ANGKATAN LXXIII
ANGKATAN LXXIII
iii
Penulis
2011
iv
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan …........................................................................................ 2
105
DAFTAR REFERENSI .......................................................................................
vi Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang – undangan di bidang
kefarmasian
Kewajiban yang harus dilakukan oleh perusahaan farmasi yang telah
memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi, yaitu:
a. Membuat jumlah laporan dan nilai produksinya sekali dalam 6 (enam) bulan.
Sedangkan untuk laporan lengkap wajib dilaporkan sekali dalam setahun.
b. Menyalurkan produksinya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
c. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian serta mencegah
pencemaran lingkungan.
d. Melaksanakan keamanan dan keselamatan alat, bahan baku, proses, hasil
produksi, pengangkutan dan keselamatan kerja.
e. Melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) berupa
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL).
Universitas Indonesia
Pada tahun 1977, PT. Konimex mulai bekerja sama dengan konsultan
untuk memulai melakukan pembenahan struktur dan sistem manajemen,
melaksanakan program pelatihan, serta merekrut tenaga profesional.
Pada tahun 1979, PT. Konimex membangun pabrik baru di Sanggrahan,
sekitar lima kilometer barat daya Surakarta. Pada tahun 1980, di kompleks ini
didirikan pabrik kembang gula Nimm’s. Didirikannya pabrik kembang gula
Nimm’s merupakan awal diversifikasi PT. Konimex ke industri makanan. Divisi
farmasi merupakan tulang punggung kelompok usaha PT. Konimex dan telah
memiliki lebih dari 121 merek produk. Pada awalnya PT. Konimex hanya
memproduksi obat-obat bebas (OTC), namun saat ini PT. Konimex juga
mengembangkan obat-obat dengan resep dokter (ethical) serta produk non kuratif,
seperti food supplement dan vitamin. Pada tahun 1980, adanya peraturan
pemerintah yang mengharuskan pemisahan antara produsen obat dengan
distributornya maka PT. Konimex mendirikan PT. Sinar Intermark. Kemudian
untuk memperluas jangkauan distribusi dan sejalan dengan semakin banyaknya
produk yang dipasarkan oleh PT. Konimex maka pada tahun 1980 PT. Konimex
mendirikan distributor kedua yaitu PT. Marga Nusantara Jaya. PT. Sinar
Intermark memiliki cabang-cabang yg berpusat di Solo serta melayani distribusi
untuk wilyah Indonesia bagian timur dan sebagian Indonesia bagian tengah. PT.
Marga Nusantara Jaya memiliki cabang-cabang dengan kantor pusat di Jakarta
yang melayani distribusi untuk wilayah Indonesia bagian barat dan sebagaian
Indonesia bagian tengah. Tahun 1993, PT. Konimex mendirikan PT. Solonat yang
memproduksi berbagai makanan ringan khusus dari bahan kacang-kacangan. Dan
pada tahun 1994, pabrik biskuit dan coklat Sobisco didirikan.
Saat ini produk-produk Konimex ini sudah mulai diekspor ke luar negeri,
seperti Singapura, Malaysia, Myanmar, Vietnam, Saudi Arabia, dan Nigeria. PT.
Konimex telah menerima 21 sertifikat CPOB dan 6 sertifikat CPOTB dari Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
berdasarkan jenis dan bentuk sediaannya.
Di bidang keorganisasian, PT. Konimex mendukung inisitaif karyawan,
antara lain pembentukan Paguyuban Keluarga Berencana (PKB), Unit Kerja
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. CPOB
mencakup seluruh aspek produksi dan pengawasan mutu.
Badan POM RI selaku regulator industri farmasi nasional, mencanangkan
penerapan CPOB edisi tahun 2006 (CPOB Terkini) bagi industri farmasi di
Indonesia mulai 01 Januari 2007 dengan surat keputusan Kepala Badan POM
Nomor HK.00.053.0027 tahun 2006.
Penerapan CPOB 2006 ini juga bertujuan, antara lain:
a. meningkatkan kemampuan industri farmasi Indonesia sesuai dengan standar
internasional agar lebih kompetitif baik untuk pasar domestik maupun untuk
pasar ekspor
b. mendorong industri farmasi Indonesia agar lebih efisien dan fokus dalam
pelaksanaan produksi obat, termasuk pemilihan fasilitas produksi yang paling
layak untuk dikembangkan, sehingga produk obat industri farmasi Indonesia
mampu menembus pasar dunia karena khasiat dan mutu obat lebih terjamin
c. peningkatan citra perusahaan dan volume pasar
d. menghindari produk yang tidak memenuhi syarat dan pemborosan biaya
e. menghindari resiko regulasi serta lebih menjamin waktu pemasaran.
Diharapkan dengan penerapan CPOB 2006 ini industri farmasi di
Indonesia akan siap menghadapi globalisasi pasar farmasi yang sudah di depan
mata.
Pada tahun 2009, BPOM menerbitkan Suplemen I 2009 Pedoman CPOB
2006. Penerbitan suplemen ini dimaksudkan untuk pemutakhiran Pedoman CPOB
2006 dan penambahan persyaratan sesuai Standar Internasional yang berlaku.
Dalam suplemen ini diperbaharui mengenai Bab 1 tentang Manajemen Mutu dan
Aneks 1 tentang Pembuatan Produk Steril serta menambahkan beberapa aspek
yang belum tercantum dalam Pedoman CPOB 2006.
2.3.1 Manajemen Mutu
Dalam manajemen mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian
rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan resiko yang
Universitas Indonesia
membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif.
Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu
kebijakan mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di
semua departemen dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Unsur
dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat
mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya serta pemastian
mutu.
Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan
tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan
tujuan penggunaanya. Sedangkan pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB
yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi, dan pengujian, serta
dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan. Setiap industri farmasi
hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Dalam bab manajemen mutu,
dijelaskan pula mengenai pengkajian mutu produk. Pengakajian mutu produk
dilakukan secara berkala terhadap semua obat terdaftar, termasuk ekspor dengan
tujuan membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal,
bahan pengemas dan obat jadi untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan
yang diperlukan untuk produk dan proses.
2.3.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sisten pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaan.
Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian
pengawasan mutu dan kepala bagian manajemen mutu (pemastiaan mutu).
Kepala produksi dan manajeman mutu hendaklah seorang apoteker yang terdaftar
dan terkualifikasi dan memiliki pengalaman praktis. Kepala bagian pengawasan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Ketentuan pada bahan awal antara lain pengadaan bahan awal hendaknya
dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua
penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan
tersebut meliputi keterangan mengenai persediaan, nomor bets atau lot, tanggal
penerimaan dan pengeluaran, tanggal diluluskan dan tanggal daluawarsa. Setiap
bahan awal, sebelum dinyatakan lulus untuk digunakan hendaknya memenuhi
spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan dan diberi label dengan nama yang
dinyatakan dalam spesifikasi. Pada saat penerimaan terhadap setiap kiriman
dilakukan pemeriksaan secara visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan
segelnya, kebocoran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan. Bahan awal yang
diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian.
Pada validasi proses, prosedur produksi hendaknya divalidasi dengan
tepat. Validasi hendaknya dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan
dan catatan hasilnya disimpan. Luas serta tingkat validasi yang dilakukan
tergantung dari sifat dan kerumitan produk dan proses yang bersangkutan.
Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan, atau bahan hendaknya disertai
dengan tindakan ulang, untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap
menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Perhatian khusus diberikan pada
masalah pencemaran silang. Pencemaran silang dihindari dengan tindakan teknis
atau pengeturan yang tepat, misalnya dengan tersedianya ruang penyangga udara
dan penghisap udara.
Sistem yang menjabarkan penomoran bets dan lot secara rinci diperlukan
untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan atau produk jadi suatu
bets atau lot dapat dikenali dengan nomor bets dan lots tertentu. Penomoran bets
dan lot yang digunakan pada tingkat pengolahan dan pengemasan selanjutnya
hendaknya saling berkaitan. Pemberian nomor bets atau lot yang dialokasikan
segera di catat dalam suatu buku catatan harian.
Penimbangan dan penyerahan bahan baku, bahan pengemas, produk antara
dan produk ruahan dianggap suatu bagian dari siklus produksi dan memerlukan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(pemastian mutu). Pada bab ini meliputi tanggung jawab industri farmasi terhadap
Otoritas Pengawasan Obat (OPO) dalam hal pemberian izin edar dan pembuatan
obat.
2.3.12 Kualifikasi dan Validasi
Pada bab ini menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan
di industri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi
validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis
dan kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikasi terhadap fasilitas, peralatan,
dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi.
Pendekatan dengan kajian resiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang
lingkup dan cakupan validasi.
Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program
validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasi di dalam Rencana
Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara.
Kualifikasi mencakup kualifikasi desain; kualifikasi instalasi; kualifikasi
operasional; kualifikasi kinerja; kualifikasi fasilitas, peralatan dan sistem
terpasang yang telah operasional. Pada validasi proses dapat berupa validasi
prospektif, validasi konkuren, validasi retrospektif, selain validasi proses ada pula
validasi pembersihan, validasi ulang, validasi metode analisis.
GM HRO
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
22 Universitas Indonesia
Konsumen menghendaki obat yang manjur, aman bermutu (isi sesuai dengan
etiket, indikasi obat sesuai dengan tujuan penggunaannya, obat tidak rusak
hingga saat pemakaiannya)
c. Perusahaan itu sendiri
Penerapan CPOB bagi perusahaan adalah untuk membangun citra dari
perusahaan, dan sebagai komitmen dari perusahaan yang bersangkutan.
Penerapan CPOB di industri farmasi sangat bermanfaat terutama dalam
hal mutu produk berupa peningkatan keamanan konsumen, peningkatan citra
perusahaan, peningkatan pangsa pasar, mengurangi risiko produk tidak memenuhi
syarat mutu, mengurangi risiko ketidaksesuaian dengan peraturan.
Guidance GMP mengatur berbagai macam aspek yang mendukung
terbangunnya kualitas produk, mulai dari manajemen mutu, personalia, bangunan
dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi
diri dan audit mutu, penanganan terhadap produk jadi, dokumentasi, analisis, serta
kualifikasi dan validasi. Sesuai dengan prinsip GMP dimana mutu obat harus
dibangun sejak awal, PT. Konimex memproduksi obat dalam kondisi yang
dikendalikan dan dipantau dengan cermat. Unsur dasar manajemen mutu yang
diterapkan PT. Konimex adalah:
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu mencakup struktur organisasi, prosedur,
proses dan sumber daya.
b. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi sehingga produk yang dihasilkan selalu memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut
pemastian mutu (Quality Assurance).
Sistem pemastian mutu harus didukung dengan tersedianya personil yang
kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. PT.
Konimex membangun mutu pada semua aspek yang mempengaruhi hasil seperti
pada bahan awal, proses pembuatan, pengawasan mutu, bangunan, peralatan, dan
personil sehingga PT. Konimex dapat meyakinkan konsumen bahwa produk yang
dihasilkan bermutu.
Personil yang bekerja di PT. Konimex adalah personil yang sehat,
terkualifikasi, dan memiliki pengalaman praktis. Kesehatan personil diperiksa saat
Universitas Indonesia
Audit GMP dilakukan tehadap semua faktor yang terkait mutu produk dan
proses, meliputi : personil, bangunan dan fasilitas, peralatan, penyimpanan bahan
awal, pengemas dan produk (produk jadi, antara, ruahan), produksi, pengawasan
mutu, dokumentasi, sanitasi dan higiene, dan validasi. Tim auditor berpedoman
Universitas Indonesia
pada Pedoman GMP (CPOB, CPOTB, CPKB, CPMB, CPPOB) yang berlaku.
Setelah dilakukan audit harus ada tindakan perbaikan dan pencegahan yang harus
dilakukan oleh bagian yang di audit terhadap hasil temuan audit dan hasilnya
didokumentasikan dan tindak lanjutnya dievaluasi.
a. Perencanaan
Perencaan dibuat setiap tahun oleh GMP manager yang meliputi semua
bagian yang terkait mutu produk. Dalam perencanaan dijabarkan bagian, jadwal
periode audit, cakupan audit dan tim auditor yang bertugas, serta kegiatan lain.
Auditor juga telah membuat prosedur tetap yang sah serta alat bantu untuk
mendukung pelaksanaan audit misalnya format buku laporan, catatan audit,
cheklist audit, dan Permintaan Tindakan Korektif Pencegahan.
b. Persiapan
Persiapan umum yang dilakukan sebelum dilakukan audit yaitu membuat
detil perencanaan dan audit yang disetujui semua pihak, menentukan ketua audit
dan anggota audit serta pembagian tugas sesuai kompetensinya. Pada tahap ini tim
akan mempersiapkan riwayat audit dari bagian yang akan diaudit, checklist audit,
dan dokumen acuan lain, serta pemberitahuan waktu pelaksanaan pada pihak yang
diaudit karena audit di PT.Konimex bersifat open-audit.
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan audit dimulai dengan pembukaan (opening meeting) dimana
auditor dan auditee diperkenalkan, membahas agenda dan waktu pelaksanaan,
serta memastikan pihak-pihak yang akan di audit berada di tempat. Lama
pelaksanaan audit tergantung pada ruang lingkup bagian yang diaudit. Semakin
besar ruang lingkup, maka audit berlangsung semakin lama. Setelah acara audit di
buka maka auditor akan melaksanakan site inspection, evaluasi dokumen yang
berkaitan, dan membuat catatan audit untuk setiap observasi. Audit ditutup
dengan memaparkan hasil temuan berupa catatan audit yang dikonfirmasi ke
pihak auditee termasuk daftar dokumen atau konfirmasi yang belum diberikan.
Pihak auditor akan berdiskusi dengan pihak auditee untuk kemungkinan CAPA (
correcttive action preventive action). Saat pelaksanaan audit, tim auditor harus
berpedoman pada pedoman GMP (CPOB, CPMB, CPOTB, CPPOB, CPKB) yang
berlaku tergantung objek bagian yang di audit.
Universitas Indonesia
d. Pelaporan
Laporan audit dibuat segera setelah kegiatan audit selesai dan catatan audit
disetujui. Laporan audit merupakan dokumen resmi yang berisi tujuan dan
lingkup audit, penanggung jawab audit, tempat dan tanggal audit dilaksanakan,
ringkasan hasil audit, temuan audit dan kriterianya, dan kesimpulan atau saran
audit. Apabila terdapat penyimpangan pada standar audit, maka akan diterbitkan
PTKP (Permintaan Tindakan Korektif dan Pencegahan) kepada bagian yang
bersangkutan. Pelaporan audit dapat berupa dokumen rekapitulasi hasil audit dan
rekap PTKP.
e. Tindak lanjut
Tindak lanjut yang dilakukan adalah dilakukannya verifikasi terhadap
PTKP yang sudah dibuat oleh bagian, yaitu mengevaluasi apakah tindakan
korektif dan pencegahan sudah dilakukan atau belum. Bila tidak ditemukan
permasalahan yang sama, maka PTKP untuk bagian tersebut ditutup, dan bagian
GMP akan memulai tahap perencanaan untuk melakukan audit berikutnya di
bagian lainnya sesuai perencanaan yang sudah dibuat.
Meskipun PT. Konimex telah mengikuti CPOB secara ketat untuk
menghasilkan obat yang bermutu, masalah dalam produksi masih mungkin saja
terjadi sehingga obat yang dihasilkan dapat tidak sesuai dengan standar mutu yang
ditetapkan. Untuk menangani keluhan konsumen atas produk yang dihasilkan, PT.
Konimex memiliki prosedur dalam menangani keluhan terhadap produk dari
distributor maupun konsumen. Keluhan akan diperiksa dahulu apakah tergolong
pada keluhan yang justified atau unjustified. Jika memang tidak perlu dilakukan
penarikan atas keluhan tersebut maka tidak perlu dilakukan penarikan. Keputusan
penarikan kembali obat yang telah beredar dapat bersumber dari otoritas
pengawasan obat atau dari PT. Konimex sendiri. Penarikan dapat disebabkan
karena telah terjadi kerusakan, kadaluarsa, kondisi kemasan yang dapat
menimbulkan keraguan akan identitas mutu, keamanan, serta menyangkut pada
jumlah dan jenis.
3.1.2 Validasi
Validasi dan kualifikasi merupakan bagian penting dari Quality
Assurance, sehingga CPOB mempersyaratkan industri farmasi melakukan
Universitas Indonesia
validasi. Selain itu juga, validasi merupakan bukti pengendalian terhadap aspek
kritis dari kegiatan yang dilakukan. Validasi adalah suatu tindakan pembuktian
dengan cara yang sesuai bahwa setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem,
perlengkapan, mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan
senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten (Pedoman CPOB).
Validasi sangat diperlukan oleh industri farmasi untuk memenuhi
persyaratan legal, mengenal tahapan proses dengan baik, mengetahui hal-hal kritis
yang harus dikendalikan, meningkatkan produktifitas dari mengurangi jumlah
sampling dan reject, serta meningkatkan konsistensi. Seluruh kegiatan validasi di
PT. Konimex dilakukan oleh bagian Validation yang dipimpin oleh seorang
Validation Manager yang bertanggung jawab kepada Quality Assurance (QA)
manager.
Kebijakan pelaksanaan kualifikasi dan validasi di PT. Konimex:
a. Menitikberatkan pada pemenuhan persyaratan regulasi pemerintah
b. Memprioritaskan kegiatan kualifikasi dan validasi pada produk farmasi dan
obat tradisional, baru kemudian suplemen makanan dan makanan
c. Kegiatan kualifikasi dan validasi diutamakan dengan pendekatan prospektif,
baru kemudian retrospektif dan concurrent
d. Kegiatan validasi proses diprioritaskan pada proses yang sudah mempunyai
prosedur pembuatan dan pembersihan yang mantap dan metode analisa yang
valid, serta banyak diproduksi
e. Metode analisis untuk validasi pembersihan sedapat mungkin menggunakan
metode analisis untuk mutu produk terkait, dengan ketentuan batas deteksi
tertentu
f. Kalibrasi mencakup semua alat ukur di semua bagian yang terkait dengan
mutu produk, operator dan peralatan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dokumen dan urutan kerja validasi yang dilakukan di PT. Konimex adalah
sebagai berikut:
a. Pembuatan rencana induk validasi (RIV)
Rencana Induk Validasi (RIV)/ Validation Master Plan merupakan gambaran
kegiatan validasi, organisasi dan rencananya yang terdiri dari cakupan
validasi, organisasi, alur proses, dokumen yang diperlukan, jadwal dan
penanggung jawab, dan status kegiatan.
b. Protokol
Protokol validasi berisi tentang rancangan tertulis validasi, kriteria
penerimaan validasi proses, peralatan, variabel dan parameter kritis, jumlah
validasi, sampling, data yang dibutuhkan dalam memvalidasi. Protokol
validasi yang dibuat harus disetujui oleh semua bagian yang terlibat terutama
bagian Quality Assurance.
c. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi pengumpulan dan perekaman data, verifikasi,
dan pengujian sampel.
d. Evaluasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sudah diketahui dari acuan standar (Pedoman CPOB 2006). Jadi, yang dapat
dikalibrasi adalah yang memiliki kriteria :
a. Mempunyai satuan.
b. Kritis untuk: mutu produk, keamanan manusia, operasi mesin.
c. Akurasi tinggi.
d. Disebut dalam dokumentasi (SOP dan catatan).
e. Kesepakatan dengan pemilik.
3.1.3 Pengawasan Mutu
Kegiatan pengawasan mutu di PT.Konimex dilakukan oleh bagian Quality
Control. Bagian Quality Control (QC) di PT. Konimex berperan dalam menjamin
kualitas bahan mentah dan produk yang dihasilkan, sehingga memenuhi
spesifikasi secara konsisten, seperti identitas, kemurnian, potensi dan karakteristik
lainnya. Tanggung jawab bagian Quality Control di PT. Konimex selengkapnya
antara lain :
a. Memastikan semua material (bahan baku) dan packaging material
memenuhi standar kualitas perusahaan dan spesifikasi.
b. Melakukan inspeksi, testing (pengujian), dan identifikasi untuk memastikan
bahwa produk PT. Konimex yang diproduksi memenuhi standar.
c. Memberikan informasi monthly review dan annual review.
d. Melakukan investigasi terhadap temuan-temuan bermasalah ketika
dilakukan testing dan inspeksi.
e. Melakukan studi “on going stability” untuk semua produk jadi.
f. Melakukan review terhadap komplain, saran terkait kualitas serta melakukan
pengawasan terhadap tindakan perbaikan jika diperlukan.
g. Mengambil bagian dalam studi validasi dan audit vendor.
Adapun peran masing-masing bagian antara lain:
a. IMI & Mikrobiologi : melakukan inspeksi terhadap barang datang
(incoming material) serta pengujian mikrobiologis, mengontrol HVAC,
purified water di line produksi I, dan penanganan limbah cair.
b. IPC I: Menangani line Produksi I dan menangani komplain kualitas serta
studi “on going stability”.
Universitas Indonesia
c. IPC II: Menangani line Produksi II dan mengontrol HVAC serta purified
water di line Produksi II.
3.1.4 Pengendalian Dokumen
Dokumentasi merupakan proses mendokumenkan prosedur, instruksi, dan
catatan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan pembuatan obat
(produk) (CPOB, 2006). Dokumen didesain, dikaji, disetujui, di tandatangani dan
diberi tanggal oleh personil berwenang, didistribusikan dengan cermat dan di
review secara berkala. Pengelolaan dokumentasi sistem mutu di PT. Konimex
dilakukan oleh bagian document control (di bawah divisi Quality Assurance)
sebagai central document control. Namun beberapa bagian mengakomodasi juga
sistem decentral document control dengan sepengetahuan manajemen
representatif (manajer quality assurance dan sekretaris Board of Direction.
Dokumen yang bersifat eksternal seperti bagian RPPD (mencari informasi terkait
bahan atau formula baru, peraturan-peraturan Badan POM baru yang langsung
diakses dari internet) akan disimpan dan dikendalikan oleh bagian yang terkait.
Tugas dari bagian pengendalian dokumen di PT. Konimex yaitu
memproses draft dokumen, menerbitkan & mendistribusikan dokumen yang sah,
memantau masa berlaku dokumen, memintakan pemutakhiran dokumen secara
periodik, memusnahkan dokumen tidak berlaku, mengarsip & mengelola
dokumen asli dan hasil Rekaman Batch/Proses.
Prosedur untuk menetapkan pengendalian dokumen yang diperlukan harus
dibuat untuk beberapa hal diantaranya :
a. Menyetujui kecukupan sblm diterbitkan
b. Meninjau & memutakhirkan & menyetujui ulang
c. Memastikan perubahan & status revisi terkini
d. Memastikan versi yg relevan tersedia di tempat
e. Memastikan dpt dibaca & mudah dikenali
f. Memastikan dokumen eksternal diidentifikasi & dikendalikan
g. Mencegah pemakaian dokumen kadaluarsa.
Tujuan pengendalian dokumen di PT. Konimex adalah
a. Mempersingkat proses memahami langkah kerja yang relatif rumit dengan
melibatkan dua atau lebih petugas/alat/lokasi/tujuan. Selain itu, dengan
Universitas Indonesia
menggunakan dua atau lebih tipe aktifitas yang berbeda (mesin, manual,
administratif, teknis, online, offline)
b. Menjaga konsistensi kualitas proses dan hasilnya sehingga jumlah barang
yang ditolak dapat ditekan.
c. Membantu penelusuran (audit trail) atas penyimpangan
d. Mengurangi ketergantungan sistem pada perseorangan
Tabel 3.4. Jenis dokumen dan bagian pengendali teknis di PT. Konimex
Jenis Dokumen Pengendali
Dokumen eksternal Bagian yang bersangkutan
Dokumen internal Document control
Rekaman elektronik Sistem informasi manajemen
Surat keputusan direksi Sekretaris direktur
Business Process Mapping Document control
Makalah, Buku, CD proyek Document control
Universitas Indonesia
ada dapat dilakukan dengan penambahan variasi rasa, penambahan zat aktif pada
formula yang sudah ada, perubahan eksipien dan lain-lain. Di PT. Konimex,
bagian Penelitian Produk dan Pengembangan Proses memiliki tanggung jawab,
antara lain:
a. Membuat formula dalam rangka pengembangan produk baru atau perbaikan
produk yang sudah ada
b. Membuat prosedur pengolahan
c. Melakukan uji stabilitas
d. Membuat desain kemasan produk
e. Melakukan registrasi produk ke BPOM.
Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut dilakukan pengembangan
produk yang digambarkan melalui skema berikut ini:
Ide Review
Analisa
Informasi Produk
Bisnis Pendaftaran Produk Otorisasi
Formulasi
Studi Stabilitas
Pengemasan
Pengembangan
Gambar 3.4. Skema pengembangan produk
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Uji stabilitas obat dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana obat
masih memenuhi persyaratan kadar, untuk memprediksi dan menentukan masa
kadaluarsa produk. Dalam melakukan uji stabilitas, bagian pengembangan
formulasi mengacu pada prosedur yang ditetapkan pada Asean Guideline on
Stability Study of Drug Product. Uji stabilitas dilakukan dalam dua kondisi, yaitu:
1. Kondisi umum
30 oC ± 2 oC/RH ambient atau 75% ± 5%
40 oC ± 2 oC/RH ambient atau 75% ± 5%
2. Kondisi khusus
Sinar matahari/ RH ambient
50 oC ± 2 oC/RH ambient
60 oC ± 2 oC/RH ambient
70 oC ± 2 oC/RH ambient
Almari pendingin
Jenis pengemas primer akan mempengaruhi kondisi uji stabilitas seperti
pada produk yang mempunyai kemasan primer yang impermeabel (HDPE,
Alufoil), kondisi umum pada saat pengujian adalah 30 oC ± 2 oC/RH ambient dan
40 oC ± 2 oC/RH ambient. Sedangkan pada produk yang mempunyai kemasan
primer yang permeabel (PVC, LDPE, PP), kondisi umum pada saat pengujian
adalah 30 oC ± 2 oC/RH 75% ± 5% dan 40 oC ± 2 oC/RH 75% ± 5%.
Uji stabilitas terdiri dari 4 tahap, yaitu:
1. Tahap awal yang dilakukan harian sampai maksimal 3 bulan.
2. Tahap menengah dilakukan bulanan sampai maksimal 6 bulan.
3. Tahap akhir dilakukan tiap 3 bulan sampai ED + 2 tahun (maksimal 5 tahun).
4. Skala transfer dilakukan tiap 3 bulan sampai ED + 2 tahun (maksimal 5
tahun).
3.2.2 Pengembangan Kemasan
Kemasan merupakan gabungan dari seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi
dalam mengemas dan melindungi suatu produk untuk didistribusikan dan dijual.
Desain kemasan pada produk dapat berkaitan dengan aturan dan berkaitan dengan
seni. Bagian pengembangan kemasan di PT. Konimex memiliki tanggung jawab
Universitas Indonesia
produk memiliki tanggung jawab untuk membuat tata cara pendaftaran produk,
mengkoordinir pendaftaran (izin edar produk), dan mendaftarkan perlindungan
HAKI (Hak Kekayaan Intelijen) atas produk. Output dari bagian ini yaitu tata cara
pendaftaran, nomor izin edar produk, perlindungan HKI. Untuk mendapatkan
nomor izin edar, produk didaftarkan ke Badan POM/KemenKes. Untuk
mendapatkan perlindungan produk (HAKI) produk didaftarkan ke Dirjen HKI.
b. Kategori 2
obat baru dengan komposisi lama, bentuk sediaan baru, atau kekuatan baru.
c. Kategori 3
Obat atau produk biologi, dengan komposisi lama, indikasi baru, atau
posologi baru
d. Kategori 4
obat copy dengan nama dagang atau nama generik
e. Kategori 5
Sediaan lain yang mengandung obat
f. Kategori 6
g. Perubahan obat copy yaitu perubahan komposisi dan bentuk sediaan dengan
posologi yang berbeda, dan perubahan nama dagang menjadi nama generik
atau sebaliknya.
h. Kategori 7
Perubahan klaim penandaan
i. Kategori 8
Perubahan zat tambahan, spesifikasi, dan/atau metode analisa, stabilitas,
teknologi, dan/atau tempat produksi.
j. Kategori 9
Perubahan atau penambahan jenis kemasan
k. Kategori 10
Perubahan klaim penandaan, desain kemasan, nama dagang, nama
pabrik/pemberi lisensi, importir, dan besar kemasan.
Tabel 3.5. Kelengkapan Dokumen Pra-registrasi
Ringkasan Informasi
Mutu dan Teknologi Administratif
Produk (RIP)
Spesifikasi, (CA) Certificate of
Nama obat Analysis bahan baku CPOB
Bentuk sediaan Spesifikasi produk jadi Izin industri
Kekuatan sediaan
Protokol validasi metolisa dan proses
Kemasan
Protokol uji stabilitas obat jadi
Formula
Indikasi
Produsen
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
persediaan bahan baku dan pengemas yang tinggi untuk kelancaran produksinya.
Sedangkan bagian keuangan menghendaki biaya persediaan sekecil mungkin
karena persediaan adalah uang (modal) yang berhenti, sehingga harus dijaga agar
nilai persediaan sekecil mungkin. Sehingga PPIC bertugas bagaimana mengelola
persediaan sebaik mungkin ditinjau dari kepentingan perusahaan secara
keseluruhan.
PPIC dalam penyediaan bahan baku dan bahan pengemas melakukan
perhitungan sehingga tingkat persediaan yang optimum dapat tercapai. Beberapa
hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tingkat persediaan yang optimum di
antaranya barang-barang apa saja yang harus diadakan persediaan, kapan pesanan
harus dilakukan, berapa jumlah pesanan yang dibuat, sistem pengendalian
persediaan apa yang dipakai.
Langkah-langkah yang dilakukan bagian PPIC dalam perencanaan
persediaan bahan baku dan bahan pengemas yaitu:
a. Menghitung kebutuhan Bahan Baku dan Pengemas atas dasar Rencana
Produksi (RP) dan Formula
b. Membuat Proyeksi Persediaan Bahan Baku dan Pengemas
c. Mengatur saldo minimum dan pengadaannya untuk menunjang
kelangsungan produksi
d. Menerima, menyimpan, dan mengirim Bahan Baku dan Pengemas
PPIC dalam penyediaan bahan baku melakukan perhitungan kebutuhan
bahan baku dengan mempertimbangan berbagai faktor yaitu:
a. Saldo awal (persediaan awal)
b. Oustanding order (barang yang terlambat datang)
c. Schedule receipt (permintaan pembelian yang sudah ditempatkan)
d. Rencana kebutuhan (hasil perhitungan antara rencana produksi dan formula)
e. Buffer stock (untuk mengatasi delivery time yang lama dan permintaan
tambahan)
f. Delivery time (waktu yang dibutuhkan dari pemesanan sampai barang
sampai di gudang)
g. Minimum order (jumlah pemesanan paling sedikit yang dapat dipesan)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
analisa produk obat akhir, tetapi oleh seluruh tahapan produk selama proses
produksi. Prosedur produksi hendaklah dibuat oleh penanggung jawab produksi
bersama-sama dengan penanggung jawab pengawasan mutu.
Proses produksi mencakup beberapa tahapan seperti input, proses dan
output. Input yang dimaksud adalah informasi, tenaga kerja, mesin/peralatan,
material, energi. Proses meliputi proses kerja, sistem mutu, persediaan, kapasitas.
Output meliputi kualitas, harga, penyerahan, keamanan, moral, fleksibilitas.
Bagian produksi PT. Konimex berada di bawah Sub divisi Plant. Bagian
produksi farmasi dibagi menjadi empat jalur yaitu bagian produksi farmasi 1
(Paramex Line), bagian produksi farmasi 2 (tablet dan solid), bagian produksi
farmasi 3 (cair dan semisolid termasuk kosmetik), serta bagian produksi farmasi 4
(Natural Product). Produksi makanan dibagi menjadi tiga yaitu Bagian produksi
makanan 1 (permen), Bagian produksi makanan 2 (biskuit), Bagian produksi
makanan 3 (suplemen makanan).
Tugas pokok bagian produksi:
1) Melaksanakan kegiatan produksi sesuai dengan Rencana Produksi (RP)
dengan kualitas, jumlah, jenis, dan waktu yang sesuai dengan biaya
seminimal mungkin.
2) Melaksanakan kegiatan produksi sesuai dengan peraturan yang
berlakusehingga mampu :
a) menghasilkan produk sesuai spesifikasi secara konsisten (reproducibility
dan consistency) → mutu
b) menghasilkan produk sesuai persyaratan mutu dan biaya serendah
mungkin artinya efisiensi dalam penggunaan bahan baku, kemasan,
mesin, tenaga kerja, energi, dan biaya umum pabrik lainnya → biaya
(efisiensi biaya)
c) menjamin ketersediaan produk pada saat pelanggan membutuhkan
artinya menghasilkan produk sesuai spesifikasi dalam jenis, jumlah, dan
waktu yang telah disepakati → ketersediaan (delivery/availability)
d) menyesuaikan diri terhadap tuntutan perubahan spesifikasi produk,
perubahan volume produk,perubahan waktu penyerahan, maupun
perubahan “product mix” → kelenturan (flexibility)
Universitas Indonesia
b. Pengaturan permintaan
Semua SOP yang terkait perintah kerja alur proses sudah tersusun dalam
komputer sehingga setiap urutannya dapat terukur dan terpantau dengan jelas.
c. Pencatatan elektronik
Semua tahapan kegiatan, parameter proses, dan output dalam proses produksi
terekam dalam bentuk elektronik secara real-time.
d. Tanda tangan elektronik
Berita acara tertulis yang perlu ditanda tangani oleh penanggung jawab telah
terwakili dengan sistem user management. Jadi, siapa pun orang mengakses dan
melakukan sesuatu terhadap sistem, harus mengisi identitas dan memasukkan
password.
e. Audit
Audit yang efektif dipengaruhi oleh suatu sistem yang traceability (setiap
kejadian dapat tertelusur) dan accountability (setiap kegiatan secara kronologis
bisa dipertanggung jawabkan). Sistem SCADA teah mengakomodasi hal ini.
f. Pencatatan nomor rekaman produksi elektronik
Sistem SCADA telah mengakomodasi rekaman proses produksi secara
elektronik dalam bentuk softcopy yang setiap saat bisa dicetak untuk bukti
tertulis.
Tahapan kegiatan di Paramex line yaitu predispensing, dilakukan di lantai
teratas yaitu lantai 5, sedangkan tahap terakhir yaitu pengemasan dilakukan di
lantai dasar. Berikut urutan kegiatan Paramex line.
a. Pre Dispensing (Lantai 5)
Pre proses dilakukan di area pre dispensing yang berada di lantai lima dimana
bahan baku dibawa dari lantai satu ke lantai lima menggunakan lift. Sebelum
dilakukan penimbangan, bahan baku diindentifikasi kebenaran jenisnya
menggunakan barcode system. Penimbangan secara manual (manual dossing)
dilakukan untuk bahan yang jumlahnya relatif kecil, seperti lubrikan, bahan
pengikat, bahan penghancur.
Pada pre dispensing area dilakukan penyesuaian ukuran partikel (sizing) dan
pengayakan (milling) kemudian masuk ke dalam target bin di lantai empat. Di
tahap ni terdapat tiga station (station A didedikasikan untuk parasetamol, station
Universitas Indonesia
B dan C untuk masing-masing dua bahan baku lainnya). Proses pre dispensing
dilengkapi dengan metal detector untuk mendeteksi adanya logam dalam bahan
baku. Bila terdapat logam, muncul metal alarm, dan aliran bahan baku dari lantai
lima berhenti. Klep/valve pada saluran tersebut menutup secara otomatis. Hasil
pre dispensing ditampung pada bin di lantai empat.
b. Lantai empat
Lantai empat merupakan dispensing area dan pada lantai tersebut hasil
penimbangan otomatis sesuai formula disatukan dalam sebuah target bin yang
diletakkan di atas moving scale. Dispensing bin berjalan sepanjang moving scale
untuk mengambil bahan baku dari lantai lima secara gravitasi. Beberapa bahan
baku untuk satu batch akan langsung ditampung dalam satu IBC. Pendosisan
diatur dengan screw feeder dan penimbangan dilakukan secara otomatis sesuai
formula. Setelah semua komponen bahan baku masuk dalam dispensing bin, maka
campuran serbuk dialirkan menuju granulator di lantai tiga.
c. Lantai tiga
Metode granulasi yang digunakan dalam pembuatan tablet paramex adalah
granulasi basah, sehingga perlu dilakukan pembuatan secara terpisah terlebih
dahulu terhadap larutan pengikat. Campuran serbuk yang ada di lantai empat
mengalir turun ke lantai tiga menuju granulator. Larutan pengikat yang telah
disiapkan dimasukkan ke dalam granulator jenis high shear granulation mixer.
Mixer ini terdiri tiga bagian utama yaitu bowl sebagai tempat serbuk, pengaduk
(blade mixer/impeller), dan pemotong massa granul menjadi bentuk pratikel
granul (chopper). High shear mixer dipilih karena dari segi waktu tentu lebih
cepat, jumlah pengikat lebih sedikit, diperoleh granul yang lebih kompak dan
seragam, serta waktu akhir yang dapat lebih terprediksi. Massa granul basah yang
terbentuk diayak dengan mesh tertentu dan dialirkan menuju bin di lantai dua
untuk dikeringkan.
d. Lantai dua
Di lantai ini dilakukan pengeringan granul basah dengan fluid bed dryer
(FBD). Prinsip dari alat ini adalah membuat udara di dalam menjadi vakum
sehingga granul akan naik ke atas, seketika itu juga udara kering dan panas akan
Universitas Indonesia
masuk dari bawah untuk melakukan proses pengeringan. Setelah selesai, granul
kering tersebut akan dialirkan ke lantai satu.
e. Lantai satu
Di lantai ini terjadi proses lubrikasi, pencetakan tablet, dan pengemasan.
Setelah melalui proses pengeringan di FBD, granul yang telah kering mengalir ke
bin lantai satu lalu dicampur dengan lubrikan. Pencampuran dengan lubrikan
disertai dengan proses weighing secara otomatis, selanjutnya dilakukan
pencampuran dimana bagian yang berputar adalah bin. Perputaran yang dilakukan
secara asimetris untuk menghindari adanya dead leg. Setelah campuran granul
dan lubrikan homogen. Kemudian produk antara tersebut akan kembali dinaikkan
ke lantai atas sebagai WIP (work in process) sebelum dilakukan proses
pencetakan tablet. Produk antara tersebut dialirkan kembali dari lantai dua menuju
ke mesin tabletting di lantai satu. Mesin yang digunakan untuk pentabletan adalah
mesin rotary (180.000 tablet/ jam) yang diatur secara terkomputerisasi. Parameter
keseragaman bobot tablet yang digunakan adalah ketebalan, kekerasan, dan berat
tablet. Ketebalan tablet tergantung volum pengisian dan bulk density. Pada mesin
pencetak tablet juga dilengkapi dengan metal detector untuk memastikan tablet
bebas dari logam. Tablet akan dikemas primer dengan strip dimana masing-
masing kemasan terdiri dari empat tablet. Kemudian dikemas sekunder dengan
pemberian catch cover disertai dengan penulisan tanggal kadaluarsa.
Sistem khusus yang digunakan dalam proses produksi Paramex ini disebut
sebagai sistem SCADA. Sistem tersebut bisa mengetahui ontime record maupun
history record dari proses yang dilakukan.
3.4.2 Produksi Farmasi 2
Jalur Produksi Farmasi 2 di PT. Konimex dikhususkan untuk memproduksi
sediaan solid selain paramex. Produk yang dihasilkan antara lain Paramex Batuk
dan Flu, Inza, Inzana, Konidin, Neo Napacin.
Produksi farmasi 2 di proses secara horisontal pada satu lantai bangunan.
Bangunan untuk produksi di farmasi 2 telah memenuhi ketentuan CPOB dengan
meletakan satu alat/mesin pada satu ruang untuk menghindari kontaminasi silang.
Ruang proses juga diatur sedemikian rupa sehingga letak ruang disesuaikan
Universitas Indonesia
dengan alur proses produksi yang dilaksanakan. Hal tersebut dilakukan untuk
meningktakan efisiensi proses produksi.
Adapun tugas dari produksi farmasi 2 adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan kegiatan produksi sesuai dengan Rencana Produksi (RP) dengan
kualitas, jumlah, jenis dan waktu yang sesuai dengan biaya seoptimal mungkin.
b. Melaksanakan kegiatan produksi sesuai dengan peraturan yang berlaku
(CPOB, K3, dll).
Rancangan Permintaan
Distributor Barang Jadi (RPBJ)
Produksi
Rencana Produksi Logistik
Harian
tenaga kerja dan peralatan kerja yang lebih sedikit. Sedangkan metode granulasi
digunakan untuk bahan yang memiliki kompresibilitas dan sifat alir yang buruk,
namun stabil terhadap panas dan tidak terurai oleh air.
Tahapan dalam memproduksi tablet di jalur produksi farmasi 2 (secara
umum) adalah :
a. Granulasi
Granulasi merupakan proses pembesaran ukuran partikel dari partikel
kecil-kecil menjadi masa granul yang permanen dan partikel asalnya masih dapat
diidentifikasi. Tujuan dilakukan granulasi untuk memperbaiki sifat alir bahan
sehingga free flowing, memperbaiki sifat kompresi bahan, memudahkan
penetapan dosis, mengurangi debu, membuat campuran homogen dan tidak
terpisah, memperbaiki tampilan tablet/kaplet.
Macam –macam mesin mixer granulator :
1) Low shear mixer
Mesin ini digunakan untuk pencampuran yang membutuhkan mechanical force
yang tinggi tetapi putarannya rendah.
2) High shear mixer
Mesin ini memiliki kecepatan putar yang tinggi sehingga dapat mencampur
dengan cepat dan efisien.
3) Continous mixer (Fluid bed granulator)
Mesin ini memiliki dua fungsi yaitu sebagai granulator dan sebagai pengering
(Fluid Bed Drying)
b. Lubrikasi
Lubrikasi merupakan proses pencampuran masa granul dengan bahan
tambahan lainnya terutama bahan pelicin atau antara semua bahan aktif dengan
bahan tambahan lainnya sehingga didapatkan campuran yang homogen Mesin
yang digunakan dalam proses lubrikasi antara lain double cone mixer, cube mixer,
v-mixer, dan IBC-blending.
c. Pencetakan tablet
Pencetakan tablet merupakan proses perubahan bahan baku atau granul
menjadi bentuk sediaan kempa cetak (tablet/kaplet) melalui proses kompresi.
Proses kompresi dapat dilakukan dengan menggunakan rotary tablet press. Mesin
Universitas Indonesia
ini terdiri dari upper dan lower punch, dies, cam (rel yang digunakan punch
sebagai jalur), feeder, scraper and tail over die (digunakan untuk meratakan
permukaan dies yang diisi dengan granul), weight control, precompression roll
(untuk mengurangi jumlah udara karena udara dapat menyebabkan terjadinya
capping), main compression roll, dan ejection cam.
Persyaratan umum tablet yang dihasilkan yaitu:
a. Kuat dan Tahan terhadap goncangan dan kikisan selama proses pembuatan,
pengemasan dan distribusi (hardness dan friability).
b. Memenuhi keseragaman Berat maupun keseragaman kadar zat berkhasiat
(sesuai persyaratan dalam Farmakope ).
c. Segera dapat diserap oleh tubuh (bioavailable) diukur dari uji waktu hancur
dan uji waktu larut/disolusi.
d. Memiliki penampilan yang baik dan memiliki karakteristik bentuk warna dan
atau penandaan lain yang diperlukan untuk identifikasi.
e. Stabil secara fisik dan kimia selama penyimpanan.
Beberapa masalah yang pernah dihadapi dalam proses tableting adalah
penggantian bahan baku sehingga menyulitkan proses mixing, granul memiliki
free flow yang buruk, sulit melakukan proses pencetakan, tinggi tablet tidak
seragam karena punch dan dies belum tepat pengaturannya atau karena tinggi
punch tidak sama.
d. Penyalutan
Penyalutan merupakan suatu pelapisan inti tablet sehingga menghasilkan
tablet yang lebih elegan. Penyalutan tablet memiliki beberapa alasan; proteksi
terhadap udara, cahaya, kelembaban, dan interaksi bahan yang tidak tersatukan;
menutup rasa dan bau yang tidak enak atau memudahkan pasien menelan ;
memudahkan penanganan dan pengemasan (sifat luncur tablet lebih baik dan
bebas debu), memudahkan identifikasi; meningkatkan estetika tablet.
Di PT. Konimex penyalut yang digunakan adalah film coated untuk produk
Renovit®, Ever Oxy®, Nofena®, dan lain-lain.
e. Pengemasan primer
Selain sebagai fungsi pelindung produk, kemasan primer juga terkadang
sekaligus difungsikan sebagai media informasi obat dan juga sebagai salah satu
Universitas Indonesia
unsur marketing produk. Di PT. Konimex, tablet di buat dalam kemasan strip isi 4
tablet. Inilah ciri khas dari produk Konimex karena pernah sebagai pelopor.
Untuk sistem ruang di bagian produksi, PT. Konimex menggunakan dua cara
yaitu koridor positif dan koridor negatif. Masing-masing sistem ruang ini
memiliki keuntungan dan kelemahan masing-masing. Koridor positif adalah
sistem dimana tekanan udara dalam koridor lebih tinggi daripada ruang produksi
sehingga udara dalam koridor akan mengalir masuk ke ruang produksi ke koridor.
Sistem ini digunakan agar debu hasil produksi tidak keluar dari ruang produksi.
Sedangkan pada koridor negatif, koridor memiliki tekanan udara yang lebih
rendah. Pada sistem ini, udara akan mengalir dari ruang produksi ke koridor
sehingga udara ruang produksi tidak tercemar udara dari koridor.
3.4.3 Produksi Farmasi 3
Jalur Produksi Farmasi 3 di PT. Konimex dikhususkan untuk memproduksi
sediaan likuid dan semisolid.
Produksi Farmasi 3 PT. Konimex dibagi menjadi sembilan jalur yaitu:
Jalur 1 : Sirup botol gelas 150 ml
Jalur 2 : Sirup botol plastik 30 ml
Jalur 3 : Sirup botol plastik 60 ml
Jalur 4 : Sirup botol plastik kotak 30 dan 60 ml, suspensi botol, sirup botol gelas,
dan sirup obat ethical
Jalur 5 : Sirup dan suspensi sachet
Jalur 6 : Salep/semi solid
Jalur 7 : Kosmetik
Jalur 8 : Powder
Jalur 9 : Steril/tetes mata
Di bagian produksi farmasi 3 kebanyakan menggunakan closed system yang
bertujuan untuk mengurangi resiko terkena kontaminan dari luar. Untuk
pengecekan dari pihak QC pun dibatasi disaat penerimaan bahan baku, filling, dan
pengemasan. Hal ini juga untuk meminimalkan kontaminasi yang terjadi. Dari
jalur 1- 9 yang membedakan adalah teknologi produksinya.
Universitas Indonesia
Permintaan Permintaan
Distributor Logistik Bag. Produksi
Universitas Indonesia
Salah satu tugas dari bagian teknik yaitu maintenance. Maintenance perlu
dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan alat,
mengupayakan kinerja alat dalam keadaan optimum, dan mendukung upaya
memuaskan pelanggan (bagian produksi).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Reverse Osmosis
Reverse Osmosis (RO) adalah suatu teknik pembuatan air murni yang dapat
mengurangi 99% mikroorganisme, partikel dan pirogen serta senyawa organik
dengan bobot molekul lebih dari 300. Proses yang terjadi merupakan tahap filtrasi
terbaik dari teknologi membran (hingga 0,0001 mikron).
Di PT. Konimex reverse osmosis double stage digunakan agar pemurnian
air berjalan lebih efektif dan efisien. Pada proses reverse osmosis air dipompa
dengan tekanan tinggi 150-200 psi melalui membran semipermeabel dengan
menggunakan pompa bertekanan tinggi sehingga dihasilkan permeate water yang
selanjutnya akan masuk ke dalam EDI. Proses yang terjadi merupakan
penyaringan molekuler dimana hanya air murni saja yang bisa melewati membran.
Sementara kontaminan akan ditolak dan dibuang ke dalam saluran limbah.
Kontaminan yang direject oleh membran diantaranya garam terlarut senyawa
bermolekul besar >150-250 Dalton. Air yang tersisa atau dibuang disebut reject
water. Membran semipermeabel yang digunakan terbuat dari bahan TFC.
Dipilihnya bahan ini karena kemampuan rejection bahan ini yang mendekati
100%. Namun, bahan ini memiliki kelemahan yaitu tidak tahan terhadap klorin,
sehingga keberadaan klorin perlu dihilangkan sejak awal.
f. CDI (Continuous DeIonisation)/ EDI (Electro DeIonisation)
Continuous DeIonisation (CDI) / Electro DeIonisation (EDI) merupakan
perkembangan dari ion exchange system dimana sebagai pengikat ion (+) dan (-)
dipakai juga elektroda disamping resin. Continuous DeIonisation (CDI) / Electro
DeIonisation (EDI) digunakan untuk menghilangkan ion-ion yang terdapat dalam
air. Hal ini penting dilakukan terkait dengan persyaratan konduktivitas air yang
harus rendah. Semula prinsipnya adalah ion dalam air akan tertarik menuju ke
katoda dan anoda sesuai dengan konduktivitasnya. Air yang terkumpul setelah
melewati EDI ditampung dalam storage tank dan disirkulasikan dalam sistem
loop tertutup.
g. Purified Water Loop
Sirkulasi air dibuat menjadi turbulen dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya dead lag (suatu kondisi dimana tidak terjadi aliran air pada salah satu
sisi) yang dapat mengakibatkan terjadinya akumulasi partikel pada sisi tersebut
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dipersiapkan untuk proses produksi, ruang saat operasional mesin tidak berjalan,
dan ruang saat proses operasional sedang berlangsung).
Pengkondisian ruang akan menghasilkan beberapa kelas kebersihan.
Berikut adalah contoh kelas ruang kebersihan dan persyaratannya:
a. Kelas III – 100.000
Pre filter sebelum AHU (eff 20%)
Medium filter sebelum AHU (eff 95%)
HEPA filter sebelum ruangan (eff 99%)
Luas HEPA 5-10% dari luas ruangan
Air change 25 kali per jam
Pressure gradient >15 pa
b. Kelas II – 10.000
Pre filter sebelum AHU (eff 20%)
Medium filter sebelum AHU (eff 95%)
HEPA filter sebelum ruangan (eff >99%)
Luas HEPA 10-15% dari luas ruangan
Air change 40 kali per jam
Pressure gradient >15 pa
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, beberapa parameter perlu
dikondisikan antara lain:
a. Temperatur (Cooling/Heating)
Ada beberapa sumber panas yang terdapat dalam industri antara lain lampu,
manusia, lingkungan, atap, kaca, proses pemanasan dalam produksi. Sumber–
sumber ini akan mempengaruhi temperatur ruang maka perlu pengkondisian udara
yang dilakukan dengan menggunakan ventilasi dan AC. Ruangan yang
memerlukan pengaturan suhu dikontrol dengan menggunakan AC.
Pendinginan udara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara pendinginan
langsung dan cara pendinginan tak langsung. Pendinginan langsung merupakan
cara pendinginan dimana udara yang akan disirkulasikan didinginkan secara
langsung melalui evaporator dari mesin pendingin. Sedangkan cara pendinginan
Universitas Indonesia
tidak langsung udara didinginkan melalui AHU yang dialiri oleh air dingin
menggunakan Chiller.
b. Kelembaban udara (Humidifier/Dehumidifier)
Dehumidifier biasa digunakan untuk ruangan yang memerlukan kelembaban
relatif rendah seperti ruangan untuk produksi tablet effervescent. Penggunaan
dehumidifier ini akan membantu menciptakan kondisi ruangan dengan udara yang
dingin tetapi dengan kelembaban relatif yang rendah (kering).
c. Kebersihan (Filter, HEPA filter)
Pengaturan jumlah partikel dilakukan dengan pemasangan HEPA filter dan
untuk ruangan yang banyak menghasilkan debu dilengkapi dengan dust collector.
Udara yang dialirkan ke dalam ruangan mengalami filtrasi ssecara bertingkat
melalui prefilter, medium filter, dan HEPA filter. Tahap prefilter dan medium
filter berada pada AHU. Bagian filter yang dapat dibersihkan hanyalah prefilter,
sedangkan medium filter tidak dapat dibersihkan. Misal untuk ruangan kelas
100.000 dimana hanya boleh terdapat 100.000 partikel berukuran 0,5 mikron.
Jumlah tersebut dapat diperoleh dengan memasang HEPA filter seluas 5-10% luas
ruangan, untuk ruangan kelas 10.000 diperoleh dengan memasang HEPA seluas
10-15% luas ruangan, serta untuk memperoleh ruangan dengan kelas 100
dilakukan pemasangan HEPA dengan luas sebesar luas ruangan (Full HEPA).
d. Aliran udara dan Tekanan udara (Fan, Damper, Diffuser)
Pengaturan tekanan udara dilakukan dengan mengatur jumlah udara yang
keluar masuk ruangan, dimana jumlah udara yang masuk lebih besar dari yang
keluar dari ruangan dengan menambahkan fresh air dari luar. Pengaturan volume
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan damper. Misal untuk kelas
steril/100 arah aliran udara yang disirkulasikan dalam ruangan adalah laminair,
bukan turbulen. Hal ini disebabkan karena dengan aliran udara yang laminair akan
dapat mengeliminasi kemungkinan terjadinya akumulasi debu pada salah satu
sudut ruangan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada aplikasi yang kontak dengan produk persyaratan udara menurut ISO
85375 – 1 adalah 1.2.1 dimana angka pertama menunjukkan kelas jumlah partikel
padat per m3, angka kedua menunjukkan kelas Pressure Dewpoint dan angka
ketiga menunjukkan kelas oli yang terkandung dalam udara. Tabel tentang
penjelasan kelas tersebut dapat di lihat dibawah ini :
Tabel 3.7. Air Quality Classes menurut ISO 8573-1
Universitas Indonesia
dengan limbah yang dihasilkan. Oleh karenanya, PT. Konimex sangat peduli
terhadap pengelolaan limbah yang dihasilkan, yang secara langsung berhubungan
dengan pengelolaan lingkungan hidup.
Tujuan pengelolaan lingkungan hidup di PT. Konimex adalah :
a. Mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan
b. Meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan yang timbul akibat
kegiatan pabrik,
c. Tersedianya dokumentasi dan informasi pengolahan lingkungan yang
dilaksanakan terhadap kemungkinan dampak
Dasar hukum pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
d. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 39/MENLH/8/96 tentang Jenis
Usaha yang Wajib AMDAL
e. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 12/MENLH/3/94 tentang UKL-
UPL
f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 928/MENKES/PER/IX/1995 tentang
Penyusunan AMDAL di Bidang Kesehatan
g. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 13/MENLH/3/95 tentang Baku
Mutu Emisi
h. Keputusan Kepala BAPEDAL No. 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan
Teknis Pengolahan Limbah Berbahya dan Beracun
i. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 10/2004 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Industri Farmasi
Tugas dan tanggung jawab pengolahan organisasi lingkungan hidup:
a. Mempertahankan kualitas lingkungan hidup sesuai dengan kriteria baku mutu
lingkungan yang ditetapkan
Universitas Indonesia
akan terpisah dan berada pada bagian bawah alat. Debu turun dan ditampung
dalam dust collector sehingga udara yang telah bersih dapat langsung dikeluarkan
ke lingkungan. Pada alat ini terdapat penyaring atau filter yang menahan debu
atau partikel dengan ukura penyaring tertentu sehingga udara yang dikeluarkan
benar-benar terbebas dari partikel padatan yang dikhawatirkan mengandung obat.
Padatan debu yang telah terpisah, baik debu dari ruang produksi dan mesin, sisa
bahan baku, dan obat yang kadaluarsa atau rusak dimusnahkan dengan
menggunakan multi stage burner. Hal tersebut karena limbah-limbah tersebut
tergolong ke dalam B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Pembakaran dengan
multi stage burner dilakukan secara bertingkat agar lebih efektif dan
menghasilkan sisa pembakaran yang tanpa asap (smokeless) yaitu pembakaran
dengan suhu 300°C (tahap pertama) kemudian asap yang dihasilkan dibakar
dengan suhu 900-1000°C selama 6 jam sehingga tidak ada asap yang dihasilkan
dari proses pembakaran tersebut (tahap kedua). Selanjutnya abu sisa pembakaran
B3 tersebut dikumpulkan dan disimpan sementara di TPS (maksimal 90 hari)
untuk selanjutnya dikelola oleh pihak ketiga yang memiliki sertifikat untuk
mengelola limbah B3. PT. Konimex mengirimkan abu sisa pembakaran B3 ke
PPLI Cileungsi, Bogor. Adapun kapasitas dari multi stage burner ± 120 kg limbah
padat, yang kemudian akan menjadi debu ± 4 kg.
Pembakaran dengan metode multi stage burner hampir tidak menghasilkan
asap atau smoke less burner. Pembakaran dilakukan selama 12 jam yaitu 6 jam
pembakaran dan 6 jam pendinginan. Untuk meyakinkan bahwa udara hasil
pembakaran multi stage burner memenuhi baku mutu yang persyaratkan, maka
secara berkala dilakukan pemeriksaan udara hasil pembakaran multi stage burner
bekerja sama dengan BPLI Semarang. Cerobong yang digunakan memiliki
panjang sampai 14 m, hal ini bertujuan untuk menghindari pencemaran udara
hasil pembakaran ke daerah sekitar.
3.7.2 Pengelolaan Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan oleh berasal dari PT. Konimex berupa air hujan
dan kondensat steam, limbah pabrik, limbah workshop, dan limbah domestik.
Limbah cair yang dihasilkan oleh PT. Konimex diolah dengan sistem multi cell
aerated lagoon kecuali air hujan dan kondensat steam. Sistem ini menggunakan
Universitas Indonesia
sembilan cell aerated lagoon dengan tiga stage yang dilengkapi dengan aerator
untuk masing-masing cell. Sebelum masuk ke cell, limbah cair terlebih dahulu
dialirkan ke bak penampung (sumpitch). Namun pada limbah workshop dilakukan
penyaringan pasir atau oli sebelum masuk sumpicth. Hal ini dilakukan untuk
penghindari terjadinya penyumbatan pada sumpicth. Dari bak penampung, seluruh
limbah cair dipompa ke cell yang kemudian dilakukan proses aerasi yang
bertujuan untuk meningkatkan jumlah oksigen sehingga bakteri dapat
menguraikan limbah. Proses ini berlangsung sekitar 21 hari. Pada proses aerasi
akan terbentuk lumpur/endapan/sludge. Limbah yang telah diproses pada bak
aerasi kemudian dialirkan ke dalam bak sedimentasi untuk mengendapkan lumpur
yang dihasilkan. Lumpur yang mengendap secara otomatis dipompa ke bak sludge
trap dan air yang telah melewati proses sedimentasi merupakan air yang telah
bersih. Air ini dapat dilepas ke badan air dengan cara dialirkan ke kolam ikan (fish
pond) terlebih dahulu untuk memastikan keamanannya dan dapat langsung dilepas
ke badan air. Di dalam bak sludge trap lumpur dan air akan dipisahkan lagi,
lumpur akan mengendap sedangkan air akan dialirkan kembali ke sumpitch untuk
diproses lagi. Sebelum dibuang, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan oleh
bagian pengawasan mutu secara berkala seminggu sekali. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan pH, TSS, kimia, Biologycal Oxygen Demand
(BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Lumpur yang mengendap akan
dikeringkan dan dikumpulkan di TPS - B3, selanjutnya akan dikirim ke PPLI,
Cileungsi, Bogor.
3.7.3 Pengelolaan limbah udara/suara
Selain limbah padat dan cair, PT. Konimex juga menghasilkan limbah
udara. Limbah udara ini antara lain suara atau kebisingan dan gas-gas dari
cerobong asap. Cerobong asap dibuat dengan ketinggian yang telah ditetapkan serta
dilakukan pengujian secara rutin untuk memeriksa apakah limbah asap memenuhi
persyaratan ambang batas emisi yang teah ditetapkan. Untuk mengatasi gangguan
lingkungan akibat suara dari mesin-mesin produksi ketika beroperasi dilakukan
dengan pemasangan peredam bunyi menggunakan silencer. Silencer merupakan
alat yang digunakan untuk meredam bunyi yang timbul dari mesin produksi.
Selain itu dapat dilakukan dengan menggunakan partial enclosure yaitu berupa
Universitas Indonesia
penanaman tanaman rambat pada pagar pabrik berfungsi sebagai peredam dari
kebisingan suara yang berasal dari aktivitas pabrik. Skema pengelolaan limbah
udara PT. Konimex dapat dilihat pada gambar 3.60.
Rekap Laporan Analisa Kualitas Udara Ambien
Universitas Indonesia
Plan
Action Do
Check
Gambar 3.16. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.2 Personalia
Industri farmasi merupakan suatu industri yang harus memiliki personil
yang terkualifikasi dan berpengalaman dalam jumlah yang memadai sehingga
semua tugas dan tanggungjawab terutama dalam proses pembuatan obat sesuai
dengan CPOB dapat terlaksana dan mutu dari obat dapat dipertanggungjawabkan.
86 Universitas Indonesia
Tiap personil di industri farmasi harus memiliki deskripsi tugas yang jelas tetapi
tidak dibebani tanggungjawab yang berlebihan untuk menghindari resiko terhadap
mutu obat.
Personalia dan pengembangan sumber daya manusia sangatlah penting.
Oleh karena itu, PT. Konimex memiliki divisi Human Resources Organization
(HRO) yang berperan dalam manajemen sumber daya manusia dan
pengembangannya. Manajemen sumber daya manusia yang dilakukan oleh PT.
Konimex dimulai dari rekruitmen, pelatihan, beserta semua aspek-aspeknya yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan personalia.
Persyaratan menurut CPOB mengenai personalia yaitu suatu industri
farmasi harus memiliki struktur organisasi yang jelas serta tugas spesfik dan
kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab harus dicantumkan
dalam uraian tugas tertulis dimana aspek CPOB tidak ada yang terlewatkan
ataupun tumpang tindih. Hal tersebut dipenuhi oleh PT. Konimex dengan
menyusun struktur organisasi yang jelas dan tiap bagian memiliki deskripsi tugas
yang jelas. Selain itu, CPOB juga mensyaratkan personel kunci, yaitu Kepala
Bagian Pemastian Mutu (QA), Kepala Bagian Pengawasan Mutu (QC) dan
Kepala Bagian Produksi haruslah dipegang oleh Apoteker dan oleh orang yang
berbeda-beda serta tidak saling bertanggungjawab satu terhadap yang lain. Di PT.
Konimex posisi kunci tersebut sudah dipegang oleh Apoteker dengan orang yang
berbeda-beda serta tidak saling bertanggungjawab satu terhadap yang lain dan
masing-masing personel kunci memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas.
PT. Konimex menerapkan prinsip-prinsip dalam proses penerimaan
(recruitment) karyawan, yang ditentukan dalam standar kualifikasi personalia
yang meliputi proses seleksi awal, pemenuhan kriteria dan pengetahuan serta
keterampilan sesuai dengan yang tercantum dalam deskripsi tugas, memiliki
kesehatan fisik dan mental, dan persyaratan lainnya. Setelah itu, PT. Konimex
juga mengadakan pelatihan-pelatihan, termasuk pelatihan CPOB dan pelatihan-
pelatihan lain yang terkait dengan tugas dan fungsinya pada tiap-tiap bagian.
Kegiatan pelatihan tidak hanya dilakukan oleh internal perusahaan, tetapi juga
dari pihak eksternal dimana hal tersebut dilakukan guna memenuhi CPOB dalam
perolehan personel yang terkualifikasi dan bertanggungjawab.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
hendaklah dibersihkan dan jika perlu didesinfeksi sesuai prosedur tertulis yang
rinci.
4.3.1 Lokasi
Lokasi bangunan memiliki letak geografis yang baik dan bukan merupakan
daerah gempa, memiliki iklim yag tidak mempengaruhi kualitas produk serta
kegiatan produksi tidak berpengaruh terhadap lingkungan dan dampak polusi/
efluent terhadap lingkungan, tidak ada pencemaran dari lingkungan sekitarnya
serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. PT. Konimex terletak cukup jauh
dari kawasan industri lain sehingga resiko pencemaran dapat dihindari. Selain itu
lokasi bangunan PT. Konimex yang terletak di desa sangrahan merupakan daerah
yang bebas dari banjir dan bukan merupakan daerah gempa. PT. Konimex juga
berada di negara Republik Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis yang
mempunyai rentang suhu yang tidak lebar setiap tahunnya sehingga tidak
mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.
4.3.2 Konstruksi Bangunan
PT. Konimex merancang dan membangun gedung pabrik agar dapat
melindungi dari pengaruh cuaca, banjir dan rembesan air melalui tanah.
Permukaan lantai, dinding, langit-langit dan pintu dibuat kedap air, licin, bebas
dari keretakan sehingga mudah dibersihkan dan tidak terdapat sambungan untuk
mengurangi pelepasan atau pengumpulan partikel dan mencegah pertumbuhan
mikroba. Konstruksi lantai pada PT. Konimex telah mengikuti persyaratan yang
terdapat dalam CPOB dimana untuk gudang jenis bahan yang dipakai untuk
konstruksi lantai adalah beton padat yang bersifat menahan debu, pada ruang
produksi menggunakan beton yang dilapisi epoksi dimana permukaannya tidak
berpori dan ruang pengemasan serta laboratorium menggunakan ubin keramik
yang tahan terhadap bahan kimia dan goresan. Pada pertemuan antara dinding,
langit-langit, dan lantai tidak terdapat sambungan, tidak ada siku dan berbentuk
lengkung untuk mengurangi resiko menumpuknya partikel, mencegah
pertumbuhan mikroba, dan memudahkan pembersihan.
Lampu di pasang rata dengan langit-langit dan diberi penutup untuk
mencegah kebocoran udara. Setiap ruangan mendapatkan penerangan yang efektif
sesuai dengan kebutuhan kerja. Berdasarkan tekanan udara, sirkulasi udara, dan
Universitas Indonesia
jumlah partikel, ruang produksi di PT. Konimex dibedakan menjadi tiga kelas
yaitu kelas 100.000, kelas 10.000 dan kelas 100. Pembagian ini dilakukan untuk
mencegah kontaminasi antar ruangan.
4.3.3 Rancang Bangun dan Tata Ruang
Rancangan bangunan PT. Konimex telah memenuhi persyaratan CPOB
melalui penerapan line (jalur produksi) untuk masing-masing produk, dimana satu
jalur mencakup semua tahap pengolahan serta pengemasan suatu produk sehingga
kontaminasi silang dapat dihindari. Sebagai penghubung antara ruang/kelas yang
berbeda disediakan ruang penyangga atau buffer, sedangkan untuk jalur masuk
barang dapat melalui pass box. Air shower terdapat pada setiap pintu masuk
menuju area produksi. Lalu lintas dalam ruang produksi di PT. Konimex
dilakukan melalui koridor agar lalu lintas barang mau pun orang tidak
mengganggu proses produksi. Pada ruang produksi multi produk menganut
prinsip koridor bersih dengan cara membuat tekanan koridor lebih besar dari
tekanan area proses produksi sehingga kontaminan yang berasal dari ruang proses
tidak akan tercampur dengan kontaminan dari ruangan lain karena aliran udara
bergerak dari koridor menuju ruang proses.
4.3.4 Sistem Tata Udara
Sistem tata udara di PT. Konimex di desain untuk memenuhi persyaratan
CPOB dimana beberapa parameter seperti cahaya, suhu, kelembapan udara,
kontaminasi mikroba, kontaminasi partikel, aliran dan tekanan udara di atur sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Pengaturan tata udara tersebut
menggunakan system AHU dimana parameter – parameter yang dibutuhkan untuk
setiap ruangan berbeda tergantung dari kelas kebersihan dari ruangan tersebut.
Perbedaaan tersebut terlihat dari jumlah partikel yang diizinkan dalam suatu
ruangan. Untuk mengatur perbedaan jumlah partikel, PT. Konimex
mengkondisikan pertukaran udara dari tiap ruangan per jam dan juga mengatur
filter akhir yang digunakan. Untuk mengatur pertukaran udara, digunakan control
damper yang dapat mengatur jumlah udara yang dapat masuk ke suatu ruangan
sedangkan untuk mengatur ukuran partikel digunakan berbagai macam filter akhir
sesuai dengan kebutuhan.
Universitas Indonesia
4.4 Peralatan
Menurut CPOB peralatan untuk membuat obat harus memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar mutu obat terjamin sesuai
desain serta seragam dari batch ke batch dan untuk memudahkan pembersihan
serta perawatan. Peralatan yang berhubungan dengan proses produksi atau proses
pembuatan obat di PT. Konimex menjadi tanggung jawab bagian produksi, bagian
teknik, dan validasi. Pengadaan peralatan harus lebih dahulu mempertimbangkan
kesesuaian spesifikasi dari alat yang diinginkan dengan tujuan penggunaan agar
keberadaan alat tersebut dapat menunjang proses pembuatan obat yang sesuai
dengan CPOB. Spesifikasi alat yang diinginkan harus tercantum dalam URS
(User Requirements Specification). URS ini pada awalnya dibuat oleh bagian
produksi berupa kalimat yang berisi output yang diinginkan yang kemudian akan
diterjemahkan oleh bagian teknik menjadi suatu URS yang lengkap yang akan
diberikan kepada pemasok alat yang terkait.
PT. Konimex juga sangat memperhatikan hal yang berkaitan dengan
konstruksi dan desain peralatan sebagai contoh, untuk alat produksi yang kontak
langsung dengan produk dipilih alat dengan permukaan yang inert. Kemudian
dilakukan pembersihan secara rutin dan perawatan secara berkala. Instalasi dan
lokasi perlu memperhatikan beberapa hal antara lain kesesuaian ukuran ruang dan
besar alat, kekuatan lantai, fasilitas listrik, pembumian yang baik,
mempertimbangkan area yang cukup untuk perawatan atau pembersihan,
ketersediaan utilitas penunjang, alat terpasang dengan instruksi yang jelas, ada
Universitas Indonesia
jarak yang cukup antar alat. Hal ini telah diterapkan oleh PT. Konimex melalui
penerapan konsep through the wall installation di Paramex line, dimana hanya
mesin yang digunakan langsung untuk proses produksi saja yang ada di area
produksi, bagian lain seperti mesin/main motor, panel elektrik, dan utilitas lainnya
terpisah dan masuk ke area teknik.
Setiap alat harus memiliki tanda dan nomor identitas yang jelas. Nomor ini
dicantumkan di dalam semua perintah untuk menunjukkan unit atau peralatan
tersebut yang digunakan. Tanda tersebut juga berlaku pada pipa, penandaan harus
jelas menandakan isi dan arah aliran. Di PT. Konimex hal ini juga telah
diterapkan dengan baik, setiap peralatan sudah memiliki label yang jelas tertempel
pada alat yang dimaksud. Penandaan terhadap pipa pun juga dilakukan sesuai
dengan persyaratan CPOB sebagai contoh pipa dari udara bertekanan diberi
penandaan yang jelas untuk menunjukkan isi dan arah aliran.
Prosedur tetap pembersha harus tersedia dalam menjaga kebersihan untuk
masing-masing peralatan dan dilakukan pencatatan setiap kegiatan pembersihan
dalam log book, serta menempelkan status kebersihan pada alat. PT. Konimex
telah menyediakan prosedur pembersihan untuk masing-masing alat dan prosedur
tersebut telah menjadi prosedur resmi yang harus dilaksanakan oleh operator dari
masing-masing alat. Secara sistem, cara membersihkan peralatan dapat dilakukan
baik secara manual atau menggunakan cip. Contoh produksi farmasi 2, 3 masih
menggunakan cara dan catatan manual. Produksi farmasi 1 sudah menggunakan
cara elektronik, yaitu sistem akan memberikan peringatan apabila tiba waktunya
untuk melakukan proses pembersihan, apabila tidak dilakukan sistem akan
berhenti. Setiap pencatatan juga telah dilakukan secara elektronik, setiap IBC
terpasang transponder yang akan terhubung dengan sistem dan secara otomatis
akan keluar dalam catatan batch.
Peralatan yang digunakan untuk proses produksi dan proses yang terkait
lainnya telah berada dalam keadaan terkualifikasi dengan kondisi yang baik.
Setiap peralatan baru perlu dilakukan kualifikasi antara lain: Instalation
Qualification (IQ), Operational Qualification (OQ), dan Performance
Qualification (PQ). Kalibrasi dilakukan terhadap peralatan yang digunakan untuk
menimbang, mengukur, menguji, dan mencatat pada periode tertentu yang sudah
Universitas Indonesia
ditetapkan. Begitu pula dengan mesin dan sistem-sistem penunjang seperti pure
steam, dust collector system, dan Heating Ventilating and Air Conditioning
(HVAC) telah tervalidasi untuk menjamin kualitas produk secara konsisten.
Universitas Indonesia
barang ke dalam ruang produksi dan dilakukan proses pembersihan atas wadah
atau bagian luar bahan baku atau kemasan.
4.6 Produksi
Proses produksi yang dilakukan di PT. Konimex dilaksanakan dengan
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB. Hal
ini dilakukan untuk menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar
(registrasi). Berdasarkan hasil audit 188 perusahaan farmasi tahun 2005, PT.
Konimex termasuk perusahaan yang mendapat kategori A dalam hal penerapan
CPOB.
Setiap produksi obat membutuhkan sarana berupa gedung produksi-
pengemasan-penyimpanan; material yang memenuhi persyaratan; peralatan yang
terkualifikasi dan terkalibrasi; personel yang terlatih dan terkualifikasi; proses
produksi yang tervalidasi; dokumen produksi yang sah dan mampu tertelusur.
Pemenuhan terhadap persyaratan tersebut akan menghasilkan obat yang
memenuhi aspek Kualitas (Quality), Keamanan (Safety), dan Efektivitas/khasiat
(Efficacy) dan aspek CPOB.
Bagian produksi mempunyai fungsi melakukan proses pembuatan obat
berdasarkan Rencana Permintaan Produksi (RPP) dari bagian logistik.
Penempatan ruang produksi antara likuid dan solid sudah dipisahkan agar tidak
saling terkontaminasi. PT. Konimex mempunyai dua tempat produksi solid, satu
yang dikhususkan untuk produksi Paramex dan satu lagi untuk produk solid
lainnya. Di PT. Konimex kelas kebersihan ruangan terbagi dua yaitu untuk produk
steril dan non steril. Produk steril seperti tetes mata steril di produksi di kelas
kebersihan A (kelas 100 dengan sistem Laminair Air Flow). Produk non steril
seperti tablet, sirup, krim, dan lain-lain di produksi di kelas kebersihan C (kelas
10.000). Pada area produksi juga di lengkapi dengan sistem air lock (sistem
penyangga udara) untuk perpindahan beda kelas kebersihan. Hal ini bertujuan
untuk membatasi pertukaran udara dan menjaga kestabilan tekanan udara, serta
untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Dalam hal pencegahan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
distribusi produk jadi serta buangan yang dihasilkan dari proses tersebut tidak
membahayakan lingkungan sekitar.
Sistem pengawasan mutu yang diterapkan PT.Konimex mencakup seluruh
aspek yang disyaratkan dalam CPOB untuk memastikan tiap produk yang dibuat
senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaanya.
PT. Konimex melakukan pengawasan mutu obat sejak bahan awal datang hingga
produk jadi siap dipasarkan. Tanggungjawab pengawasan mutu berada pada
bidang Quality Control yang bertanggungjawab langsung kepada manager Quality
Assurance (QA). Walau Quality control berada di bawah Quality Assurance,
namun masih bisa disebut berdiri sendiri karena terpisah dengan bidang produksi
sehingga jaminan adanya independensi yang kuat dalam pengawasan obat tetap
terjaga.
Bagian pengawasan mutu PT. Konimex antara lain memiliki wewenang
untuk meluluskan bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi bila
produk tersebut sesuai dengan spesifikasinya, atau menolaknya bila tidak cocok
dengan spesifikasinya atau bila tidak dibuat sesuai dengan prosedur yang disetujui
dan kondisi yang ditentukan. Bagian pengawasan mutu juga berwenang dalam
melakukan pengambilan contoh atau sampel barang yang akan diuji. Personil
yang bertugas dalam pengambilan sampel telah memperoleh pelatihan awal dan
berkelanjutan secara teratur tentang cara pengambilan sampel yang benar.
Pengendalian mutu bahan baku, bahan pengemas dan produk yang
dihasilkan PT. Konimex dengan metode analisis yang dianjurkan dalam
Farmakope Indonesia, United Stated Pharmacopeia, British Pharmacopeia, dan
lain-lain yang sesuai dengan fasilitas analisa yang ada dalam laboratorium QC PT.
Konimex. Metode analisis tersebut sebelumnya telah divalidasi oleh bagian
Standardisasi bekerja sama dengan bagian QC. Perubahan atau modifikasi pada
metode analisis yang diluar batasan yang ditetapkan maka diperlukan validasi
kembali. Alat-alat analisa pun dikalibrasi secara berkala sesuai dengan prosedur
yang telah baku.
Dengan melaksanakan hal tersebut diharapkan setiap metode dan alat
analisa memberikan hasil yang teliti dan akurat sehingga dapat memberikan data
yang sesungguhnya sehingga mutu bahan baku, bahan kemas, dan produk yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ketentuan yang ada dalam CPOB. Penanganan keluhan ada di bawah wewenang
QA. Jika berkaitan dengan mutu produk dan memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut, maka QA akan dibantu oleh bagian QC. Jika diperlukan adanya penarikan
produk yang telah beredar, maka bagian marketing akan melakukan penarikan
dengan bantuan distributor-distributornya.
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen mutu dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang essensial dari pemastian mutu.
Dokumen harus jelas untuk memastikan bahwa tiap personil menerima tugas dan
tanggung jawab yang jelas sehingga memperkecil resiko terjadinya kekeliruan.
Industri farmasi dalam memproduksi obat juga harus membuat dokumentasi
melalui catatan, data mentah, laporan analisa hingga laporan penyelidikan yang
berkaitan dengan proses produksi dan aspek pengendalian mutu terhadap obat
dimana dokumen tersebut harus dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu
up to date. Produsen harus dapat menunjukkan bahwa obat dirancang dan dibuat
dengan kualitas yang baik atas dasar dokumen yang jelas, bukan sekedar melalui
komunikasi lisan yang bisa berakibat salah tafsir dan kekeliruan. Berdasarkan
CPOB dokumentasi harus meliputi spesifikasi (spesifikasi bahan awal, pengemas,
produk ruahan, produk antara dan produk jadi), dokumen produksi (dokumen
produksi induk, prosedur produksi induk yang meliputi prosedur pengolahan
induk dan prosedur pengemasan induk, catatan produksi batch yang meliputi
catatan pengolahan batch dan catatan pengemasan batch), prosedur dan catatan
mengenai penerimaan, pengambilan sampel, dan pengujian.
Dalam pengontrolan dokumen, PT. Konimex membentuk suatu bagian yang
disebut Document Control (DC) untuk menangani sistem dokumentasi yang ada
pada tiap bagian sesuai dengan persyaratan CPOB. Melalui sistem komputer
terintegrasi, pendokumentasian di PT. Konimex telah dilakukan secara sistematis
untuk memudahkan pencarian dokumen. PT. Konimex menyadari bahwa aspek
dokumentasi merupakan suatu hal yang penting untuk ketelusuran suatu proses
produksi maka dibuat pembagian level dokumen dari level satu hingga empat
berdasarkan tingkat kepentingannya dan review-nya secara berkala. Pemegang
Universitas Indonesia
dokumen juga dibatasi untuk pihak-pihak tertentu yang memang terkait dengan
dokumen tersebut untuk menjamin aspek kerahasiaan dari dokumen. Untuk
dokumen asli, seluruhnya dipegang oleh bagian Document Control, kecuali
beberapa dokumen tertentu milik bagian penelitian produk dan pengembangan
proses yang sifat kerahasiaannya harus benar-benar terjaga mengenai keterangan
khusus suatu produk. Dokumen dalam bentuk softcopy yang bisa diakses oleh
orang yang berkepentinganpun tidak dapat dicetak dan disalin, sedangkan
dokumen salinan yang dapat dimiliki oleh pihak terkait masih tetap terjaga
kerahasiannya karena selalu dicatat, dikontrol dan harus telah mendapat cap dari
bagian document control. Semua dokumen di PT. Konimex selalu dikaji ulang
secara berkala dan dijaga agar selalu up to date sesuai dengan yang dipersyaratkan
dalam CPOB.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 KESIMPULAN
a. Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Konimex dapat membantu
mahasiswa dalam memahami tanggung jawab profesi apoteker sesuai
dengan CPOB dan mengetahui penerapannya di setiap bagian industri
farmasi.
b. Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Konimex dapat membantu
mahasiswa dalam mengetahui dan memahami peran Apoteker di industri
farmasi.
c. PT. Konimex telah menerapkan prinsip-prinsip CPOB pada seluruh kegiatan
yang terkait dengan produksi obat
5.2 SARAN
Dalam usaha mempertahankan kualitas produk dalam hal efikasi, keamanan
dan kualitas untuk menghasilkan produk-produk yang kompetitif, maka PT.
Konimex Pharmaceutical Laboratories harus selalu berusaha meningkatkan dan
mengoptimalkan fasilitas, sarana dan sumber daya yang ada sejalan dengan
perkembangan dunia industri farmasi yang makin berkembang.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta : Badan POM RI.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2009). Suplemen I 2009 Pedoman CPOB
2006. Jakarta : Badan POM RI.
Sudarsana, I. Paramex Line, Sebuah Teknologi Proses Terkini ... Untuk Apa ?.
Majalah Kontex edisi no.111 th.21
ANGKATAN LXXIII
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar belakang ....................................................................................1
1.2 Tujuan … ...........................................................................................2
ii
3 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
a. Melakukan validasi metode analisis bahan baku
b. Melakukan penetapan baku pembanding sekunder
3 Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
2.4 Verifikasi
Verifikasi suatu metode analisis merupakan pembuktian bahwa suatu
laboratorium dapat melakukan analisis secara berulang dengan memenuhi batas
penerimaan. Verifikasi pada kondisi pemakaian ditunjukkan dengan memenuhi
spesifikasi kesesuaian sistem yang terdapat pada metode analisis, seperti
pemenuhan akurasi dan presisi atau parameter metode lainnya yang sesuai dengan
jenis metode (Food and Drug Administration, 2009).
Verifikasi metode uji adalah konfirmasi ulang dengan cara menguji suatu
metode dengan melengkapi bukti-bukti yang obyektif, apakah metode tersebut
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan. Verifikasi
metode uji ditujukan untuk metode pengujian standar seperti kompendial
Farmakope, Standar Nasional Indonesia, Association of Official Analytical
Chemists (AOAC), dan lain sebagainya. Metode baku (standar) yang sudah
divalidasi umumnya tidak perlu lagi divalidasi ulang. Namun untuk mengetahui
kinerjanya disuatu laboratorium, metode tersebut perlu dicoba dulu atau
diverifikasi keandalannya. Dalam verifikasi ini dilakukan analisis kinerja metode
berupa akurasi, presisi, dan linearitas.
Verifikasi dilakukan pemeriksaan terbatas (selektif) pada yang terpenting
saja dan relevan dengan jenis contoh yang dianalisis. Pada verifikasi tidak
selengkap validasi misalnya ketangguhan, kekuatan, batas deteksi dan batas
kuantitasi metode dan sebagainya tidak dilakukan. Verifikasi bertujuan untuk
membuktikan bahwa laboratorium mampu melakukan analisis dengan hasil yang
dapat diandalkan (valid).
3 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI
3 Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
3 Universitas Indonesia
Parameter
No Metode Persyaratan Hasil
Uji
1 Pemerian Organoleptis Sesuai spesifikasi internal Sesuai
Minimum 0,1% dihitung
2 Kadar Spektrofotometri UV Sesuai
terhadap zat kering
Spektrum serapan
3 Identifikasi Sesuai spesifikasi internal Sesuai
infra merah
Penetapan susut
Susut
4 pengeringan (1121) FI Sesuai spesifikasi internal Sesuai
pengeringan
IV halaman 1043
Parameter
No Metode Persyaratan Hasil
Uji
1 Pemerian Organoleptis Sesuai spesifikasi internal Sesuai
Parameter
No Metode Persyaratan Hasil
Uji
1 Pemerian Organoleptis Sesuai spesifikasi internal Sesuai
95,0 - 102,0 %, dihitung
2 Kadar Spektrofotometri UV Sesuai
terhadap zat kering.
Spektrum serapan
3 Identifikasi Sesuai spesifikasi internal Sesuai
infra merah
4 Susut Penetapan susut Sesuai spesifikasi internal Sesuai
3 Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Validasi metode analisis bahan baku merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan untuk membuktikan bahwa metode analisis yang dilakukan untuk
menetapkan kadar bahan baku secara kuantitatif dapat memberikan hasil yang
pasti, konsisten dan dapat diulang kembali.
b. Penetapan baku pembanding sekunder dilakukan dengan menetapkan sejumlah
bahan baku dengan parameter-parameter dan kriteria yang sesuai dengan baku
primer.
5.2 Saran
3 Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Republik Indonesia.
3 Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia