Anda di halaman 1dari 25

TERAPI OKSIGEN

Posted: November 2, 2008 by razimaulana in Tak Berkategori

Tag:Add new tag

I. PENDAHULUAN

Anggapan bahwa oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan
manusia agaknya memang benar. Tidak makan atau tidak minum mungkin masih akan
memberikan toleransi yang cukup panjang hingga sampai kepada keadaan fatal, tetapi
sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal akibatnya. Tak
hanya untuk bernafas dan memepertahankan kehidupan, oksigen juga sangat
dibutuhkan untukmetaboloisme tubuh. Oksigen malkah bisa menjadisarana untuk
mengatasi berbagai macam penyakit.1

Oksigen pertama kali ditemukan oleh Yoseph Prietsley di Bristol Inggris tahun 1775
dan dipakai dalam bidang kedokteran oleh Thomas Beddoes sejak awal tahun 1800.
alvan Barach tahun 1920 mengenalkan terapi oksigen pasien hipoksemia dan terapi
oksigen jangka panjang pasien penyakit paru obstruktif kronik. Chemiack tahun 1967
melaporkan pemberian oksigen melalui kanula hidung dengan aliran lambat pasien
hiperkapnia dan memberikan hasil yang baik tanpa retensi CO2.2

Komposisi udara kering ialah 20,98% O2, 0,04% CO2, 78,6% N2 dan 0,92% unsur
inert lainnya, seperti argon dan helium. Tekanan barometer (PB) di permukaan laut
ialah 760 mmHg (satu atmosfer). Dengan demikian, tekanan parsial (dinyatakan
dengan lambang P). O2 udara kering di permukaan laut adalah 0,21 x 760, atau 160
mmHg. Tekanan parsial N2 dan gas inert lainnya 0,79 x 760, atau 600 mmHg; dan
PCO2 ialah 0,0004 x 760 atau 0,3 mmHg. Terdapatnya uap air dalam udara pada
berbagai iklim umumnya akan menurunkan persen volume masing masing gas,
sehingga juga sedikit mengurangi tekanan parsial gas gas-tersebut. Udara yang
seimbang dengan air jenuh dengan uap air, dan udara inspirasi akan jenuh dengan uap
air saat udara tersebut mencapai paru-paru.3

A. Transpor oksigen
Pengangkutan oksigen ke jaringan

Sistem pengangkut O2 di dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistim


kardiovaskuler. Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu tergantung pada jumlah
O2 yang masuk kedalam paru-paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat,
aliran darah menuju jaringan, serta kapasitas darah untuk mengangkut O2. aliran
darah bergantung pada derajat konstriksi jaringan vaskuler didalam jaringan serta
curah jantung. Jumlah O2 didalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut,
jumlah hemoglobin dalam darah serta afinitas hemoglobin terhadap O2.3

Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru kebagian respirasi paru sampai ke alveoli,
membrana basalis dan endotel kapiler, dalam darah sebagian besar O2 bergabung
dengan hemoglobin (97%) dan sisanya larut dalam plasma (3%). Dewasa muda pria,
jumlah darahnya ± 75 ml/kg, wanita ± 65 ml/kg. Satu ml darah pria mengandung kira-
kira 280 juta molekul Hb. Satu molekul Hb sanggup mengikat 4 Molekul O2
membentuk HbO2, oksi hemoglobin.4

Konsumsi oksigen keotak

Konsumsi O2 oleh otak manusia (tingkat metabolik serebrum untuk O2, CMRO2) rata-
rata sekitar 3,5 ml/100 gr otak/menit (49 ml/menit untuk otak keseluruhan) pada
seorang dewasa. Angka ini mencerminkan sekitar 20 % darikonsumsi O2 total dalam
keadaan istirahat. Otak sangat peka terhadap hip[oksia, dan sumbatan terhadap
pembuluh darah walaupun hanya selama 10 detik dapat menyebabkan pingsan.
Struktur-struktur vegetatif di batang otak lebih resisten terhadap hipoksia dari pada
korteks serebrum dan pasien dapat pulih dari kecelakaan misalnya henti jantung (dan
kelainan lain yang menyebabkan hipoksia yang cukup berkepanjangan) dengan fungsi
vegetatif normal tetapi mengalami defisiensi intelektual berat yang menetap : Ganglion
basal menggunakan O2 dengan tingkat yang sangat tinggi dan hipoksia kronik dapat
menimbulkan gejala-gejala penyakit parkinson serta defisit intelektual. Thalamus dan
kolikulus inferior juga sangat rentan terhadap[ kerusakan terhadap hipoksia.3

B. Tekanan parsial

Berbeda dengan zat cair, gas akan mengembang untuk mengisi ruang yang tersedia
baginya, dan volume yang ditempati oleh sejumlah molekul gas tertentu, pada suhu dan
tekanan tertentu(idealnya) akan tetap sama, bagaimanapun komposisi campuran gas
tersebut.3
<!--[if gte vml 1]> <![endif]–> (diturunkan dari persamaan state of ideal gas)

Dengan: P = tekanan

n = jumlah molekul

R = konstanta gas

T = suhu absolut

V= volume

Perbedaan tekanan partial untuk O2 dan CO2menekankan bahwa hal tersebut


merupakan kunci bagi terjadinya pergerakan gas dan bahwa O2 “mengalir dari udara
liar melalui alveoli dan darah kedalam jaringan, sedangkan CO2 “mengalir turun” dari
jaringan kedalam alveoli. Walaupun demikian, jumlah kedua gas yang diangkut ke dan
dari jaringan akan sangat tidak adekuat bila sekitar 99% O2 yang larut didalam darah
tidak terikat pada protein pembawa O2hemoglobin dan bila sekitar 94,5% CO2 yang
larut dalam darah tidak mengalami serangkaian reaksi kimia reversibel yang
mengubah CO2 menjadi senyawa lain.3

C. Reaksi Hemoglobin dan Oksigen

Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai pembawaO2


yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari 4 subunit, masing-
masing mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah rantai polipeptida. Heme
adalah kompleks yang dibentuk dari suatu porfirin dan 1 atom besi fero. Masing-
masing dari ke-4 ataom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara reversibel. Atom
besi tetap berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan O2 merupakan suatu
reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi pengikatan hemoglobin dengan O2
lazim ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2.3
II. TIPE KEKURANGAN OKSIGEN DALAM TUBUH

A. Hipoksemia

Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen


dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal (nilai
normal PaO285-100 mmHg), SaO2 95%. Hipoksemia dibedakan menjadi ringan sedang
dan berat berdasarkan nilai PaO2 dan SaO2. hipoksemia ringan dinyatakan pada
keadaan PaO2 60-79 mmHg dan SaO2 90-94%, hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg,
SaO2 75%-89% dan hipoksemia berat bila PaO2 kurang dari 40 mmHg dan
SaO2kurang dari 75%. Umur juga mempengaruhi nilai PaO2 dimana setiap
penambahan umur satu tahun usia diatas 60 tahun dan PaO2 80 mmHg maka terjadi
penurunan PaO2 sebesar 1 mmHg. Hipoksemia dapat disebabkan oleh gangguan
ventilasi, perfusi, hipoventilasi, pirau, gangguan difusi dan berada ditempat yang
tinggi.2

Keadaan hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan fisiologi yan gbertujuan


untuk mempertahankan supaya oksigenasi ke jaringan memadai. Bila tekanan oksigen
arteriol (PaO2) dibawah 55 mmHg.kendali nafas akan meningkat, sehingga tekanan
oksigen arteriol (PaO2) yang meningkat dan sebaliknyatekanan karbondioksida arteri
(PaCO2) menurun.jaringan Vaskuler yang mensuplai darah di jaringan hipoksia
mengalami vasodilatasi, juga terjadi takikardi kompensasi yang akan meningkatkan
volume sekuncup jantung sehingga oksigenasi jaringan dapat diperbaiki. Hipoksia
alveolar menyebabkan kontraksi pembuluh pulmoner sebagai respon untuk
memperbaiki rasio ventilasi perfusi di area paru terganggu, kemudian akan terjadi
peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis dan terjadi
peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis danterjadi
peningkatan kapasiti transfer oksigen. Kontraksi pembuluh darah pulmoner,
eritrositosis dan peningkatan volume sekuncup jantung akan menyebabkan hipertensi
pulmoner. Gagal jan tung kanan bahkan dapat menyebabkan kematian.2

B. Hipoksia3

Hipoksia adalah kekurangan O2 ditingkat jaringan. Istilah ini lebih tepat dibandingkan
anoksia, sebabjarang dijumpai bahwa benar-benar tidak ada O2 tertinggal dalam
jaringan, secara tradisional, hipoksia dibagi dalam 4 jenis. Berbagai klassifikasi lain
telah digunakan namun sidtim 4 jenis ini tetap sangat bergunaapabila masing-masing
definisi istilah tetap diingat. Keempat kategori hipoksia adalah sebagai berikut :
1. Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik) yaitu apabila PO2 darah arteri berkurang

2. Hipoksia anemik yaitu apabila O2 darah arteri normal tetapi mengalami denervasi
maupun pada ginjal yang diangkat (diisolasi) dan diperfusi

3. Hipoksia stagnan; akibat sirkulasi yang lambat merupakan masalah bagi organ
seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok

4. Hipoksia histotoksik; hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi


jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida

Hipoksia Hipoksik 3

Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada daerah ketinggian
serta merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai penyakit sistim pernafasan
lainnya.

Gejala dan tanda hipoksia hipoksik3

1. Pengaruh penurunan tekanan barometer

Penurunan PCO2 darah arteri yang terjadi akan menimbulkan alkalosis respiratorik

2. Gejala hipoksia saat bernafas oksigen

Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg, dan pada atau lebih
rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih pada suhu tubuh. Setiap orang
yang terpajan pada tekanan yang rendah akan lebih dahulu meninggal saat hipoksia,
sebelum gelembung uap air panas dari dalam tubuh menimbulkan kematian

3. Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa

Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian sekitar 3700 m. Pada
ketinggian 5500 m, gejala hipoksia berat, dan diatas 6100 m, umumnya seseorang
hilang kesadaran.

4. Efek lambat akibat ketinggian

Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia, sesak nafas, serta mual
dan muntah.

5. Aklimatisasi

Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif ringan, karena alkalosis cenderung
melawanefek perangsangan oleh hipoksia. Timbulnya asidosis laktat dalam otak akan
menyebabkan penurunan pH LCSdan meningkatkan respon terhadap hipoksia.

Penyakit yng menyebabkan Hipoksia Hipoksik3

Penyakit penyebabnya secara kasar dibagi atas penyakit dengan kegagalan organ
pertukaran gas, penyakit seperti kelainan jantung kongenital dengan sebagian besar
darah dipindah dari sirkulasi vena kesisi arterial, serta penyakit dengan kegagalan
pompa pernafasan. Kegagalan paru terjadi bilakeadan seperti fibrosis pulmonal
menyebabkan blok alveoli – kapiler atau terjadi ketidak seimbangan ventilasi – perfusi.
Kegagalan pompa dapat disebabkan oleh kelelahan otot-otot pernafasan pada keadaan
dengan peningkatan beban kerja pernafasan atau oleh berbagai gangguan mekanik
seperti pneumothoraks atau obstruksi bronkhialyang membatasi ventilasi. Kegagalan
dapat pula disebabkan oleh abnormalitas pada mekanisme persarafan yang
mengendalikan ventilasi, seperti depresi neuron respirasi di medula oblongata oleh
morfin dan obat-obat lain.
Hipoksia Anemik3

Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena terdapat peningkatan


kadar 2,3-DPG didalam sel darah merah,kecuali apabila defisiensi hemoglobin sangat
besar. Meskipun demikian, penderita anemia mungkin mengalami kesulitan cukup
besar sewaktu melakukan latihan fisik karena adanya keterbatasan kemampuan
meningkatkan pengangkutan O2 kejaringan aktif.

Hipoksia Stagnan3

Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan
jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan
akibat hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada keadaan normal, aliran
darah ke paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk
menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun, syok paru dapat terjadi pada kolaps
sirkulasi berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya lebih tinggi dari
jantung.

Hipoksia Histotoksik

Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering
diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidasi serta
mungkin beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati
keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja dengan sianida, menghasilkan
sianmethemoglobin, suatu senyawa non toksik. Kemampuan pengobatan
menggunakansenyawa ini tentu saja terbatas pada jumlah methemoglobin yang dapat
dibentuk dengan aman. Pemberian terapi oksigen hiperbarik mungkin juga
bermanfaat.

C. Gagal Nafas2

Gagal nafas merupakan suatu keadaan kritis yang memerlukan perawatan di instansi
perawatan intensif (IP). Diagnosis gagal nafas ditegakkan bila pasien kehilangan
kemampuan ventilasi secara adekuat atau tidak mampu mencukupi kebutuhan oksigen
darah dan sistem organ. Gagal nafas terjadi karena disfungsi sistem respirasi yang
dimulai dengan peningkatan karbondioklsida dan penurunan jumlah oksigen yang
diangkut kedalam jaringan. Gagal nafas akut sebagai diagnosis tidak dibatasi oleh usia
dan dapat terjadi karena berbagai proses penyakit. Gagal nafas hampir selalu
dihubungkan dengan kelainan diparu,tetapi keterlibatan organ lain dalam proses
respirasi tidak boleh diabaikan.

Gagal Nafas Tipe I 2

Pada tipe ini terjadi perubahan pertukaran gas yang diakibatkan kegagalan oksigenasi.
PaO2 ≤50 mmHg merupakan ciri khusus tipe ini, sedangkan PaCO2 ≤40 mmHg,
meskipun ini bisa juga disebabkan gagal nafas hiperkapnia. Ada 6 kondisi yang
menyebabkan gagal nafas tipe I yaitu:

1. Ketidak normalan tekanan partial oksigen inspirasi (low PIO2)

2. Kegagalan difusi oksigen

3. Ketidak seimbangan ventilasi / perfusi [V/Q mismatch]

4. Pirau kanan ke kiri

5. hipoventilasi alveolar

6. konsumsi oksigen jaringan yang tinggi

Gagal Nafas Tipe II 2

Tipe ini dihubungkandengan peningkatan karbondioksida karena kegagalan ventilasi


dengan oksigen yang relatif cukup. Beberapa kelainan utama yang dihubungkan
dengan gagal nafas tipe ini adalah kelainan sistem saraf sentral, kelemahan
neuromuskuler dam deformiti dinding dada. Penyebab gagal nafas

tipe II:

1. Kerusakan pengaturan sentral

2. Kelemahan neuromuskuler

3. Trauma spina servikal

4. Keracunan obat

5. infeksi

6. Penyakit neuromuskuler

7. Kelelahan otot respirasi

8. Kelumpuhan saraf frenikus

9. Gangguan metabolisme

10. Deformitas dada

11. Distensi abdomen massif


12. Obstruksi jalan nafas

III. TUJUAN TERAPI OKSIGEN

Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia
jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90
mmHg atau SaO2 lebih dari 90%. Besarnya fraksi oksigen inspirasi yang didapat unit
paru sesuai dengan volume oksigen yang diberikan pada pasien dapat dilihat pada tabel
dibawah ini: 2

Alat

Aliran (L/menit)

Fi O2 (fraksi oksigen inspirasi)

Kanula nasal

3
4

0,24

0,28

0,32

0,36

0,40

0,44

Masker oksigen

5-6
6-7

7-8

0,40

0,50

0,60

Masker dengan kantong reservoir

10
0,60

0,70

0,80

≥0,80

≥0,80

Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat terbatas
pada hipoksia stagnan. Anemik dan histotoksik, karena yang dapat dicapai melalui
cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O2 yang larut di dalam darah arteri. Hal
ini juiga berlaku bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah vena yang
tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pada bentuk hipoksia hipoksik lainnya,
pemberian O2 sangat bermanfaat. Namun perlu diingat, bahwa pada penderita gagal
paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO2 dapat sedemikian tingginya sampai
menekan dan bukan merangsang pernafasan.3

Walau tergolong jenis terapi dan teknologi kesehatan mutakhir, tetapi dengan
menggunakan oksigen murni yang mulai marak sekarang, sebenarnya sudah
ditemukan sejak hampir 400 tahun yang lalu, namun berbgai benturan yang dihadapi
membuat dunia kesehatan terkesan kurang mengakui teknik ini. Di Indonesia sendiri
terapi oksigen murni dengan mempergunakan ruang hiperbarik mulai dikenal sejak
tahun enam puluhan. Namun penggunaannya masih terbatas bagi kalangan penyelam
AL yang mengalami penyakit dekompensasi yang terjadi akibat penurunan tekanan
yang terlampau cepat dari bawah keatas permukaan air. Gejala-gejalanya antara lain
adalah nyeri diseluruh tubuh, pusing dan kehilangan orientasi.1

IV. INDIKASI TERAPI OKSIGEN

Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat terbatas
pada hipoksia stagnan, anemik dan histologik.karena yang dapat dicapai melelui cara
ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O2 yang larut didalam darah arteri. Hal ini
berlaku juga bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah venayang tidak
teroksigenasi melewati paru-paru. Pad abentuk hipoksia hipoksik lainnya, pemberian
O2 sangat bermanfaat namun perlu diingat, bahwa penderita dengan gagal paru berat
dengan hiperkapnia, kadar CO2 dapat sedemikian tingginya sampai menekan dan
bukan merangsang pernafasan. Sebagian penderita ini tetap bernafas karena adanya
rangsang kemoreseptor karotis dan aorta padapusat pernafasan. Apabila pemicuan
oleh hipokisia dihilangkan melalui pemberian O2, pernafasan dapat berhenti. Selama
apnea, PO2 darah arteri menurun, namun pernafasan mungkin tidak akan timbul
kembali, karena peningkatan PCO2 akan lebih mendepresi pusat pernafasan. Oleh
sebab itu, pemberian O2 pada keadaan ini dapat berakibat fatal.3

Dalam perkembangannya barulah terapi oksigen ini dipakai untuk mengatasi penyakit-
penyakit seperti luka pada penderita diabetes hingga stroke. Tetapi yang membuatnya
menanjakpopuler sekarang ternyata adalah dengan meningkatnya kebutuhan orang
akan hal kecantikan dan kebugaran. Secra perlahan kalangan awam mulai mengenal
hal ini hingga baru sekarang teknik terapi ini dikenal orang sebagai terapi modern
dalam dunia kesehatan.sekarang banyak yang menggunakan terapi ini untuk mencegah
penuaan,menambah kecantikan dan kebugaran juga mencegah terjadinya kebotakan,
dimana melalui sebuah survei mencatat alasan yang cukup tinggi pada pengguna terapi
ini.

Begitupun belum banyak pusat pusat kesehatan yang menyediakan fasilitas ini karena
biayanya yang masih relatif mahal dan terapinya yang harus dilakukan secara berkala.
Sementara di Amerika, Eropa dan Jepang pemakaiannya ternyata sudah begitu meluas
sampai pusat-pusat kebugaran. Sebuah laporan malah menyebutkan adanya tempat
yang dinamakan Oxy Bar dimana pengunjung dapat menghirup oksigen murni dengan
berbagai pilihan yang beragam.1

Pemanfaatan terapi hiprebarik oksigen ini mengambil suatu pelajaran dari kecelakaan
penyelaman dan segala penyakit yang ditimbulkannya. Sebetulnya, bahaya atau
penyakit yang dialami oleh penyelam juga dirasakan sama oleh pekerja di ruang adara
bertekanan tinggi. Saat turun, dapat terjadi barotrauma yang terjadi pada telinga, gigi
lubang, paru-paru dan lainnya.

Ketika didasar, dapat mengalami keracunan udara pernafasan seperti keracunan


oksigen, nitrogen, karbonmonoksida, maupun karbondioksida. Sedang saat naik, dapat
terjadi penyakit dekompresi, serta barotrauma.

Karenanya banyak penyakit yang dapat di terapi dengan hiperbarik ini seperti
penyakit dekompresi, emboli udara, aktinomikosis,anemia, insufisiensi arteri perifer
akut, infeksi bakteri, keracunan CO, keracunan sianida, gas gangren, cangkokan kulit,
infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan an-aerob, osteoradionekrosis,
radionekrosis jaringan lunak, sistisis akibat radiasi, ekstraksi gigi pada rahang yang
diobati dengan radiasi, mukomikosis, osteomielitis, ujung amputasi yang tidak sembuh,
luka diabetik, inhalasi asap, serta luka bakar.5

Terapi dengan oksigen murni mempunyai efek yang baik bagi aliran darah da
kelangsungan hidup jaringan yang terkena gangguan kekurangan oksigen. Penggunaan
terapi oksigen bertekanan tinggi ini kian meningkat dalam klinis. Pada jaringan
disekitar yang terdapat luka, biasanya terjadi hambatan kelancaran aliran oksigen.
Padahal oksigen itu penting dan merupakan salah satu faktor penentu dalam proses
penyembuhan luka, biasanya terjadi hambatankelancaran aliran oksigen. Padahal
oksigen itu penting dan merupakan salah satu faktor penentu dalam proses
penyembuhan luka, sekaligus menangkal terjadinya infeksi. Kemampuan menghambat
terjadi infeksi dengan terapi oksigen bertekanan tinggi ini punya ciri dan kelebihan
tersendiri dibanding dengan pemakaian antibiotika.5

Beberapa kondisi yang harus dipenuhi sebelum melakukan terapi oksigen yaitu
diagnosis yang tepat, pengobatan optimal dan indikasi terapi oksigen ini akan dapat
memperbaiki keadaan hipoksemia dan perbaikan klinik. Kriteria pemberian terapi
oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara dibawah ini.2

1. Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus)

Diberikan apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai:

· PaO2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%

· PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonale, polisitemia
(hematokrit >56%)

2. Pemberian secara berselang

Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat nilai:
· Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%

· Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai komplikasi seperti
hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia.

Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen perlu
dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu tidaknya terapi
oksigen jangka panjang.

V. KONTRA INDIKASI TERAPI OKSIGEN

· Kasus-kasus yang tak diperkenankan menggunakan terapi ini antara lain adalah
orang dengan kelainan paru-paru karena bisa mengakibatkan pecahnya paru-paru
dalam ruangan bertekanan tinggi, orang dengan riwayat operasi paru, infeksi saluran
nafas atas, cedera paru, tumor ganas, orang yang mengidap penyakit-penyakit menular
lain dan mengidap gaustrophobia (rasa takut berada dalam ruangan tertutup). Karena
itu, biasanya pasien diminta menyediakan data pemeriksaan darah lengkap dan hasil
foto rontgen paru minimal 6 bulan berselang sebelum memulai terapi oksigen
hiperbarik ini. Jadi bila ingin mencoba terapi oksigen mutakhir dengan cara
menghirup oksigen murni dalam ruangan hiperbarik ini tentu saja tak ada salahnya,
tetapi jangan lupa untuk memenuhi persyaratan dan prosedurnya serta satu hal yang
paling penting yaitu harus terlebih dahulu dimulai dengan berkonsultasi pada ahlinya
untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.1

Berapa lama biasa terapi ini dilakukan? Berbeda dengan kasus-kasus penyelamanyang
membutuhkan waktu hingga lima jam, dari survey didapat data kira-kira sekitar satu
jam untuk tujuan kebugaran dan kecantikan dan bisa lebih lama sedikit untuk
penyakit-penyakit yang lebih serius. Terapi oksigen hiperbarik ini dilakukan secara
berkala mulai dari enam sampai sepuluh kali berturut-turut selama satu jam
tergantung pada tempat penyedia fasilitasnya.1

· Kontra indikasi terapi hiperbarik terutama pada penderita pneumothorak yang


belum dirawat, kecuali bila sebelum pemberian oksigen hiperbarik dikerjakan
tindakan bedah untuk mengatasi pneumothorak tersebut, dan juga bagi yang sedang
hamil. Karena tekanan partial oksigen yang tinggi berhubungan dengan penutupan
patent ductus arteriosus bersifat bahaya bagi kehamilan dan janin yang dikandung.
Namun demikian, ada juga penelitian yang menunjukkan hasil, komplikasi seperti itu
tidak terjadi.

Penggunaan terapi oksigen hiperbarik sangat luas. Meskipun demikian penggunaannya


relatif masih kecil dibanding jumlah penduduk Indonesiayang sedemikian besar.5

VI. METODE

Oksigen diberikan dengan kanula nasal 2 (dua) liter permenit dapat meningkatkan
fraksi oksigen inspirasi dari 21% menjadi 27%, pendapat lain menyatakan bahwa
oksigen dapat diberikan 2-4 liter per-menit. Metode ini kurang efisien sebab hanya
oksigen yang mengalirpada awal inspirasi saja yang sampai di alveoli dan ikut proses
pertukaran gas. Penggunaan kateter transtrakeal merupakan salah satu carauntuk
mengatasi kurang efisiennya metode pemberian oksigen dengan kanula nasal.
Keuntungan kateter transtrakeal adalah mengurangi volume ruang rugi anatomik,
karena oksigen yang diberikan dosis kecil dan langsung melalui trakea, mengurangi
iritasi nasal, telinga dan fasial serta mencegah bergesernya alat tersebut pada saat
tidur. Komplikasi yang dapat terjadi dengan cara pemberian seperti ini adalah
emfisema subkutis, bronkospasme, batuk paroksismal, dislokasi kateter, infeksi di
lubang trakea tempat masuknya kateter transtrakeal dan mucous ball yang bisa
mengakibatkan keadaan menjadi fatal.2

Terapi oksigen dengan ruang hiperbarik dilakukan dalam ruangan yang terbuat dari
baja dengan tekanan udara dibuat berkisar antara2-3 atm. Dalam tekanan yang lebih
tinggi ini perjalanan oksigen ternyata akan menjadi lebih lancar termasuk bagi oarang
yang mengalami penyempitan pembuluh darah. Oksigen murni yang dihirupnya akan
tetap lancar memasuki pembuluh darah menuju sel karena tekanan tinggi akan oksigen
larut dalam cairan tubuh sehingga dapat sampai kesetiap jaringan tubuh dengan cepat.
Dengan mekanisme ini maka semua jaringan sel dalam tubuh akan mendapat oksigen
secara maksimal sehingga metabolisme tubuh pun akan berlangsung lebih baik.

Penggantian jaringan yang rusak termasuk penyembuhan luka pun akan berlangsung
lebih cepat. Beberapa penelitian malah menyebutkan keadaan ini juga dapat
membunuh berbagai macam bakteri penyebab penyakityang ada didalam tubuh.
Dengan metabolisme maksimal makaproses penuaan pun akan dapat dihanbat
sehingga orang akan kelihatan tetap cantik dan bugar. Sebuah survey konsumen di
Amerika mencatat berbagai problem kesehatan yang melatarbelakangi pemilihan
terapi ini seperti diabetes, stroke, anemia berat, hingga cedera atau luka seperti cedera
olah raga, luka bakar dan sebagainya. Rata-rata ruangan hiperbarik yang ada
sekarang bisa menampung beberapa pasien sekaligus.1
· Awalnya, terapi oksigen hiperbarik (OHB) biasa digunakan sebagai terapi bagi
penyelam untuk menormalkan gas-gas dalam tubuhnya. Biasanya, penyelam
dimasukkan kedalam Hyperbaric Chamber atau Ruang Udara Bertekanan Tinggi
(RUBT) lalu diberi oksigen murni (100 persen) dengan cara dihirup melalui hidung
dengan menggunakan masker. Peserta bisa duduk atau berbaring didalamnya. Pada
prinsipnya, dalam terapi hiperbarik ini, penderita atau peserta menghisap oksigen
dalam ruangan bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4 atmosfer absolut. Tekanan yang
diberikan, hampir tiga kali lipat tekanan udara biasa. Sedangkan oksigen murni yang
terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa. Hiperbarik ini mempunyai
manfaat yang cukup banyak. Menurut Dr Muhammad Akbar, Sp.S, ketua bagian saraf
Unhas/RS Wahidin Sudirohusodo, terapi hiperbarik sangat baik untuk menormalkan
jaringan hipoksia (kekurangan oksigen) dan anoksia (tidak ada oksigen), dan
meningkatkan kemampuan lekosit membunuh kuman. Tak hanya itu, terapi oksigen
itu juga dapat meningkatkan neovaskularisasi (jaringan darah) dan proliferasi
(pertambahan sel baru yang menggantikan sel mati) serta mengobati penyakit
dekompresi. Belakangan, para ilmuwan menemukan bahwa terapi oksigen tersebut
juga baik bagi penderita diabetes mellitus (DM) maupun stroke. Bahkan, dikota-kota
besar di luar negri maupun di Jakarta dan di Surabaya, penggunaan terapi oksigen ini
berkembang pesat. Terapi oksigen hiperbarik mulai dikenal sebagai terapi yang dapat
membuat tubuh sehat dan bugar, bahkan menjadi salah satu jurus ampuh untuk tampil
awet muda dengan cara paling aman.7

· Prinsip dasar terapi hiperbarik, penderita menghisap oksigen dalam ruangan


bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4 atmosfer absolut. Dengan tekanan yang diberikan,
hampir tiga kali lipat tekanan udara biasa, dan oksigen murni yang terhisap sekitar
lima kali oksigen pada udara biasa. Sehingga total oksigen mampu terkonsumsi dalam
terapi hiperbarik oksigen ini, 15 kali lebih banyak,dibanding bernafas dalam keadaan
biasa.

Pelaksanaan pengobatan dengan oksigen hiperbarik dapat dikerjakan di dalam kamar


tunggal (monoplace chamber) atau kamar ganda (multiplace chamber). Kamar udara
bertekanan tinggi ganda dapat digunakan oleh banyak orang, maximum 10 orang.di
sini penderita dapat didampingi oleh perawat atau dokter yang ikutmengalami tekanan
bersama dengan penderita. Dalam kamar udara bertekanan tinggi ganda ini penderita
menghisap oksigen 100% melalui masker.

Kamar udara bertekanan tinggi ganda ini cocok digunakan untuk penderita yang
karena keadaannya perlu seorang pendamping, atau bilamana akan dilakukan
tindakan bedah atau yang akan menjalani tindakan lainnya.5
Dengan terapi oksigen murni, tak perlu waktu yang begitu panjang, paling hanya satu
jam. Meski demikian, dengan mekanisme sel yang mudah dipercepat menjadi tua, dan
yang tua dengan cepat diganti yang muda, metabolisme sel tubuh menjadi sempurna
kembali dalam waktu yang relatif singkat.5

VII. SISTEM PEMBERIAN OKSIGEN

Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terus-menerus ada 3 macam:2

1. Oksigen dimampatkan bertekanan tinggi

Oksigen disimpan dalam tabung metal bertekanan tinggi, aliran udara dapat diatur
dengan alat regulator. Macam-macam tabungnya adalah tabung H (244 cuff), tabung E
(22 cuff), tabung D (13 cuff). Keuntungannya adalah murah harganya, tersedia cukup
banyak dan dapat disimpan lama. Kerugiannya adalah berat, kurang praktis dalam
pengisian dan mudah meledak.

2. Oksigen cair

Oksigen cair tidak bertekanan tinggi dan dapat disimpan dalam tempat tertentu,
dilengkapi dengan alat HCF4 untuk mengubah oksigen cair menjadi gas sehingga dapat
dihirup. Tempat pennyimpanan tersebut dinamakan dewar yang dapat menyimpan O2
cair pada suhu -273oF. Umumnya dewar berisi 100 pound oksigen yang dapat habis
dalam satu minggu bila dipakai terus-menerus dengan aliran 2 liter permenit.

3. Oksigen konsentrat

Sistem oksigen konsentrat didapat dengan mengekstraksikan udara luar menggunakan


metode molekuler sieve. Oksigen diekstraksi sehingga dapat diberikan kepada pasien
dan nitrogen dibuang kembali ke udara luar.

VIII. RESIKO TERAPI OKSIGEN


Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila
oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari.
Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang
merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang
dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida
dan atelektasis.2

Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada
bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-100% diberikan kepada
manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan
distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama
24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.

Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2, selanjutnya
mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan
paru (displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini adalah retinopti
prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan jaringan vaskuler opak
pada matayang dapat mengakibatkan kelainan penglihatan berat. Pemberian O2 100%
pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial, tetapi juga
kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan
terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan
jumlah O2 terlarut dalam darah.3

IX. KESIMPULAN

1. Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia,


sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal akibatnya. Tak
hanya untuk bernafas dan mempertahankan kehidupan., oksigen juga sangat
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh.

2. Tipe-tipe kekurangan oksigen dalam tubuh terbagi dua:

a. Hipoksemia yaitu suatu keadaan dimana terjadipenurunan konsentrasi oksigen


dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah nilai normal, SaO2
95%
b. Hipoksia yaitu kekurangan oksigen ditingkat jaringan

c. Gagal nafas yaitu suatu keadaan kritis dimana kebutuhan oksigen darah dan sistem
organ tidak tercukupi

3. Gejala-gejala yang timbul dari hipoksia adalah

a. Alkalosis respiratorik

b. Gejala mental seperti irritabilitas, dan penurunan kesadaran

c. Sakit kepala, sesak nafas, insomnia serta mual dan muntah

4. Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia
jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90
mmHg atau SaO2 lebih dari 90%

5. Indikasi terapi oksigen antara lain:

a. Diabetes

b. Stroke

c. terapi untuk kecantikan dan kebugaran

d. Penyakit dekompresi
e. Emboli udara

f. Aktinomikosis

g. Anemia

h. Insufisiensi arteri perifer akut

i. Infeksi Bakteri

j. Keracunan CO

k. Keracunan sianida

l. Gas ganren

m. Cangkokan kulit

n. Infeksi jaringan lunak

o. Osteomielitis

p. Ekstraksi gigi
6. Kontra indikasi terapi oksigen antara lain

a. Kelainan paru

b. Riwayat operasi paru

c. Infeksi saluran nafas atas

d. Cedera paru

e. Tumor ganas

f. Penyakit menular

g. Pengidap gaustrophobia

h. Kehamilan

i. Pneumothorax

7. Resiko terapi oksigen antara lain adalah:

a. Keracunan oksigen

b. Retensi CO2
c. Atelektasis

d. Disstress substernal

e. Kongesti hidung

f. Nyeri tenggorokan

g. Batuk

h. Retinipati prematuritas

i. Kedutan otot

j. Rasa pening

k. kejang

l. Bunyi berdering dalam telinga

m. Koma

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. Meditasi Dzikir. Stress and Health Solution. Web .12 Desember 2005.
www.MedDzik.org

2. Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005

3. Ganong, F. William. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. jakarta: EGC. 2003

4. Latief, A. Said. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi


Intesif. Jakarta. 2002

5. Anonymous. Hiperbari Terapi Oksigen Murni Tekanan Tinggi. Web 11 April 2004.
www.pikiranrakyat.com

6. Anonymous. Sehat dan Bugar dengan Terapi Oksigen. Web. 3 May 2006.
www.fajar.co.id

Anda mungkin juga menyukai