sulfonilurea
Sepsis
Secretagogue lain
Defisiensi hormon
Glukosa puasa
Tumor sel non B
Operasi gaster
Penyesuaian regimen
Sediakan glukosa
< 55 mg/dl ≥ 55 mg/dl
adekuat, tatalaksana
penyebab dasar
Catat perbaikan dan
pemantauan
riwayat
kuat lemah
Puasa
berkepanjangan
glukosa
autoimun
Hipoglikemia Hipoglikemia
reaktif disingkirkan
Sangat dicurigai
2.7 Diagnosis Banding
Hipoglikemia karena
a) Obat:
(sering): insulin, sulfonilurea, alkohol
12
(kadang): klinin, pentamidine
(jarang): salisilat, sulfonamid
b) Hiperinsulinisme endogen: insulinoma, kelainan sel jenis lain, autoimun,
sekresi insulin ektopik
2.8 Penatalaksanaan
1. Stadium permulaan (sadar)
a. Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirup/permen gula
murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula diet/gula diabetes) dan
makanan yang mengandung karbohidrat
b. Hentikan obat hipoglikemik sementara
c. Pantau glukosa darah sewaktu
d. Pertahankan gula darah diatas dan makanan yang mengandung
karbohidrat
e. Hentikan obat hipoglikemik sementara
f. Pantau glukosa darah sewaktu
g. Pertahankan gula darah diatas 100mg/dL (bila sebelumnya tidak sadar)
h. Cari penyebab
2. Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia)
a. Diberika larutan dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon ( = 50 mL) bolus
intravena
b. Diberikan cairan dektrosa 10% per infus, 8 jam per kolf bila tanpa
penyulit lain
c. Periksa gula darah sewaktu (GDs), kalau memungkinkan dengan
glukometer:
Bila GDs < 50 mg/dL, tambahkan bolus dekstrose 40% 50 mL IV
Bila GDs < 100 mg/dL tambahkan bolus dekstrose 40% 25 mL
IV
d. Periksa GDs setiap Periksa GDs setiap 15 menit setelah pemberian
dekstrose 40%
Bila GDs < 50 mg/dL, tambahkan bolus dekstrose 40% 50 mL IV
Bila GDs < 100 mg/dL tambahkan bolus dekstrose 40% 25 mL
IV
Bila GDs 100-200 mg/dL, tanpa bolus dekstrose 40%
13
Bila GDs > 200 mg/dL, pertimbangkan menurunkan kecepatan
drip dekstrose 10%
e. Bila GDs > 100mg/dL sebanyak tiga kali berturut-turut, pemantauan
GDs setiap 2 jam, dengan protokol sesuai di atas. Bila GDs >200 mg/dL
pertimbangkan mengganti infus dengan dekstrose 5% atau NaCl 0,9%
f. Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak tiga ka
jam, dengan protokol sesuai di atas. Bila GDs > 200 mg/dL
pertimbangkan mengganti infus dengan dekstrose 5% atau NaCl 0,9%
g. Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak tiga kali berturut-turut masing-masing
selang 4 jam, pemeriksaan GDs dapat diperpanjang sesuai kebutuhan
sampai efek obat penyebab hipoglikemia diperkirakan sudah habis dan
pasien sudah dapat makan seperti biasa.
h. Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan pemberian antagonis
insulin, seperti glukagon 0,5-5-1 mg IV/IM atau kortison, adrenal
i. Bila pasien belum sadar, sementara hipoglikemia sudah teratasi, maka
cari penyebab lain atau sudah terjadi brain damage akibat hipoglikemia
berkepanjangan.
2.9 Pencegahan
Penting untuk memberikan pengertian mengenai penyebab kejadian
hipoglikemia, gejala yang ditimbulkannya dan penetahuan tentang cara mengatasi
keadaan tersebut kepada mereka yan beresiko. Edukasi terhadap penderita diabetes
dan apa efek yang ditimbulkan obat-obatan terhadap kadar glukosa darah, haruslah
termasuk dalam bagian dari pengobatan.
Selain itu pencegahan yang harus dilakukan anatara lain:
Pada pasien baru, sebaiknya dosis OHO dimulai dari dosis kecil
Pada pasien ganguan fungsi ginjal, dosis obat harus hati-hati karena terjadi
akumulasi
Hati-hati pemberian obat DM pada orang tua
Hati-hati pemakaian obat untuk penyakit penyerta DM, seperti derifat salisilat,
sulfa, fenibutazon obat-obat ini dapat menurunankan gula darah.
14
BAB III
STATUS ORANG SAKIT
15
ANAMNESE PRIBADI
Nama : Suparto
Umur : 61 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : jln. Pasar tiga no141, kelurahan tegal rejo, kecamatan medan
perjuangan kota medan Sumatra utara
Tanggal Masuk : 13 mei 2017
ANAMNESE PENYAKIT
Keluhan Utama : Penurunan kesadaran
Deskripsi : Hal ini dialami os sejak pagi ini, dialami secara
perlahan-lahan, tidak ada riwayat perdarahan,
epilepsi. Tidak ditemukan keringat dingin, badan
lemas riwayat tidak makan pada pagi hari ini, os
sebelumnya didiagnosa dengan DM sejak lebih
kurang 6 bulan ini dan tidak teratur minum obat DM.
os hanya menggunakan obat-obat herbal, sakit kepala
ditemukan, mual dan muntah tidak ada, nyeri dada
(-) riwayat darah tinggi (+) sejak lebih kurang 20
tahun yang lalu. Os menyatakan tekanan darahnya
pernah mencapai 200 mmHg dan tidak teratur minum
obat hipertensi, riwayat strok (-), riwayat kejang (-)
riwayat merokok (+) sampai saat ini, demam (+)
sejak satu hari ini, demam tiba-tiba tinggi, batuk (+)
tidak berdahak sejak lebih kurang satu minggu ini
RPT : Diabetes Melitus. Hipertensi
16
RPO : Obat herbal
Alergi obat :-
Alergi makanan :-
STATUS PRESENT
Keadaan Umum
Sensorium : somnolen
Tekanan Darah : 170/100mmHg
Nadi : 93 x/i
Pernapasan : 24 x/i
Suhu : 38,3◦C
KU/KP/KG : Sedang /Sedang /Cukup
Keaadan Penyakit
RBW = 70
x 100% = 107 %
165 – 100
Kesan: normoweight
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
Pertumbuhan rambut : dbn
17
Sakit kalau dipegang : -
Perubahan lokal :-
a. Muka
Sembab :-
Pucat :-
Kuning :-
Parese :-
Gangguan lokal :-
b. Mata
Stand mata : dbn Ikterus :-
Gerakan : dbn Anemia : (-/-)
Exoftalmus :- Reaksi pupil : Isokor, diameter 3mmx3mm
Ptosis :- Gangguan lokal: -
c. Telinga
Sekret : (+) N Bentuk : dbn
Radang :- Atrofi :-
d. Hidung
Sekret : (+) N Benjolan-benjolan : -
Bentuk : dbn
e. Bibir
Sianosis :- Kering :-
Pucat :- Radang :-
f. Gigi
18
Karies :- Jumlah : 32 buah
Pertumbuhan : (+) N Pyorre alveolaris :-
g. Lidah
Kering :- Beslag :-
Pucat :- Tremor :-
h. Tonsil
Merah :- Membrane :-
Bengkak :- Angina lacunaris : -
Beslag :-
2. Leher
Inspeksi
Struma :- Torticollis :-
Kelenjar bengkak :- Venektasi :-
Pulsasi vena :+
Palpasi
Posisi trakea : Medial
Tekanan Vena Jugularis : TVJ R-2cmH2O
Sakit/nyeri tekan :-
Kosta servikalis :-
3. Thorax depan
Inspeksi
Bentuk : simetris fusiformis Venektasi :-
Simetris/asimetris : simetris Pembengkakan : -
Bendungan vena :- Pylsasi verbal : -
Ketinggalan bernafas : - Mammae :-
19
Palpasi
Nyeri tekan :-
Fremitus suara : ka=ki, Kesan: normal
Fremissement : -
Iktus :+
a. Lokalisasi : -
b. Kuat angkat : -
c. Melebar :-
d. Iktus negatif: -
Perkusi
Suara perkusi paru : Sonor Gerakan bebas : -
Batas paru-hati : Batas jantung : dbn
a. Relatif : ICS V
b. Absolut : ICS VI
Auskultasi
Paru-paru
Suara pernafasan : vesikuler
Suara tambahan :-
a. Ronchi basah :-
b. Ronchi kering :-
c. Krepitasi :-
d. Gesek pleura :-
Cor
Heart rate : 93x/menit, regular, Intensitas cukup
Suara katup : M1>M2, P2>P1, A2>A1, A2>P2
20
Suara tambahan
Desah jantung fungsional/organis :-
Gesek pericardial/pleurocardial :-
4. Thorax belakang
Inspeksi
Bentuk : simetris fusiformis Scapulae alta : +
Simetris/asimetris : simetris Ketinggalan bernafas : -
Benjolan-benjolan :- Venektasi :-
Palpasi
Nyeri tekan :- Penonjolan :-
Fremitus suara : ka=ki, Kesan: normal
Perkusi
Suara perkusi paru : sonor Gerakan bebas: -
Batas bawah paru : dbn
Auskultasi
Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan :-
5. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : simetris
Venektasi/ pembentukan vena :-
Gembung :-
Sirkulasikolateral :-
Pulsasi :-
21
Palpasi
Defens muscular :-
Nyeri tekan :-
Undulasi :-
Lien :-
Ren :-
Hepar :-
Perkusi
Pekak hati :+N
Pekak beralih :-
Auskultasi
Peristaltik usus : normo peristaltic
Double sound :-
6. Genitalia
Luka : tdp
Sikatriks : tdp
Nanah : tdp
Hernia : tdp
7. Ekstremitas
a. Atas
Bengkak : -/- Refleks
Merah : -/- Biceps : +/+
Stand abnormal : -/- Triceps : +/+
Gangguanfungsi : -/- Radioperiost : -/-
22
Tes rumple leed : -/-
b. Bawah
Bengkak : -/-
Merah : -/-
Edema : -/-
Pucat : -/-
Gangguanfungsi : -/- Pulsasi A. Dorsalispedis :ka=ki
Varises : -/- Pulsasi A. Femoralis :ka=ki
Reflex Pulsasi A. Poplitea :ka=ki
KPR : +/+
APR : +/+
Strumple : -/-
AnamnesaUmum
Badan kurang enak :+ Tidur : berkurang
Merasa capek/lemas : + Berat badan : tetap
Merasa kurang sehat : + Malas :+
Menggigil :- Demam :+
Nafsu makan : menurun Pening :+
Anamnesa organ
1. Cor
Dyspnoea de’ effort :- Sianosis :-
Dyspnoea de’repos :- Angina pectoris: -
Oedema :- Palpitasi cordis: -
Nycturia :- Asma cardial : -
2. Sirkulasi perifer
Claudication intermitten :- Gangguan tropis: -
23
Sakit waktuistirahat :- Kebas-kebas :-
Rasa mati ujung jari :-
3. Traktus respiratorius
Batuk :+ Stridor :-
Pendarahan :- Sesak nafas :-
Haemaptoe :- Pernafasan cuping hidung : -
Sakit dada waktu bernafas: - Suara parau :-
4. Traktus digestivus
a. Lambung
Sakit di epigastrium : - Sendawa :-
sebelum/sesudahmakan Anoreksia :-
rasa panas di Epigastrium : - Mual-mual :-
Muntah :- Dysphagia :-
Haematemesis :- Foetor ex ore : -
Ructus :- Pyrosis :-
b. Usus
Sakit di abdomen :- Melena :-
Borborygmi :- Tenesmi :-
Defekasi :+ Normal Flatulensi :-
Obstipasi :- Haemorrhoid : -
Diare :-
24
Memancar ke :- Asites :-
Kolik :- Edema :-
Icterus :- Berak dempul : -
6. Sendi
Sakit :- Sakit digerakkan :-
Sendi kaku :- Bengkak :-
Merah :- Stand abnormal :-
7. Tulang
Sakit :- Frakturspontan: -
Bengkak :- Deformasi :-
8. Otot
Sakit :- Kejang-kejang : -
Kebas-kebas :- Atrofi :-
9. Darah
Sakit di mulut dan lidah :- Mukapucat :-
Mata berkunang-kunang :- Bengkak :-
Pembengkakan kelenjar :- Penyakit darah: -
Merah di kulit :- Pendarahan sub kutan : -
25
10. Endokrin
a. Pankreas
Polidipsi :+ Pruritus :-
Polifagi :+ Pyorrhea :-
Poliuri :+
b. Tiroid
Nervositas :- Struma :-
Exoftalmus :- Miksodem :-
c. Hipofisis
Akromegali :- Distrofi adipos kongenital : -
26
14. Psikis
Mudah tersinggung :- Pelupa :-
Takut :- Lekas marah : -
Gelisah :-
Anamnesa Intoksikasi
Tidak ada.
Anamnesa Makanan
Nasi : frek 2-3x/hari Sayuran : cukup
Ikan : cukup Daging : cukup
Anamnesa famili
Penyakit famili :-
Penyakit seperti os :-
Anak – anak :-
27
(Darah Lengkap, RFT, LFT, Elektrolit, dan Glukosa ad random)
Hasil Unit Nilai Normal
WBC 14,49 103 ul 4.0 – 11.0
RBC 4,68 106 ul 4.00 – 5.40
HGB 11,6 g/dl 12-16
Hematokrit 33,5 % 36.0-48.0
PLT 425 103 ul 150-400
Kalium 2.60 mmol/L 3.50-5.50
Natrium 128.00 mmol/L 136.00-155.00
Klorida 97.00 mmol/L 95 – 103
SGOT 26.00 U/L 0.00 – 40.00
SGPT 16.00 U/L 0.00 – 40.00
Alkaline pospatase 61.00 U/L 30.00 – 142.00
Total Bilirubin 0.63 mg/dl 0.00 – 1.20
Direct Bilirubin 0.23 mg/dl 0.05 – 0.3
Creatinin 0.88 mg/dl 0,60 – 1.20
Uric acid - mg/dl 3.50 – 7.00
Glukosa adr 35.00 mg/dl <140
(Urinalisa)
Hasil Unit Nilai Normal
Warna Kuning - Kuning
Kekeruhan Jernih - Jernih
Reduksi Negatif - Negatif
Protein Negatif - Negatif
Bilirubin Negatif - Negatif
Sedimen-Eritrosit 0 /lpb <3 /lpb
Sedimen-Leukosit 0-3 /lpb <5 /lpb
Sedimen-Renal Epitel Negatif - Negatif
28
RESUME
Keluhan Utama : Penurunan kesadaran
Deskripsi : Hal ini dialami os sejak pagi ini, dialami secara
perlahan-lahan, tidak ada riwayat perdarahan,
epilepsi. Tidak ditemukan keringat dingin, badan
lemas riwayat tidak makan pada pagi hari ini, os
sebelumnya didiagnosa dengan DM sejak lebih
kurang 6 bulan ini dan tidak teratur minum obat DM.
os hanya menggunakan obat-obat herbal, sakit kepala
ditemukan, mual dan muntah tidak ada, nyeri dada
(-) riwayat darah tinggi (+) sejak lebih kurang 20
tahun yang lalu. Os menyatakan tekanan darahnya
pernah mencapai 200 mmHg dan tidak teratur minum
obat hipertensi, riwayat strok (-), riwayat merokok
(+) sampai saat ini, demam (+) sejak satu hari ini,
demam tiba-tiba tinggi, batuk (+) tidak berdahak
sejak lebih kurang satu minggu ini
RPT : Diabetes Melitus, Hipertensi
RPO : Obat Herbal
Alergi obat :-
Alergi makanan :-
Pemeriksaan Fisik:
Kepala :
Mata : Konj. palpebra inferior anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
T/H/M : DBN
29
Leher :
Posisi trakea : medial
Tekanan Vena Jugularis : TVJ R-2cm H2O
Pembesaran KGB :-
Thoraks :
Inspeksi : simetris fusiformis
Palpasi : Stem Fremitus Ka=Ki
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : SP : vesikuler ST: -
Abdomen :
Inspeksi : simetris
Palpasi : Soepel, H/L/R : TTB, Nyeri tekan di Epigastrium (-)
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Extremitas sup : akral hangat, CRT <3”, nadi: 93x/i, edema (-)
Extremitas inf : edema pretibial (-/-), nyeri (-), ulkus (-), jar. Nekrotik (-),
Pulsasi A. Tibialis ant/post :ka=ki, Pulsasi A. Dorsalispedis : ka=ki, Pulsasi A.
Femoralis : ka=ki, Pulsasi A. Poplitea : ka=ki
DIAGNOSA SEMENTARA
- Penurunan kesadaran ec hipoglikemi
- Hipertensi std II
- Hiponatremi Hipoosmolar
- Hipokalemi
Terapi:
- Tirah Baring
30
- 02 2-4 L/i nasal canul
- IVFD Dextrose 10% 10gtt/i mikro
-inj bolus dextrose 40% 2 flakon 25 ml
- inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam/iv
- paracetamol 3x500 mg
- amlodipin 2x10 mg
- furosemid 1x40 mg
-valsartan 1x160 mg
-KSR 1x600mg
R/ cek KGD setelah setelah 15 menit pemberian dextrose 40%
31
BAB IV
FOLLOW UP
32
- Hipertensi std II
- Hiponatremi Hipoosmolar
- Hipokalemi
P: - Tirah Baring
- 02 2-4 L/i nasal canul
- IVFD Dextrose 10% 10gtt/i mikro
-inj bolus dextrose 40% 25 ml iv
- inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam/iv
- paracetamol 3x500 mg
- amlodipin 2x10 mg
- furosemid 1x40 mg
-valsartan 1x160 mg
-KSR 1x600 mg
33
drip dekstrose 10%
PD:
Kepala : Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-) Leher : TVJ R-2cmH2O
Thorax : SP : Vesikuler ST : -
Abdomen : Simetris, Soepel, H/L/R ttb, P(+)n
Ekstremitas : Edema -/-
A: - Hipoglikemi
- Hipertensi std II
- Hiponatremi Hipoosmolar
- Hipokalemi
P: - Tirah Baring
- 02 2-4 L/i nasal canul
- IVFD Dextrose 10% 10gtt/i mikro
-inj bolus dextrose 40% 25 ml iv (aff jika KGD >100 mg/dl)
- inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam/iv
- amlodipin 2x10 mg
34
- furosemid 1x40 mg
-valsartan 1x160 mg
-KSR 1x600 mg
PD:
35
Kepala : Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-) Leher : TVJ R-2cmH2O
Thorax : SP : Vesikuler ST : -
Abdomen : Simetris, Soepel, H/L/R ttb, P(+)n
Ekstremitas : Edema -/-
- Hipoglikemi
- Hipertensi std II
- Hiponatremi Hipoosmolar
- Hipokalemi
- Tirah Baring
- 02 2-4 L/i nasal canul
- IVFD Dextrose 10% 10gtt/i mikro
-inj bolus dextrose 40% 25 ml iv (aff jika KGD >100 mg/dl)
- inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam/iv
- amlodipin 2x10 mg
- furosemid 1x40 mg
-valsartan 1x160 mg
-KSR 1x600 mg
36
50 ml IV
b. Bila GDS dibawah 100 mg/dl tambahkan bolus dextrose 40%
25 ml IV
c. Bila GDs 100-200 mg/dL, tanpa bolus dekstrose 40%
d. Bila GDs > 200 mg/dL, pertimbangkan menurunkan kecepatan
drip dekstrose 10%
PD:
Kepala : Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-) Leher : TVJ R-2cmH2O
Thorax : SP : Vesikuler ST : -
Abdomen : Simetris, Soepel, H/L/R ttb, P(+)n
Ekstremitas : Edema -/-
- Hipoglikemi
- Hipertensi std II
- Hiponatremi Hipoosmolar
- Hipokalemi
- Tirah Baring
- 02 2-4 L/i nasal canul
- IVFD Dextrose 10% 10gtt/i mikro
-inj bolus dextrose 40% 25 ml iv (aff jika KGD >100 mg/dl)
37
- inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam/iv
- amlodipin 2x10 mg
- furosemid 1x40 mg
-valsartan 1x160 mg
-KSR 1x600 mg
38
PD:
Kepala : Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-) Leher : TVJ R-2cmH2O
Thorax : SP : Vesikuler ST : -
Abdomen : Simetris, Soepel, H/L/R ttb, P(+)n
Ekstremitas : Edema -/-
P: - Tirah Baring
- 02 2-4 L/i nasal canul
- IVFD Dextrose 10% 20 gtt/i
- inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam/iv
- amlodipin 1x10 mg
-furosemide 1x400mg
-valsartan 1x160 mg
- KSR 1x600 mg
39
a. Nilai GDS dibawah 50 mg/dl ditambahka bolus dextrose 40%
50 ml IV
b. Bila GDS dibawah 100 mg/dl tambahkan bolus dextrose 40%
25 ml IV
c. Bila GDs 100-200 mg/dL, tanpa bolus dekstrose 40%
d. Bila GDs > 200 mg/dL, pertimbangkan menurunkan kecepatan
drip dekstrose 10%
40
-valsartan 1x160 mg
- KSR 1x600 mg
41
- Hiponatremi Hipoosmolar
- Hipokalemi
P: - Tirah Baring
- 02 2-4 L/i nasal canul
-ifvd dextrose 10% 20gtt
- inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam/iv
-valsartan 1x160 mg
-captopril 25 mg
Protap penatalaksanaan hipoglikemi
1. Periksa GDS
a. Bila GDS dibawah 50 mg/dL tambahkan bolus dextrose 40%
50 ml IV
b. Bila GDS dibawah 100 mg/dl bolus dextrose 40% 25 ml IV
2. Periksa GDS setiap Periksa GDS setiap 15 menit setelah pemberian
dextrose 40% :
a. Nilai GDS dibawah 50 mg/dl ditambahka bolus dextrose 40%
50 ml IV
b. Bila GDS dibawah 100 mg/dl tambahkan bolus dextrose 40%
25 ml IV
c. Bila GDs 100-200 mg/dL, tanpa bolus dekstrose 40%
d. Bila GDs > 200 mg/dL, pertimbangkan menurunkan kecepatan
drip dekstrose 10%
42
BAB V
DISKUSI KASUS
Kasus Teori
os. Laki-laki mengalami penurunan Hipoglikemi merupakan suatu
kesadaran. Hal ini terjadi sejak pagi hari terminology klinis yang digunakan untuk
dan terjadi secara perlahan-lahan. Saat ini keadaan yang disebabkan oleh
os sudah sadar dan badan terasa lemas. menurunnya kadar glukosa dalam darah
Riwayat tidak makan pada pagi hari ini. sampai pada tingkat tertentu sehingga
Kadar gula darah os saat masuk rumah memberikan keluhan (symptom) dan
sakit 35,00 mg/dl, riwayat DM dijumpai gejala (sign). Respon pertama dari tubuh
sejak 6 bulan ini, os tidak teratur minum adalah peningkatan hormone
obat DM dan hanya mengkonsumsi obat adrenalin/epinefrin,sehinga menimbulkan
herbal. Riwayat darah tinggi dijumpai gejala neurogenik seperti gemetaran,
sejak 20 tahun yang lalu tekanan darah kulit lembab dan pucat, rasa cemas,
tertinggi 200mmhg. Os tidak teratur keringat berlebih, rasa lapar, mudah
minum obat darah tinggi. Riwayat strok rangsang, pengelihatan kabur atau
tidak dijumpai. Riwayat kejangtidak kembar. Gejala klinis biasanya muncul
dijumpai Riwayat merokok dijumpai pada kadar glukosa darah <60 mg/dl.
sampai saat ini. Demam dijumpai sejak Pada tahap lanjut, hipoglikemi akan
satu hari ini. Demam tinggi secara tiba- memberikan gejala defisiensi glukosa
tiba. Batuk dijumpai dahak tidak pada jaringan serebral yaitu, sulit
dijumpai. berfikir, bingung, sakit kepala, kejang-
43
kejang hingga koma.
BAB VI
KESIPULAN
44
- furosemid 1x400mg
-valsartan 1x160 mg
DAFTAR PUSTAKA
Tanto, Chris. Dkk. 2014. Kapita selekta kedokteran jilid II edisi IV. Jakarta: Media
Aesculapius
Setiawati, Siti. Dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing
Simadibrata, Marcalius. Dkk. 2001. Pedoma Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Media aesculapius
Ikatan dokter indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer edisi revisi
Wirdasari. 2011. Penatalaksanaan Hipoglikemia pada Diabetes Melitus. Jakarta:
Jurnal kedokteran
PERKENI. 2015. KOSENSUS Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2
di Indonesia. Jakarta: PERKENI
45