Krida PPB Prasbhara Karanganyar
Krida PPB Prasbhara Karanganyar
PENGETAHUAN PPB
SAR
Sejarah SAR Nasional
Lahirnya organisasi SAR di Indonesia yang saat ini bernama BASARNAS diawali dengan
adanya penyebutan ?Black Area? bagi suatu negara yang tidak memiliki organisasi SAR.
Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950 Indonesia masuk menjadi anggota
organisasi penerbangan internasional ICAO (International Civil Aviation Organization). Sejak
saat itu Indonesia diharapkan mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran
yang terjadi di Indonesia.
Sebagai konsekwensi logis atas masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO tersebut, maka
pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1955 tentang Penetapan
Dewan Penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis mempunyai tugas pokok
untuk membentuk Badan Gabungan SAR, menentukan pusat-pusat regional serta anggaran
pembiayaan dan materil.
Sebagai negara yang merdeka, tahun 1959 Indonesia menjadi anggota International
Maritime Organization (IMO). Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota ICAO dan IMO
tersebut, tugas dan tanggung jawab SAR semakin mendapat perhatian. Sebagai negara
yang besar dan dengan semangat gotong royong yang tinggi, bangsa Indonesia ingin
mewujudkan harapan dunia international yaitu mampu menangani musibah penerbangan
dan pelayaran.
Dari pengalaman-pengalaman tersebut diatas, maka timbul pemikiran bahwa perlu diadakan
suatu organisasi SAR Nasional yang mengkoordinir segala kegiatan-kegiatan SAR dibawah
satu komando. Untuk mengantisipasi tugas-tugas SAR tersebut, maka pada tahun 1968
ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T.20/I/2-4 mengenai ditetapkannya Tim
SAR Lokal Jakarta yang pembentukannya diserahkan kepada Direktorat Perhubungan
Udara. Tim inilah yang akhirnya menjadi embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia
yang dibentuk kemudian.
Pada tahun 1968 juga, terdapat proyek South East Asia Coordinating Committee on
Transport and Communications, yang mana Indonesia merupakan proyek payung (Umbrella
Project) untuk negara-negara Asia Tenggara. Proyek tersebut ditangani oleh US Coast
Guard (Badan SAR Amerika), guna mendapatkan data yang diperlukan untuk rencana
pengembangan dan penyempurnaan organisasi SAR di Indonesia.
Kesimpulan dari tim tersebut adalah :
Perlu kesepakatan antara departemen-departemen yang memiliki fasilitas dan peralatan;
Harus ada hubungan yang cepat dan tepat antara pusat-pusat koordinasi dengan pusat
fasilitas SAR;
Pengawasan lalu lintas penerbangan dan pelayaran perlu diberi tambahan pendidikan SAR;
Bantuan radio navigasi yang penting diharapkan untuk pelayaran secara terus menerus.
Dalam kegiatan survey tersebut, tim US Coast Guard didampingi pejabat - pejabat sipil dan
militer dari Indonesia, tim dari Indonesia membuat kesimpulan bahwa :
Instansipemerintah baik sipil maupun militer sudah mempunyai unsur yang dapat membantu
kegiatan SAR, namun diperlukan suatu wadah untuk menghimpun unsur-unsur tersebut
dalam suatu sistem SAR yang baik. Instansi-instansi berpotensi tersebut juga sudah
mempunyai perangkat dan jaringan komunikasi yang memadai untuk kegiatan SAR, namun
diperlukan pengaturan pemanfaatan jaringan tersebut.
Personil dari instansi berpotensi SAR pada umumnya belum memiliki kemampuan dan
keterampilan SAR yang khusus, sehingga perlu pembinaan dan latihan.
Peralatan milik instansi berpotensi SAR tersebut bukan untuk keperluan SAR, walaupun
dapat digunakan dalam keadaan darurat, namun diperlukan standardisasi peralatan.
Hasil survey akhirnya dituangkan pada ?Preliminary Recommendation? yang berisi saran-
saran yang perlu ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk mewujudkan suatu organisasi
SAR di Indonesia.
Berdasarkan hasil survey tersebut ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1972
tanggal 28 Februari 1972 tentang pembentukan Badan SAR Indonesia (BASARI). Adapun
susunan organisasi BASARI terdiri dari :
Unsur Pimpinan
Pusat SAR Nasional (Pusarnas)
Pusat-pusat Koordinasi Rescue (PKR)
Sub-sub Koordinasi Rescue (SKR)
Unsur-unsur SAR
Pusarnas merupakan unit Basari yang bertanggungjawab sebagai pelaksana operasional
kegiatan SAR di Indonesia. Walaupun dengan personil dan peralatan yang terbatas,
kegiatan penanganan musibah penerbangan dan pelayaran telah dilaksanakan dengan hasil
yang cukup memuaskan, antara lain Boeing 727-PANAM tahun 1974 di Bali dan operasi
pesawat Twinotter di Sulawesi yang dikenal dengan operasi Tinombala.
Secara perlahan Pusarnas terus berkembang dibawah pimpinan (alm) Marsma S. Dono
Indarto. Dalam rangka pengembangan ini pada tahun 1975 Pusarnas resmi menjadi
anggota NASAR (National Association of SAR) yang bermarkas di Amerika, sehingga
Pusarnas secara resmi telah terlibat dalam kegiatan SAR secara internasional. Tahun
berikutnya Pusarnas turut serta dalam kelompok kerja yang melakukan penelitian tentang
penggunaan satelit untuk kepentingan kemanusiaan (Working Group On Satelitte Aided
SAR) dari International Aeronautical Federation.
Bersamaan dengan pengembangan Pusarnas tersebut, dirintis kerjasama dengan negara-
negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Australia.
Untuk lebih mengefektifkan kegiatan SAR, maka pada tahun 1978 Menteri Perhubungan
selaku kuasa Ketua Basari mengeluarkan Keputusan Nomor 5/K.104/Pb-78 tentang
penunjukkan Kepala Pusarnas sebagai Ketua Basari pada kegiatan operasi SAR di
lapangan. Sedangkan untuk penanganan SAR di daerah dikeluarkan Instruksi Menteri
Perhubungan IM 4/KP/Phb-78 untuk membentuk Satuan Tugas SAR di KKR (Kantor
Koordinasi Rescue).
Untuk efisiensi pelaksanaan tugas SAR di Indonesia, pada tahun 1979 melalui Keputusan
Presiden Nomor 47 tahun 1979, Pusarnas yang semula berada dibawah Basari, dimasukkan
kedalam struktur organisasi Departemen Perhubungan dan namanya diubah menjadi Badan
SAR Nasional (BASARNAS).
Dengan diubahnya Pusarnas menjadi Basarnas, Kepala Pusarnas yang semula esselon II
menjadi Kepala Basarnas esselon I. Demikian juga struktur organisasinya disempurnakan
dan Kabasarnas membawahi 3 pejabat esselon II. Dalam perkembangannya keluar
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 80 tahun 1998 tentang Organisasi Tata Kerja
Basarnas, yang salah satu isinya mengenai pejabat esselon II di Basarnas, yaitu :
Sekretaris Badan;
Kepala Pusat Bina Operasi;
Kepala Pusat Bina Potensi
Basarnas mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian, dan
pengendalian potensi SAR dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang
atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam pelayaran dan/atau
penerbangan, serta memberikan bantuan dalam bencana dan musibah lainnya sesuai
dengan peraturan SAR nasional dan internasional. Secara jelas tugas dan fungsi SAR
adalah penanganan musibah pelayaran dan/atau penerbangan, dan/atau bencana dan/atau
musibah lainnya dalam upaya pencarian dan pertolongan saat terjadinya musibah.
Penanganan terhadap musibah yang dimaksud meliputi 2 hal pokok yaitu pencarian
(search) dan pertolongan (rescue). Dalam melaksanakan tugas penanganan musibah
pelayaran dan penerbangan harus sejalan dengan IMO dan ICAO.
TUGAS, FUNGSI DAN SASARAN BASARNAS
A. TUGAS POKOK
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.43Tahun 2005 Tentang Organisasi dan
tata kerja Departemen Perhubungan, Badan SAR Nasional mempunyai tugas pokok
melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan pengendalian potensi Search and Rescue
(SAR) dalam kegiatan SAR terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan
hilang, atau menghadapi bahaya dalam pelayaran dan atau penerbangan, serta
memberikan bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan musibah lainnya sesuai
dengan peraturan SAR Nasional dan Internasional.
B. FUNGSI
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, Badan SAR Nasional
menyelenggarakan fungsi :
Perumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan potensi SAR dan pembinaan operasi
SAR;
Pelaksanaan program pembinaan potensi SAR dan operasi SAR;
Pelaksanaan tindak awal;
Pemberian bantuan SAR dalam bencana dan musibah lainnya;
Koordinasi dan pengendalian operasi SAR alas potensi SAR yang dimiliki oleh instansi dan
organisasi lain;
Pelaksanaan hubungan dan kerja sama di bidang SAR balk di dalam maupun luar negeri;
Evaluasi pelaksanaan pembinaan potensi SAR dan operasi SAR
Pelaksanaan administrasi di lingkungan Badan SAR Nasional.
C. SASARAN PENGEMBANGAN BASARNAS
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Basarnas, perlu dilaksanakan strategi- strategi
sebagai berikut :
Menjadikan BASARNAS sebagai yang terdepan dalam melaksanakan operasi SAR dalam
musibah pelayaran dan penerbangan, bencana dan musibah lainnya;
Pembentukan Institusi yang dapat menangani pendidikan awal dan pendidikan penataran di
lingkungan BASARNAS
Mengembangkan regulasi yang mampu mengerahkan potensi SAR melalui mekanisme
koordinasi yang dipatuhi oleh semua potensi SAR;
Melaksanakan pembinaan SDM SAR melalui pola pembinaan SDM yang terarah dan
berlanjut agar dapat dibentuk tenaga-tenaga SAR yang profesional.
Melaksanakan pemenuhan sarana/ prasarana dan peralatan SAR secara bertahap agar
dapat menjadikan operasi tindak awal SAR yang mandiri, cepat, tepat, dan handal sesuai
ketentuan nasional dan internasional.
Melaksanakan pendidikan dan pelatihan SAR melalui jenjang pendidikan sesuai dengan
kebutuhan dalam lingkungan BASARNAS.
Penciptaan system sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang
penyelenggaraan operasi SAR
Mengembangkan kerjasama dengan Pemda melalui FKSD, organisasi dan instansi
berpotensi SAR, balk dalam negeri maupun luar negeri dalam rangka pembinaan potensi
SAR.
Sumber : Badan SAR Nasional
http://www.dephub.go.id/SAR/basarnas/sejarah.htm
PERALATAN SAR
Peralatan SAR adalah merupakan bagian penting bagi res cuer ketika melaksanakan
pertolongan terhadap korban musibah dilapangan, sehingga dengan dukungan peralatan
yang memadai akan membantu proses pertolongan dan selanjutnya akan meningkatkan
prosentasi keberhasilan operasi.
Peralatan SAR ini diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu:
1. Peralatan perorangan
Terdiri atas Peralatan pokok perorangan dan Peralatan pendukung perorangan;
2. Peralatan beregu.
Terdiri atas Peralatan pokok beregu dan Peralatan pendukung beregu;
Dengan klasifikasi ini akan memberikan kemudahan dalam memilah ketika melakukan
penyimpanan maupun penyiapan untuk operasi.
Untuk mendukung kegiatan dan operasi SAR, serta dalam rangka mendukung Siaga SAR,
Kantor-kantor SAR telah dilengkapi dengan peralatan SAR, meskipun belum dapat
memenuhi seluruh kebutuhan sesuai persyaratan mengingat keterbatasan anggaran dan
biaya operasional. Peralatan SAR masing-masing Kantor SAR sedikit berbeda jenis maupun
jumlahnya, tergantung lokasi dan kondisi setempat.
PERALATAN KOMUNIKASI
Salah satu komponen pfasilitas SAR yang memegang kunci per
anan penting dalam pelaksanaan kegiatan SAR adalah Sistem Komunikasi SAR. Sistem
komunikasi ini tidak lepas dari
semua jenis peralatan komunikasi yang digunakan sebagai sarana pertukaran informasi balk
berupa voice maupun data dalam kegiatan SAR. Sistem komunikasi yang digelar
mempunyai fungsi:
1. Jaringan Penginderaan Dini
Komunikasi sebagai sarana penginderaan dini dimaksudkan agar setiap musibah pelayaran
dan/atau penerbangan dan/ atau bencana dan/ atau musibah lainnya dapat dideteksi sedini
m
ungkin, supaya usaha pencarian, pertolongan dan penyelamatan dapat dilaksanakan
dengan cepat. Oleh karena itu setiap informasi/musibah yang diterima harus mempunyai
kemampuan dalam hal kecepatan, kebenaran dan aktualitasnya. Implementasi sistem
komunikasi harus mengacu path peraturan internasional yaitu peraturan IMO untuk
memonitor musibah pelayaran dan peraturan ICAO untuk memonitor musibah
penerbangan.
Pada tahun 1994 BASARNAS memperoleh bantuan pi njaman lunak dari pemerintah
Kanada untuk pengadaan peralatan monitoring musibah. Peralatan tersebut berfungsi
sebagai alat deteksi dini signal yang mengindikasikan lokasi musibah, alat-alat tersebut
adalah LUT (Local User Terminal) yaitu berupa perangkat stasiun bumi kecil yang mengolah
data dari Cospas dan SARSAT.
2. Jaring Koordinasi
Komunikasi sebagai sarana koordinasi, dimaksudkan untuk dapat berkoordinasi dalam
mendukung kegiatan operasi SAR baik internal antara Kantor Pusat BASARNAS dengan
Kantor SAR dan antar Kantor SAR, dan eksternal dengan instansi/ organisasi berpotensi
SAR dan RCCs negara tetangga secara cepat dan tepat.
3. Jaring Komando dan Pengendalian
Komunikasi sebagai sarana komando dan pengendalian, dimaksu
dkan untuk mengendalikan unsur-unsur yang terlibat dalam operasi SAR.
4. Jaring Pembinaan, Administrasi dan Logistik
Jaring ini digunakan oleh BASARNAS untuk pembinaan Kantor SAR dalam pelaksanaan
pembinaan dan administrasi perkantoran.
Peralatan komunikasi yang dimiliki BASARNAS dan Kantor SAR sebagai berikut :
Fixed Line Telecommunication
Radio Communication (HFNHF)
AFTN Automatic message switching
Dengan dilengkapinya radio VHF Air band dan Marine band, memungkinkan untuk
memonitor penerbangan dan pelayaran.
PENYELAMATAN KORBAN TENGGELAM
Kasus tenggelam cukup sering ditemukan, baik tenggelam dalam air tawar maupun air laut.
Kasus tenggelam sering terjadi pada anak kecil, atau orang dewasa. Sebagai orang awam
yang ingin menolong seseorang yang tenggelam, kami memberikan tips sebagai berikut :
1. Pastikan diri anda mempunyai kemampuan untuk menolong, bila tidak yakin dengan
kemampuan diri sendiri sebaiknya carilah bantuan." Lebih baik kehilangan satu orang
daripada kehilangan dua orang", maksudnya " Jangan menambah korban lebih banyak".
2. Segera menginformasikan kepada orang disekitar untuk mencari bantuan lanjutan.
3. Pelajari situasi dan kondisi disekitar korban.
4. Cari alat bantu untuk menyelamatkan korban, contoh : pelampung, ranting/kayu, tali dan
sebagainya
5. Tahap berikutnya adalah tahap penyelamatan korban tanpa menggunakan alat
bantu.Dalam tahap ini dapat dilakukan langkah - langkah sebagai berikut :
· Terjun ke air dengan mata tetap memandang posisi korban
· Dekati korban ssuai dengan jarak tertentu dan mengajak berkomunikasi, untuk kasus
korban yang masih sadar, berikut ini adalah kutipan percakapan penolong dengan korban :
" Sebagai orang awam yang ingin menolong seseorang yang tenggelam, kami memberikan
tips sebagai berikut :
Duck away
Leg block
Arm block
Elbow lift
Untuk korban yang mematuhi perintah, lakukan tehnik penyelamatan dengan cara :
Under arm carry
Tired swimmer carry
Wristow
Hip carry
Hip carry with pistol grip
Double chin carry
Untuk korban yang tidak mematuhi perintah maka biarkan korban sampai terlihat lelah,
setelah itu melakukan tehnik penyelamatan separti tehnik diatas.
Catatan : Saat menarik korban untuk korban yang tidak bernafas diberi bantuan nafas mulut
ke hidung sebanyak 1 kali dengan hitungan pemberian nafas dengan jeda htiungan ke - 9
hitungan (Ref : ADS International)
6. Membawa korban ke darat dan letakkan ditempat yang aman.
7. Mengecek kesadaran korban dengan cara mengoyang - goyangkan tubuh korban sambil
menegur korban.
8. Selanjutnya dilakukan pertolongan dengan suatu rumusan sederhana yang mudah diingat
yaitu ABC. Hal ini diartikan sebagai :
A = Airway ( Jalan nafas )
B = Breathing ( Bernafas )
C = Circulation ( Sirkulasi, Peredaran Darah yakni jantung dan pembuluh darah )
Untuk kasus korban yang sadar tapi mengalami kesulitan bernafas maka dilakukan langkah
- langkah sebagai berikut :
Posisikan korban pada posisi pulih atau posisi istirahat
Bersihkan benda - benda yang menyumbat rongga mulut korban, contoh : gigi palsu,
makanan dll
Kembalikan posisi normal, tekan dahi dan naikkan dagu ( posisi ini bertujuan untuk
memperlancar jalan nafas
Bila diperlukan diberikan nafas buatan dua kali dari mulut ke mulut ( untuk menghindari
penularan penyakit, contoh Hepatitis, sebaiknya menggunakan alat bantu pemberian nafas
dari mulut ke mulut )
Untuk korban yang tidak sadar, mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum bernafas,
langkah - langkahnya sebagai berikut :
Pada posisi normal dengan dagu terangkat sambil mengecek nadi di leher
Jika tidak ada nadi maka dilakukan pertolongan ABC
Jika nadinya kecil maka lakukan pertolongan AB + Supportive C, gunakan Algoritma syok
Jika nadinya cukup maka lakukan pertolongan A dengan / tanpa B Untuk korban yang tidak
sadar, mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum
PEMADAM KEBAKARAN
b. Nyala Api
Nyala api sesungguhnya adalah gas hasil reaksi dengan panas dan cahaya yang
ditimbulkannya. Warna dari nyala api ditentukan oleh bahan-bahan yang bereaksi (terbakar).
Warna yang dihasilkan oleh gas hidrokarbon, yang bereaksi sempurna dengan udara
(oksigen) adalah biru terang. Nyala api akan lebih mudah terlihat ketika karbon dan padatan
lainnya atau liquid produk antara dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna naik dan
berpijar akibat temperatur dengan warna merah, jingga, kuning, atau putih, tergantung dari
tem-peraturnya.
c. BARA API
Bara api memiliki ciri khas yaitu tidak terlihatnya nyala api, akan tetapi adanya bahan-bahan
yang sangat panas pada permukaan dimana pembakaran terjadi. Contoh yang baik untuk
bara api adalah batu bara. Warna dari bara api pada permukaan benda berhubungan
dengan temperaturnya.
bahwa pembakaran/api adalah suatu reaksi oksidasi, jadi harus ada oksidator/pengoksidasi
dan reduktor/ pereduksi/ bahan yang dioksidasi. Dari sini kita telah mendapatkan dua
komponen peristiwa/reaksi pembakaran/api, yaitu oksidator yaitu oksigen dan reduktor di
sini adalah bahan bakar. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui bahwa suatu benda
yang dapat terbakar (bahan bakar) dalam kondisi normal tidaklah terbakar, baru apabila kita
panaskan untuk beberapa lama dia akan dapat terbakar. Ini juga berarti kita telah
mendapatkan satu lagi komponen pembakaran/api, dari apa yang sudah umum kita ketahui.
Dalam ilmu kebakaran ketiga komponen tersebut dikenal dengan segitiga api, yaitu sebuah
bangun dua dimensi berbentuk segitiga sama sisi. Dimana masing-masing sisi mewakili satu
komponen kebakaran/api, yaitu: Oksigen, Panas dan Bahan bakar.
suatu peristiwa/reaksi pembakaran akan dapat terjadi apabila ketiga komponen tersebut
berada dalam keadaan keseimbangannya. Kese-imbangan dimaksud di sini bukanlah sama
dalam jumlah atau banyaknya, akan tetapi suatu bahan akan dapat terbakar apabila kondisi
di mana terjadi/akan terjadi pembakaran/api memiliki perbandingan tertentu antara bahan
dimaksud dengan oksigen yang harus tersedia. Selain itu kondisi temperatur bahan dan
atau lingkungan reaksi memiliki temperatur (yang menggambarkan tingkat kepanasan suatu
benda) tertentu juga.
1. OKSIGEN
Pada sisi pertama dari segitiga adalah oksigen. Oksigen adalah gas yang tidak dapat
terbakar (nonflam-meable gas) dan juga merupakan satu kebutuhan untuk kehidupan yang
sangat mendasar. Di atas permukaan laut, atmosfir kita me-miliki oksigen dengan
konsentrasi sekitar 21%. Sedang untuk ter-jadinya pembakaran/api oksigen dibutuhkan
minimal 16%. Kembali lagi, oksigen itu sendiri tidak terbakar, ia hanya mendukung proses
pembakaran.
2. PANAS
Sisi kedua adalah panas. Panas adalah suatu bentuk energi yang dibutuhkan untuk
meningkatkan temperatur suatu benda/ bahan bakar sampai ketitik dimana jumlah uap
bahan bakar tersebut tersedia dalam jumlah cukup untuk dapat terjadi penyalaan.
• Sumber-sumber Panas
Sumber-sumber panas/energi panas sangatlah beragam, dapat disebutkan disini adalah
Arus listrik. Panas akibat arus listrik dapat terjadi akibat adanya hambatan terhadap aliran
arus, kelebihan beban muatan, hubungan pendek, dan lain-lain.
Panas yang dihasilkan oleh kerja mekanik biasanya dari gesekan dua benda atau gas yang
diberi tekanan tinggi.
Reaksi kimia
Pada reaksi kimia, hubungan dengan panas, terdapat dua macam reaksi yaitu reaksi
endotermis dan eksotermis. Reaksi endotermis adalah reaksi yang membutuhkan panas
untuk dapat berjalan, sedang rekasi eksotermis adalah kebalikannya yaitu menghasilkan
panas dan reaksi inilah yang merupakan sumber panas. Reaksi kimia disini tidak hanya
terbatas pada reaksi perubahan atau pembentukan senyawa baru, akan tetapi dapat juga
dalam bentuk proses pencampuran dan atau pelarutan.
Radiasi matahari Sinar matahari dapat menjadi sumber panas yang dapat menyebabkan
kebakaran apabila intensitasnya cukup besar, atau di ter/difokuskan oleh suatu alat optik.
• Cara-cara Perpindahan Panas
Panas dapat berpindah dan dalam suatu kejadian kebakaran perpindahan panas ini harus
mendapat perhatian yang besar, karena apabila perpindahan panas tidak terkontrol akan
dapat mengakibatkan kebakaran meluas dan atau mengakibatkan kebakaran lain.
Perpindahan panas ini dapat terjadi dengan berbagai cara, yaitu: konduksi, konveksi dan
radiasi; dan khusus dalam masalah kebakaran ada juga Penyulutan langsung. Ø Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas yang terjadi secara molekuler, jadi panas berpindah di
dalam suatu bahan penghantar (konduktor) dari satu titik ketitik lain yang memiliki
temperatur lebih rendah. Sebagai gambaran adalah apabila kita memanaskan salah satu
ujung sebuah tongkat besi maka lambat laun panas akan berpindah keujung lainnya,
sedangkan tongkat tersebut tidak berubah bentuk. Ø Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas yang berhubungan dengan bahan fluida atau bahan
yang dapat mengalir dalam bentuk gas atau cairan. Pada konveksi panas berpindah dengan
berpindahnya bahan penghantar, atau lebih tepat bahan pembawa panas tersebut. Sebagai
gambaran adalah apabila terjadi kebakaran di lantai bawah sebuah bangunan bertingkat,
maka panas akan dibawa oleh asap atau gas hasil pembakaran yang panas ke lantai di
atasnya. Ø Radiasi
Perpindahan panas dengan cara radiasi tidak membutuhkan suatu bahan penghantar
seperti pada dua perpindahan panas sebelumnya. Pada radiasi panas berpindah secara
memancar, jadi panas dipancarkan segala arah dari suatu sumber panas. Sebagai
contohnya adalah radiasi sinar matahari, yang kita semua tahu bahwa dari jarak yang jutaan
kilometer melalui ruang kosong di antariksa panas matahari dapat sampai ke bumi.
3. BAHAN BAKAR
Sisi yang lain (ketiga) adalah bahan bakar. Berbeda dengan apa yang umum disebut
sebagai bahan bakar oleh setiap orang, bahan bakar dalam hubungannya dengan ilmu
kebakaran adalah setiap benda, bahan atau material yang dapat terbakar dianggap sebagai
bahan bakar. Apabila kita perhatikan, maka akan kita dapati bahwa hidup kita selalu
dikelilingi oleh bahan bakar. Oleh karena itu adalah sesuatu yang wajib bagi kita untuk
selalu siap siaga menghadapi ancaman bahaya kebakaran.
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui dalam hubungannya dengan bahan bakar, yaitu:
Flash point: temperatur terendah pada saat dimana suatu bahan bakar cair menghasilkan
uap dalam jumlah yang cukup untuk menghasilkan nyala sesaat dari campuran bahan bakar
dan udara (oksigen).
Fire point : temperatur (akibat pemanasan) dimana suatu bahan bakar cair dapat
memproduksi uap dengan cukup cepat sehingga memungkinkan terjadinya pembakaran
yang kontinyu/terus menerus.
a. TETRAHEDRON API
Pada perkembangan selanjutnya,ditemukan bahwa selain ketiga komponen seperti
yang dimaksud dalam segitiga api ada lagi komponen keempat dalam proses
pembakaran yang dibutuhkan oleh proses pembakaran untuk mendukung
kesinambungannya dan juga untuk bertambah besar, yaitu rantai reaksi kimia antara
bahan bakar dengan bahan pengoksidasi/oksidator. Seiring dengan menyalanya api,
molekul bahan bakar juga berkurang berubah menjadi molekul yang lebih
sederhana. Dengan berlanjutnya proses pembakaran, naiknya temperatur
menyebabkan oksigen tambahan terserap ke area nyala api. Lebih banyak molekul
bahan bakar akan terpecah, bergabung ke rantai reaksi, mencapai titik nyalanya,
mulai menyala, menyebabkan naiknya temperatur, menyeap oksigen tambahan, dan
melanjutkan rantai reaksi. Proses rantai reaksi ini akan berlanjut sampai seluruh
substansi/bahan yang terkait mencapai area yang lebih dingin dinyala api. Selama
tersedia bahan bakar dan oksigen dalam jumlah yang cukup, dan selama temperatur
mendukung,reaksi rantai akan meningkatkan reaksi pembakaran. Sehingga dengan
demikian segitiga api tadi dengan adanya faktor rantai reaksi kimia, yang juga
termasuk komponen pembakaran, berubah menjadi satu bangun tiga dimensi
segitiga piramida (tetrahedron).
b. GAS BERACUN HASIL PEMBAKARAN
Selain bahaya panas tinggi ternyata ada satu bahaya yang menjadi penyebab utama
kematian dalam peristiwa kebakaran, yaitu asap. Mengapa asap menjadi penyebab
utama? Hal ini dikarenakan asap mengandung bermacam-macam gas beracun yang
dihasilkan oleh peristiwa pembakaran.
Beberapa gas beracun yang paling banyak dan selalu ada pada peristiwa kebakaran
dapat dilihat dibawah ini.
• Karbon monoksida (Carbon monoxide)
Karbon monoksida (CO) adalah pembunuh terbesar dalam peristiwa kebakaran
karena tingkat kehadirannya yang sangat tinggi dan juga cepatnya ia mencapai
konsentrasi mematikan pada peristiwa kebakaran. Karbon monoksida adalah hasil
produksi dari pembakaran tidak sempurna yang dihasilkan dari pembakaran
senyawa-senyawa organic dan berbagai bentuk karbon. Sering juga kematian akibat
karbon monoksida terjadi akibat masuknya asap knalpot ke kabin mobil.
Karbon monoksida berbahaya karena ia adalah gas yang tidak berbau, tidak
berwarna, dan tidak terlihat. Gas ini mematikan pada konsentrasi 1,28 persen
volume dalam udara dalam 1 sampai 3 menit; 0,64 persen mematikan dalam 10
sampai 15 menit; 0,32 persen mematikan dalam 30 sampai 60 menit, dan 0,16
persen mematikan dalam waktu 2 jam. Pada konsentrasi 0,05 persen gas ini tetap
menyimpan bahaya.
• Karbon dioksida (Carbon dioxide)
Karbon dioksida (Carbon dioxide) adalah hasil dari pembakaran sempurna senyawa
organic atau senyawa karbon. Bertambahnya konsentrasi karbon dioksida akan
mengakibatkan meningkatnya kecepatan pernafasan; sampai di mana tubuh tidak
mampu lagi. Kegagalan pernafasan akhirnya akan terjadi. Karbon dioksida dalam
jumlah yang sangat banyak dapat mengakibatkan sesak nafas karena kekurangan
oksigen dalam darah, selain itu juga dapat berfungsi sebagai bahan pemadam api.
Konsentrasi lebih dari 5 persen di lingkungan dapat merupakan tanda bahaya,bukan
karena keberadaannya akan tetapi karena kondisi tersebut adalah kondisi yang jauh
dari kondisi normal.
• Hidrogen sianida (Hydrogen cyanide)
Walau Hidrogen sianida (HCN) jauh lebih beracun dari Karbon monoksida tetapi
dalam kebakaran,biasanya, jumlahnya sangat kecil. Pada konsentrasi 100 ppm
dapat menyebabkan kematian dalam waktu 30 sampai 60 menit. Hidrogen sianida
dihasikan dari pembakaran senyawan hirokarbon terklorinasi di udara, plastik, kulit
karet, sutra, wool, atau juga kayu. Seperti halnya karbon monoksida hydrogen
sianida lebih ringan dari udara sehingga tingkat bahayanya lebih tinggi pada
kebakaran dalam ruangan, dibanding kebakaran luar ruangan.
• Phosgene (COCl2) Phosgene juga dihasilkan pada dekomposisi atau pembakaran
senyawa hidrokarbon terklorinasi, seperti karbon tetraklorida, Freon, atau etilene
diklorida. Phosgene beracun dan berbahaya pada konsentrasi yang sangat kecil
sekalipun. Konsntrasi 25 ppm dapat mematikan dalam waktu 30 sampai 60 menit.
• Hidrogen klorida (Hydrogen Chloride) Hidrogen klorida (HCl) dihasilkan oleh
pembakaran bahan-bahan yang mengandung klorin. Walau tidak beracun seperti
hydrogen sianida ataupun phosgene, HCl berbahaya apabila kita berada dalam
waktu yang cukup lama di lingkungan yang terdapat gas ini.
Pada umumnya kebakaran dalam ruangan dengan terbagi dalam tiga tahapan. Masing-
masing tahapan memiliki ciri-ciri karaktersitik dan efeknya berhubungan dengan bahan yang
terbakar yang berbeda-beda. Lama dari masing-masing tahapan bervariasi tergantung
keadaan dari penyulutan, bahan bakar, dan ventilasi, akan tetapi secara keseluruhan
tahapannya adalah kebakaran awal kebakaran bebas kebakaran menyurut.
A. Kebakaran Tahap Awal Ini adalah tahapan awal dari suatu kebakaran setelah terjadi
penyulutan.
Nyala api masih terbatas dan pembakaran dengan lidah api terlihat. Konsntrasi Oksigen
dalam ruangan masih dalam kondisi normal (21%) dan temperatur dalam ruangan secara
keseluruhan belum meningkat. Gas panas hasil pembakaran dalam betuk kepulan bergerak
naik dari titik nyala. Dalam kepulan gas panas terkandung bermacam-macam material
seperti deposit karbon (jelaga) ataupun padatan lain, uap air, H2S, CO2, CO, dan gas
beracun lainnya,semuanya tergantung dari jenis bahan bakar atau bahan yang terbakar.
Panas akan dihantar secara konveksi oleh material-material tadi ke atas ruangan dan
mendorong oksigen kebawah yang berarti ke titik nyala untuk mendukung pembakaran
selanjutnya.
B. Tahap Penyalaan-bebas
Kebakaran akan menghebat sejalan dengan bertambahnya bahan yang terbakar. Konveksi,
konduksi, dan kontak langsung memperluas perambatan api dan keluar dari bahan bahakar
awal sampai bahan didekatnya mencapai temperatur penyalaannya dan mulai terbakar.
Radiasi panas dari nyala api mulai menyebabkan bahan bahan lain mencapai titik nyalanya,
memperluas kebakaran kesamping. Kecepatan perluasan kebakaran kesamping tergantung
dari berapa dekat bahan di dekatnya dan juga susunan bahannya. Gas panas yang
dihasilkan pembakaran berkumpul di langit-langit ruangan membentuklapisan asap.
Temperatur dari lapisan asp ini meningkat. Lapisan yang lebih tinggi di ruangan tersebut
memiliki konsentrasi oksigen paling rendah; temperatur tinggi; dan jelaga, asap, dan produk
pirolisis yang belum terbakar sempurna pada saat itu sangatlah berbeda dengan kondisi di
dekat lantai ruangan. Pada daerah dekat lantai lapisan udaranya masih relatif dingin dan
mengandung udara segar (konsentrasi oksigen mendekati normal) yang bercampur dengan
hasil pembakaran. Kemungkinan untuk hidup masih cukup di dalam ruangan apabila
seseorang bertahan pada posisi merendah pada lapisan dingin dan tidak menghirup gas di
bagian atas. Ketika lapisan panas mencapai titik kritisnya pada + 600oC (1100oF), ini sudah
cukup untuk menghasilkan radiasi panas yang menyebabkan bahan bakar lainnya (seperti
karpet dan furnitur) di dalam ruang mencapai titik nyalanya. Pada saat ini seisi ruangan akan
menyala secara serentak, dan ruangan dikatakan mengalami flashover. Saat ini terjadi,
temperatur seluruh ruangan mencapai titik maksimalnya dan kemungkinan hidup dalam
berada di dalam ruangan ini untuk lebih dari beberapa detik sangat tidak mungkin. Flashover
oleh ahli ilmu kebakaran didefinisikan sebagai proses pengembangan, radiasi, dan
pembakaran lengkap dari semua bahan bakar dalam suatu ruangan.
Api/kebakaran adalah suatu aksi kesetimbangan kimia antara bahan bakar, udara, dan
temperatur (bahan bakar oksigen - panas). Apabila ventilasi terbatas, pertumbuhan api
akan lambat, peningkatan temperatur akan lebih bertahap, asap akan dihasilkan lebih
banyak, dan penyalaan gas panas akan tertunda sampai didapat tambahan udara (oksigen)
yang cukup.
C. Tahap Api Mengecil
Akhirnya, bahan bakar habis dan nyala api secara bertahap akan berkurang dan berkurang.
Apabila konsentrasi oksigen dibawah 16%, nyala api dari pembakaran akan berhenti
meskipun masih terdapat bahan bakar yang belum terbakar. Pembakaran yang terjadi
adalah pembakaran tanpa nyala api. Temperatur masih tinggi di dalam ruangan, tergantung
dari bahan penyekat dan ventilasi dari ruangan tersebut. Beberapa bahan masih mengalami
pirolisis atau terbakar tidak sempurna menghasilkan gas karbon monoksida dan gas bahan
bakar lain, jelaga, dan bahan bakar lain yang terkandung dalam asap. Apabila ruangan tidak
memiliki ventilasi yang cukup, maka akan terbentuk campuran gas yang dapat terbakar.
Maka apabila ada sumber penyalaan yang baru, akan dapat terjadi kebakaran kedua
diruangan tersebut, sering disebut backdraft atau ledakan asap.
Letusan Gunung Api
Letusan gunung api adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilah "ERUPSI". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan
aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng.Pada batas lempeng inilah terjadi
perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material
sekitarnya yang merupakan cairan pijar (MAGMA). Magma akan mengintrusi batuan atau
tanah di sekitarnya melalui rekahan- rekahan mendekati permukaan bumi.
Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau
produk yang dihasilkannya. Akan tetapi apapun jenis produk tersebut kegiatan letusan
gunung api tetapmembawa bencana bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki
resiko merusak dan mematikan.
Bahaya Letusan Gunung Api di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu
A. Bahaya Utama (Primer)
1.Awan Panas
Merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong
ke bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung
secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain suhunya sangat
tinggi, antara 300 - 700º Celcius, kecepatan lumpurnya pun sangat tinggi, > 70km/jam
(tergantung kemiringan lereng).
2.Lontaran Material (pijar)
Terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung. Jauh lontarannya sangat tergantung dari
besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya
tinggi(>200ºC), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga mampu
membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup. Lazim juga disebut sebagai
"bom vulkanik".
3.Hujan Abu lebat
Terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material yang berukuran halus (abu
dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya
tergantung dari arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat
berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuh-tumbuhan
dan mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan
korosi terhadap seng dan mesin pesawat.
4.Lava
Merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan bersuhu
tinggi, antara 700 - 1200ºC. Karena cair,maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan
membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu
(batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang batu.
5.Gas Racun
Muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui
rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api. Gas utama
yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap menyebabkan
kematian adalah gas CO2. Beberapa gunung yang memiliki karakteristik letusan gas
beracun adalah Gunung Api Tangkuban Perahu,Gunung Api Dieng, Gunung Ciremai, dan
Gunung Api Papandayan.
6.Tsunami
Umumnya dapat terjadi pada gunung api pulau, dimana saat letusan terjadi material-material
akan memberikan energi yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai sehingga
terjadi gelombang tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang
yang terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunung Krakatau tahun
1883.
B. Bahaya Ikutan (Sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan
berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material dalam
berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian
material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah
sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.
Persiapan Dalam Menghadapi Letusan Gunung Berapi
Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi.
Membuat perencanaan penanganan bencana.
Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan.
Mempersiapkan kebutuhan dasar
Jika Terjadi Letusan Gunung Berapi
Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.
Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri untuk
kemungkinan bencana susulan.
Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang, celana panjang,
topi dan lainnya.
Jangan memakai lensa kontak.
Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan.
Setelah Terjadi Letusan Gunung Berapi
Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau meruntuhkan atap
bangunan.
Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin
Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
1. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng bumi
2. Aktivitas sesar di permukaan bumi
3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah
4. Aktivitas gunung api
5. Ledakan nuklir
Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan keseluruh bagian
bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya
bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu
terjadinya tanah longsor,runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak
permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan berupa
kebakaran,kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan
maupun tanggul penahan lainnya.
Gejala dan Peringatan Dini
1. Kejadian mendadak/secara tiba-tiba
2. Belum ada metode pendugaan secara akurat
Tips Penanganan Jika Terjadi Gempa Bumi
Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang dapat dijadikan
pegangan di manapun anda berada.
a. Di dalam rumah
Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus mengupayakan
keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah kebawah meja untuk melindungi tubuh
anda dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda dengan
bantal.
Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah terjadinya
kebakaran.
b. Di sekolah
Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku, jangan panik,
jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke pintu, carilah tempat
lapang, jangan berdiridekat gedung, tiang dan pohon.
c. Di luar rumah
Lindungi kepada anda dan hindari benda-benda berbahaya. Di daerah perkantoran atau
kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan reklame.
Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.
d. Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari
petugas atau satpam.
e. Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda merasakan
getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift
berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift,
hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.
f. Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya
kereta dihentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas
kereta. Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan
kepanikan.
g. Di dalam mobil
Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda gundul.
Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya. Jauhi
persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio
mobil. Jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.
h. Di gunung/pantai
Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman.
Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan tanda-
tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.
i. Beri pertolongan
Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa bumi besar.
Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke
tempat kejadian, maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang
yang berada disekitar anda.
j. Dengarkan informasi
Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untukmencegah
kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan
informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yag benar dari pihak yang
berwenang atau polisi. Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak jelas.
PENCEGAHAN KEBAKARAN
Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-faktor yang menjadi sebab
munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah
kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program
pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan, suatu rencana pemeliharaan yang
cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan
penempatan yang baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-
pakainya maupun dari segi mudah dicapainya.
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa dan
lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: air, pasir, karung goni yang
dibasahi, dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering.
Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan, misalnya bensin,
solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini
berupa: pasir dan Alat Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Dilarang
memakai air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas
sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar kemana-mana
Kelas C
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: Alat
Pemadam Kebakaran (APAR) atau racun api tepung kimia kering. Matikan dulu sumber listrik agar
kita aman dalam memadamkan kebakaran
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita hendaki,
merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi karena persenyawaan dari: Sumber
panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar matahari, reaksi kimia dan
perubahan kimia. Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan
sebagainya. Oksigen (tersedia di udara) Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api. Dalam
pencegahan terjadinya kebakaran kita harus bisa mengontrol Sumber panas dan Benda mudah
terbakar, misalnya Dilarang Merokok ketika Sedang Melakukan Pengisian Bahan Bakar, Pemasangan
Tanda-Tanda Peringatan, dan sebagainya. Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah
menghilangkan adanya Oksigen dalam kebakaran tersebut. Contoh mudahnya seperti ketika kita
menghidupkan lilin, lalu coba kita tutup dengan gelas maka api pada lilin tersebut akan mati karena
oksigen yang berada di luar gelas tidak dapat masuk dan oksigen yang berada dalam gelas berubah
menjadi Karbon Dioksida (CO2) yang mematikan api. Ketika kita memadamkan kebakaran dengan
mengunakan APAR, karung goni yang basah dan pasir yang terjadi adalah kita mengisolasi adanya
oksigen dalam api tersebut asal semua permukaan api tertutupi oleh ketiga media pemadaman
tersebut dan api akan mati seperti lilin yang kita tutup memakai gelas tadi. Bila kita menggunakan air
sebagai media pemadaman maka terjadi reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari
kebakaran tersebut.
APAR / Fire Extinguishers / Racun Api Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat yang multi
guna karena dapat dipakai untuk jenis kebakaran A,B dan C. Peralatan ini mempunyai berbagai
ukuran beratnya, sehingga dapat ditempatkan sesuai dengan besar-kecilnya resiko kebakaran yang
mungkin timbul dari daerah tersebut, misalnya tempat penimbunan bahan bakar terasa tidak
rasional bila di situ kita tempatkan racun api dengan ukuran 1,2 Kg dengan jumlah satu tabung.
Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kinia kering, foam / busa
dan CO2, untuk Halon tidak diperkenankan dipakai di Indonesia.
Hydran
Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran kota, sesuai namanya hydran
gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman ditempatkan di halaman, sedangkan
hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa titik yang memungkinkan Unit Pemadam
Kebakaran suatu kota mengambil cadangan air. Detektor Asap / Smoke Detector Peralatan yang
memungkinkan secara otomatis akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada
suatu daerah maka alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung.
Fire Alarm
Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan adanya bahaya
kebakaran pada suatu tempat
Sprinkler
Peralatan yang dipergunakan khusus dalam gedung, yang akan memancarkan air secara otomatis
apabila terjadi pemanasan pada suatu suhu tertentu pada daerah di mana ada sprinkler tersebut
Pencegahan Kebakaran
Setelah kita mengetahui pengklasifikasian, prinsip pemadaman dan perlengkapan pemadaman suatu
kebakaran maka kita harus bisa mengelola kesemuanya itu menjadi suatu sistem manajemen
/pengelolaan pencegahan bahaya kebakaran. Kita mengambil contoh dari pengelolaan pencegahan
kebakaran pada bangunan tinggi.
Identifikasi bahaya yang dapat mengakibatkan kebakaran pada gedung itu. Bahan Mudah Terbakar,
seperti karpet, kertas, karet, dan lain-lain Sumber Panas, seperti Listrik, Listrik statis, nyala api rokok
dan lain-lain Penilaian Resiko Resiko tinggi karena merupakan bangunan tinggi yang banyak orang
Monitoring Inspeksi Listrik, Inspeksi Bangunan, Inspeksi Peralatan Pemadam Kebakaran, Training,
Fire Drill / Latihan Kebakaran dan lain-lain Recovery / Pemulihan Emergency Response Plan /
Rencana Tindakan Tanggap Darurat, P3K, Prosedur-Prosedur, dan lain-lain.
Demikian disampaikan pengamat cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Stasiun Meteorologi Pekanbaru, Warih Budi Lestari mewakili pimpinan BMKG Stasiun Pekanbaru,
Philip Mustamu, di Pekanbaru, Jumat.
"Rata-rata untuk tingkat potensi kebakaran lahan dan hutan di Riau, masih antara sedang hingga
tinggi. Hal ini disebabkan aktivitas pembakaran atau kebakaran terjadi kerap pada siang hari,
sementara potensi hujan rata-rata melanda berbagai wilayah di Riau pada sore hingga malam hari,"
kata Warih Budi Lestari.
Lima wilayah yang berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat tersebut seperti,
Kabupaten Meranti, Indragiri Hilir, Siak, dan Bengkalis, serta Kota Dumai.
"Sementara untuk beberapa wilayah lainnya seperti Rokan Hilir, Indragiri Hulu, Kuantansingingi dan
Kota Pekanbaru, berpotensi hanya akan mendung dan kalau pun hujan potensinya masih ringan,"
kata Warih agi.
Warih menguraikan, selain hujan ringan-sedang hingga lebat, sebagian wilayah Riau lainnya juga ada
yang masih mengalami cuaca cerah berawan.
Di antaranya yakni Kabupaten Pelalawan, Kampar dan Rokan Hulu, dimana menurut Warih, suhu
udara di tiga wilayah ini masih cukup tinggi, yakni 33,0 hingga 34,0 derajat celsius.
PENYELAMATAN
Subkategori
Kategori ini memiliki 2 subkategori berikut, dari total 2.
K = Komunikasi darurat (3 H)
Kategori ini memiliki 3 halaman, dari total 3.
E = Emergency Locator Beacon Aircraft
· Emergency Locator Beacon Aircraft (ELBA) adalah suatu perangkat suar
penentu lokasi untuk pesawat. Istilah ELBA ini diberikan oleh International Civil
Aviation Organization (ICAO) atau Organisasi Penerbangan Sipil Internasional.
Kalangan lain menyebut perangkat ini Emergency Locator Transmitter (ELT). Apa
pun namanya, fungsi alat ini sama, yakni memancarkan sinyal radio agar lokasinya
bisa diketahui sistem deteksi yang ada.
· Perangkat sejenis ELBA yang dipasang di kapal dinamakan Emergency Position
Indicating Reporting Beacon (EPIRB). Selain itu, ada pula alat sejenis untuk
perorangan, yakni Personal Locator Beacon (PLB). Berbeda dengan ELBA dan
EPIRB, PLB hanya bisa diaktifkan secara manual.
· Metode ELBA telah diterapkan lebih dari tiga dekade dan diyakini keandalannya
oleh negara-negara maju di dunia.
P = Peralatan penyelamatan (2 H)
Kategori ini memiliki 2 halaman, dari total 2.
E = Emergency Locator Beacon Aircraft
· Emergency Locator Beacon Aircraft (ELBA) adalah suatu perangkat suar
penentu lokasi untuk pesawat. Istilah ELBA ini diberikan oleh International Civil
Aviation Organization (ICAO) atau Organisasi Penerbangan Sipil Internasional.
Kalangan lain menyebut perangkat ini Emergency Locator Transmitter (ELT). Apa
pun namanya, fungsi alat ini sama, yakni memancarkan sinyal radio agar lokasinya
bisa diketahui sistem deteksi yang ada.
· Perangkat sejenis ELBA yang dipasang di kapal dinamakan Emergency Position
Indicating Reporting Beacon (EPIRB). Selain itu, ada pula alat sejenis untuk
perorangan, yakni Personal Locator Beacon (PLB). Berbeda dengan ELBA dan
EPIRB, PLB hanya bisa diaktifkan secara manual.
· Metode ELBA telah diterapkan lebih dari tiga dekade dan diyakini keandalannya
oleh negara-negara maju di dunia.
•
S = Sekoci
• Sekoci atau perahu penyelamat adalah perahutegar (rigid) atau mengembang
(inflatable) yang dirancang untuk menyelamatkan nyawa manusia jika terjadi masalah
di laut. Sekoci umumnya merujuk pada kendaraan yang dibawa oleh kapal yang lebih besar
untuk digunakan oleh penumpang dan awak kapaldalam keadaan darurat. Tapi di Britania
Raya, istilah ini terutama merujuk pada jenis kapal khusus yang tersedia di pelabuhan,
umumnya diawaki oleh relawan, yang digunakan untuk secepatnya mencapai kapal yang
menghadapi masalah.