Anda di halaman 1dari 4

Nama: Rifki Hizbullah Akbar

NPM: 130212200011

Tanggal: 10 Oktober 2020

Bedah Sistem Respirasi

Oleh: Prof. Dr. Bambang Sektiari L., DEA., drh.

- Obstruksi = Stenosis planum nasalis, granulasi, tumor dan polip, deformasi palatum, CA,
Scare (Trauma atau inflamasi abnormal)
- Restrictive disorder = Sangat terbatas
1. Fibrosis Pulmoner
2. Kompresi Pulmoner
3. Pneumonia, edema pulmonum, contusion, trauma, pleural effusion, dll
- Evaluasi Pasien
1. Inspeksi terutama tipe respirasi
 Pelan dan Dalam -> Obstructive diseases
 Obstruksi URT -> effort inspirasi
 Obstruksi LRT -> effort ekspirasi
 Cepat dan dangkal -> Restrictive disorder
2. Auskultasi
 Peningkatan atau penurunan volume
 Abnormalitas: Crackles (Rales), wheezes (Ranchi), Stridor
3. Perkusi
4. Radiografi, analisis gas darah, endoskopi
- Bedah Sistem Respirasi
1. Brachycephalic Syndrome (posisi ventral recumbency)
 Stenosis planum nasalis
 Palatum mole terlalu panjang
 Surgical approach
 1. Memposisikan hewan dengan ssternal recumbency
 2. Pemasangan encotracheal tube
 3. Mengukur panjang fungsional ideal dari palatum molle
 4. Potong bagian palatum mole yang diinginkan lalu luka eksisi dijahit dengan
benang jahit rapid absorbable
 5. Control respirasi minimal 24 jam
2. Paralisis Larynx
 GK: Obstruksi traktus respiratorius (Stridor, dyspnea, exercise intolerance,
collapse, cyanosis, hyperthermia)
 Terapi: Ventriculocordectomy, laryngectomy partial, castellated laryngofisure
(Sulit dilakukan), lateralisasi arytenoid (Lebih mudah dilakukan dan jarang terjadi
aspirasi pasca osperasi)
 Lateralisasi arytaenoideus
1. Posisi hewan lateral recumbency
2. Insisi kulit dan subkutan caudal ramus mandibularis dan ventral dari v.
jugularis
3. Eksposisi larynx: dengan preparasi dan memisahkan m. Sternohyoideus dan m.
sternocephalicus
4. Insisi m.
- Tracheotomi
 Indikasi: Obstruksi URT yang mengancam kelangsungan hidup
 Surgical Approach
1. Syringe yang berisi salin beserta needle digunakan untuk menentukan lokasi
trachea
2. Needle yang ditusukkan intraluminal trachea akan terisi gelembung udara jika
diaspirasi
3. Insisi pada ventral midline
4. Untuk melebarkan lubang trachea terbentuk dapat digunakan hemostat
5. Membuat stay suture untuk fikassi ring ke lima
6. Jika system respirasi sudah normal maka intubasi dilepas dan trachea
dibersihkan terhadap cairan/ debris
7. Suture dilakukan pada area insisi dengan 4 atau 5 jahitan terputus dengan
benang absorbable
 Transversal tracheotomy: Untuk intubasi kurang dari 6 jam
- Regio thorax
- Thoracocentesis
1. Indikasi:
- Terapi dengan pengambilan cairan maupun udara dari rongga pleura pada kasus
pneumothorax. Pyothorax, dan hemothorax
- Tujuan diagnosis (Bakteriologis maupun cytologis
2. Peralatan: Butterfly needle, three-way stopcock, syringe
3. Prosedur:
1. Cukur dan sterilkan area aspirasi (space intercostal 7 dan 8)
2. Menghubungkan butterfly needle dengan three-way stopcock dan syringe
3. Menusukkan kulit dengan mendorong needle ke cranial mengarah pada costae
didepannya dengan membentuk sudut 45O
4. Jika needle sudah masuk ke dalam cavum thorax maka akan terasa ringan dan
udara maupun air dapat dengan mudah di aspirasi
5. Prosedur thoracocentesis dapat diulang pada sisi lain dari dinding thorax
- Lobectomi lobus pulmoner
1. Indikasi: Neoplasia, torsio lobus pulmoner, abses, pneumothorax spontan, trauma
berat
2. Surgical Aprroach
1. Gunakan retractor finochietto untuk meretraksi costae
2. Identifikasi lobus yang akan dieksisi dan isolasi dengan menggunakan tampon
basah
3. Jika lobus caudal pulmo yang akan diesksisi, maka ligament pulmonaris dapat
diinsisi utnuk memudahkan isolasi lobus
4. Ligasi pada arteri dan vena pada area eksisi dengen benang monofilament non
absorbable
3. Suture pada penutupan area insisi
1. M Serratus Ventralis
2. M Scalenus
3. M Lattisimus dorsi
4. Subcutan
5. Kulit

Anda mungkin juga menyukai