Anda di halaman 1dari 18

PENATALAKSANAAN PRA RUJUKAN

KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DAN NEONATAL


DI TINGKAT PELAYANAN DASAR

A. Kasus kegawatdaruratan
Kegawatdaruratan  adalah  kejadian  yang  tidak
diduga  atau terjadi  secara  tiba- tiba,  seringkali merupakan 
kejadian  yang  berbahaya  (Dorlan,2011).  Kegawatdaruratan 
dapat  juga didefinisikan  sebagai  situasi  serius dan  kadang
kala  berbahaya  yang  terjadi  secara tiba-tiba  dan   tidak
terduga   dan   membutuhkan  tindakan  segera   guna
menyelamatkan jiwa/ nyawa  (Campbell, 2000). Sedangkan
kegawatdaruratan obstetri  adalah  kondisi  kesehatan yang
mengancam  jiwa   yang  terjadi  dalam  kehamilan  atau selama
dan sesudah persalinan dan kelahiran. Terdapat  sekian banyak
penyakit  dan  gangguan  dalam  kehamilan  yang  mengancam
keselamatan  ibu   dan   bayinya
(Chamberlain,  Geoffrey,  &  PhillipSteer,  1999).  Kasus   gawat 
daruat  obstetri  adalah  kasus  obstetri yang  apabila  tidak 
segera  ditangani  akan  berakibat  kematian  ibu dan janinnya.
Kegawatdaruratan     neonatal     adalah     situasi     yang   
membutuhkan      evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi
baru lahir yang sangat kritis (usia <28 hari), serta membutuhkan
pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan
kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul
sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau, 2006).
 Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan:
Kegawatdaruratan dapat terjadi secara tiba-tiba (hamil,
bersalin,nifas atau bayi baru lahir), tidak dapat diprediksi.

1
Oleh karena itu, Tenaga bidan perlu memiliki kemampuan
penanganan kegawatdaruratan yang dilakukan dengan tepat
dan cepat. Upaya Penanganan Terpadu Kegawatdaruratan:
1. Di masyarakat
Peningkatan kemampuan bidan terutama di desa dalam
memberikan pelayanan esensial, deteksi dini dan
penanganan kegawatdaruratan  (PPGDON)
2. Di Puskemas
Peningkatan kemampuan  dan kesiapan puskesmas dlm
memberikan Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar ( PONED )
3. Di Rumah Sakit
Peningkatan kemampuan dan kesiapan RS kabupaten / kota
dalam pemantapan jarigan pelayanan rujukan obstetri &
neonatal
B. Penatalaksanaan pra rujukan
Penatalaksanaan pra rujukan kasus-kasus kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal di tingkat pelayanan dasar :
1. Penanganan kegawatdaruratan lebih ditujukan untuk
pertolongan dan mencegah agar keadaan tidak  menjadi lebih
buruk.
2. Mempersiapkan tindakan yang dilakukan di rumah sakit rujukan.
 Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh masyarakat
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau
komplikasi yang ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau
masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menggambarkan
peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung
upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.

2
 Cakupan penanganan komplikasi obstetri (pk)
Adalah cakupan ibu dengan komplikasi kebidanan di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani
secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian tindakan
terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus
komplikasi kebidanan. Indikator ini mengukur kemampuan
manajemen program kia dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara professional kepada ibu hamil bersalin dan
nifas dengan komplikasi.
 Neonatus dengan komplikasi yang ditangani
Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang
ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian
tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus yang
pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus
komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani
tanpa melihat hasilnya hidup atau mati. Indikator ini
menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam
menangani kasus – kasus kegawatdaruratan neonatal, yan
kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau
dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
C. SPDGT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu)
SPGDT merupakan suatu sistem dimana koordinasi
merupakan unsur utama yang bersifat multi sektor dan harus ada
dukungan dari berbagai profesi bersifat multi disiplin dan multi
profesi untuk melaksanakan dan penyelenggaraan suatu bentuk
layanan terpadu bagi penderita gawat darurat baik dalam keadaan

3
sehari-hari maupun dalam keadaan bencana dan kejadian luar
biasa.
Didalam memberikan pelayanan medis SPGDT dibagi
menjadi 3 sub sistem yaitu : sistem pelayanan pra rumah sakit,
sistem pelayanan pelayanan di rumah sakit dan sistem pelayanan
antar rumah sakit. Ketiga sub sistem ini tidak dapat di pisahkan
satu sama lain, dan bersifat saling terkait dalam pelaksanaan
sistem.
Prinsip SPGDT adalah memberikan pelayanan yang cepat,
cermat, dan tepat, dimana tujuannya adalah untuk menyelamatkan
jiwa dan mencegah kecacatan (time saving is life and limb saving)
terutama ini dilakukan sebelum dirujuk ke rumah sakit yang dituju.
Spgdt dibagi menjadi :
1. SPGDT-S (sehari-hari)
SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat
yang saling terkait yang dilaksanakan ditingkat pra rumah
sakit – di rumah sakit – antar rumah sakit dan terjalin dalam
suatu sistem. Bertujuan agar korban/pasien tetap hidup.
Meliputi berbagai rangkaian kegiatan sebagai berikut :
 Pra rumah sakit
- Diketahui adanya penderita gawat darurat oleh
masyarakat
- Penderita gawat darurat itu dilaporkan ke organisasi
pelayanan penderita gawat darurat untuk
mendapatkan pertolongan medik
- Pertolongan di tempat kejadian oleh anggota
masyarakat awam atau awam khusus (satpam,
pramuka, polisi, dan lain-lain)
- Pengangkutan penderita gawat darurat untuk
pertolongan lanjutan dari tempat kejadian ke rumah
sakit (sistim pelayanan ambulan)

4
 Dalam rumah sakit
- Pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit
- Pertolongan di kamar bedah (jika diperlukan)
- Pertolongan di ICU/ ICCU
 Antar rumah sakit
- Rujukan ke rumah sakit lain (jika diperlukan)
- Organisasi dan komunikasi
2. SPGDT-B (bencana)
SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan pra rumah
sakit dan rumah sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat
terpadu sebagai khususnya pada terjadinya korban massal yg
memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan pelayanan sehari-
hari. Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak
banyaknya.
a. Tujuan khusus :
 Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup
dan berfungsi kembali dalam masyarakat
sebagaimana mestinya.
 Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai.
 Menanggulangi korban bencana.
Prinsip mencegah kematian dan kecacatan :
- Kecepatan menemukan penderita.
- Kecepatan meminta pertolongan.
- Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
 Ditempat kejadian.
 Dalam perjalanan kepuskesmas atau rumah-
sakit.
 Pertolongan dipuskesmas atau rumah-sakit.
Keberhasilan penanggulangan pasien gawat darurat
tergantung 4 kecepatan :

5
 Kecepatan ditemukan adanya penderita gawat
darurat
 Kecepatan dan respon petugas
 Kecepatan minta tolong
D. Kasus- kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal di tingkat
pelayanan dasar
Tiga penyebab utama kegawatdaruratan obstetri:
1. Perdarahan
a. Antepartum
b. Durantepartum
c. Post partum
2. Preeklampsia / eklampsia
3. Infeksi jalan lahir
a. Perdarahan antepartum
Perdarahan pervaginam yang terjadi antara umur kehamilan
28 minggu sampai kelahiran.
Penyebab:
1) Placenta previa
Gejala:
a) Perdarahan pervaginam pada kehamilan 28 minggu
atau lebih.
b) Jumlah perdarahan sedikit atau banyak
c) Warna merah segar
d) Perut tidak tegang dan tida ada nyeri perut
Tindakan
a) Jangan lakukan pemeriksaan dalam
b) Pasang infus RL ( bila keadaan umum baik 20 tpm,
bila keadaan umum jelek sebanyak 40 tpm)
c) Periksa tekanan darah dan nadi
d) Periksa bagian posisi janin
e) Segera rujuk ke rs dan harus didampingi bidan

6
2) Solucio placenta
Gejala :
a) Perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 28
minggu
b) Jumlah perdarahan keluar tidak samapada setiap
pasien
c) Warna darah merah tua
d) Perut tegang dan nyeri
e) Bagian – bagian janin sulit dipalpasi
Tindakan:
a) Pasang infus RL ( jumlah tetesan: bila keadaan umum
baik 20 tpm , bila keadaan umum jelek 30-40 tpm)
b) Periksa tensi dan nadi
c) Rujuk ke rs
Waspada   : dilarang melakukan periksa dalam pada
perdarahan antepartum yang belum jelas diagnosa nya.
b. Perdarahan durantepartum
1) Partus lama
Penyebab :
a) His lemah
b) Kelainan janin ( anatomi, ukuran, letak )
c) Disproporsi kepala panggul
Gejala :
a) Pembukaan tetap 3 cm setelah 18 jam inpartu
b) Belum ada pembukaan lengkap setelah 18 jam
inpartu.
Tindakan :
a) Partus lama dilakukan tindakan pertolongan di RS
b) Penanganan ditingkat dasar : menemukan secara dini
gejala partus lama.
c. Perdarahan post partum

7
Adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500ml setelah
persalinan. Penyebab :
a) Atonia uteri
b) Sisa placenta
c) Robekan jalan lahir ( perineum, vagina, serviks )
d) Gangguan pembekuan darah
e) Inversio uteri
Tindakan:
a) Segera pasang infus RL
b) Awasi tekanan darah, nadi dan timbulnya tanda-tanda
syok.
c) Lakukan massase
d) Berikan uterotonika methergin 0,2 mg iv / im
e) Kosongkan kandung kemih
f) Penderita berbaring dengan kaki lebih tinggi dari kepala
g) Periksa jalan lahir untuk memeriksa adanya robekan
jalan lahir ( vagina, serviks dan uterus ) bila terjadi
robekan serviks atau rupture uteri maka pasang tampon
vagina dan segera rujuk ke rs
h) Jika placenta telah lahir, periksa apakah placenta lahir
lengkap.
i) Eksplorasi cavum uteri secara normal untuk mencari
kemungkinan adanya sisa placenta atau rupture uteri.
j) Bila perdarahan belum teratasi dengan tindakan diatas,
lakukan kompresi bimanual sambil mempersiapkan
pasien dirujuk ke rs dengan infuse tetap terpasang.
2.Preeklampsia
Adalah keadaan yang timbul pada kehamilan , berupa hipertensi
( lebih dari 140/90 mmhg) dengan disertai dengan edema, protein
uria, biasanya terjadi pada trimester ketiga, selama persalinan atau
dalam 48 jam pasca persalinan.

8
a. Tanda dan gejala
1) Preeklamsia ringan
a) Tekanan darah > 140/90 mmhg < 160/110 mmhg
b) Disertai edema dan proteinuria
2) Preeklamsia berat
a) Tekanan darah > 160/110 mmhg
b) Disertai edema dan proteinuria
Gejala penyerta
a) Pusing, sakit kepala.
b) Kaki bengkak ,tidak selalu ditemukan oleh keadaan bengkak
wajah atau tanggan ( lebih spesifik untuk preeclampsia, tetapi
tidak selalu ditemukan)
Penanganan:
 Penatalaksanaan pra rujukan
1) Preeklamsia ringan
a) Pantau tekanan darah , rekfleks dan kondisi janin
b) Pasien istirahat dengan cukup
c) Jika keadaan tidak membaik, segera rujuk
2) Preeklamsia berat
a) Jika tekanan diastolic > 110mmhg berikan antihipertnsi
sampai tekanan darah antara 90-110 mmhg
b) Pasang infuse RL dengan jarum besar ( 16g atau lebih
besar ).
c) Ukur keseimbangan cairan
d) Kateterisasi urin
e) Pasien selalu diawasi jangan ditinggal sendiri (Tanda
vital, refleks, denyut janin)
f) Bila pasien kejang, atasi kejangnya dengan :
 Memberikan obat antikonvulsan (mgs04, 4 gram
intravena )
 Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

9
 Beri oksigen 4-6 liter / menit
 Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi
resiko aspirasi
3) Eklampsia
Adalah preeklampsia yang memburuk disertai kejang –
kejang dan bengkak pada muka dan kedua tungkai pada
saat kehamilan trimester tiga, persalinan dan masa nifas.
Penatalaksanaan prarujukan :
a) Segera rujuk
b) Selama menunggu, lakukan monitor tanda- tanda vital
dan penatalaksaan pra rujukan sama dengan
preeklampsia berat.
3. Infeksi pada masa persalinan dan pasca persalinan
a. Tanda dan gejala
Infeksi akut ditandai dengan kalor, rubor, dolor, tumor, dan
functio lesa. Kalor artinya panas/demam, rubor artinya merah,
dolor artinya nyeri, tumor artinya benjolan atau pembengkakan,
dan functio lesa artinya fungsi terganggu. Dengan kata lain
infeksi akut di organ tubuh ditandai dengan demam, kulit di
daerah infeksi berwarna kemerahan, terasa nyeri dan terdapat
pembengkakan di daerah organ itu serta fungsi organ tersebut
terganggu. Selain itu, tidak jarang jaringan yang terkena infeksi
mengeluarkan bau atau cairan yang berbau busuk, misalnya
infeksi di organ genetalia dapat disertai pengeluaran cairan
pevaginam berbau busuk. (Saifudin, 2006)
Diagnosa
Beberapa hal yang harus dinilai sebagai berikut :
1) Tentukan kasus dalam kondisi demam atau tidak
2)  Tentukan kasus dalam kondisi syok atau tidak
3) Cari keterangan tentang faktor predisposisi atau penyakit
yang erat hubungannya, misalnya pembedahan, cedera

10
(trauma), atau sumber infeksi yang dapat menyebabkan
sepsis atau syok sepsis
4) Tentukan sumber infeksi berdasarkan criteria kalor, rubor,
dolor, tumor, function lesa.
5) Pada infeksi genetalia beberapa kondisi berikut dapat terjadi:
a) Secret/cairan berbau busuk keluar dari vagina
b) Pus keluar dari servik
c) Air ketuban hijau kental dapat berbau busuk atau tidak
d) Subinvolusi rahim
e) Tanda-tanda infeksi pelvis : nyeri rahim, nyeri goyang
servik, nyeri perut bagian bawah, nyeri bagian adneksa.
(Saifudin, 2006)
Penanganan
a) Tindakan umum
Pantaulah tanda-tanda vital
b) Pemberian Oksigen
 Pastikan bahwa jalan napas bebas.
 Oksigen tidak perlu diberikan apabila kondisi
penderita stabil dan kecil resiko mengalami syok
septic..
 Apabila kondisi penderita menjadi tidak stabil,
oksigeen diberikan dalam kecepatan 6-8 L/menit. 
c) Pemberian Cairan Intravena
Banyaknya cairan yang diberikan harus diperhitungkan
secara hati-hati, tidak sebebas seperti syok pada
perdarahan,oleh karena tidak terdapat kehilangan jumlah
cairan yang banyak.
d) Pemberian Antibiotik
Antibiotik harus diberikan apabila terdapat infeksi,
misalnya pada kasus sepsis, syok septik, cedera
intraabdominal dan perforasi uterus. Apabila tidak

11
terdapat tanda-tanda infeksi, misalnya pada syok
perdarahan, antibiotika tidak perlu diberikan. Apabila
diduga ada proses infeksi atau sedang berlangsung,
sangat penting untuk memberikan antibiotika dini.
Macam-macam antibiotika antara lain ampisilin,
sepalosporin, eritromisin, klorampenikol dan lain-lain.
Kegawatdaruratan neonatal
1. Asfiksia
Asfiksia neonatorum merupakan suatu kondisi dimana bayi tidak
dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia,
hiperkapnea, sampai asidosis. Asfiksia ini dapat terjadi karena
kurangnya kemampuan organ bayi dalam menjalankan fungsinya,
seperti pengembangan paru.
Penatalaksanaan  
a. Asfiksia Ringan APGAR skor (7-10)
Cara mengatasinya adalah sebagai berikut :
1) Bayi dibungkus dengan kain hangat
2) Bersihkan jalan napas dengan menghisap lender pada
hidung kemudian mulut.
3) Bersihkan badan dan tali pusat
4) Lakukan observasi tanda vital, pantau APGAR skor, dan
masukkan ke dalam incubator.
b. Asfiksia Sedang APGAR skor (4-6)
Cara mengatasinya adalah sebagai berikut :
1) Bersihkan jalan napas
2) Berikan oksigen 2 liter per menit
3) Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki.
Apabila belum ada reaksi, bantu pernapasan dengan masker
(ambubag).

12
4) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis,
lanjutkan dengan VTP
5) lakukan rujukan
c. Asfiksia Berat APGAR skor (0-3)
Penatalaksanaan asfiksia berat dilakukan ditingkat pelayanan
rujukan seperti RS karena dilengkapi dengan alat yang
memadai dan lebih lengkap terutama untuk pemasangan ETT.
2. Infeksi Neonatorum
Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti  escherichia
coli,pseudomonas pyocyaneus, klebsielia, staphylococcus
aureus, dan coccus gonococcus.Infeksi ini bisa terjadi pada saat
antenatal, intranatal, dan postnatal.
 Penatalaksanaan:
a. Berikan posisi semifowler agar sesak berkurang
b. Apabila suhu tinggi, lakukan kompres dingin
c. Berikan ASI perlahan-lahan, sedikit demi sedikit
d. Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi
tidur miring ke kiri atau kanan
e. Apabila diare, perhatikan personal higine dan keadaan
lingkungan
f. Rujuk segera ke rumah sakit, lakukan informed consent pada
keluarga
3. Hipotermia
Gejala:
a. suhu <36°C
b. Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan
bagian dada
c. Aktivitas berkurang
d. Kemampuan menghisap lemah
e. Tangisan lemah
f. Ujung jari tangan dan kaki kebiruan

13
Penatalaksanaan:
a. Metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan
ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.
b. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat
yang diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi
tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi
hangat. Tidak boleh memakai buli-buli panas, bahaya luka
bakar.
c. Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi
harus diberi ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi
tidak dapat menghisap beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80
ml/kg per hari.
d. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali
meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera
menghangatkan bayi melalui penyinaran lampu.
4. Ikterus / hiperbilirubin
Keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus
pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi
yang berlebih.
Penatalaksanaan:
Pada bayi baru lahir dengan warna kekuningan karena
proses alami (fisiologis),tidak berbahaya dan tidak diperlukan
pengobatan khusus, kondisi tersebut akan hilang dengan
sendirinya. Prinsip pengobatan warna kekuningan pada bayi baru
lahir adalah menghilangkan penyebabnya.
a. Menghangatkan bayi dibawah lampu sorot
b. Menyusui Bayi dengan ASI. 
Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses
dan urin. Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti
diketahui, ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat
memperlancar buang air besar dan kecilnya.

14
c. Lakukan informed concent dan rujuk bayi untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut.
5. Kejang pada bayi baru lahir
Penanganan kejang pada BBL
a. Bayi diletakan dalam tempat hangat, pastikan bayi tidak
kedinginan, suhu dipertahankan 36,5-37ᴼC
b. Jalan nafas dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir
diseputar mulut, hisung dan nasofaring
c. Pada bayi apnea, pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan
alat Bag to Mouth Face Mask oksigen 2 liter/menit
d. Infus
e. Obat antispasmodik/anti kejang : diazepam 0,5 mg/kg/supp/im
setiap 2 menit sampai kejang teratasi dan luminal 30 mg im/iv
f. Sambil menilai kondisi bayi tiap 15 menit, lakukan persiapan
rujukan.
E. Sistem Rujukan
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena
tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko
tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi faktor
yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan.Bidan sebagai
tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau
bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu
jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam
melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.
1. Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan,
disingkat “BAKSOKU” yang dijabarkan sebagai berikut :

15
a. B (bidan): pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga
kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk
melaksanakan kegawatdaruratan.
b. A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang
diperlukan, seperti spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop
c. K (keluarga): beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu
(klien) dan alasan mengapa dirujuk. Suami dan anggota
keluarga yang lain diusahakan untuk dapat menyetujui Ibu
(klien) ke tempat rujukan.
d. S (surat): beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi
ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau
obat – obat yang telah diterima ibu (klien)
e. O (obat): bawa obat – obat esensial diperlukan selama
perjalanan merujuk
f. K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk
memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan
dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat
g. U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam
jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan
kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan\
2. Mekanisme Rujukan
a. Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan
desa, pustu dan puskesmas
1) Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani
sendiri maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat karena mereka belum dapat
menetapkan tingkat kegawatdaruratan
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan
puskesmas

16
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat
kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri
dan kasus mana yang harus dirujuk
3) Menentukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah
fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan
terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan
tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan
penderita.
b. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya.
Klien dan keluarga perlu diberikan informasi tentang
perlunya penderita segera dirujuk untuk mendapatkan
pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
mampu.
c. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
melalui telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan
yang lebih mampu.
d. Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki
terlebih dahulu atau dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini
perlu dipertahankan selama dalam perjalanan. Surat rujukan
harus dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan
seorang bidan harus mendampingi penderita dalam
perjalanan sampai ke tempat rujukan.
e. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan
kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk
mengangkut penderita.

17
DAFTAR PUSTAKA

Lissauer, Tom.dkk. 2006. At the Glance Neonatologi. Jakarta:Erlangga

Marmi. 2012 .Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak


Prasekolah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Saifudin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Meilani Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya

Pedoman Asuhan Kebidanan Pada Kasus Rujukan Ibu Hamil, Bersalin,


Nifas, dan BBL.

Syafrudin & Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai