Anda di halaman 1dari 8

HARAPANKU

Farah Azhar Yudhi,biasa dipanggil Farah. Seorang gadis yang manis dan baik
hati. Anak tunggal dari pasangan Bapak Adhyra Yudhi dan ibu Rahayu Suhaima.
Farah lahir dari keluarga yang mapan, dimana semua kebutuhan dan
keinginannya terpenuhi. Namun dibalik itu semua, Farah selalu merasa kesepian,
karena ia tak memiliki saudara. Berikut drama kami, selamat menyaksikan.
Adegan 1

Pagi ini jam sudah menunjukan pukul 05.00 pagi.


Suster Ilmi : “Kak…kak…Kakak… Bangun, udah jam 5 pagi loh. Nanti kesiangan”
(teriak suster Ilmi dari dapur).
Sedari tadi suster memanggil nama Farah. Tapi, tidak ada jawaban dari
Farah. Akhirnya suster pun pergi ke kamar Farah. Tak lama ia sampai di depan
pintu kamar Farah dan segera membukanya.
Suster Ilmi : “Eh ternyata kakak sudah bangun.” (Ucapannya tak dipedulikan
oleh Farah).
Suster Ilmi : “Ngomong – ngomong, ada apa nih ? Kok melamun saja, sampai
suster ngomong pun sama sekali tidak dipedulikan.” (Menyadarkan
Farah dari lamunannya).
Farah : “Eh suster. Kok ada disini ? Kapan masuknya ?” (Sambil
menyenderkan kepala di samping tempat tidur).
Suster Ilmi : “Mmm… Asik banget ya ngelamunnya! Sampe – sampe suster
datang pun ngga tau” (Sambil mencolek hidung Farah).
Farah : (Mengusap hidungnya) “Farah engga ngelamun kok sus!”
Suster Ilmi : “Masa.. Jangan boong. Suster liat sendiri kok. Buktinya suster
masuk kakak engga sadar. Emang kakak lagi mikirin apa sih,
sampai ngelamun kaya gitu ?”
Farah : (Menghela nafas dalam – dalam layaknya seseorang yang memiliki
banyak masalah) “Jadi gini sus. Farah kan hari ini mau pentas
nyanyi . Farah pengen banget Ayah sama Ibu hadir di acara pentas
itu, tapi Farah ngga yakin kalau mereka dateng sus”.
Suster Ilmi : “Oohh… Jadi itu yang bikin kakak ngelamun. Menurut suster nih ya
kak. Kakak coba aja dulu undang Ayah sama Ibu untuk hadir.
Siapa tau kali ini mereka bisa hadir. Tapi, kakak ngga boleh terlalu
berharap kalau mereka akan datang”.
Farah : “Tapi sus, gimana kalau Ayah sama Ibu langsung bilang ngga bisa
kaya waktu itu, atau mereka akan janji lalu mengingkarinya kaya
sebelum – belumnya”.
Suster Ilmi : “Loh kakak kok jadi pesimis. Kan belum dicoba, masalah dateng
ngganya kan masalah belakangan kok. Yang penting kakak jangan
terlalu berharap. Tau sendiri kan Ayah sama Ibu tuh sibuk. Itu
pun buat kakak juga kan!” (Membelai – belai rambut Farah).
Farah : “Bukannya kakak pesimis sus. Tapi suster tau sendiri kan, Ayah
sama Ibu Cuma janji doang mau hadir. Tapi nyatanya mereka
ngga hadir. Kan kakak jadi kecewa sus”.
Suster Ilmi : “Hmm… Daripada bahas itu lagi ! Mending kakak mandi, udah jam
setengah 6. Nanti kesiangan, terus habis itu sarapan dan coba
deh bilang ke Ayah sama Ibu buat hadir” (sambil menarik tangan
Farah hingga membuatnya berdiri).
Farah : “Tapi sus….” (Ucapan Farah terhenti melihat Suster Ilmi
meninggalkannya).
Suster Ilmi : “Ya udah… Terserah kakak kalau ngga mau dengerin saran suster”
(Sambil membuka pintu kamar Farah).

Adegan 2
Di ruang makan, Farah, Ayah Farah, dan Ibu Farah.
Ibu Farah : “Pagi sayang” (sambil mengelus pipi Farah).
Farah : “Pagi juga Ayah, Ibu” (Tersenyum canggung).
Ayah Farah : “Bagaimana sekolah kamu nak ?” (Sambil mengambil sehelai roti).
Seketika Farah terdiam dan dalam hatinya berkata : Hah, tumben banget
Ayah tanya tentang sekolahku, engga biasanya Ayah kaya gini. Apa aku lagi
mimpi ya ?
Ayah Farah : “Farah… Kok diem nak. Ayah kan lagi tanya sama kamu”.
Farah : “Heuh, eh iya maaf. Sekolah Farah baik – baik saja kok yah, masih
berdiri tegak, ngga ada yang roboh. Cuma catnya sedikit pudar”.
Ayah Farah : (Menggaruk alisnya yang tak gatal) “Aduh nak… Maksud Ayah itu
kondisi belajar kamu di sekolah. Bukan kondisi sekolahan kamu”.
Farah : “Itu bukan sekolahan aku yah. Aku cuma numpang belajar dan
menuntut ilmu aja di sekolah itu” (Senyum bahagia).
Ayah Farah : “Ah kamu nak. Bisa aja” (Tertawa kecil).
Ayah Farah : “Jadi gimana kondisi belajar kamu di sekolah tumpanganmu itu ?”
Farah : “Hehe… Ngga ada masalah kok yah. Cuma nilai Farah aja yang
sedikit menurun. Tapi, tenang aja Farah akan ngembaliin nilai
Farah seperti semula kok yah” (Tersenyum lebar).
Ibu Farah : “Harus dong. Pokoknya kamu harus mengembalikan nilai seperti
semula. Biar Ayah sama Ibu makin bangga sama kamu” (Sambil
mencolek hidung Farah).
Farah : “Pastinya dong bu” (Dengan senyum semangat 45).
Ayah Farah : “Ayo bu kita berangkat, udah siang. Nanti keburu macet”
(Mengambil tas kerjanya di kursi meja makan).
Ibu Farah : (Bangun dari duduknya) “Farah, nak. Kamu sama suster ya, Ibu
berangkat kerja dulu. Jangan lupa kalau minta apa – apa lewat
suster Ilmi ya. Uangnya udah ada di suster”.
Farah : “Bu….!” (Sambil menarik tangan Ibunya).
Ibu Farah : “Iya nak ada apa ?”
Farah : “Bu, Farah mohon sama ibu. Kali ini ibu dateng ke acara pentas
seni sekolah Farah nanti siang”.
Ibu Farah : “Iya nak, Ibu akan datang” (Sambil mengelus tangan Farah).
Farah : “Ibu harus menepati janji Ibu. Ini untuk terakhir kalinya Farah ikut
pentas seni bu, dan Farah ingin Ibu lihat penampilan Farah”.
Ibu Farah : “Iya nak, kalau pekerjaan Ibu udah selesai. Ibu pasti akan datang”.
Farah : “Apakah pekerjaan lebih penting daripada melihat anakmu ini
menampilkan bakatnya bu ?”
Ibu Farah : (Mengusap air mata di pipi Farah) “Nak dengarkan ibu. Ayah dan
Ibu bekerja setiap hari itu untuk siapa ? Ya untuk kamu nak.
Untuk Farah satu – satunya anak ibu. Jadi, kamu sangat penting
untuk ibu. Kalau kamu ngga penting buat ibu, buat apa ibu bayar
suster Ilmi buat ngerawat kamu ?”
Farah : “Tapi bu…” (Ucapannya terpotong).
Ibu Farah : “Sudah nak, sekarang sudah siang. Ibu harus berangkat kerja dulu.
Sus, tolong jaga Farah ya. Saya berangkat dulu” (Sambil mengelus
halus rambut Farah).
Ibu Farah : “Ibu sayang Farah” (Lanjutnya sebelum melangkahkan kakinya
keluar rumah).
Farah : “Ibu boong. Ibu ngga sayang sama Farah. Ibu harus tau, bukan
harta yang Farah inginkan. Tapi waktu bersama Ayah dan Ibu”
Suster Ilmi : “Sudah kak. Jangan menangis, kan kakak mau pentas. Nanti
penampilannya jadi jelek kalau nangis” (Mengusap air mata
Farah dan mengelus punggung Farah).
Tak lama, mobil Ayah Farah pun meninggalkan pekarangan rumah mereka.
Akhirnya, Farah dan Suster Ilmi pun segera bersiap – siap untuk pergi ke sekolah
Farah setelah Farah tenang.

Adegan 3
Setibanya diruang pentas, ternyata sudah banyak orang yang mengisi
ruang tersebut. Suster Ilmi pun segera mencari bangku yang kosong. Tidak
dengan farah, ia langsung pergi ke belakang panggung dan bersiap – siap.
Sahabat Farah : “Hai Farah”
Farah : “Hai… Tumben kalian udah dateng. Biasanya ngaret” (Sindirnya
dengan senyum).
Syifa : “Huh kamu ini. Kami telat salah, cepet salah. Jadi kita harus
gimana ?” (Dengan lebaynya).
Adel : “Tau ah terserah kamu aja Sif mau bilang apa” (Tertawa geli).
Fattah : “Iya Farah nih. Kita tuh kan mau liat sahabat kita yang cantik ini
mempersembahkan lagu romatis” (Sambil menggoda Farah).
Rino : “Nah bener tuh kata Fattah rah. Kita mau liat penampilan kamu”.
Adel : “Bukannya kalian juga tampil ya ?”
Rino dan Fattah : “Ah kamu ini del, ngga bisa ngerti kalau kita lagi goda Farrah.
Ngga asik”
Farah : “Apaan sih ! Percuma nyanyi romantis kalau Ayah sama Ibu ngga
dateng”
Rino : “Kayanya kita salah ngomong deh fat” (Sambil bertanya pada
Fattah).
Fattah : “ Iya deh,No”
Rino : “ Aduh, maaf deh Farah. Aku ngga bermaksud bikin kau
tersinggung” (Dengan nada menyesal).
Fattah : “ Iya rah, maaf ya. Kita ngga bermaksud bikin kamu tersinggung
kok”
Farah : “ Iya ngga apa-apa” ( Sambil meninggalkan mereka berempat)
Syifah : “ kamu si Rin,Ta. Asal ngomong aja, ngga ngertiin perasaan
Farah”
Rino : “ apaansih kamu syif. Kok jadi kita yang disalahin”
Adel : emang kalian salah.ngga ngertiin perasaan Farah”
Fattah : “ Duh… kok hari ini dia sensitif banget ya Rin. Biasanya juga santai
aja kalo kita bercanda kaya gitu” ( dengan perasaan yang
binggung )
Rino : “ ngga tahu Fat. Lagi banyak masalah kali, atau lagi rindu sama
Ayah dan Ibunya”
Fattah : “ kayanya iya deh”
Syifah : “ udalah ngga usah rebut, mending kita kejar aja. Terus minta
maaf”
Adel : “ kok jadi kita. Mereka aja berdua, kan mereka yang nyinggung
Farah.’’
Syifah : “Yaudah kalo ngga mau, tunggu disini ajah.” (sambil menarik
tangan rino dan Fattah).
Adel : “Eh eh, aku ikut deh.” (mengejar Fattah dan syifah)

Adegan 4
Sedikit tergesa-gesa, farah berlari melintasi halaman rumahnya dengan
wajah yang sangat gembira. Sepertinya ia sudah tidak sabar lagi menunjukkan
piala itu pada ayah dan ibunya.
Farah : “Ayah…Ibu… Farah pulang” (Berteriak dan sambil membuka pintu)
farah pun bingung mengapa banyak sekali orang yang mengelilingi ibunya.
Farah : (mendekati ibunya) “Ibu…ibu… ibu kenapa menangis?” ( sambil
mencoba menyentuh tubuh ibunya namun tak bisa juga).
Farah : (pergi ke ayahnya) “Ayah…ayah ayah kenapa? Ini Farah yah.”
(sambil mencoba menyentuh tubuh ayahnya namun tak bisa juga).
Farah : “Ayah, Ibu… ini Farah, Farah bawa piala buat ayah dan ibu.
Farah bisa yah, bu.” (Bercucuran air mata).
Farah : “Sus… suster kenapa ayah dan ibu ngga mau dengerin farah.
Kenapa sus? Suster juga diem aja sama Farah.” (tangisnya
dengan khawatir).
Ibu farah : “ Farah… farah anakku bangun nak. Ayah dan ibu akan
meluangkan waktu untukmu. Sekarang kamu bangun nak.” (isak
ibu farah kemudian memeluk wanita itu).
Farah : (mendekati ibunya dengan penuh rasa penasaran dan
terkejut). “ ibu… apa yang terjadi denganku, apa yang terjadi?
Petugas medis : “ Tuan.. Kami sudah berusaha, tapi penggumpalan darah
di selaput otaknya sangat parah, maafkan kami. Anak tuan sudah
tiada “
Ayah Farah : ( Memeluk erat tubuh Farah ) “ Farah….Nak bangun”

Adegan 5
Beberapa jam yang lalu
Ibu Rina : “ Selanjutnya inilah yang kita tunggu-tunggu,penampilan sang
maestro kita Ffarah Azhar Yudhi, dengan lagu
Farah : “ Baru kali ini aku gemeteran Syif,Del “
Syifa : (menarik tangan Farah) “ semangat ya Rah.ada kita dan suster ilmi
yang setia nonton kamu nyanyi.berikan penampilan yang terbaik
untuk kami ya Rah “.
Adel : “ Semangat Farah.Jangan cemberut,nanti jelek penampilannya “
(sambil mengelus bahu Farah).
Farah : “ Makasih ya” (sambil melangkah kakinya menuju panggung “
Farah : (dalam hati berkata) “ Ayah dan Ibu mengingkari janjinya
lagi.Terima kasih sudah mengecewakan anakmu untuk yang
sekian kalinya “.
Ibu Rina : “Farah……Ayo silakan dimulai “
Farah : “Baik bu “
Beberapa menit kemudian
Ibu Rina : “ Beri tepukan meriah yang meriah untuk Farah.”
Farah : (Senyum bahagia) “ Terima kasih.”
Ibu Rina : “ Ibu bangga denganmu Farah. Siapa yang mengajarkanmu
bernyanyi? Ayah atau ibumu?.”
Farah : (Diam, kemudian menghela nafas dalam-dalam) “ Bukan mereka tapi
dia bu.” (Menunjuk kearah suster ilmi)
Ibu Rina : “ Suster Ilmi, maksud kamu?.”
Farah : “ Iya bu.”
Ibu Rina : “ Oke baiklah. Terima kasih Farah,maaf jika membuat tak enak hati “
Farah : “ Iya ngga apa-apa bu. “ (sambil melangkahkan kaki turun dari
panggung ).
Ibu Rina : “ Oke, kita lanjutkan . acara selanjutnya…….” (ucapanya terpotong)
Ibu Rina : ( meminggirkan piala berkotak kaca yang menimpa kepala Farah ) “
Rino,Fattah tolong bantu ibu ya. Angkat Farah, biar ibu menelpon
ambulan dulu “

Tak lama ambulan datang dan membawa Farah kerumah sakit terdekat .
Diikuti oleh suster Ilmi dan keempat sahabatnya.

Anda mungkin juga menyukai