Anda di halaman 1dari 3

LATAR BELAKANG

Santri secara umum adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama islam
di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Permasalahan yang
menghinggapi pendidikan di pesantren saat ini tidak bersumber dari visi dan tujuannya, melainkan
justru datang dari proses santri sendiri yang tidak bersemangat hingga tidak efektif dalam
menjalankan kewajiban belajarnya hingga berdampak negatif bagi orientasi goal. Fenomena yang ada
saat ini santri tidak lagi tertarik dengan kurikulum pendidikan dan sistem yang diberlakukan di
pondok pesantren, yang pada hakikatnya akan menjawab semua kebutuhan santri dalam
mengantarkan mereka sebagai insan yang siap dalam bekal mengarungi kehidupan setelah boyong
atau berhenti dari pesantren. Santri bahkan beranggapan, bahwa pesantren tidak lagi bermakna, hanya
sebatas tempat singgah atau tempat tinggal murah bahkan gratis di tengah tujuan utama mereka
menempuh pendidikan formal yang ada.

Upaya pembaharuan yang dilakukan pesantren tidak banyak memberikan warna bagi minat
santri untuk bersemangat dalam menjalankan sistem yang ditawarkan pesantren itu sendiri. Pesantren
sebenarnya seiring waktu berjalan tidak sedikit yang telah berhasil merumuskan terobosan dalam
menjawab permasalahan pendidikan Islam yang dialami santri dengan cara internalisasi ajaran agama
Islam pada seluruh aspek keilmuan lainnya. Namun kenyataan di lapangan berbeda, senhingga
dikhawatirkan bagi santri remaja tidak memenuhi kebutuhan akan tugas perkembangannya, yaitu
mempunyai pemikiran dan perencanaan untuk kehidupannya di masa depan, dengan terjadinya
penurunan semangat belajar santri. Usia santri sangat bervarian mulai dari masa kanak-kanak awal
sampai dewasa awal. Santri remaja yaitu pada saat peserta didik berada pada usia antara 17 sampai
18 tahun, dan menurut Elizabeth B.Hurlock (1980:206) usia tersebut merupakan usia akhir dari
fase remaja. Adapun tugas perkembangan pada usia ini yaitu individu sudah harus mempunyai
pemikiran dan perencanaan untuk kehidupannya di masa depan, misalnya sudah mempunyai minat
yang jelas berkaitan dengan bidang pendidikan atau karir yang akan ditekuninya. Oleh karena itu,
periode ini merupakan periode penting di mana keputusan mengenai pendidikan dan karir harus
dibuat.

Penelitian tentang orientasi belajar santri sudah pernah dilakukan, akan tetapi kurang spesifik
meneliti tentang penyebab penurunqn semangat santri belajar santri di pondok pesantren, Abdul
kholid Ma`rufi dalam Tesis yang berjudul ”Orientasi Santri Salaf Di Era Globalisasi Studi Kasus Di
Madrasah Hidayatul Mubtadi`ien Lirboyo Kediri,” Penelitian ini lebih fokus pada keunikan orientasi
santri salaf belajar di pondok pesantren lirboyo di era globalisasi dimana santri salaf di era ini
jumlahnya lebih banyak dibandingkan pondok kholaf yang berada di sekitarnya, jadi penelitian ini
lebih menekankan pada keunikan orientasi santri salaf yang masih eksis untuk belajar agama di
tengah-tengah era globalisasi, dan tidak meneliti tentang efektifitas orientasi belajar santri. penelitian
ini lebih terfokus pada alasan santri memilih Pesantren sebagai lembaga pendidikan dan respon santri
terhadap sistem pendidikan yang diterapkan pesantren, akan tetapi penelitian ini tidak meyinggung
tentang implikasi dari ke tidak efektifan santri terhadap proses belajarnya dipesantren dan faktor
yang meyebabkan santri tidak efektif dalam proses belajar santri di pondok pesantren Yang akan
mempengaruhi goal orienta. Tapi lebih menekankan pada sikap santri terhadap fasilitas pondok dan
respon santri terhadap sistem pendidikan yang diterapkan di pesantren.

Dalam konteks pendidikan, belajar merupakan sesuatu yang sifatnya sangat fundamental
dalam setiap tingkatannya. Jika demikian, keberhasilan setiap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
bergantung pada proses belajar yang dialami oleh peserta didik, baik ketika dia berada di lingkungan
sekolah, rumah, dll.Untuk mewujudkan keberhasilan sebuah tujuan pendidikan yang ingin dicapai,
ada aspek lain yang juga memiliki andil cukup besar yakni motivasi. Kalau boleh peneliti mengatakan
bahwa antara belajar dan motivasi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena antara
keduanya memiliki keterikatan, manusia akan belajar jika dalam dirinya terdapat motivasi yang kuat.
Begitu juga dalam kegiatan belajar, bahwa motivasi merupakan keadaan psikis peserta didik yang
menjadi mesin penggerak bagi mereka untuk belajar, menjamin setiap keberlangsungan kegiatan
belajar, serta memberikan arah pada kegiatan belajar tersebut untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. mereka untuk belajar, menjamin setiap keberlangsungan kegiatan belajar, serta
memberikan arah pada kegiatan belajar tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Motivasi dalam belajar itu sangat penting, karena motivasi itu yang mengawali terhadap perubahan
perilaku. Motivasi juga terkait dengan persoalan-persoalan kejiwaan, emosi, dll. Selain itu motivasi
juga merupakan respon dari tujuan itu sendiri, walaupun pada dasarnya motivasi itu muncul dari
dalam diri seseorang tetapi dia terangsang oleh tujuan yang ingin dicapai. Akan tetapi dari beberapa
fakta menunjukkan bahwa ada beberapa peserta didik yang tidak memiliki motivasi untuk belajar,
sehingga sikap mereka dalam mencapai sebuah tujuan tidak maksimal. Ini merupakan tanggung jawab
bersama untuk mengatasi keadaan yang demikian. Mengingat pentingnya motivasi dalam proses
belajar peserta didik, dan situasi di lapangan yang menunjukkan adanya peserta didik yang tidak
memiliki motivasi yang besar untuk belajar, maka akan menjadi sangat menarik untuk mengkaji hal
tersebut. Mulai dari faktor yang menjadi penyebab, dari itu kemudian dianalisa dan ditentukan bentuk
intervensi yang cocok yaitu dengan Penerapan teori motivasi Siswa dalam pembelajaran dengan cara
Pendekatan behavioral Motivasi peserta didik dengan pendekatan ini dimulai Dari analisis yang
seksama atas insentif ( objek kejadian yang mendorong perilaku ) dan reward ( objek atau kejadian
yang atraktif yang diberikan sebagai konsekuensi perilaku tertentu) yang diberikan di kelas untuk
mengatasi peserta didik dengan motivasi belajar rendah.

Anda mungkin juga menyukai