Anda di halaman 1dari 4

340-752-1-SM

Definisi
Thalassemia, adalah kelainan yang ditandai dengan anemia pada penderitanya karena berkurangnya sintesis
rantai globin pada hemoglobin.

KLASIFIKASI

Thalassemia diklasifikasikan sesuai rantai molekul globin yang mengalami kelainan, alpha dan beta.
Thalassemia alpha disebabkan delesi pada gen alpha globin, sedangkan
thalassemia beta disebabkan adanya mutasi pada gen beta globin.

Secara umum, tingkat keparahan thalassemia alpha berhubungan dengan jumlah gen alpha yang mengalami
delesi.

Individu dengan delesi 1 gen umumnya tidak menunjukkan gejala, delesi 2 gen alpha dapat terdeteksi pada
pemeriksaan darah meskipun penderita tampak normal, delesi 1 gen pada salah satu alel dan alel yang lain
terdapat delesi 2 gen alpha, disebut thalassemia intermedia, sedangkan delesi pada semua gen alpha globin
menyebabkan alpha thalassemia major atau Hb Bart’s hydrops fetalis, yang merupakan kelainan thalassemia
yang paling parah dan bersifat lethal (7).

Pada thalassemia beta terdapat tiga macam kategori :

1). thalassemia major, seringkali disebut sebagai anemia Cooley (Cooley’s anemia) atau anemia mediterania (
Mediterranean anemia), umumnya memiliki genotip homosigot atau compound heterozygote beta0 atau beta+ ;
2). Thalassemia intermedia dengan genotip homosigot atau compound heterozygote dan

3) Thalassemia minor, disebut juga pembawa thalassemia beta (beta-thalassemia carrier), pembawa sifat
thalassemia beta (beta-thalassemia trait) atau thalassemia beta heterosigot (heterozygous beta-thalassemia),
umumnya memiliki genotip heterosigot (19).

Thalassemia beta homosigot bersifat parah. Anak-anak dengan thalassemia major tampak sehat saat lahir
karena HbF masih berfungsi. Patologi muncul saat HbA menggantikan HbF. Kerusakan pada gen beta
mengakibatkan ketidakseimbangan sintesis rantai globin yang menyebabkan pengurangan Hb pada sel darah
merah. Eritropoiesis tidak efektif dan usia sel darah merah memendek, sehingga penderita mengalami anemia.
Kegagalan jantung karena anemia dan infeksi dapat menyebabkan kematian pada anak-anak yang menderita
thalassemia yang tidak mendapatkan terapi (7).

795-1564-1-SM

Klasifikasi
Talasemia dibagi menjadi talasemia alfa (α) dan beta (β).
Talasemia α terjadi karena akibat kurangnya (defisiensi parsial) atau tidak di produksi sama sekali (defisiensi
total) produksi rantai globin α, sedangkan talasemia β terjadi akibat berkurangnya rantai globin β atau tidak
diproduksi sama sekali rantai globin β (Nuari, 2016).
Secara molekuler, talasemia dibedakan atas talasemia α dan β, sedangkan secara klinis dibedakan atas
talasemia minor, intermedia dan mayor.5

Gejala
Gejala klinis penderita talasemia meliputi anemia, jaundice, retardasi atau keterbelakangan pertumbuhan,
kelainan bentuk tulang terutama di wajah, pembesaran limpa, dan kerentanan terhadap infeksi.5

Terapi
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang menyembuhkan penyakit talasemia. Transfusi darah dilakukan bila
kadar Hb < 7 atau 90-100 g/l. Jenis transfusi yang diberikan yaitu sel darah merah pekat dan disertai dengan
pemberian kelasi besi.6
Transfusi darah berulang dapat memperpanjang usia harapan hidup pasien talasemia mayor, tetapi juga
memberikan dampak negatif terjadinya kelebihan besi.7

Iron overload
Bila tidak diberikan bersamaan dengan kelasi besi, maka akan menyebabkan terjadinya iron overload.6
Zat besi secara bebas beredar di dalam pembuluh darah dan dapat menumpuk di berbagai organ tubuh lalu
menjadi kerusakan.1
Kadar feritin merupakan suatu ukuran simpanan zat besi retikuloendotelial yang sangat berguna untuk
mendiagnosis keadaan defisiensi zat besi atau keadaan kelebihan zat besi. Kadar feritin normal berkisar antara
20 μg/L sampai 200 μg/L.8 Kadar feritin di atas 1000 μg/L akan menyebabkan kerusakan pada berbagai organ.9
Pada pasien talasemia terjadi penimbunan besi pada berbagai organ termasuk otak. Kelebihan besi pada
hemokromatosis, menyebabkan terjadinya peningkatan kadar transferin serum dan transportasi besi
melewati sawar darah otak, besi yang masuk melalui sawar darah otak akan menyebabkan adanya
akumulasi besi di otak. Besi bebas atau non transferrin bound iron (NTBI). Penyandang talasemia memiliki
resiko tiga kali lipat untuk memiliki gangguan fungsi kognitif dan intelektual sehingga sering mengalami
masalah dalam lingkungan sosial dan komunikasi.10

7986-18366-1-PB

PENDAHULUAN
Talasemia adalah penyakit kronik yang dapat membawa banyak sekali masalah bagi pasien,
mulai dari kelainan darah dan organ tubuh yang diakibatkan oleh penyakit itu sendiri
maupun pengobatan yang diberikan.

Talasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan dan masuk ke dalam kelompok
hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat
mutasi di dalam atau dekat gen globin.1

Penyakit talasemia tersebar mulai dari Eropa Selatan. Mediteranian, Timur Tengah, dan
Afrika sampai dengan Asia Selatan, Asia Timur, Asia Tenggara.

Prevalensi talasemia terbesar di dunia adalah di negara Maladewa dengan persentase


penduduk yang membawa gen talasemia sebesar 18%, sedangkan prevalensi penduduk
pembawa gen talasemia di Indonesia berkisar 6-10% dari total jumlah penduduk.2

Klasifikasi
Berdasarkan rantai yang terganggu talasemia dibedakan menjadi talasemia alfa (α) dan beta
(β). Talasemia-β sendiri dibedakan menjadi talasemia-β mayor, talasemia-β minor, dan
talasemia intermedia.

Terapi
Penyandang talasemia mayor membutuhkan transfusi darah berulang untuk
mempertahankan kelangsungan serta kualitas hidupnya.

Iron overload
Namun, disisi lain transfusi darah terus menerus ini dapat menyebabkan terjadinya
penimbunan besi dalam tubuh. Kelebihan besi yang terus berlangsung menyebabkan
penimbunan yang progresif di jaringan berbagai organ, yang akan diikuti dengan kerusakan
yang serius pada organ tubuh khususnya jantung, hati, dan organ endokrin. Kadar feritin
serum yang dianjurkan adalah < 1000 ng/ml sebagai tujuan ideal tatalaksana terapi pada
pasien talasemia mayor.3

189327-ID

Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi produk
rantai globulin pada hemoglobin (Suriadi, 2010).

Penyakit thalasemia merupakan salah satu penyakit genetik tersering di dunia. Penyakit
genetik ini diakibatkan oleh ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang
dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin (Potts & Mandleco, 2007).

Hemoglobin merupakan protein kaya zat besi yang berada di dalam sel darah merah yang
berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh (McPhee &
Ganong, 2010).
Badan kesehatan dunia atau WHO (2012) menyatakan kurang lebih 7% dari penduduk dunia
mempunyai gen thalasemia dimana angka kejadian tertinggi sampai dengan 40% kasusnya
adalah di Asia.

Epidemiologi
Prevalensi karier thalasemia di Indonesia mencapai 3-8%. Pada tahun 2009, kasus thalasemia
di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 8,3% dari 3653 kasus yang tercatat di tahun
2006 (Wahyuni, 2010).

Manifestasi
Gejala awal yang muncul pada penderita thalasemia antara lain pucat, lemas, dan tidak nafsu
makan (Rudolph, Hoffmand, & Rudolph, 2007).
Pada kasus yang lebih berat pasien thalasemia menunjukkan gejala klinis berupa
hepatosplenomegali, kerapuhan, penipisan tulang dan anemia. Anemia pada pasien
thalasemia terjadi akibat gangguan produksi hemoglobin.

Terapi
Tranfusi darah bertujuan untuk mempertahankan kadar hemoglobin 9-10 g/dl (Rahayu,
2012).

Iron overload
Pemberian kelasi besi dimulai setelah diberikan saat kadar feritin serum ≥ 1.000 ng/mL, atau
sudah mendapat transfusi darah 10-15 kali, dan sudah menerima darah sebanyak 3 liter.

Komplikasi
Komplikasi mayor yang terjadi pada pasien thalasemia yang menjalani transfusi darah adalah
kelebihan besi. Obat kelasi besi diberikan untuk mengeluarkan zat besi dari tubuh penderita
yang terjadi akibat transfusi darah secara teratur dan rutin dalam jangka waktu lama.
Kelebihan zat besi akan menyebabkan kapasitas transferin mengikat zat besi secara
berlebihan, sehingga menghasilkan radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Rahayu, 2012).
Komplikasi jangka panjang adalah disfungsi pada hati, jantung dan kelenjar endokrin (Gatot,
et al, 2007).

Terapi kelasi besi pada anak thalasemia bertujuan untuk menurunkan kelebihan zat besi di
dalam tubuh (Rahayu, 2012). Terapi kelasi besi dimulai ketika kadar feritin serum mencapai
1000 mg/dl atau setelah 10-20 kali tranfusi (Gatot, et al, 2007). Terapi kelasi besi ini efektif
menurunkan kadar besi dan meningkatkan harapan hidup pada pasien thalasemia apabila
patuh mengkonsumsinya.

Jenis kelasi besi yang sering diberikan kepada penderita thalasemia adalah defepron
(Ferriprox) dan deferasiroks (Exjade).

Anda mungkin juga menyukai