Kepala
Kepala
Perdarahan Epidural
2.7.1. Definisi Perdarahan Epidural
Epidural hematom adalah suatu akumulasi darah yang
terletak diantara meningen (membran duramter) dan tulang
tengkorak yang terjadi akibat trauma. Duramater merupakan suatu
jaringan fibrosa atau membran yang melapisi otak dan medulla
spinalis. Epidural dimaksudkan untuk organ yang berada disisi luar
duramater dan hematoma dimaksudkan sebagai masa dari darah.
2.7.2. Etiologi Epidural Hematom
1
di dasar tengkorak (foramen magnum) kedalam medulla spinalis.
Herniasi ini bisa berakibat fatal karena batang otak mengendalikan
fungsi fital (denyut jantung dan pernafasan).
Cedera kepala yang tampaknya ringan kadang bisa menyebabkan
kerusakan otak yang hebat. Usia lanjut dan orang yang
mengkonsumsi antikoagulan, sangat peka terhadap terjadinya
perdarahan di sekeliling otak.
2
2.7.4. Manifestasi Klinis Epidural Hematom
Saat awal kejadian, pada sekitar 20% pasien, tidak timbul
gejala apa – apa Tapi kemudian pasien tersebut dapat
berlanjut menjadi pingsan dan bangun bangun dalam kondisi
kebingungan
Beberapa penderita epidural hematom mengeluh sakit kepala
Muntah – muntah
Kejang – kejang
Pasien dengan epidural hematom yang mengenai fossa
posterior akan menyebabkan keterlambatan atau kemunduran
aktivitas yang drastis. Penderita akan merasa kebingungan
dan berbicara kacau, lalu beberapa saat kemudian menjadi
apneu, koma, kemudian meninggal.
Respon chusing yang menetap dapat timbul sejalan dengan
adanya peningkatan tekanan intara kranial, dimana gejalanya
dapat berupa :
Hipertensi
Bradikardi
bradipneu
kontusio, laserasi atau tulang yang retak
dilatasi pupil, lebam, pupil yang terfixasi, bilateral atau
ipsilateral kearah lesi, adanya gejala – gejala peningkatan
tekanan intrakranial, atau herniasi.
Adanya tiga gejala klasik sebagai indikasi dari adanya herniasi
yang menetap, yaitu:
Coma
Fixasi dan dilatasi pupil
Deserebrasi
Adanya hemiplegi kontralateral lesi dengan gejala herniasi
harus dicurigai adanya epidural hematom.
2.7.5. Gambaran CT_Scan Epidural Hematom
3
Pada Ct-scan tampak area yang tidak selalu homogen,
bentuknya bikonveks sampai planokonveks, melekat pada tabula
interna dan mendesak ventrikel ke sisi kontra lateral (tanda space
occupying lesion, Batas dengan korteks licin, Densitas duramater
biasanya jelas.
4
Meningen terdiri dari duramater, arachnoid, dan piamater.
Daerah yang terdapat diantara arachnoid dan duramater disebut
daerah subdural. Bridging veins melintasi daerah ini, berjalan dari
permukaan kortikal menuju sinus dural.
Perdarahan pada vena-vena ini dapat terjadi akibat dari
mekanisme sobekan di sepanjang permukaan subdural dan
peregangan traumatic dari vena-vena, yang dapat terjadi dengan
cepat akibat dekompresi ventrikular. Karena Permukaan subdural
yang tidak dibatasi oleh sutura cranialis, darah dapat menyebar di
seleuruh hemisper dan masuk ke dalam fisura hemisfer.
Mekanisme yang bisa menyebabkan munculnya hematom
subdural akut adalah benturan yang cepat dan kuat pada
tengkorak. Subdural Hematom akut biasanya ada hubungannya
dengan trauma yang jelas dan seringkali disertai dengan laserasi
atau kontusi otak.
2.8.4. Manifestasi Klinis Perdarahan Subdural
Subdural Hematom diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
Subdural Hematom Akut (Hiperdens)
Bila perdarahan terjadi kurang dari bebrapa hari atau dalam 24 –
48 jam setelah trauma.
Subdural HEmatom SubAkut (Isodens)
Bila perdarahan berlangsung antara 2-3 minggu setelah trauma
Subdural Hematom Kronik
Bila perdarahan lebih dari 3 minggu setelah trauma
Gejala klinis dari subdural hematom akut tergantung dari
ukuran hematom dan derajat kerusakan parenkim otak. Subdural
hematom biasanya bersifat unilateral. Gejala neurologis yang
sering muncul adalah :
1. Perubahan tingkat kesadaran, terjadi penurunan kesadara
n
2. Dilatasi pupil ipsilateral hematom
3. Kegagalan pupil ipsilateral bereaksi terhadap cahaya
5
4. Hemiparesis kontralateral
5. Papiledema
Pada penderita subdural hematom subakut, terdapat trauma
kepala yang menyebabkan penurunan kesadaran, selanjutnya
diikuti perbaikan status neurologic yang perlahan-lahan. Namun,
setelah jangka waktu tertentu pasien memperlihatkan tanda-tanda
status neurologis yang memburuk.
Manifestasi klinis dari subdural hematom kronik biasanya
tersembunyi dengan gejala-gejala berupa penurunan kesadaran,
gangguan keseimbangan, disfungsi kognitif dan gangguan memori,
hemiparesis, sakit kepala dan afasia.
2.8.5. Gambaran CT Scan Perdarahan Subdural
Subdural Hematom Akut
Pada CT Scan tampak gambaran hyperdens sickle (seperti bulan
sabit) didekat tabula interna, kadang sulit dibedakan dengan
epidural hematom. Batas medial hematom seperti bergerigi.
adanya hematom di daerah fissura interhemisfer dan tentorium juga
menunjukkan adanya hematom subdural.
6
Ada 4 macam tampilan CT Scan untuk subdural hematom kronik,
yaitu:
1. Tipe I : Hypodens Chronic Subdural Hematom
2. Tipe II : Chronic Subdural Hematom densitas inhomogen
3. Tipe III : isodens Chronic Subdural Hematom
4. Tipe IV : Sligthly hyperdens chronic subdural hematom
7
2.9. Perdarahan Subarachnoid
2.9.1. Definisi Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan Subarakhnoid merupakan gangguan mekanikal
system vaskuler pada intracranial yang menyebabkan masuknya
darah ke dalam ruang subarachnoid.
2.9.2. Etiologi Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan subarachnoid secara spontan sering berkaitan
dengan pecahnya aneurisma (85%). kerusakan dinding arteri pada
otak. Dalam banyak kasus PSA merupakan kaitan dari
pendarahan aneurisma.
2.9.3. Patofisiologi Perdarahan Subarachnoid
Aneurisma merupakan luka yang yang disebabkan karena
tekanan hemodinamic pada dinding arteri percabangan dan
perlekukan. Saccular atau biji aneurisma dispesifikasikan untuk
arteri intracranial karena dindingnya kehilangan suatu selaput tipis
bagian luar dan mengandung faktor adventitia yang membantu
pembentukan aneurisma. Suatu bagian tambahan yang tidak
didukung dalam ruang subarachnoid.
Aneurisma kebanyakan dihasilkan dari terminal pembagi
dalam arteri karotid bagian dalam dan dari cabang utama bagian
anterior pembagi dari lingkaran wilis. Selama 25 tahun John
Hopkins mempelajari otopsi terhadap 125 pasien bahwa pecah
atau tidaknya aneurisma dihubungkan dengan hipertensi, cerebral
atheroclerosis, bentuk saluran pada lingkaran wilis, sakit kepala,
hipertensi pada kehamilan, kebiasaan menggunakan obat pereda
nyeri, dan riwayat stroke dalam keluarga yang semua memiliki
hubungan dengan bentuk aneurisma sakular.
Ruang antara membran terluar arachnoid dan pia mater
adalah ruang subarachnoid. Pia mater terikat erat pada permukaan
otak. Ruang subarachnoid diisi dengan CSF. Trauma perdarahan
subarachnoid adalah kemungkinan pecahnya pembuluh darah
penghubung yang menembus ruang itu, yang biasanya sma pada
8
perdarahan subdural. Meskipun trauma adalah penyebab utama
subarachoid hemoragik, secara umum digolongkan denga
pecahnya saraf serebral atau kerusakan arterivenous.
2.9.4. Manifestasi Klinis
Gejala prodromal : nyeri kepala hebat dan perakut, hanya
10%, 90% tanpa keluhan sakit kepala.
Kesadaran sering terganggu, dan sangat bervariasi dari tak
sadar sebentar, sedikit delirium sampai koma.
Gejala / tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk, tanda
kernig ada.
Fundus okuli : 10% penderita mengalami edema papil
beberapa jam setelah pendarahan. Sering terdapat pedarahan
subarachnoid karena pecahnya aneurisma pada arteri
komunikans anterior, atau arteri karotis interna
Gejala-gejala neurologik fokal : bergantung pada lokasi lesi.
Gangguan fungsi saraf otonom : demam setelah 24 jam,
demam ringan karena rangsangan meningen, dan demam
tinggi bila pada hipotalamus. Begitu pun
muntah,berkeringat,menggigil, dan takikardi, adanya hubungan
dengan hipotalamus
9
Gambar 8. Perdarahan subarachnoid
10
Akselerasi traumatik dan distorsi otak menyebabkan dinding
ventrikel pada tepi ependymal dan vaskuler sub ependymal,
perdarahan/petechie di sekitar ganglia basalis kemudian darah
menghambat aliran CSF à ventrikel melebar.
2.9.3 Gambaran CT Scan perdarahan intraventrikuler
Daerah berbatas tegas dengan densitas meningkat pada sistem
ventrikel dan tampak pelebaran ventrikel.
11