Anda di halaman 1dari 11

2.7.

Perdarahan Epidural
2.7.1. Definisi Perdarahan Epidural
Epidural hematom adalah suatu akumulasi darah yang
terletak diantara meningen (membran duramter) dan tulang
tengkorak yang terjadi akibat trauma. Duramater merupakan suatu
jaringan fibrosa atau membran yang melapisi otak dan medulla
spinalis. Epidural dimaksudkan untuk organ yang berada disisi luar
duramater dan hematoma dimaksudkan sebagai masa dari darah.
2.7.2. Etiologi Epidural Hematom

Epidural hematom terjadi akibat suatu trauma kepala,


biasanya disertai dengan fraktur pada tulang tengkorak dan adanya
laserasi arteri. Epidural hematom juga bisa disebabkan akibat
pemakaian obat – obatan antikoagulan,  hemophilia, penyakit liver,
penggunaan aspirin, sistemik lupus erimatosus, fungsi
lumbal. Spinal epidural hematom disebabkan akibat adanya
kompresi pada medulla spinalis. Gejala klinisnya tergantung pada
dimana letak terjadinya penekanan.

2.7.3. Patofisiologi Epidural Hematom


Cedera kepala yang berat dapat merobek, meremukkan atau
menghancurkan saraf, pembuluh darah dan jaringan di dalam atau
di sekeliling otak. Bisa terjadi kerusakan pada jalur saraf,
perdarahan atau pembengkakan hebat. Perdarahan,
pembengkakan dan penimbunan cairan (edema) memiliki efek
yang sama yang ditimbulkan oleh pertumbuhan massa di dalam
tengkorak. Karena tengkorak tidak dapat bertambah luas, maka
peningkatan tekanan bisa merusak atau menghancurkan jaringan
otak. Karena posisinya di dalam tengkorak, maka tekanan
cenderung mendorong otak ke bawah, otak sebelah atas bisa
terdorong ke dalam lubang yang menghubungkan otak dengan
batang otak, keadaan ini disebut dengan herniasi. Sejenis herniasi
serupa bisa mendorong otak kecil dan batang otak melalui lubang

1
di dasar tengkorak (foramen magnum) kedalam medulla spinalis.
Herniasi ini bisa berakibat fatal karena batang otak mengendalikan
fungsi fital (denyut jantung dan pernafasan).
Cedera kepala yang tampaknya ringan kadang bisa menyebabkan
kerusakan otak yang hebat. Usia lanjut dan orang yang
mengkonsumsi antikoagulan, sangat peka terhadap terjadinya
perdarahan di sekeliling otak.

Perdarahan epidural timbul akibat cedera terhadap arteri


atau vena meningeal. Arteri yang paling sering mengalami
kerusakan adalah cabang anterior arteri meningea media. Suatu
pukulan yang menimbulkan fraktur kranium pada daerah anterior
inferior os parietal, dapat merusak arteri. Cidera arteri dan venosa
terutama mudah terjadi jika pembuluh memasuki saluran tulang
pada daerah ini. Perdarahan yang terjadi melepaskan lapisan
meningeal duramater dari permukaan dalam kranium. Tekanan
ntracranial meningkat, dan bekuan darah yang membesar
menimbulkan tekanan ntra pada daerah motorik gyrus presentralis
dibawahnya. Darah juga melintas kelateral melalui garis fraktur,
membentuk suatu pembengkakan di bawah m.temporalis.

Apabila tidak terjadi fraktur, pembuluh darah bisa pecah


juga, akibat daya kompresinya. Perdarahan epidural akan cepat
menimbulkan gejala – gejala, sesuai dengan sifat dari tengkorak
yang merupakan kotak tertutup, maka perdarahan epidural tanpa
fraktur, menyebabkan tekanan intrakranial yang akan cepat
meningkat. Jika ada fraktur, maka darah bisa keluar dan
membentuk hematom subperiostal (sefalhematom), juga
tergantung pada arteri atau vena yang pecah maka penimbunan
darah ekstravasal bisa terjadi secara cepat atau perlahan – lahan.
Pada perdarahan epidural akibat pecahnya arteri dengan atau
tanpa fraktur linear ataupun stelata, manifestasi neurologik akan
terjadi beberapa jam setelah trauma kapitis.

2
2.7.4. Manifestasi Klinis Epidural Hematom
 Saat awal kejadian, pada sekitar 20% pasien, tidak timbul
gejala apa – apa Tapi kemudian pasien tersebut dapat
berlanjut menjadi pingsan dan bangun bangun dalam kondisi
kebingungan
 Beberapa penderita epidural hematom mengeluh sakit kepala
 Muntah – muntah
 Kejang – kejang
 Pasien dengan epidural hematom yang mengenai fossa
posterior akan menyebabkan keterlambatan atau kemunduran
aktivitas yang drastis. Penderita akan merasa kebingungan
dan berbicara kacau, lalu beberapa saat kemudian menjadi
apneu, koma, kemudian meninggal.
 Respon chusing yang menetap dapat timbul sejalan dengan
adanya peningkatan tekanan intara kranial, dimana gejalanya
dapat berupa :
 Hipertensi
 Bradikardi
 bradipneu
 kontusio, laserasi atau tulang yang retak
 dilatasi pupil, lebam, pupil yang terfixasi, bilateral atau
ipsilateral kearah lesi, adanya gejala – gejala peningkatan
tekanan intrakranial, atau herniasi.
 Adanya tiga gejala klasik sebagai indikasi dari adanya herniasi
yang menetap, yaitu:
 Coma
 Fixasi dan dilatasi pupil
 Deserebrasi
 Adanya hemiplegi kontralateral lesi dengan gejala herniasi
harus dicurigai adanya epidural hematom.
2.7.5. Gambaran CT_Scan Epidural Hematom

3
Pada Ct-scan tampak area yang tidak selalu homogen,
bentuknya bikonveks sampai planokonveks, melekat pada tabula
interna dan mendesak ventrikel ke sisi kontra lateral (tanda space
occupying lesion, Batas dengan korteks licin, Densitas duramater
biasanya jelas.

Gambar 4. CT Scan Perdarahan Epidural

2.8. Perdarahan Subdural


2.8.1. Definisi perdarahan Subdural
Subdural Hematoma atau Perdarahan subdural adalah salah
satu bentuk cedera otak dimana perdarahannya terjadi diantara
duramater ( lapisan pelindung terluar dari otak) dan arachnoid
(lapisan tengah meningens) yang terjadi akibat dari trauma.
2.8.2. Etiologi Perdarahan Subdural
Hematom subdural disebabkan robekan vena – vena di
korteks cerebri atau bridging vein oleh suatu trauma. kebanyakan
perdarahan subdural disebabkan karena trauma kepala yang
merusakkan vena-vena kecil didalam lapis meninges.
2.8.3. Patofisiologi Perdarahan Subdural

4
Meningen terdiri dari duramater, arachnoid, dan piamater.
Daerah yang terdapat diantara arachnoid dan duramater disebut
daerah subdural. Bridging veins melintasi daerah ini, berjalan dari
permukaan kortikal menuju sinus dural.
Perdarahan pada vena-vena ini dapat terjadi akibat dari
mekanisme sobekan di sepanjang permukaan subdural dan
peregangan traumatic dari vena-vena, yang dapat terjadi dengan
cepat akibat dekompresi ventrikular. Karena Permukaan subdural
yang tidak dibatasi oleh sutura cranialis, darah dapat menyebar di
seleuruh hemisper dan masuk ke dalam fisura hemisfer.
Mekanisme yang bisa menyebabkan munculnya hematom
subdural akut adalah benturan yang cepat dan kuat pada
tengkorak. Subdural Hematom akut biasanya ada hubungannya
dengan trauma yang jelas dan seringkali disertai dengan laserasi
atau kontusi otak.
2.8.4. Manifestasi Klinis Perdarahan Subdural
Subdural Hematom diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :
 Subdural Hematom Akut (Hiperdens)
Bila perdarahan terjadi kurang dari bebrapa hari atau dalam 24 –
48 jam setelah trauma.
 Subdural HEmatom SubAkut (Isodens)
Bila perdarahan berlangsung antara 2-3 minggu setelah trauma
 Subdural Hematom Kronik
Bila perdarahan lebih dari 3 minggu setelah trauma
Gejala klinis dari subdural hematom akut tergantung dari
ukuran hematom dan derajat kerusakan parenkim otak. Subdural
hematom biasanya bersifat unilateral. Gejala neurologis yang
sering muncul adalah :
1. Perubahan  tingkat  kesadaran,  terjadi  penurunan kesadara

2. Dilatasi pupil ipsilateral hematom 
3. Kegagalan pupil ipsilateral bereaksi terhadap cahaya

5
4. Hemiparesis kontralateral 
5. Papiledema 
Pada penderita subdural hematom subakut, terdapat trauma
kepala yang menyebabkan penurunan kesadaran, selanjutnya
diikuti perbaikan status neurologic yang perlahan-lahan. Namun,
setelah jangka waktu tertentu pasien memperlihatkan tanda-tanda
status neurologis yang memburuk.
Manifestasi klinis dari subdural hematom kronik biasanya
tersembunyi dengan gejala-gejala berupa penurunan kesadaran,
gangguan keseimbangan, disfungsi kognitif dan gangguan memori,
hemiparesis, sakit kepala dan afasia.
2.8.5. Gambaran CT Scan Perdarahan Subdural
Subdural Hematom Akut
Pada CT Scan tampak gambaran hyperdens sickle (seperti bulan
sabit) didekat tabula interna, kadang sulit dibedakan dengan
epidural hematom. Batas medial hematom seperti bergerigi.
adanya hematom di daerah fissura interhemisfer dan tentorium juga
menunjukkan adanya hematom subdural.

Gambar 5. CT Scan kepala Polos : Subdural hematom akut

Subdural Hematom Kronik


Pada CT Scan tampak area hipodens, isodens dan sedikit
hiperdens, berbentuk bikonveks, berbatas tegas, melekat pada
tabula.

6
Ada 4 macam tampilan CT Scan untuk subdural hematom kronik,
yaitu:
1. Tipe I : Hypodens Chronic Subdural Hematom
2. Tipe II : Chronic Subdural Hematom densitas inhomogen
3. Tipe III : isodens Chronic Subdural Hematom
4. Tipe IV : Sligthly hyperdens chronic subdural hematom

Gambar 6. CT Scan Subdural hematom Kronik

Gambar 7. CT Scan Subdural hematom kronik

7
2.9. Perdarahan Subarachnoid
2.9.1. Definisi Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan Subarakhnoid merupakan gangguan mekanikal
system vaskuler pada intracranial yang menyebabkan masuknya
darah ke dalam ruang subarachnoid.
2.9.2. Etiologi Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan subarachnoid secara spontan sering berkaitan
dengan pecahnya aneurisma (85%). kerusakan dinding arteri pada
otak. Dalam banyak kasus PSA merupakan kaitan dari 
pendarahan aneurisma.
2.9.3. Patofisiologi Perdarahan Subarachnoid
Aneurisma merupakan luka yang  yang disebabkan karena
tekanan hemodinamic pada dinding arteri percabangan dan
perlekukan. Saccular atau biji aneurisma dispesifikasikan untuk
arteri intracranial karena dindingnya kehilangan suatu selaput tipis
bagian luar dan mengandung faktor adventitia yang membantu
pembentukan aneurisma. Suatu bagian tambahan yang tidak
didukung dalam ruang subarachnoid.
Aneurisma kebanyakan dihasilkan dari terminal pembagi
dalam arteri karotid bagian dalam dan dari cabang utama bagian
anterior pembagi dari lingkaran wilis. Selama 25 tahun John
Hopkins mempelajari otopsi  terhadap 125 pasien bahwa pecah
atau tidaknya aneurisma dihubungkan dengan hipertensi, cerebral
atheroclerosis, bentuk saluran pada lingkaran wilis, sakit kepala,
hipertensi pada kehamilan, kebiasaan menggunakan obat pereda
nyeri, dan riwayat stroke dalam keluarga yang semua memiliki
hubungan dengan bentuk aneurisma sakular.
Ruang antara membran terluar arachnoid dan pia mater
adalah ruang subarachnoid. Pia mater terikat erat pada permukaan
otak. Ruang subarachnoid diisi dengan CSF. Trauma perdarahan
subarachnoid adalah kemungkinan pecahnya pembuluh darah
penghubung yang menembus ruang itu, yang biasanya sma pada

8
perdarahan subdural. Meskipun trauma adalah penyebab utama
subarachoid hemoragik, secara umum digolongkan denga
pecahnya saraf serebral atau kerusakan arterivenous.
2.9.4. Manifestasi Klinis
 Gejala prodromal   : nyeri kepala hebat dan perakut, hanya
10%, 90% tanpa keluhan sakit kepala.
 Kesadaran sering terganggu, dan sangat bervariasi dari tak
sadar sebentar, sedikit delirium sampai koma.
 Gejala / tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk, tanda
kernig ada.
 Fundus okuli    :  10% penderita mengalami edema papil
beberapa jam setelah pendarahan. Sering terdapat pedarahan
subarachnoid karena pecahnya  aneurisma pada arteri
komunikans anterior, atau arteri karotis interna
 Gejala-gejala neurologik fokal   :  bergantung pada lokasi lesi.
 Gangguan fungsi saraf otonom  : demam setelah 24 jam,
demam ringan karena rangsangan meningen, dan demam
tinggi bila pada hipotalamus. Begitu pun
muntah,berkeringat,menggigil, dan takikardi, adanya hubungan
dengan hipotalamus

2.9.5. Gambaran CT Scan Perdarahan Subarakhnoid


Pemeriksaan ct scan berfungsi untuk mengetahui adanya
massa intracranial. Pada pembesaran ventrikel yang berhubungan
dengan darah (densitas tinggi) dalam ventrikel atau dalam ruang
subarachnoid.

9
Gambar 8. Perdarahan subarachnoid

2.9 Perdarahan Intraventrikuler


2.9.1 Definisi
Merupakan rupturnya dinding ventrikel pada tepi ependymal
dan vaskuler sub ependymal, perdarahan/petechie di sekitar
ganglia basalis yang disebabkan Akselerasi traumatik dan distorsi
otak.
2.9.2 Patofisiologi

10
Akselerasi traumatik dan distorsi otak menyebabkan dinding
ventrikel pada tepi ependymal dan vaskuler sub ependymal,
perdarahan/petechie di sekitar ganglia basalis kemudian darah
menghambat aliran CSF à ventrikel melebar.
2.9.3 Gambaran CT Scan perdarahan intraventrikuler
Daerah berbatas tegas dengan densitas meningkat pada sistem
ventrikel dan tampak pelebaran ventrikel.

Gambar 9. Perdarahan Intraventrikel

11

Anda mungkin juga menyukai