Anda di halaman 1dari 8

PERISTILAHAN PENUNJUK WAKTU DAN TEMPAT DALAM

BAHASA MELAYU DIALEK SAMBAS

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:
DESI RAHMAWATI
NIM F1011141072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
PERISTILAHAN PENUNJUK WAKTU DAN TEMPAT DALAM
BAHASA MELAYU DIALEK SAMBAS

Desi Rahmawati, Patriantoro, Agus Syahrani


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak
Email: dechysagitarius97@gmail.com

Abstract
Time and place indicator in Malay Sambas dialect is one of Sambas community's
wealth in language field. Time and place indicator used by the Sambas Malay
community come from the neighborhood around as the former of those terms. The
purpose of this research is to know the form, the lexical meaning, the cultural
meaning, and the semantic function. The method used in this research was descriptive
and using ethnolinguistic approach. The techniques used in this study that was
interviews, proficient, referent, and record. Data collection tool in the form of
recorder and stationery. Based on the research conducted, the data collected
amounted to 118 terminology of time and places in Sambas dialect Malay Language.
The time and place terminologies in this research consists of two forms, those are the
word in the form of monomorphemic and polymorphism and phrase. The
monomorphemic terminology is 38 words. The lingual unit in the form of a
polymorphism of affixation consisting of 24 terms. Lingual units in the form of phrases
amounting to 38 terms. The term that has lexical meaning amounts to 79 terms and
which has a cultural significance of 88 terms and that terms has the function sematis
amounted to 118.
Keywords: terminology, time indicator, place indicator, Language of Sambas Malay Society.

PENDAHULUAN bahasa tersebut. BMDS mampu


Bahasa berfungsi sebagai alat mencerminkan secara sempurna kebudayaan
komunikasi yang digunakan oleh sekelompok masyarakatnya yang digunakan dalam
orang untuk berinteraksi dengan orang lain. peristilahan penunjuk waktu dan tempat.
Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat Kebudayaan masyarakat Melayu
komunikasi, tetapi juga mampu Sambas yang tercermin dalam BMDS
mencerminkan kebudayaan pemakainya. beragam. Satu diantaranya adalah
Sebagai bagian dari kebudayaan, bahasa peristilahan penunjuk waktu dan tempat.
memiliki kaitan yang erat dengan budaya Peristilahan mengandung konsep cara,
suatu masyarakat. Hal itu karena kebudayaan proses, maupun kegiatan yang dimiliki oleh
pertama yang dimiliki oleh masyarakat sebuah tanda linguistik. Tanda linguistik
adalah bahasa (Sibarani, 2004: 9). yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Bahasa juga dapat mencerminkan penunjuk waktu dan tempat.
kebudayaan suatu masyarakat, contohnya Penunjuk waktu adalah kata atau pun
Bahasa Melayu Dialek Sambas (BMDS). sekelompok kata yang ditandai dengan
BMDS merupakan bahasa yang digunakan sesuatu untuk menunjukkan saat kejadian,
oleh masyarakat Sambas untuk proses, atau pun perbuatan. Kejadian, proses,
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. atau pun perbuatan tersebut tentunya
BMDS digunakan sebagai alat komunikasi memerlukan ruang untuk melaksanakan
karena mayoritas penduduk asli di Kabupaten aktivitas. Dengan kata lain, ruang yang
Sambas adalah Melayu, sehingga digunakan dimaksud dalam hal ini adalah tempat
terjadinya suatu kejadian, peristiwa, maupun deskripsi, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
perbuatan. Oleh karena itu, penunjuk waktu pendek baik secara lisan maupun tulisan.
dan tempat memiliki kaitan yang sangat erat Berkaitan dengan KD tersebut, siswa
dan sulit dipisahkan. ditugaskan untuk mengerjakan tugas rumah
Cara hidup dan cara berpikir masyarakat bertanya kepada orang tuanya atau pihak
Sambas dapat dilihat dari penunjuk waktu keluarga lainnya atau bahkan kepada
dan tempat yang digunakan dan berkaitan masyarakat untuk melakukan wawancara
erat dengan alam sekitarnya. Secara tidak dengan seseorang yang bisa memberitahukan
langsung, alam memberikan pelajaran kepada peristilahan penunjuk waktu dan tempat yang
masyarakat Melayu Sambas untuk kemudian dianalisis dan dibacakan ke depan
mengetahui waktu dan tempat berdasarkan kelas.
tanda-tanda alam.
Ada beberapa alasan yang membuat METODE PENELITIAN
peneliti tertarik meneliti peristilahan Metode yang digunakan dalam
penunjuk waktu dan tempat sebagai fokus penelitian ini terdiri dari dua macam.
penelitian. Pertama, karena masyarakat Pertama, metode untuk pengumpulan data
Melayu Sambas mempunyai cara tersendiri dan kedua metode untuk analisis data. Dalam
dalam menunjukkan waktu dan tempat pengumpulan data, metode yang digunakan
seperti yang telah peneliti paparkan. Pada adalah metode cakap dan simak, sedangkan
saat-saat tertentu, mereka tidak terikat pada untuk menganalisis data menggunakan
teknologi, tetapi bergantung pada alam. metode deskriptif, analisis konteks, dan
Kedua, penunjuk waktu dan tempat juga struktural. Berdasarkan jenis datanya,
mencerminkan cara berpikir masyarakat penelitian ini merupakan penelitian berbasis
Sambas. Melalui hal-hal yang ada di korpus karena data yang didapatkan berupa
sekitarnya, mereka harus mengaitkan antara korpus sastra lisan yang tertulis.
yang satu dengan yang lain untuk dapat Bentuk penelitian ini adalah kualitatif.
memperkirakan waktu dan tempat. Ketiga, Bentuk penelitian kualitatif bersifat deskriptif
karena belum ada yang meneliti peristilahan karena mendeskripsikan atau menerangkan
penunjuk waktu dan tempat dalam BMDS. suatu gejala. Hal ini sejalan dengan pendapat
Penelitian tersebut dilakukan di Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2014:
Kecamatan Jawai. Alasan peneliti memilih 4) yang menjelaskan bahwa penelitian
Kecamatan Jawai sebagai lokasi atau tempat kualitatif merupakan prosedur yang
penelitian karena pertama, penduduknya menghasilkan data deskriptif berupa kata-
mayoritas Melayu Sambas dan bahasa sehari- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
harinya adalah BMDS. Kedua, Kecamatan perilaku yang diamati.
Jawai merupakan kecamatan yang terisolasi Data dalam penelitian ini berupa kata
di Kabupaten Sambas, sehingga masih kental dan frasa yang mengandung peristilahan
dengan kebudayaannya. Ketiga, Jawai penunjuk waktu dan tempat dalam BMDS.
berpotensi menjadi tempat wisata karena Sumber data dalam penelitian ini berupa
letaknya di pesisir pantai sehingga tuturan yang disampaikan oleh informan
kebudayaannya perlu dilestarikan agar tidak tentang peristilahan penunjuk waktu dan
terkontaminasi dengan kebudayaan luar. tempat dalam BMDS. Informan yang
Keempat, peristilahan penunjuk waktu dan terdapat dalam penelitian ini berjumlah 4
tempat tersebut masih dipegang teguh oleh orang yang terdiri dari 2 orang informan
masyarakatnya. Kelima, kebudayaan utama dan 2 orang informan pembantu.
masyarakat Jawai dalam menggunakan Teknik pengumpulan data yang
penunjuk waktu dan tempat belum pernah digunakan dalam penelitian ini adalah
dipublikasikan. metode cakap dan metode simak. Menurut
Hasil penelitian ini dapat dijadikan Sudaryanto (dalam Muhammad, 2014: 212)
pengayaan dalam pembelajaran Bahasa metode cakap meliputi teknik cakap semuka,
Indonesia di sekolah dengan bahan ajar teknik rekam, dan teknik catat. Metode simak
Kurikulum 2013 tingkat SMP/sederajat kelas yang meliputi teknik simak libat cakap,
VII semester 1 melalui KD 4.1 Menangkap teknik sadap, dan teknik catat dan rekam.
makna teks hasil observasi tanggapan Alat pengumpul data dalam penelitian
lapangan ini berupa instrumen wawancara, Peristilahan penunjuk waktu dan tempat
alat perekam video, dan alat perekam suara yang terdapat dalam BMDS merupakan
yang digunakan untuk mempermudah dalam istilah yang dapat mengungkapkan ciri khas
melakukan pengumpulan data, sehingga hasil masyarakatnya. Istilah-istilah yang
wawancara dapat terekam dengan baik dan digunakan merupakan wujud dari pemikiran
penelitian ini memiliki bukti untuk sumber mereka tentang hal-hal yang menjadi tanda
data. dalam menyebut waktu dan tempat. Istilah-
Data yang diperoleh dari hasil istilah tersebut kemudian diklasifikasikan
penelitian di lapangan kemudian berdasarkan bentuk satuan lingual yang
ditranskripsikan dari bahasa lisan ke bahasa berupa kata dan frasa. Proses pembentukkan
tulis. Selanjutnya, data diklasifikasikan atau kata terdiri dari dua bentuk yaitu
dikelompokkan berdasarkan bentuknya. monomorfemis dan polimorfemis (Samsuri,
Setelah semuanya selesai, langkah 1987: 190). Chaer (2012: 225) membagi
selanjutnya adalah menganalisis data. frasa menjadi empat jenis, yaitu frasa
Langkah-langkah teknik analisis data dalam endosentrik, frasa eksosentrik, frasa
penelitian ini pertama, data yang berupa koordinatif, dan frasa apositif.
bentuk peristilahan penunjuk waktu dan Berdasarkan analisis yang telah
tempat BMDS dianalisis menggunakan dilakukan, dalam penelitian Peristilahan
metode deskriptif dengan teknik pemaparan. Penunjuk Waktu dan Tempat dalam Bahasa
Kedua, data peristilahan penunjuk waktu dan Melayu Dialek Sambas terdapat tiga bentuk
tempat BMDS yang memiliki arti leksikal istilah, yaitu monomorfemis (kata tunggal),
dianalisis menggunakan metode analisis polimorfemis (kata turunan), dan frasa.
konteks dengan teknik arti leksikal. Ketiga, Bentuk monomorfemis (kata tunggal)
data peristilahan penunjuk waktu dan tempat berjumlah 38 istilah yang terdiri dari 23
dalam BMDS yang mengandung arti kultural istilah penunjuk waktu yaitu dolo’, jamman,
dianalisis mengguakan metode analisis munsem, pajar, subboh, bahari, semari,
konteks dengan teknik arti kultural. Keempat, likkor, siang, malam, semalam, dalu, issok,
data yang memiliki fungsi semantis dianalisis tade’, kallak, lussa’, tullat, jannun, ka’ang,
menggunakan metode struktural dengan duddi, sijurrus, awal, dan lama’, sedangkan
teknik analisis fungsi. Kelima, penunjuk tempat berjumal 15 istilah yaitu ye,
menyimpulkan hasil analisis bentuk, arti iye, siye, to’, itto’, sitto’, nun, innun, sinnun,
leksikal, arti kultural, dan fungsi semantis yo, njo, kitte, antau, antol, dan tumpok.
peristilahan penunjuk waktu dan tempat Istilah yang berbentuk polimorfemis dalam
dalam BMDS. peristilahan penunjuk waktu dan tempat
Menurut Sudaryanto (1993: 144) metode dalam BMDS yang berupa afiksasi berjumlah
penyajian hasil analisis data ada dua macam, 24 istilah yang terdiri dari 18 istilah penunjuk
yaitu bersifat informal dan bersifat formal. waktu yaitu sitangngaharian,
Teknik penyajian hasil analisis data dalam betangngaharian, baharian, sari, seari-
penelitian ini menggunakan teknik penyajian arian, bebullan-bullan, belikkoran,
informal. Teknik penyajian informal adalah kesiangan, kemalaman, kedaluan, issoknye,
hasil analisis disajikan dengan cara betaon, betaon-taon, menaon, keawallan,
mendeskripsikan data dalam bentuk kata-kata lama’ng, selama’, dan kelama’an, sedangkan
atau kalimat biasa. Hasil analisis data dalam istilah penunjuk waktu dan tempat yang
penelitian ini akan berwujud penjelasan yang berbentuk afiksasi berjumlah 6 istilah yaitu
berkaitan dengan bentuk, arti leksikal, arti sinyampingngan, sinakattan, sinyaohhan,
kultural, dan fungsi semantis peristilahan sinantangngan, singaccongngan, dan
penunjuk waktu dan tempat dalam BMDS. simarrangngan, dan istilah yang berbentuk
Penjelasan akan berbentuk uraian kalimat frasa berjumlah 39 yang terdiri dari 37
dan dipaparkan secara rinci. peristilahan penunjuk waktu yaitu gek dolo’,
gek marek, pungkak ari, pajar kissip, pajar
HASIL PENELITIAN DAN siddik, tarrang tanah, pagi ari, tinggi ari,
PEMBAHASAN tangngah ari, tangngah ari caggat,
Hasil Penelitian sitangngah ari tannat, sarap bahari, semari
dolo’, millang ari, belumba’ ari, ari itto’,
sari bullan, timbol bullan, belumba’ bullan, pajar siddik, subboh, subboh-subboh,
mateari naik, mateari turun, dah bawah tarrang tanah, pagi ari, pagi-pagi, tinggi ari,
mateari, lappas bakde, malam kallak, malam tangngah ari, tangngah ari caggat,
itto’, malam issok, malam lussa’, malam sitangngah ari tannat, sitangngaharian,
tullat, malam jannun, tangngah malam, betangngaharian, bahari, baharian, sarap
tangngah malam butta’, malam issoknye, bahari, sari, seari-arian, semari-semari,
issokng agek, kinni to’, saddang lama’nye, semari dolo’, beari-arian, millang ari,
taon kaccik, dan taon bassar, sedangkan belumba’ ari, sari bullan, timbol bullan,
peristilahan tempat yang berbentuk frasa belumba’ bullan, likkor, belikkoran, mateari
berjumlah 2, yaitu kere’ kanan dan naik, mateari turun dah bawah mateari,
rencong pissang. lappas bakde, siang, kesiangan, siang-siang,
Arti yang terdapat di dalam peristilahan malam, malam-malam, sarap malam, malam
penunjuk waktu dan tempat dalam BMDS tullat, malam jannun, tangngah malam,
adalah arti leksikal dan arti kultural. Menurut tangngah malam butta’, bemalam-malaman,
Subroto (2011: 31) arti leksikal adalah arti dalu, kedaluan, issok-issok, kallak-kallak,
kata sebagai satuan bahasa yang bersifat tullat, jannun, ka’ang, duddi, duddi-duddi,
stabil seperti yang terdapat di dalam kamus menaon, sijurrus, awal, keawallan, taon
bahasa. Arti leksikal ini terdapat dalam kaccik, taon bassar, ye, iye, siye, to’, itto’,
istilah penunjuk watu dan tempat dalam sitto’, nun, innun, sinnun, yo, njo, kitte, kere’
BMDS yang berbentuk monomorfemis, kanan, sinyampingngan, sinakattan,
polimorfemis, dan frasa. Berdasarkan hasil sinyaohhan, sinantangngan,
analisis yang telah dilakukan, terdapat 67 singaccongngan, simarangngan, rencong
istilah yang mengandung arti leksikal yaitu pissang, antau, antol, dan tumpok.
dolo’, gek dolo’, jamman, munsem, pungkak Selain itu, peristilahan penunjuk waktu
ari, pajar, pajar kissip, pajar siddik, subboh, dan tempat dalam BMDS juga memiliki
subboh-subboh, tarrang tanah, pagi ari, fungsi semantis. Fungsi semantis adalah
pagi-pagi, tinggi ari, tangngah ari, tangngah suatu struktur kalimat dengan unsur lainnya
ari caggat, bahari, sari, seari-arian, semari, berubah bentuk bahasa yang tergolong ke
semari-semari, semari dolo’, beari-ari, dalam kategori tertentu yang mempunyai
beari-arian, millang ari, ari itto’, bebullan- peran tertentu dalam kalimat (Kridalaksana,
bullan, sari bullan, likkor, siang, kesiangan, 2008: 68). Berdasarkan hasil penelitian,
siang-siang, siang malam, malam, peristilahan penunjuk waktu dan tempat yang
kemalaman, malam-malam, malam kallak, memiliki fungsi semantis berjumlah 118
malam itto’, malam issok, malam lussa’, yang terdiri dari 95 istilah penunjuk waktu
tangngah malam, bemalam-malam, yaitu dolo’, gek dolo’, gek marek, jamman,
bemalam-malaman, malam issoknye, munsem, pungkak ari, pajar, pajar kissip,
semalam, dalu, issok, issok-issok, issoknye, pajar siddik, subboh, subboh-subboh,
issokng agek, tade’, kallak, kallak-kallak, tarrang tanah, pagi ari, pagi-pagi, tinggi ari,
lussa’, betaon, betaon-taon, menaon, kinni tangngah ari, tangngah ari caggat,
to’, awal, keawallan, lama’, lama’ng, sitangngah ari tannat, sitangngaharian,
selama’, lama’-lama’, kelama’an, kelama’- betangngaharian, bahari, baharian, sarap
lama’an, saddang lama’nye, bejam-jam, ye, bahari, sari, seari-arian, semari, semari-
iye, siye, to’, itto’, sitto’, nun, innun, sinnun, semari, semari dolo’, beari-ari, beari-arian,
dan kere’ kanan. Istilah penunjuk waktu dan millang ari, belumba’ ari, ari itto’, bebullan-
tempat juga memiliki arti kultural. Subroto bullan, sari bullan, timbol bullan, belumba’
(2011: 36) mengemukakan bahwa arti bullan, likkor, belikkoran, mateari naik,
kultural adalah arti yang diciptakan mateari turun dah bawah mateari, lappas
berdasarkan aspek budaya masyarakat bakde, siang, kesiangan, siang-siang, siang
tertentu dan tidak dapat diterjemahkan ke malam, malam, kemalaman, malam-malam,
dalam bahasa lain. Berdasarkan hasil analisis, sarap malam, malam kallak, malam itto’,
peristilahan penunjuk waktu dan tempat yang malam issok, malam lussa’, malam tullat,
memiliki arti kultural berjumlah 88 yaitu malam jannun, tangngah malam, tangngah
dolo’, gek dolo’, gek marek, jamman, malam butta’, bemalam-malam, bemalam-
munsem, pungkak ari, pajar, pajar kissip, malaman, malam issoknye, semalam, dalu,
kedaluan, issok, issok-issok, issoknye, dekat sesuatu yang dijadikan simbol untuk
issokng agek, tade’, kallak, kallak-kallak, menjadi patokan dalam mengetahui letak
lussa’, tullat, jannun, ka’ang, duddi, duddi- benda tersebut. Penggunaan istilah antol
duddi, betaon, betaon-taon, menaon, kinni adalah untuk menunjukkan sesuatu yang
to’, sijurrus, awal, keawallan, lama’, letaknya jauh. Penggunaan istilah antol tidak
lama’ng, selama’, lama’-lama’, kelama’an, hanya digunakan untuk menunjukkan letak
kelama’-lama’an, saddang lama’nye, taon bangunan saja, tetapi juga bisa menunjukkan
kaccik, taon bassar, dan bejam-jam, letak benda lain. Istilah antol memiliki fungsi
sedangkan penunjuk tempat berjumlah 23 keterangan tempat di dalam kalimat.
istilah yaitu ye, iye, siye, to’, itto’, sitto’, Sari adalah istilah penunjuk waktu yang
nun, innun, sinnun, njo, yo, kitte, kere’ berbentuk polimorfemis yang mengalami
kanan, sinyampingngan, sinakattan, afiksasi berupa prefiks dan berkategori
sinyaohhan, sinantangngan, nomina (n). Sari artinya sehari atau waktu
singaccongngan, simarrangngan, rencong mulai dari terbitnya hingga terbenamnya
pissang, antau, antol, dan tumpok. matahari. Masyarakat Melayu Sambas
Data yang diperoleh kemudian dianalisis memaknai istilah sari sebagai waktu
berdasarkan bentuk istilah yang berupa sepanjang hari yaitu dari pukul 06.00–18.00
monomorfemis, polimorfemis yang meliputi p.m. Istilah sari sama dengan seharian yang
afiksasi dan reduplikasi, serta frasa yang memiliki arti sepanjang hari. Istilah tersebut
meliputi frasa endosentrik dan eksosentrik. merupakan istilah untuk menunjukkan
Selain itu, data tersebut juga dianalisis waktu ketika melakukan pekerjaan. Akan
berdasarkan pemaknaannya yang meliputi tetapi ada jedanya yaitu waktu untuk
arti leksikal dan arti kultural dan fungsi istirahat. Sari merupakan satuan waktu
semantis yang terdapat dalam peristilahan dalam melakukan aktivitas.
penunjuk waktu dan tempat dalam BMDS. Singaccongngan adalah istilah penunjuk
Adapun penjabarannya adalah sebagai tempat yang berbentuk polimorfemis yang
berikut. mengalami afiksasi berupa konfiks dan
Likkor adalah istilah penunjuk waktu berkategori pronomina (pron).
yang berbentuk monomorfemis yang Singaccongngan artinya saling berhadapan.
berkategori nomina (n). Likkor artinya likur Masyarakat Melayu Sambas memaknainya
atau sebutan bilangan antara 20 dan 30 dalam sebagai istilah untuk menunjukkan objek
hitungan waktu. Masyarakat Melayu Sambas yang letaknya berhadapan arahnya. Istilah
memaknai likkor sebagai waktu yang tersebut bisa digunakan pada benda mati
memasuki hari ke 20 dalam bulan arab. Jika maupun benda hidup jika memang
memasuki hari ke 21 dalam bulan arab, maka posisinya saling berhadapan. Istilah
disebut selikkor, jika memasuki 22, maka singaccongngan biasanya bisa dilakukan
disebut dua’ likkor, dan seterusnya. Pada saat oleh dua orang atau lebih. Istilah tersebut
dua’ likkor cahaya bulan sudah berkurang digunakan untuk memusatkan perhatian
setengah dari ukuran bulat sempurna. Hal itu sekelompok kecil orang agar mudah
menandakan bahwa dalam hitungan bulan diarahkan. Istilah tersebut menduduki
tersebut, tersisa satu minggu atau 8 hari. Jika fungsi keterangan tempat dalam kalimat.
sudah mencapai 30 hari dalam hitungan Duddi-duddi adalah istilah penunjuk
bulan arab maka disebut gannap tigge pulloh. waktu yang berbentuk polimorfemis yang
Tetapi jika dalam bulan tersebut hanya mengalami reduplikasi dan berkategori
terdapat 29 hari, dan hari ketiga puluh masuk nomina (n). Duddi-duddi artinya lain kali.
ke bulan selanjutnya maka disebut tigge Masyarakat Melayu Sambas memaknai
pulloh sari bullan. Istilah likkor memiliki istilah duddi-duddi sebagai waktu lain kali
fungsi keterangan waktu di dalam kalimat. jika ada kesempatan. Lain kali dalam hal
Antol adalah istilah penunjuk tempat ini adalah jika ada waktu luang. Jika tidak
yang berbentuk monomorfemis yang ada, maka tidak perlu dipaksakan. Biasanya
berkategori pronomina (pron). Antol artinya istilah tersebut digunakan ketika menolak
di dekat sesuatu. Masyarakat Melayu janji secara halus. Istilah duddi-duddi
Sambas memaknai antol sebagai istilah untuk menduduki fungsi keterangan waktu dalam
menunjukkan tempat yang letaknya di kalimat.
Tangngah ari caggat adalah istilah berkategori nomina (n). Tinggi ari artinya
matahari sudah tinggi posisinya. Masyarakat
penunjuk waktu yang berbentuk frasa Melayu Sambas memaknai istilah tinggi ari
endosentrik berkategori nomina (n). sebagai waktu sekitar pukul 09.00–11.00
Tangngah ari caggat artinya tengah hari a.m. Waktu tersebut ditandai denga
tepat. Masyarakat Melayu Sambas memaknai keberadaan posisi matahari yang letaknya
istilah tersebut sebagai istilah yang sudah tinggi di langit. Jika diukur dari
digunakan untuk menunjukkan waktu tengah bayang kita, maka jarak bayang kita dengan
hari yaitu tepat pada pukul 12.00. Dalam tubuh kita itu sedepa. Istilah tersebut
waktu tersebutlah waktu Zuhur. Istilah itu biasanya digunakan untuk mengingatkan
dicirikan dengan posisi matahari tepat berada masyarakat yang melakukan aktivitas dari
di atas kepala jika berdiri di luar rumah yang pagi untuk segera mengakhiri aktivitasnya.
lapang. Pada saat itu, anak-anak maupun Misalnya ketika sedang melakukan pekerjaan
orang dewasa dilarang untuk melakukan di sawah, di rumah, dan sebagainya. Jika ada
aktivitas apapun di luar rumah. Karena itu yang baru berhenti melakukan aktivitasnya
adalah waktu yang tepat untuk istirahat. pukul 10.30–11.00 a.m. maka masyarakat
Jika ada yang melakukan aktivitas atau akan menyebutnya ketinggian ari. Jika itu
pekerjaan di luar rumah diperkirakan akan dilakukan oleh yang bekerja untuk dirinya
mendapat na’as. Masyarakat Melayu Sambas maka disebut kancang, tetapi jika hal itu
mempercayai bahwa pada waktu tersebut jin dilakukan oleh orang yang bekerja untuk
berkeliaran dan sering menegur orang-orang orang lain maka disebut maddak. Istilah
yang masih melakukan aktivitas, misalnya tersebut menduduki fungsi keterangan waktu
seperti memanggil, menangis, di dalam kalimat.
menyembunyikan peralatan kerja,
menyembunyikan anak-anak, menampakkan SIMPULAN DAN SARAN
diri, menyentil, memukul, dan sebagainya. Simpulan
Apabila bayang kita sudah bergeser sedikit, Penelitian ini berhasil menghimpun data
maka sebutannya sudah lain yaitu mateari peristilahan penunjuk waktu dan tempat
begelek. Bearti kita sudah boleh bersiap-siap sebanyak 118 data. Dari hasil analisis yang
untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan telah dilakukan, peristilahan penunjuk waktu
lainnya. Jika bayang kita berada sedepa dari dan tempat dalam penelitian ini terdiri dari
kita pada waktu itu, berarti itu sudah pukul tiga bentuk yaitu kata yang berupa
13.00 p.m. Istilah tangngah ari caggat monomorfemis dan polimorfemis serta frasa.
menduduki fungsi keterangan waktu dalam Peristilahan yang berbentuk monomorfemis
kalimat. berjumlah 38 istilah. Satuan lingual yang
Kere’ kanan adalah istilah penunjuk berbentuk polimorfemis berupa afiksasi yang
tempat yang berbentuk frasa endosentrik dan berjumlah 24 istilah dan reduplikasi berjumlah
berkategori pronomina (pron). Kere’ kanan 17 istilah. Satuan lingual yang berbentuk frasa
artinya kiri kanan. Masyarakat Melayu berjumlah 39 istilah. Istilah yang memiliki arti
Sambas memaknainya sebagai istilah untuk leksikal berjumlah 79 istilah dan yang
menunjukkan tempat yang letaknya berada di memiliki makna kultural berjumlah 88 istilah
sisi kiri dan kanan si pembicara atau yang dan data yang memiliki fungsi semantis
menjadi objek pembicaraan. Istilah tersebut berjumlah 118.
pada dasarnya mengandung makna letak
objek yang berada di samping objek pusat. Saran
Jika yang dibicarakan rumah, maka yang Berdasarkan hasil penelitian yang
dimaksud dengan istilah kere’ kanan adalah dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah
tetangganya. Jika yang dibicarakan oleh pertama, kajian peristilahan dalam penunjuk
adalah benda hidup maka referen kata kere’ waktu dan tempat dalam Bahasa Melayu
kanan berbeda bergantung tempat objek Sambas merupakan kajian yang sangat
pusat berada. Istilah tersebut memiliki fungsi menarik dan kaya analisis. Peneliti
sebagai keterangan tempat dalam kalimat. mengharapkan penelitian selanjutnya dapat
Tinggi ari adalah istilah penunjuk waktu meneliti dalam bidang kebudayaan yang lain
yang berbentuk frasa eksosentrik dan agar penelitian kebudayaan yang berkaitan
dengan linguistik dapat semakin banyak; kepada siswa-siswa yang ada di Kabupaten
kedua, penelitian ini terbatas hanya dalam Sambas.
hal bentuk istilah, arti leksikal, arti kultural, DAFTAR RUJUKAN
dan fungsi semantis, maka penulis Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum.
menyarankan kepada peneliti selanjutnya Jakarta: PT Rineka Cipta
untuk meneliti dengan kajian yang Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus
berbeda seperti kajian morfologi misalnya Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT
morfofonoemis. Selain itu, kajian yang Gramedia Pustaka Utama.
berbeda juga bisa dilakukan dengan Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa:
menggunakan pendekatan ekolinguistik guna Tahapan Strategi, Metode, dan
melengkapi penelitian ini; ketiga, Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo
Masyarakat Melayu Sambas harus menjaga Persada.
dan melestarikan khazanah masyarakat Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian
Melayu Sambas yang berupa peristilahan Kualitatif. Bandung: Anggota Ikapi.
penunjuk waktu dan tempat yang ada di Muhammad. 2014. Metode Penelitian
Sambas, Kalimantan Barat; keempat, Bahasa. Yogyakarta: AR Ruzz Media.
penelitian ini harus menjadi dokumentasi Samsuri. 1987. Analisis Bahasa Memahami
kekayaan budaya Melayu Sambas dengan Bahasa secara Alamiah. Jakarta:
menerbitkan hasil penelitian ini dalam bentuk Erlangga.
buku; kelima, penelitian ini dapat Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik.
digunakan sebagai bahan ajar dalam Medan: Penerbit Poda.
mengajarkan istilah-istilah penunjuk waktu Subroto, Edi. 2011. Pengantar Studi
dan tempat dengan cara memberikan Semantik dan Pragmatik. Surakarta:
contoh-contoh istilah dalam menyebutkan Cakrawala Media.
waktu pagi, siang, malam, dan sebagainya. Sudaryanto. 1985. Linguistik Esai tentang
Istilah-istilah tersebut diajarkan khususnya Bahasa dan Pengantar ke dalam
Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai