Anda di halaman 1dari 10

LANDASAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGEMBANGAN KURIKULUM

1. Moch. Syahroni (2019100011908)


2. M. Nuruddin (2019100011947)
Abstrak: Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan menggenai isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar, perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus
dicapainya, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, starategi
dan cara yang dapat di kembangkan, dalam pengembangan kurikulum banyak faktor-
faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor perguruan tinggi, masyarakat, serta sistem
nilai, dalam pembahasan ini penulis juga menjelasan terkait, landasan-landsan
pengembagan kurkulum yaitu, landasan filosofis dan landasan sosial politik dan
budaya. Landsan filosofis diambil dari pemikiran Ella Yulaelawati yaitu: Filsafat
Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme, Progresivisme, Rekonstruktivisme.
Sedangan dalam landasan sosial budaya kehidupan masyarakat, dengan segala
karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi
pendidikan.
Kata Kunci: Landasan filosofi, landasan sosial dan politik, faktor-faktor
pengembangan kurikulum

Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan pendidikan
akan terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik. Interaksi inilah yang kemudian
akan membentuk pola pikir (kognitif), perasaan (afektif), dan tingkah laku (psikomotor)
para pelaku pendidikan. Interaksi pendidikan yang dimaksud tidak hanya berlaku di
lembaga pendidikan formal saja, namun lebih daripada itu, interaksi pendidikan dapat
terjadi pada lembaga nonformal (pondok pesantren, madrasah diniyyah, dan lain-lain),
lingkungan keluarga (informal), dan lingkungan masyarakat (pendidikan luar sekolah).
Pendidikan yang dilakukan disekolah maupun di perguruan tinggi (PT) atau yang
lebih dikenal dengan pendidikan formal, memerlukan perencanaan yang baik, efisien dan
efektif, oleh karena itu diperlukan kurikulum pendidikan. Hal ini dilakukan guna
mencapai tujuan pendidikan yang positif dan berkembang serta terus up to date. hal ini-
pun seyogyanya (dirasakan secara langsung atau tidak) juga berlaku pada pendidikan non-
formal, in-formal dan pendidikan diluar sekolah, perubahan kurikulum (meskipun tidak
tertulis) juga terjadi dilingkungan pendidikan ini. Adapun, karya tulis ini akan membahas
tentang landasan pengembangan kurikulum sekolah formal saja. Perubahan dan
pengembangan kurikulum tidak dapat ter-elakkan, hal ini dilatar belakangi oleh perubahan

1
cara pandang, perubahan zaman, perubahan dan perkembangan teknologi, perubahan
sosial dan budaya masyarakat dan lain-lain. Perkembangan dan perubahan kurikulum ini
dimaksudkan untuk tujuan yang lebih baik dari kurikulum sebelumnya.
Oleh karena itu, karya tulis ini dimaksudkan untuk menyingkap dan membahas hal-
hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pondasi-pondasi perubahan dan perkembangan
kurikulum, dengan judul “landasan-landasan pengembangan kurikulum dan
pengembangan kurikulum 2013”.
Pembahasan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.1
Pengertian Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan menggenai isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar
mengajar.2
Menurut Wina Sanjaya Kurikulum adalah dokumen perencanaan yang berisi tentang
tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa,
starategi dan cara yang dapat di kembangkan, evaluasi yang di rancang untuk mengumpulkan
informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam
bentuk nyata.3
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatan-
kekuatan yang ada dalam masyarakat.
Tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu:
a. Perguruan Tinggi
b. Masyarakat
c. Sistem nilai.4
1. Pergururan Tinggi
Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum
sekolah.5 Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

1
Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 ayat 19.
2
Dakir Perencaanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rinika Cipta 2004), 1.
3
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan KTSP, (Jakarta: Kencana,
2010), 32.
4
Sukmadinata Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 158.
5
Ibid, 159
2
dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi banyak
memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis
pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi
pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain
menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media
pendidikan. Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta
penyiapan guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK, seperti
IKIP, FKIP, STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga
mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan
kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.
Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta
kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan
implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang
dan jenis sekolah yang ada dewasa ni, umumnya disiapkan oleh LPTK melalui
berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar masih
banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-
angsur mereka mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidikan guru
melalui program diploma dan sarjana.
2. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas
mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermatabat di masyarakat.
Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat di tempat sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya
mencerminkan kondisi masyarakat penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan
dan tuntutan mereka.
Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat yang
homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani aspirasi-
aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat
adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarkat akan
mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini karena sekolah tidak hanya sekedar
mempersiapkan anak untuk selesai sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup, bekerja,
dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di masyarakat berimplikasi pada kurikulum
yang dikembangkan dan digunsakan sekolah.

3
3. Sistem Nilai
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral,
keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat
juga bertangung jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai positif yang
tumbuh di masyarakat.
Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan
dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum ialah nilai yang ada di
masyarakat itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari
berbagai kelompok etnis, kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial,
dan kelompok spritual keagamaan, yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai
khas dan tidak sama. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi,
politik, fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering
juga mengandung nilai-nilai yang berbeda.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi berbagai
nilai yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya:
a. Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat
b. Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral
c. Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
d. Menghargai nlai-nilai kelompok lain
e. Memahami dan menerima keragaman budaya yang ada.6
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, tetapi masih ada
faktor lain yang dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum. Salah satunya
landasan pengembangan kurikulum itu sendiri. Landasan pengembangan kurikulum
sangat mempengaruhi pengembangan kurikulum karena bila landasannya berupa
maka akan mempengaruhi pengembangan kurikulum.7
B. Landasan Filosofis
Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan, terutama
dalammenentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan menentukan arah ke mana
peserta didik akan dibawa. Tujuan pendidikan memuat pernyataan-pernyataan mengenai
berbagai kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan
sistem nilai dan falsafah yang dianutnya. Dengan demikian, sistem nilai atau filsafat yang

6
Chamisijatin, Lisa, Pengembangan Kurikulum SD, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional 2008), 82.
7
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosda Karya 1997), 64.
4
dianut oleh suatu komunitas akan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan rumusan
tujuan pendidikan yang dihasilkannya.
Ada empat fungsi filsafat dalam pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat
menentukan arah dan tujuan pendidikan. Dengan filsafat sebagai pandangan hidup atau
value system, maka dapat ditentukan mau dibawa kemana anak didik itu. Kedua, filsafat
dapat menentukan isi atau materi pelalajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan
ayang ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau atau cara pencapaian
tujuan. Keempat, melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolok ukur
keberhasilan proses pendidikan.8
Filsafat dibutuhkan manusia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul
dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Jawaban itu merupakan hasil pemikiran yang
menyeluruh, sistematis, logis, dan radikal. Jawaban itu juga digunakan untuk mengatasi
masalah-masalah kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Adapun filsafat yang
khusus digunakan atau diterapkan dalam bidang pendidikan disebut filsafat
pendidikan.menurut Jhon Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyngkut daya pikir (intelektual)
maupun daya perasaan (emosional) menuju kearah tabiat manusia.9
Ada beberapa bentuk filsafat yang punya hubungan lebih erat dengan pendidikan yaitu:
a. Metafisika : yaitu filsafat yang membahas tentang segala yang di dalam alam itu.
b. Efistimologi : yaitu membahas tentang sutu kebenaran.
c. Aksiolagi : yaitu filsafat yang membahas tentang nilai filsafat adalah merupakan
sumber dari berbagai ilmu pengetahuan.
d. Humanologi Filsafat : membahas berbagai masalah yang dihadapi oleh manusia
termasuk juga tentang masalah-masalah pendidikan dan filsafat juga merupakan
aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosof untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan.10

Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan
tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan
kurikulum.
a. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan
dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih
8
9
Arifin, Konsep dan Model Prngembngan Kurikulum,hlm.48
10
Ibid.,49.
5
penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut
faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak
terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan
dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang
berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar
substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan
perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
c. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang
hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya
sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa
pengalaman itu ?
d. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat
pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan
landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
e. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada
rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping
menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme,
rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis
dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis,
memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada
hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran
filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis.
Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model
Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak
diterapkan dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Menurut Dr. Eko Supriyanto dalam bukunya yang berjudul pengembangan
kurikulum pendidikan cerdas istimewa mengutip dari Baska (2003) faktor yang
mempengaruhi pengembangan kurikulum ada tiga dimensi yang mempunyai pengaruh
langsung terhadap kesuksesan menentukan materi yang mempengaruhi proses

6
pembelajaran siswa yaitu: pengeuasaan materi, proses dan produk serta konsep
pengetahuan.11
C. Landasan politik
Pendidikan dan politik adalah dua hal yang saling berhubungan eat dan saling
mempengaruhi. Berbagai aspek pendidikan selalu mengandung unsur-unsur politik,
begitu juga sebliknya setiap ativitas politik ada kaitannya dengan aspek-aspek
kependidikan. Pilitik pendidikan nasional perlu ditata dalam suatu organisasi yang efisien
dan dikelola oleh yang profesional.
Landasan politik di perlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara ita
Indonesia, agar pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai
pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena politik disetiap negara tidaklah sama.
Landasan politik penting untu melatih jiwa masyarakat, bebangsa dan bertanah air dan
juga dapat dimaknai sebagai suatu study untuk mengritisi suatu sistem pemerintahan dan
pemerintah yang bila memungkinkan penyimpangan amanat.

D. Landasan sosial dan budaya


Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu
rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Pendidikan
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai
perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Peserta didik berasal dari masyarakat,
mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan
diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya
menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan. Melalui pendidikan, kita
mengharapkan melalui pendidikan dapat lebih mengerti dan mampu membangun
kehidupan masyakatnya. Maka dari itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang
ada di masyakarakat. Karena setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki
sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar
anggota masyarakat.
11
Eko supriyanto, Pengemabangan Kurikulum Pendidikan Cerdas Istimewa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012), h 79.
7
Ada dua pertimbangan sosial budaya yang dijadikan landasan dalam
pengembangan kurikulum: pertama,Setiap orang dalam masyarakat selalu berhadapan
dengan masalah anggota masyarakat yang belum dewasa dalam kebudayaan. Maksunya
manusia belum mampu menyesuaikan dengan cara kelompoknya. Kedua, Kurikulum
dalam setiap masyarakat merupakan refleksi dari cara orang perfikir, berasa, bercita-cita
atau kebiasaan. Karena itu untuk membina struktur dan fungsi kurikulum, perlu
memahami kebudayaan.12
Karena itu, para pengembang kurikulum harus:
1. Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat.
2. Menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada.
3. Menganalisis kekuatan serta potensi daerah.
4. Menganalisis syarat dan tuntunan tenaga kerja.
5. Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan masyarakat.13
Dari penjelasan tersebut dapat diungkapkan bahwa melalui pendidikan manusia
mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat
peradaban masa yang akan datang. Penerapan teori, prinsip, hukum, dan konsep-konsep
yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum, harus
disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, sehingga hasil belajar
yang dicapai oleh siswa lebih bermakna dalam hidupnya.Pengembangan kurikulum
hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan perkembangan masyarakat.
Disinilah tuntutan masyarakat adalah salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum.
Tujuh fungsi sosial pendidikan, yaitu:
1. Mengajar keterampilan,
2. Mentransmisikan budaya,
3. Mendorong adaptasi lingkungan,
4. Membentuk kedisiplinan,
5. Mendorong bekerja berkelompok,
6. Meningkatkan perilaku etik, dan
7. Memilih bakat dan memberi penghargaan prestasi.14
Faktor kebudayaaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan kurikulum,
antara lain:

12
Abdullah Idi , Pengembangan Kurikulum, teori & praktek (Cet.1; Yogyakarta, arr ruzz media, 2007), h. 77
13
Ibid, 77
14
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan, Teoritis dan praktis (Cet 3; Bandung;Rosdakarya, 2008),h. 18-23
8
1. Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap,
pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu
melalui interaksi dengan lingkungan, budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan
sekolah/lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sekolah/lembaga pendidikan
mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para peserta
didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
2. Kurikulum pada dasarnya mengakomodasi aspek-aspek sosial dan budaya. Aspek
sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat
beragam, seperti masyarakat industry, pertanian, nelayan, dan sebagainya.
Pendidikan seolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar
dapat hidup berintegrasi dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta
meningkatkan kualitas hidupnya sebagai makhluk berbuadaya. Hal ini membawa
implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan bermuatan kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-nilai, sikap-
sikap, pengetahuan, dan kecakapan.15
S. Nasution mengemukakan: “mendidik anak dengan baik hanya mungkin jika
kita memahami masyarakat tempat mereka hidup. Oleh karena itu, setiap pembina
kurikulum harus senantiasa mempelajari keadaan, perkembangan, kegiatan, dan aspirasi
masyarakat.”16

15
Ibid, 18-23.
16
Tedjo Narsoyo Reksoatmodjo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
(Cet.1;Bandung:Refika Aditama.2010), hlm.36
9
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Konsep dan Model Prngembngan Kurikulum
Dakir, 2004, Perencaanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rinika Cipta
Idi, Abdullah, 2007, Pengembangan Kurikulum, teori & praktek Cet.1; Yogyakarta, arr ruzz
media
Lisa Chamisijatin, 2008, Pengembangan Kurikulum SD, Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Ngalim Purwanto,2008 Ilmu Pendidikan, Teoritis dan praktis, Cet 3; Bandung;Rosdakarya
Sanjaya Wina, 2010 Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan
KTSP,Jakarta: Kencana, 2010
Sukmadinata 2006 Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sukmadinata,1997, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda
Karya
Supriyanto, Eko, 2012, Pengemabangan Kurikulum Pendidikan Cerdas Istimewa,
Yogyakarta: Pustaka Pelaja.
Tedjo Narsoyo Tedjo Reksoatmodjo,2010 Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan, Cet.1; Bandung:Refika Aditama
Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 ayat 19.

10

Anda mungkin juga menyukai