Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Notariil, Vol. 2, No.

2, November 2017, 84-100


Available Online at https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/notariil
DOI: 10.22225/jn.2.2.349.84-100

KEWENANGAN CAMAT DAN KEPALA DESA SEBAGAI PEJABAT


PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) SETELAH BERLAKUNYA UUJN
Djumardin1
RR.Cahyowati2
Universitas Mataram
Djumardin@gmail.com1
a.cahyowati@gmail.com2

Abstrak
Berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat 2 huruf f Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris, bahwa notaris diberi kewenangan membuat segala akta otentik yang berkaitan
dengan tanah. Sementara secara historis Kedudukan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) baik
sebelum maupun setelah berlakunya Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, kaitannya dengan pembuatan akta
otentik dibidang pertanahan adalah membantu Kepala Kantor Pertanahan dalam melaksanakan
pendaftaran tanah. Secara yuridis bahwa dasar hukum PPAT adalah Peraturan Pemerintah Nomor
37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 sebagai pelaksana dari Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 tahun 1960
(UUPA). Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah bahwa dalam dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor
Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan. Terkait dengan akta otentik berdasarkan ketentuan Pasal 1868 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, dimana disebutkan bahwa akta otentik adalah akta yang dibuat dalam bentuk yang
ditentukan Undang-Undang, oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu
ditempat akta itu dibuat. Dengan demikian secara yuridis normatif Akta PPAT bukan merupakan akta
otentik karena (1) PPAT bukan Pejabat Umum; (2) Bentuk akta PPAT tidak ditentukan undang-
undang, melainkan ditentukan Peraturan Menteri; oleh karena itu untuk menghindari terjadinya
perbedaaan persepsi antara noratis sebagai PPAT dengan BPN atau pejabat lainnya sebagai PPAT
dalam pembutan Akta PPAT maka perlu dilakukan singkronisasi antara berbagai produk hukum yang
terkait dengan PPAT, terutama setelah berlakunya UUJN.

Kata kunci: Kewenangan, Akta PPA

Abstract
Based on the provisions of Article 15 point 2 sub-paragraph f of Law Number 30 Year 2004
concerning Notary Position, that a notary is authorized to make all authentic deeds related to the
land. While the status of Land Acquisition Authority Official (PPAT) both before and after the coming
into effect of Law Number 2 Year 2014 on Amendment to Law Number 30 Year 2004 regarding
Notary Position, relation with making authentic deed in the field of land is assist Head of Land Office
in carry out land registration. Juridically, the legal basis of PPAT is Government Regulation Number
37 Year 1998 Concerning Regulation of Official of Land Deed Officer and Government Regulation
Number 24 Year 1997 as executor of Basic Agrarian Law Number 5 year 1960 (LoGA). Under the
provisions of Article 6 paragraph 2 of Government Regulation No. 24 of 1997 concerning Land
Registration that in the conduct of land registration, Head of Land Office is assisted by PPAT and
other Officials assigned to carry out certain activities according to this Government Regulation and
the relevant legislation . In relation to the authentic deed pursuant to the provisions of Article 1868
of the Civil Code, it is stated that the authentic deed is a deed made in the form prescribed by the
Law, by or in the presence of the authorized public official for it in the place of the deed was made.
Thus, the normative juridical PPAT Act is not an authentic deed because (1) PPAT is not a Public
Official; (2) The form of PPAT deed is not stipulated by law, but regulated by Minister Regulation;
Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 85
therefore to avoid the difference of perception between noratis as PPAT with BPN or other official as
PPAT in PPAT Deed, it is necessary to synchronize between various legal products related to PPAT,
especially after the enactment of UUJN.

Keywords: Authority, PPA Deed

1. PENDAHULUAN untuk mendaftarkan perubahan data yang


Undang-Undang Dasar Negara Republik terjadi, untuk membuktikan bahwa benar-
Indonesia Tahun 1945 menentukan secara benar telah terjadi suatu perbuatan hukum
tegas bahwa negara Republik Indonesia atau peristiwa hukum yang menyebabkan
adalah negara hukum. Prinsip negara terjadinya perubahan tersebut.3 Akta
hukum menjamin kepastian, ketertiban, tersebut harus merupakan akta otentik
dan perlindungan hukum yang berintikan agar memiliki kekuatan pembuktian yang
kebenaran dan keadilan. Kepastian, sempurna.4
ketertiban, dan perlindungan hukum Akta otentik sebagai alat bukti terkuat
menuntut, antara lain, bahwa lalu lintas dan terpenuh mempunyai peranan penting
hukum dalam kehidupan masyarakat dalam setiap hubungan hukum dalam
memerlukan adanya alat bukti yang kehidupan masyarakat. Dalam berbagai
menentukan dengan jelas hak dan hubungan bisnis, kegiatan di bidang
kewajiban seseorang sebagai subjek hukum perbankan, pertanahan, kegiatan sosial,
dalam masyarakat. dan lain-lain, kebutuhan akan pembuktian
Hukum tanah nasional terdiri atas suatu tertulis berupa akta otentik makin
rangkaian peraturan perundang-undangan meningkat sejalan dengan berkembangnya
yang dibuat oleh penguasa, dilengkapi tuntutan akan kepastian hukum dalam
dengan ketentuan-ketentuan hukum adat berbagai hubungan ekonomi dan sosial,
setempat, mengenai hal-hal yang belum baik pada tingkat nasional, regional,
mendapat pengaturan dalam hukum maupun global. Melalui akta otentik yang
tertulis.1 Salah satu tujuan hukum tanah menentukan secara jelas hak dan
nasional adalah meletakkan dasar-dasar kewajiban, menjamin kepastian hukum,
untuk memberikan kepastian hukum dan sekaligus diharapkan pula dapat
mengenai hak-hak atas tanah. Kepastian dihindari terjadinya sengketa.
hukum ini diwujudkan dengan Notaris adalah pejabat umum yang
diselenggarakannya suatu sistem berwenang untuk membuat akta otentik
pendaftaran tanah. sejauh pembuatan akta otentik tertentu
Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi tidak dikhususkan bagi pejabat umum
kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama lainnya atau orang lain yang ditetapkan
kali (initial registration) dan kegiatan oleh undang-undang.5 Pembuatan akta
pemeliharaan data pendaftaran tanah otentik ada yang diharuskan oleh peraturan
(maintenance).2 Dalam kegiatan perundang-undangan dalam rangka
pemeliharaan data pendaftaran tanah, menciptakan kepastian, ketertiban, dan
kecuali perubahan data melalui lelang, perlindungan hukum. Selain akta otentik
digunakan akta yang dibuat oleh Pejabat yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris,
Pembuat Akta Tanah (PPAT) sebagai dasar bukan saja karena diharuskan oleh
1
Boedi Harsono, Reformasi Hukum Tanah Yang Berpihak Kepada Rakyat, Mandar Maju, Bandung, 2002, halaman 39
2
Ibid. hal 474
3
Ibid. hal 475-476
4
Da’I Bachtiar, Kedudukan dan Fungsi Akta Otentik Sebagai Alat Bukti dalam Pandangan Polri, Renvoi, Jakarta,
2003, halaman 22-23
5
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris Pasal 5 ayat 1

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 86
peraturan perundang-undangan, tetapi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
juga karena dikehendaki oleh pihak yang 37 Tahun 1998 Tentang Pejabat Pembuat
berkepentingan untuk memastikan hak dan Akta Tanah (PPAT) yang lebih dahulu ber-
kewajiban para pihak demi kepastian, laku daripada Undang-Undang Nomor 30
ketertiban, dan perlindungan hukum bagi Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,
pihak yang berkepentingan sekaligus bagi dengan kewenangan antara lain:
masyarakat secara keseluruhan. 1. Melaksanakan sebagian kegiatan
Akta otentik pada hakikatnya memuat pendaftaran tanah dengan membuat
kebenaran formal sesuai dengan apa yang akta sebagai bukti telah dilakukannya
diberitahukan para pihak kepada Notaris. perbuatan hukum tertentu mengenai
Akta otentik merupakan alat bukti yang hak atas tanah atau Hak Milik Atas
mengikat dan sempurna. Apa yang Satuan Rumah Susun, yang akan
dicantumkan dalam akta tersebut harus dijadikan dasar bagi pendaftaran
dipercaya oleh hakim yaitu harus dianggap perubahan data pendaftaran tanah yang
sebagai sesuatu yang benar, selama diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.
ketidakbenarannya tidak dibuktikan serta Perbuatan hukum sebagaimana
akta otentik sudah cukup untuk dimaksud di atas adalah sebagai
membuktikan sesuatu peristiwa tanpa berikut :
penambahan pembuktian dengan alat-alat a. Jual beli;
bukti lain.6 Namun, Notaris mempunyai b. Tukar menukar;
kewajiban untuk memasukkan bahwa apa c. Hibah;
yang termuat dalam Akta Notaris sungguh- d. Pemasukan ke dalam perusahaan
sungguh telah dimengerti dan sesuai (inbreng);
dengan kehendak para pihak, yaitu dengan e. Pembagian hak bersama;
cara membacakannya sehingga menjadi f. Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak
jelas isi Akta Notaris, serta memberikan Pakai atas Tanah Hak Milik;
akses terhadap informasi, termasuk akses g. Pemberian Hak Tanggungan;
terhadap peraturan perundang-undangan h. Pemberian Kuasa membebankan Hak
yang terkait bagi para pihak Tanggungan.
penandatangan akta. Dengan demikian, 2. Seorang PPAT mempunyai kewenangan
para pihak dapat menentukan dengan membuat akta otentik mengenai semua
bebas untuk menyetujui atau tidak perbuatan hukum sebagaimana
menyetujui isi Akta Notaris yang akan dimaksud di atas mengenai hak atas
ditandatanganinya. tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah
Dalam Pasal 15 ayat 2 huruf f Undang- Susun yang terletak di dalam daerah
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang kerjanya.
Jabatan Notaris menyatakan bahwa Notaris Beberapa ahli mengatakan bahwa dasar
berwenang untuk membuat akta yang hukum PPAT adalah Peraturan Pemerintah
berkaitan dengan pertanahan. Namun, Nomor 37 Tahun 1998 dan Peraturan
kehadiran pasal tersebut menimbulkan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 sebagai
kontroversi, karena selain Notaris, ada juga pelaksana dari Undang-Undang Pokok
pejabat lain yang diberi wewenang untuk Agraria Nomor 5 tahun 1960 (UUPA).
membuat akta yang berkaitan dengan Peraturan ini merupakan dasar hukum
pertanahan, yaitu Pejabat Pembuat Akta yang kuat bagi kewenangan PPAT. Namun,
Tanah (PPAT). Kewenangan ini ada juga yang mengatakan bahwa antara

6
Sri Wardah dan Bambang Sutiyoso, Hukum Acara Perdata dan Perkembangannya di Indonesia, Gama Media, Yogya-
karta, 2007, halaman 142

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 87
Notaris dan PPAT tidak terjadi sengketa oleh PPAT, bukan oleh Notaris. Sehingga
kewenangan dalam bidang pertanahan7, sampai dengan saat ini, banyak Notaris
karena antara Notaris dengan PPAT yang tidak merangkap sebagai PPAT tidak
memiliki kewenangan sendiri-sendiri. dapat menjalankan kewenangannya dalam
Notaris tidak mengambil kewenangan yang membuat akta otentik dibidang per-
ada pada PPAT dan PPAT pun tidak tanahan. Hal ini menimbulkan
memberikan kewenangannya kepada pertentangan baik dari para praktisi di
Notaris. Sehingga tidak pernah terjadi apa bidang pertanahan maupun akademisi
yang dinamakan dengan sengketa sehingga menjadi sesuatu hal yang layak
kewenangan. untuk dikaji secara ilmiah. Untuk itu
Dalam beberapa literatur, ada yang menjadi relevan untuk dikaji tentang
membahas mengenai kewenangan Notaris eksistensi Pejabat Pembuat Akta Tanah
dan PPAT dengan menggunakan metode selain notaris setelah berlakunya Undang-
historical approach, yang mana lembaga Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang
PPAT merupakan kristalisasi dari pejabat perubahan atas Undang-undang Nomor 30
yang mengalihkan hak atas tanah dalam Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris”.
hukum adat.8 Sehingga PPAT merupakan Berdasarkan uraian yang dikemukakan
lembaga yang lahir dari bumi Indonesia dalam latar belakang di atas, maka dapat
sendiri dan bagi Notaris, sejak awal dirumuskan beberapa permasalahan,
kelahirannya di Indonesia mempunyai antara lain”
wewenang yang terbatas, serta a. Apakah pengaturan kewenangan antara
sebelumnya tidak ada aturan yang Camat, Kepala Desa dan BPN sebagai
menyebutkan wewenang Notaris dalam PPAT dengan Notaris sebagai PPAT
bidang pertanahan.9 setelah berlakunya UUJN tidak
Untuk dapat menjalankan kewenangan menimbulkan konflik kewenangan?
yang ada dalam Pasal 15 ayat 2 huruf f b. Apakah kewenangan Camat dan Kepala
tersebut, Notaris merangkap jabatan se- Desa sebagai PPAT setelah berlakunya
bagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Undang-Undang Jabatan Notaris
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 menjadi tidak mengikat?
Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pe- Penelitian ini merupakan penelitan
jabat Pembuat Akta Tanah menyebutkan hukum normatif yaitu penelitian hukum
bahwa PPAT dapat dijabat oleh Notaris. yang meletakkan hukum sebagai sebuah
Sementara, dalam Undang-Undang Nomor bangunan sistem norma. Sistem norma
30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang dimaksud adalah mengenai asas-
tidak ada dipersyaratkan bahwa Notaris asas, norma, kaidah dari peraturan
harus lulus ujian PPAT dan diangkat men- perundang-undangan, putusan pengadilan,
jadi PPAT terlebih dahulu untuk dapat perjanjian serta doktrin (ajaran).10
membuat akta pertanahan. Namun, Badan Metode pendekatan yang digunakan
Pertanahan Nasional telah mempersyarat- dalam penelitian ini adalah: Pendekatan
kan bahwa untuk pembuatan sertifikat per- Perundang-undangan ( Statute Approach ),
alihan hak atas tanah harus dilengkapi yaitu pendekatan dengan menggunakan
dengan akta peralihan hak yang dibuat legislasi dan regulasi dan Pendekatan
7
Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan tentang Notaris dan PPAT),
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, halaman 83
8
Ibid. Halaman 92
9
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Nota-
ris), PT. Refika Aditama, Bandung, 2008, halaman 86
10
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010,
Halaman 34

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 88
Konseptual (Conceptual Approach ). ulayat bangsa Indonesia tersebut kemudian
Pendekatan konseptual dilakukan manakala lahir hak menguasai dari Negara atas tanah
penelitian tidak beranjak dari aturan -tanah yang ada di Indonesia. Hak
hukum yang ada. Sedangkan Sumber menguasai dari Negara tersebut kemudian
bahan hukum yang digunakan dalam melahirkan kewenangan untuk :
penelitian ini adalah : 1).Bahan hukum 1. Mengatur dan menyelenggarakan
primer yaitu bahan-bahan yang mengikat, peruntukan, penggunaan, persediaan
berupa peraturan-peraturan perundang- dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang
undangan seperti Kitab Undang-Undang angkasa tersebut;
Hukum Perdata khususnya Buku III, 2. Menentukan dan mengatur hubungan-
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 hubungan hukum antara orang-orang
Tentang Pokok-Pokok Agraria, Undang- dengan bumi, air dan ruang angkasa;
Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak 3. Menentukan dan mengatur hubungan-
Tanggungan, Undang-undang Nomor 2 hubungan hukum antara orang-orang
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Un- dan perbuatan-perbuatan hukum yang
dang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Ten- mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
tang Jabatan Notaris, Undang-Undang Secara fisik, tanah mengandung makna
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang suatu objek hukum yang tidak bergerak,
Pembentukan Peraturan Perundang- sehingga tidak dapat diserahkan begitu
undangan, Peraturan Pemerintah Nomor 37 saja atau dipindahkan atau dibawa dan
Tahun 1998 Tentang Pejabat Pembuat tanah tersebut bersifat abadi. Hak atas
Akta Tanah (PPAT) dll ; 2). Bahan hukum tanah adalah hak yang memberikan
sekunder yaitu bahan hukum yang terdiri wewenang kepada pihak yang mempunyai
atas buku atau jurnal hukum yang berisi tanah untuk menggunakan atau mengambil
mengenai prinsip-prinsip dasar (asas manfaat dari tanah yang dihakinya.
hukum), pandangan para ahli hukum dan Hak-hak atas tanah yang umum dan
ensiklopedia hukum; banyak dimiliki oleh perorangan adalah hak
2. HASIL DAN PEMBAHASAN milik, merupakan hak yang bersifat turun-
Pengaturan Kewenangan Camat dan temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat
Kepala Desa sebagai PPAT dan dipunyai oleh orang atas tanah. Pemilikan
Notaris sebagai PPAT hak atas tanah tersebut dilakukan dengan
a. Kewenangan PPAT memperhatikan fungsi sosial hak atas
Indonesia dikenal sebagai Negara tanah. Hak milik dapat beralih dan
agraris, yakni Negara yang dialihkan kepada pihak lain. Peralihan hak
menggantungkan sebagian besar mata dapat terjadi karena suatu perbuatan
pencaharian penduduknya pada bidang hukum oleh pemiliknya atau karena
pertanian. Sebagai Negara agraris maka peristiwa hukum tertentu.
keberadaan tanah sangat penting bagi Peraturan perundang-undangan
Indonesia. Dalam konsep hukum menentukan bahwa peralihan hak atas
pertanahan nasional, tanah merupakan tanah harus dilakukan dan dibuktikan
bagian dari hak ulayat bangsa Indonesia, dengan akta yang dibuat oleh pejabat.
disamping hak Negara sebagai badan Dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah
hukum publik yang mempunyai hak untuk Nomor 10 Tahun 1961 Tentang
mengatur peruntukan dan hal-hal lain yang Pendaftaran Tanah, menyatakan bahwa
berkaitan dengan tanah. Hubungan antara Setiap pejanjian yang bermaksud
bangsa Indonesia dengan bumi merupakan memindahkan hak atas tanah, memberikan
hubungan yang bersifat abadi. Dari hak sesuatu hak baru atas tanah,
menggadaikan tanah atau meminjam uang
Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 89
dengan hak atas tanah sebagai PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu
tanggungan, harus dibuktikan dengan khusus dalam rangka pelaksanaan
suatu akte yang dibuat oleh dan dihadapan program atau tugas Pemerintah tertentu,
penjabat yang ditunjuk oleh Menteri dalam hal ini Kepala Kantor Pertanahan
Agraria (selanjutnya dalam Peraturan untuk melayani pembuatan akta PPAT yang
Pemerintah ini disebut : penjabat). Akte diperlukan dalam rangka pelaksanaan
tersebut bentuknya ditetapkan oleh Menteri program-program pelayanan masyarakat
Agraria. atau untuk melayani pembuatan akta PPAT
Dalam menafsirkan ketentuan tersebut tertentu bagi negara sahabat berdasarkan
kemudian pemerintah membentuk jabatan asas resiprositas sesuai pertimbangan dari
baru yaitu Pejabat Pembuat Akta Tanah Departemen Luar Negeri, sebagai PPAT
(PPAT). Hal ini tentu menjadi pembahasan Khusus.
yang menarik apabila kita sandingkan c. Tugas Pokok dan Kewenangan
kewenangan yang dimiliki oleh PPAT PPAT
dengan Notaris, serta keautentikan akta Dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah
yang dibuat, mengingat dalam PPAT juga Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan
mengenal istilah PPAT Sementara, yaitu Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
jabatan PPAT yang dijalani oleh pejabat disebutkan bahwa PPAT bertugas pokok
pemerintah, dalam hal ini Camat atau melaksanakan sebagian kegiatan
Kepala Desa yang belum tentu paham pendaftaran tanah dengan membuat akta
mengenai pertanahan serta perbuatan- sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan
perbuatan hukum yang berkaitan dengan hukum tertentu mengenai hak atas tanah
pertanahan. atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun,
b. PPAT Sementara dan PPAT Khusus yang akan dijadikan dasar bagi
Pejabat Pembuat Akta Tanah, pendaftaran perubahan data pendaftaran
selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat tanah yang diakibatkan oleh perbuatan
umum yang diberi kewenangan untuk hukum itu. Perbuatan hukum sebagaimana
membuat akta-akta otentik mengenai dimaksud adalah sebagai berikut :
perbuatan hukum tertentu mengenai hak 1. Jual beli;
atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan 2. Tukar menukar;
Rumah Susun. 3. Hibah;
Untuk melayani masyarakat dalam 4. Pemasukan ke dalam perusahaan
pembuatan akta PPAT di daerah yang (inbreng);
belum cukup terdapat PPAT atau untuk 5. Pembagian hak bersama;
melayani golongan masyarakat tertentu 6. Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak
dalam pembuatan akta PPAT tertentu, Pakai atas Tanah Hak Milik;
Menteri dapat menunjuk pejabat-pejabat 7. Pemberian Hak Tanggungan;
di bawah ini sebagai PPAT Sementara atau 8. Pemberian Kuasa membebankan Hak
PPAT Khusus. PPAT Sementara adalah Tanggungan.
Pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena Kewenangan PPAT diatur dalam Pasal 3
jabatannya untuk melaksanakan tugas PP Nomor 37 Tahun 1998 yang
PPAT dengan membuat akta PPAT di menyebutkan bahwa :
daerah yang belum cukup terdapat PPAT, “Untuk melaksanakan tugas pokok
yaitu Camat atau Kepala Desa. Sedangkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
PPAT Khusus adalah pejabat Badan seorang PPAT mempunyai kewenangan
Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena membuat akta otentik mengenai semua
jabatannya untuk melaksanakan tugas perbuatan hukum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (2) mengenai hak atas
Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 90
tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah 6. Lulusan program pendidikan spesialis
Susun yang terletak di dalam daerah notariat atau program pendidikan
kerjanya sedangkan PPAT khusus hanya khusus PPAT yang diselenggarakan oleh
berwenang membuat akta mengenai lembaga pendidikan tinggi;
perbuatan hukum yang disebut secara 7. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh
khusus dalam penunjukannya. Kantor Menteri Negara Agraria/Badan
Pasal 4 PP Nomor 37 Tahun 1998 juga Pertanahan Nasional.
menyebutkan bahwa : Untuk dapat diangkat sebagai PPAT,
“ PPAT hanya berwenang membuat akta yang bersangkutan harus lulus ujian PPAT
mengenai hak atas tanah atau Hak Milik yang diselenggarakan oleh Badan
Atas Satuan Rumah Susun yang terletak di Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
dalam daerah kerjanya; Akta tukar Sebelum mengikuti ujian PPAT, yang
menukar, akta pemasukan ke dalam bersangkutan wajib mengikuti pendidikan
perusahaan, dan akta pembagian hak dan pelatihan PPAT yang diselenggarakan
bersama mengenai beberapa hak atas oleh Badan Pertanahan Nasional Republik
tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Indonesia yang penyelenggaraannya dapat
Susun yang tidak semuanya terletak di bekerja sama dengan organisasi profesi
dalam daerah kerja seorang PPAT dapat PPAT.
dibuat oleh PPAT yang daerah kerjanya Pendidikan dan pelatihan PPAT
meliputi salah satu bidang tanah atau dimaksudkan untuk mendapatkan calon
satuan rumah susun yang haknya menjadi PPAT yang professional dan memiliki
obyek perbuatan hukum dalam akta”. kemampuan dalam melaksanakan tugas
Mendasarkan pada teori kewenangan, jabatannya. Materi ujian PPAT terdiri dari :
bahwa wewenang yang diberikan kepada 1. Hukum Pertanahan Nasional;
PPAT melalui Peraturan Pemerintah Nomor 2. Organisasi dan Kelembagaan
37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pertanahan;
Pejabat Pembuat Akta Tanah bukanlah 3. Pendaftaran Tanah;
wewenang secara atributif, melainkan 4. Peraturan Jabatan PPAT;
wewenang secara delegatif yaitu 5. Pembuatan Akta PPAT; dan
pemindahan/pengalihan wewenang yang 6. Etika profesi.
ada berdasarkan suatu peraturan Namun, dalam Peraturan Kepala Badan
perundang-undangan atau aturan hukum. Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006
d. Syarat Menjadi PPAT, PPAT Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Sementara dan PPAT Khusus Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang
Syarat menjadi PPAT disebutkan dalam Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Pasal 6 PP Nomor 37 Tahun 1998 adalah : Tanah, Kewajiban mengikuti pendidikan
1. Berkewarganegaraan Indonesia; dan pelatihan dikecualikan bagi Camat dan/
2. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga atau Kepala Desa yang akan ditunjuk
puluh) tahun; sebagai PPAT Sementara, apabila di daerah
3. Berkelakuan baik yang dinyatakan kabupaten/kota yang bersangkutan belum
dengan surat keterangan yang dibuat ada PPAT. Tetapi wajib mengikuti
oleh Instansi Kepolisian setempat; pembekalan tehnis pertanahan yang
4. Belum pernah dihukum penjara karena diselenggarakan oleh Badan Pertanahan
melakukan kejahatan berdasarkan Nasional Republik Indonesia yang
putusan Pengadilan yang telah penyelenggaraannya dapat bekerja sama
memperoleh kekuatan hukum tetap; dengan organisasi profesi PPAT.
5. Sehat jasmani dan rohani; Dijelaskan dalam Pasal 23 PP Nomor 37
Tahun 1998 bahwa :
Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 91
“ PPAT dilarang membuat akta, apabila PPAT tersebut tidak memenuhi syarat yang
PPAT sendiri, suami atau istrinya, disebutkan dalam Pasal 1868 KUH Perdata,
keluarganya sedarah atau semenda, dalam sehingga timbul perdebatan mengenai
garis lurus tanpa pembatasan derajat dan otentitas akta PPAT.
dalam garis ke samping sampai derajat 3Boedi Harsono, salah seorang pakar
kedua, menjadi pihak dalam perbuatan Hukum Agraria Indonesia menyatakan
hukum yang bersangkutan, baik dengan bahwa akta PPAT memenuhi syarat sebagai
cara bertindak sendiri maupun melalui akta otentik yang ditentukan dalam Pasal
kuasa, atau menjadi kuasa dari pihak lain. 1868 BW.11 Kemudian, Abdul Gani Abdullah
Di daerah Kecamatan yang hanya terdapat ketika menjabat sebagai Direktur Jenderal
seorang PPAT yaitu PPAT Sementara dan di Peraturan Perundang-undangan
wilayah desa yang Kepala Desanya Departemen Hukum dan HAM, pada tahun
ditunjuk sebagai PPAT Sementara, Wakil 2005 pernah menyatakan bahwa seorang
Camat atau Sekretaris Desa dapat Notaris tidak perlu lagi mengikuti ujian
membuat akta untuk keperluan pihak-pihak khusus untuk dapat diangkat sebagai
sebagaimana dimaksud diatas setelah PPAT, karena sudah inheren dalam diri
mengucapkan sumpah jabatan PPAT di Notaris, maka pembinaan dan
depan PPAT Sementara yang pengangkatan Notaris itu otomatis
bersangkutan”. termasuk pengangkatan sebagai PPAT.
1Kewenangan Camat dan Kepala Lebih lanjut, beliau mengatakan bahwa
Desa sebagai PPAT setelah UUJN mengesampingkan produk hukum
berlakunya UUJN lain dibawah undang-undang yang
2Dengan adanya ketentuan Pasal 15 mengatur soal PPAT yang selama ini
ayat 2 huruf f Undang-Undang Nomor 30 eksistensinya bernaung di bawah PP No. 37
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
menentukan bahwa Notaris berwenang Notaris. Pendapat sebaliknya disampaikan
pula membuat akta yang berkaitan dengan oleh Ketua Umum Asosiasi PPAT Indonesia
pertanahan, telah menimbulkan (ASPPAT), Liliana, yang menyatakan bahwa
perdebatan yang berkepanjangan Pasal 15 ayat 2 huruf f UUJN tidak dapat
dikalangan ahli hukum dan praktisi hukum ditafsirkan semata-mata bahwa Notaris
khususnya di bidang kenotariatan, dapat membuat akta yang selama ini
mengenai kewenangan membuat akta dibuat oleh PPAT, karena Pasal tersebut
otentik yang berkaitan dengan pertanahan. tidak jelas dan perlu penjelasan, meskipun
Hal ini disebabkan karena selain Notaris, pada penjelasan Undang-undangnya
ada juga pejabat yang diberikan dikatakan “cukup jelas”.12
kewenangan untuk membuat akta otentik 4Kemudian, Habib Adjie, seorang pakar
yang berkaitan dengan pertanahan yaitu hukum kenotariatan sekaligus praktisi
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). hukum dalam tulisannya mengatakan
Kewenangan PPAT sebagai pejabat yang bahwa ketentuan dalam Pasal 15 ayat 2
berwenang untuk membuat akta otentik huruf f UUJN tidak menambah wewenang
lahir dari Peraturan Pemerintah Nomor 37 Notaris di bidang pertanahan dan bukan
Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan pula pengambilalihan wewenang dari PPAT
Pejabat Pembuat Akta Tanah. Namun oleh Notaris. Bahwa Notaris mempunyai
demikian, terhadap akta yang dibuat oleh wewenang di bidang pertanahan
PPAT patut dipertanyakan otentisitasnya. sebagaimana diatur dalam UUJN adalah
Karena secara normatif dan teoritis, akta sepanjang bukan wewenang yang sudah
11
Budi Harsono, PPAT Sejarah, Tugas dan Kewenangannya, Majalah Renvoi, No. 8.44.IV, edisi 3 Januari 2007
12
Http/www.hukumonline, fokus, Undang-undang Jabatan Notaris : Satu Undang-Undang Seribu Lubang, 21 Maret 2005

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 92
ada pada PPAT. Oleh karena itu, tidak ada sebagai PPAT, karena tidak dapat
sengketa kewenangan antara notaris dan menjalankan kewenangan Notaris untuk
PPAT dalam membuat akta membuat akta-akta pertanahan
pertanahan.13Pada bagian lain, Habib Adjie sebagaimana amanat UUJN.
mengatakan bahwa kewenangan notaris 7Tidak semua akta dapat disebut
untuk membuat akta-akta mengenai sebagai akta autentik. Sebuah akta disebut
pertanahan sebagaimana disebutkan dalam akta autentik jika memenuhi syarat berikut
Pasal 15 ayat 2 huruf f adalah merupakan ini.
kewenangan khusus karena mengenai 1. Bentuk akta tersebut sesuai dengan
perbuatan hukum tertentu. Pada footnote yang ditentukan undang-undang.
tulisan tersebut, habib adjie mengatakan Sebuah akta autentik sudah memiliki
bahwa kewenangan Notaris untuk bentuk pola sendiri. Jadi, seseorang
membuat akta pertanahan adalah selama yang ingin membuat akta autentik di
dan sepanjang bukan merupakan akta hadapan notaris tidak dapat membuat
pertanahan yang selama ini telah menjadi dengan format sembarangan;
kewenangan PPAT.14 2. Akta autentik dibuat dihadapan pejabat
5Kemudian, dalam tulisannya yang lain, umum yang diangkat Negara. Notaris
Habib Adjie menyimpulkan bahwa akta adalah salah satu pejabat umum yang
PPAT bukan sebagai akta otentik, tapi han- mempunyai wewenang untuk membuat
ya perjanjian biasa setingkat dengan akta akta autentik;
dibawah tangan,dari segi fungsi hanya 3. Akta autentik dibuat oleh pejabat yang
mempunyai pembuktian dengan kualifikasi berwenang atau notaris yang berhak.
sebagai surat di bawah tangan, yang Seorang notaris yang sedang cuti atau
penilaian pembuktiannya (jika bermasalah) sedang bermasalah tidak berwenang
diserahkan kepada hakim, jika hal tersebut untuk membuat akta autentik. Seorang
diperiksa atau menjadi objek gugatan di notaris yang sedang dibekukan izinnya
pengadilan negeri. Dan ternyata secara atau yang belum memiliki izin, tidak
kelembagaan, dalam hal ini PPAT dan akta dapat membuat sebuah akta autentik.16
PPAT belum mempunyai kedudukan hukum Untuk menentukan apakah suatu akta
yang kuat, oleh karena itu, jika memang yang dibuat oleh pejabat itu merupakan
lembaga PPAT masih tetap dipertahankan akta otentik atau tidak, harus memenuhi
sebagai bagian dari sistem hukum nasional, syarat dalam Pasal 1868 KUH Perdata yang
(artinya kewenangan PPAT tidak akan menyatakan bahwa :
diambil alih oleh Notaris berdasarkan Pasal “ Eene authentieke acte is de zoodanige
15 ayat 2 huruf f UUJN), maka untuk welke in den wettelijke vorm is verleden,
segera dibuat Undang-undang Jabatan door of ten overstaan van openbare
Pejabat Pembuat Akta Tanah.15 ambtenaren die daartoe bevoegd zijn ter
6Inkonsistensi pendapat yang plaatse alwaar zulks is geschied”
disampaikan oleh Habib Adjie tersebut “Suatu akta otentik ialah suatu akta
tidak lebih dari sekedar keluhan yang yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan
disampaikan oleh seorang praktisi undang-undang, oleh atau dihadapan
kenotariatan yang merangkap jabatan pejabat umum yang berwenang untuk itu
13
Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan tentang Notaris dan
PPAT), Op. Cit.. Halaman 83-85
14
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia : Tafsir Tematik terhadap UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan
Notaris, Op. Cit. hal 82
15
Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan tentang Notaris dan
PPAT), Op. Cit. Hal 274-275
16
Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, Ke Notaris, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2009, halaman 83

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 93
di tempat akta itu dibuat”. Peraturan Jabatan Notaris adalah
Dengan demikian, ada 3 (tiga) syarat sebuah peraturan warisan dari Belanda
yang harus dipenuhi agar akta yang berlaku selama 144 tahun di
dikategorikan sebagai akta otentik, yaitu : Indonesia sesuai dengan azas konkordansi
1. akta itu dibuat oleh (door) atau yang dianut. Peraturan tersebut diatur
dihadapan (ten overstan) seorang dalam Staatsblad 1860 Nomor 3 tentang
pejabat umum; Peraturan Jabatan Notaris Di Indonesia
2. akta itu harus dibuat dalam bentuk yang (Reglement op het Notaris-ambt in
ditentukan oleh Undang-Undang (wet); Indonesia). Begitu juga dengan Burgerlijk
3. pejabat umum oleh atau dihadapan Wetboek (BW) atau yang dikenal dengan
siapa akta itu dibuat harus mempunyai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
wewenang untuk membuat akta itu. Pasal 1 PJN menyatakan bahwa :19
Maka, untuk mengetahui apakah akta “ De notarissen zijn openbare
yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta ambtenaren, uitsluitend bevoegd om
Tanah adalah suatu akta yang otentik atau authentieke akten op te maken wegens alle
tidak ukurannya adalah mengacu pada handelingen, overeenkomsten en
ketentuan pasal Pasal 1868 KUH Perdata beschikkingen, waarvan eene algemeene
yang secara umum mengandung unsur- verordening gebeidt of de
unsur sebagai berikut: belanghebbenden verlangen, dat bij
a. Pejabat Umum authentiek geschrift blijken zal, daarvan de
Menurut Kamus Besar Bahasa dagtekening te verzekeren, de akten in
Indonesia,17 pejabat adalah pegawai bewaring te houden en daarven grossen,
pemerintah yang memegang jabatan afschriften en uittreksels uit te geven; alles
(unsur pimpinan) atau orang yang voorzover het opmaken dier akten door
memegang suatu jabatan. Sedangkan ene algemene verordening niet ook aan
Jabatan adalah pekerjaan (tugas) dalam andere ambtenaren of personen
pemerintahan atau organisasi. Istilah opgedragen of voorbehouden is ”
Pejabat Umum18 merupakan terjemah dari Notaris adalah pejabat umum satu-
istilah Openbaare Amtbtenaren yang satunya (uitsluitend) yang berwenang
terdapat dalam Pasal 1868 Burgerlijk membuat akta otentik mengenai semua
Wetboek (BW) dan Pasal 1 Peraturan perbuatan, perjanjian dan penetapan yang
Jabatan Notaris (PJN). diharuskan oleh suatu peraturan umum
Pasal 1868 KUH Perdata yang atau oleh yang berkepentingan dikehendaki
menyatakan bahwa : untuk dinyatakan dalam akta otentik,
“ Eene authentieke acte is de zoodanige menjamin kepastian tanggalnya,
welke in den wettelijke vorm is verleden, menyimpan aktanya dan memberikan
door of ten overstaan van openbare grosse, salinan dan kutipannya, semuanya
ambtenaren die daartoe bevoegd zijn ter sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu
plaatse alwaar zulks is geschied” peraturan umum (algemene verordening)
“Suatu akta otentik ialah suatu akta tidak juga ditugaskan atau dikecualikan
yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan kepada pejabat atau orang lain.
undang-undang, oleh atau dihadapan Porthier dalam bukunya yang berjudul
pejabat umum yang berwenang untuk itu Traite des Obligations (Perjanjian yang
di tempat akta itu dibuat”. Mengikat) mengatakan bahwa akta-akta
17
Badudu-Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994, halaman 543
18
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dalam Putusannya Nomor 009-014/PUU-III/2005, tanggal 13 September 2005
memberikan istilah Pejabat Umum sebagai Public Official
19
Peraturan Jabatan Notaris (Staatsblad 1860 Nomor 3) Pasal 1

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 94
otentik sebagaimana dimaksud dalam Pasal Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah
1317 Code Civil Perancis dan Pasal 1 UU Susun dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun
Ventose 25 an XI ialah akta-akta yang satu 1996 tentang Hak Tanggungan
-satunya (uitsluinted) dibuat oleh notaris. menggunakan istilah pejabat. Perubahan
Code Civil Perancis merupakan kodifikasi istilah dari Penjabat yang berarti pemegang
hukum perdata yang berdasarkan azas jabatan orang lain untuk sementara
konkordansi juga diberlakukan di Belanda menjadi istilah pejabat yang berarti
(menjadi Burgerlijk Wetboek) dan pegawai pemerintah yang memegang
berdasarkan azas konkordansi itu pula, jabatan, menjadikan peraturan tersebut
diberlakukan di Indonesia yang berlaku multi tafsir, sehingga menyebabkan
hingga sekarang.20 terjadinya perdebatan dikalangan
Pasal 1868 Burgerlijk Wetboek atau KUH akademisi maupun praktisi saat ini.
Perdata Indonesia isinya sama dengan Inkonsistensi ini terus berlanjut sampai
Pasal 1317 Code Civil Perancis yang dengan dicabutnya Peraturan Pemerintah
mengatur mengenai akta otentik dan Nomor 10 Tahun 1961 dengan Peraturan
pejabat satu-satunya yang berwenang Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
membuat akta otentik sebagaimana Pendaftaran Tanah serta dikuatkannya
disebutkan dalam Pasal 1 UU Ventose 25 istilah Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam
an XI (yang isinya sama dengan Pasal 1 de Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun
notariswet Belanda dan Pasal 1 Peraturan 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Jabatan Notaris Indonesia) adalah Notaris. Pembuat Akta Tanah. Padahal, dalam Pasal
Sehingga notaris berwenang membuat akta 1866 KUH Perdata dengan jelas
otentik sepanjang oleh peraturan umum menyatakan syarat bahwa akta otentik
tidak dikecualikan atau diberikan kepada adalah suatu akta yang dibuat oleh atau
pejabat lain. Pengecualian pejabat lain dihadapan pejabat umum yang berwenang
tersebut adalah juru sita pengadilan, untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya.
pejabat kantor catatan sipil dan pejabat Tidak ada satu kata pun yang
syahbandar. menyebutkan istilah penjabat atau
Dalam peraturan perundang-undangan penjabat umum, melainkan pejabat umum.
di Indonesia khususnya yang mengatur Sebagai penjabat, maka kedudukan
mengenai PPAT, terdapat inkonsistensi PPAT tidak lebih dari seorang yang
penggunaan istilah penjabat dengan memegang jabatan, dan PPAT bukan
pejabat. Dalam PP Nomor 10 Tahun 1961 sebagai pejabat yang mandiri. Artinya
tentang Pendaftaran Tanah (telah dicabut), sebagai penjabat, maka PPAT hanya
menggunakan ist ilah P enjabat, 2 1 sebagai seorang yang diperbantukan dalam
sedangkan dalam Peraturan Menteri menjalankan tugas Menteri Agraria yang
Agraria Nomor 11 Tahun 1961 tentang merupakan pejabat utama dalam
Bentuk Akta dan Peraturan Menteri Agraria pembuatan akta. Jadi, tugas pokok PPAT
Nomor 15 Tahun 1961 tentang menurut PP Nomor 10 Tahun 1961 (telah
Pembebanan dan Pendaftaran Hypotheek dicabut) adalah membantu Menteri Agraria
serta Credietverband yang merupakan untuk membuat akta-akta pemindahan
turunan dari Peraturan Pemerintah hak, pemberian hak baru, penggadaian
tersebut menggunakan istilah pejabat. tanah, dan pemberian hak tanggungan
Kemudian dalam Undang-Undang atas tanah.22 Karena statusnya hanya
20
Dikutip dari Muhammad Adam, Ilmu Pengetahuan Notariat, Sinar Baru, Bandung, 1985, halaman 252
21
Lihat pengertian Penjabat
22
J. Kartini Soedjendro, Perjanjian Peralihan Hak atas Tanah yang Berpotensi Konflik, Kanisius, Yogyakarta, 2001,
halaman 85

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 95
sekedar pembantu (dengan istilah “Dalam Pasal 1866 KUH Perdata, hanya
“penjabat”) maka pengaturan mengenai menerangkan apa yang dinamakan
keberadaan PPAT cukup dituangkan dalam autentik, akan tetapi tidak menjelaskan
Peraturan Menteri (Peraturan Menteri siapa yang dimaksud dengan pejabat
Agraria Nomor 10 Tahun 1961). umum, juga tidak menjelaskan tempat
Oleh karena itu, penulis berpendapat dimana ia berwenang sedemikian, sampai
bahwa PPAT bukan sebagai pejabat umum, dimana batas-batas wewenangnya dan
melainkan hanya “penjabat” yang tidak lain bagaimana bentuk menurut hukum yang
sebagai pembantu Menteri Agraria (Pejabat dimaksud, sehingga pembuat undang-
Utama) dalam membuat akta-akta undang masih harus membuat peraturan
pemindahan hak, pemberian hak baru, perundang-undangan untuk mengatur hal-
penggadaian tanah, dan pemberian hak hal tersebut. Satu dan lain diatur dalam
tanggungan atas tanah, serta produk hasil Peraturan Jabatan Notaris (PJN) sehingga
dari PPAT tidak masuk dalam kategori dengan demikian dapat dikatakan bahwa
keputusan pejabat, karena sifatnya tidak PJN merupakan peraturan pelaksanaan dari
individual dan final, karena muaranya Pasal 1866 KUH Perdata. Notarislah yang
adalah Kantor Pertanahan Nasional. Se- dimaksud dengan pejabat umum itu”
hingga, pertanggungjawaban hukum ter- Serta pendapat yang dikemukakan oleh
letak pada Badan Pertanahan Nasional, ka- Herlien24 bahwa pejabat umum yang
rena produk hukum akhir berupa penerbi- berwenang menjalankan kekuasaan Negara
tan sertifikat merupakan kewenangan BPN. di bidang hukum perdata adalah notaris
Hal ini tentu tidak memberikan kepastian yang dalam menjalankan tugasnya
hukum bagi masyarakat terhadap per- didasarkan pada penunjukan yang
buatan hukum yang telah diakomodir oleh dilakukan oleh (kepala) Negara menurut
PPAT dalam sebuah akta. Terlebih lagi keti- Undang-Undang. Sehingga, tepatlah
ka terhadap suatu perjanjian dengan objek dikatakan bahwa Notaris adalah satu-
yang sama terdapat sertifikat ganda, kare- satunya pejabat umum yang diberikan
na pembuatannya melalui 2 (dua) pejabat kewenangan untuk membuat akta otentik
yang berbeda yaitu Notaris yang me- sepanjang kewenangan tersebut tidak juga
rangkap sebagai PPAT dan PPAT Sementa- diberikan kepada pejabat lain atau orang
ra yaitu Camat atau Kepala Desa. lain yang ditentukan berdasarkan Undang-
Kepastian hukum merupakan perlindungan Undang.
yustiabel terhadap tindakan sewenang- Bentuk Akta (PPAT)
wenang, yang berarti seseorang akan Syarat akta otentik yang terdapat dalam
dapat memperoleh sesuatu yang Pasal 1868 KUH Perdata (Burgerlijk
diharapkan dalam keadaan tertentu. Wetboek) adalah akta otentik dibuat dalam
Masyarakat mengharapkan adanya bentuk yang ditetapkan oleh Undang-
kepastian hukum, karena dengan adanya Undang. Dalam sub pembahasan
kepastian hukum masyarakat akan lebih sebelumnya, penulis telah memaparkan
tertib. munculnya jabatan pejabat pembuat akta
Sejalan dengan hal tersebut, penulis tanah. Secara historis peraturan perundang
sependapat dengan apa yang dinyatakan -undangan yang menyebutkan istilah
oleh seorang pakar kenotariatan yang pejabat pembuat akta tanah dengan
menyatakan bahwa :23 sebutan “penjabat” sesuai dengan PP No.
23
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1980, halaman 30
24
Herlien, Akta Otentik dan Notaris pada Sistem Hukum Anglo Saxon dan Sistem Hukum Romawi, Artikel Dalam :
Wila Chandrawila Supriadi (Editor), Kumpulan Karangan Alumni FH UNPAR (Percikan Gagasan Tentang Hukum ke-III, Mandar
Maju, Bandung, 1998 hal 102

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 96
10 Tahun 1961 yang kemudian Peraturan Menteri Agraria Nomor 11
dilaksanakan dengan Peraturan Menteri Tahun 1961 tentang Bentuk Akta
Agraria Nomor 10 Tahun 1961 tentang Peraturan ini dikeluarkan oleh Menteri
Penunjukan pejabat yang dimaksudkan Agraria guna menetapkan bentuk-bentuk
dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah akta yang harus dibuat oleh seorang
Nomor 10 tahun 1961 tentang pendaftaran pejabat pembuat akta tanah sebagaimana
tanah serta hak dan kewajibannya dan yang dimaksudkan dalam Pasal 19
Peraturan Menteri Agraria Nomor 11 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1961 tentang Bentuk Akta. 1961 tentang Pendaftaran Tanah. Dalam
Peraturan Menteri Agraria Nomor 10 Pasal 1 disebutkan bahwa akta-akta yang
Tahun 1961 tentang Penunjukan dimaksudkan dalam pasal 19 Peraturan
pejabat yang dimaksudkan dalam Pemerintah No. 10 tahun 1961 tentang
Pasal 19 Peraturan Pemerintah Pendaftaran Tanah (Lembaran-Negara
Nomor 10 tahun 1961 tentang tahun 1961 No. 28) harus dibuat oleh
Pendaftaran Tanah Serta Hak Dan pejabat pembuat akta tanah dengan
Kewajibannya mempergunakan formulir-formulir (daftar-
Dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan isian) yang contoh- contohnya terlampir
Menteri Agraria Nomor 10 Tahun 1961 pada Peraturan ini. Hal ini berarti, akta-
disebutkan bahwa untuk setiap Kecamatan akta yang dibuat harus berdasarkan
atau daerah yang disamakan dengan itu formulir yang dicetak oleh jawatan
(selanjutnya dalam Peraturan ini disebut : pendaftaran tanah yang kemudian akan
Kecamatan), diangkat seorang pejabat diisi, tidak atas inisiatif pejabat itu sendiri
yang bertugas membuat akte perjanjian dan karena statusnya hanya sekedar
yang dimaksudkan dalam Pasal 19 pembantu (dengan istilah “penjabat”) maka
Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun pengaturan mengenai keberadaan PPAT
1961 tentang Pendaftaran Tanah cukup dituangkan dalam Peraturan
(selanjutnya dalam Peraturan ini disebut: Menteri.
pejabat). Peraturan ini menyebutkan istilah Peraturan Pemerintah Nomor 37
pejabat terhadap orang yang diangkat oleh Tahun 1998 tentang Peraturan
Menteri Agraria atas usulan Kepala Jawatan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
Pendaftaran Tanah untuk membuat akte Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37
perjanjian. Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
Menurut penulis, istilah pejabat yang Pejabat Pembuat Akta Tanah diatur
digunakan dalam peraturan ini adalah mengenai jabatan pejabat pembuat akta
untuk mempermudah penyebutan (sama tanah, dimana Pasal 1 angka 1 menyatakan
seperti ketentuan umum dalam sebuah bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah,
undang-undang), sehingga tidak selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat
mengulangi kata yang sama terhadap umum yang diberi kewenangan untuk
orang yang diangkat untuk membuat akta. membuat akta-akta otentik mengenai
Namun secara struktural, pejabat tersebut perbuatan hukum tertentu mengenai hak
merupakan “penjabat” (pemegang jabatan atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
orang lain untuk sementara, dalam hal ini Rumah Susun.
pembantu Menteri Agraria sebagai Pejabat Selain PPAT, ada juga diatur mengenai
Utama dalam membuat akta-akta PPAT Sementara dan PPAT Khusus. PPAT
pemindahan hak, pemberian hak baru, Sementara adalah Pejabat Pemerintah
penggadaian tanah, dan pemberian hak yang ditunjuk karena jabatannya untuk
tanggungan atas tanah). melaksanakan tugas PPAT dengan

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 97
membuat akta PPAT di daerah yang belum Peraturan Kepala Badan Pertanahan
cukup terdapat PPAT yaitu Camat atau Nasional Nomor 1 Tahun 2006
Kepala Desa. Sedangkan PPAT Khusus tentang Peraturan Pelaksanaan
adalah pejabat Badan Pertanahan Nasional Peraturan Pemerintah Nomor 37
yang ditunjuk karena jabatannya untuk Tahun 1998 tentang Peraturan
melaksanakan tugas PPAT dengan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
membuat akta PPAT tertentu khusus dalam Dalam Peraturan Kepala Badan
rangka pelaksanaan program atau tugas Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006
Pemerintah tertentu yaitu Kepala Kantor tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan
Pertanahan untuk melayani pembuatan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang
akta PPAT yang diperlukan dalam rangka Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
pelaksanaan program-program pelayanan Tanah disebutkan bahwa Blanko akta PPAT
masyarakat atau untuk melayani dibuat dan diterbitkan oleh Badan
pembuatan akta PPAT tertentu bagi negara Pertanahan Nasional Republik Indonesia
sahabat berdasarkan asas resiprositas dan hanya boleh dibeli oleh PPAT, PPAT
sesuai pertimbangan dari Departemen Luar Pengganti, PPAT Sementara atau PPAT
Negeri, sebagai PPAT Khusus. Khusus. Akta PPAT dibuat dengan mengisi
Dijelaskan dalam Pasal 23 bahwa PPAT blanko akta yang tersedia secara lengkap
dilarang membuat akta, apabila PPAT sesuai petunjuk pengisiannya.
sendiri, suami atau istrinya, keluarganya Secara normatif, tugas pokok dan
sedarah atau semenda, dalam garis lurus wewenang PPAT bukan membuat, tapi
tanpa pembatasan derajat dan dalam garis mengisi blanko akta yang dibeli dari BPN
ke samping sampai derajat kedua, menjadi secara lengkap sesuai petunjuk
pihak dalam perbuatan hukum yang pengisiannya berdasarkan data yang
bersangkutan, baik dengan cara bertindak lengkap. Dalam Kamus Besar Bahasa
sendiri maupun melalui kuasa, atau Indonesia, membuat berarti menciptakan,
menjadi kuasa dari pihak lain. Di daerah melakukan, mengerjakan. Dengan kata
Kecamatan yang hanya terdapat seorang lain, PPAT menciptakan, melakukan,
PPAT yaitu PPAT Sementara dan di wilayah mengerjakan sendiri akta otentik yang
desa yang Kepala Desanya ditunjuk menjadi kewenangannya.
sebagai PPAT Sementara, Wakil Camat Hal ini akan menjadi contradiction in
atau Sekretaris Desa dapat membuat akta terminis apabila menghubungkan antara
untuk keperluan pihak-pihak sebagaimana arti/ makna kata “membuat”, dengan
dimaksud diatas setelah mengucapkan keharusan mengisi blanko yang dibeli dari
sumpah jabatan PPAT di depan PPAT BPN. Dalam Kamus Besar Bahasa
Sementara yang bersangkutan. Hal ini Indonesia, blanko/ formulir adalah lembar
tentu menjadi pertanyaan mengenai isian atau surat isian. Penulis berpendapat
keautentikan akta yang dibuat. bahwa formulir adalah lembaran yang
Pemahaman PPAT yang ditunjuk harus diisi oleh yang bersangkutan sesuai
berdasarkan jabatannya sebagai pejabat dengan maksud dan tujuannya yang sudah
pemerintah terhadap jenis dan bentuk akta disediakan oleh pihak lain. Tujuan
PPAT serta substansi akta akan diragukan digunakannya blanko dalam membuat akta
serta pertanggungjawaban PPAT adalah untuk memudahkan PPAT
Sementara tersebut terhadap akta yang khususnya PPAT Sementara yaitu Camat
dibuat didepan pengadilan saat diajukan dan Kepala Desa yang wilayahnya belum
sebagai alat bukti apabila terjadi sengketa terdapat PPAT, mengingat pentingnya
dikemudian hari. pelayanan kepada masyarakat dalam hal ini
memberikan kepastian hukum atas
Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X
Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 98
perbuatan hukum yang telah dilakukan. Dengan membandingkan kedua hal
Ditegaskan dalam Pasal 96 ayat (3) tersebut, maka terdapat perbedaan yang
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala sangat signifikan dimana kewenangan
BPN Nomor 3/1997 tentang Ketentuan PPAT untuk membuat akta otentik berarti
pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor menciptakan, melakukan, mengerjakan
24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran sendiri akta PPAT, bukan mengisi blanko
Tanah, blangko Akta PPAT hanya berfungsi atau formulir. Sehingga, menjadi
sebagai syarat Konstitutif pendaftaran pertanyaan mengenai kemandirian
perubahan data pendaftaran tanah artinya organisasi/lembaga PPAT di Indonesia
akta-akta PPAT tanpa menggunakan dalam melaksanakan tugas pokok dan
blangko akta yang disediakan BPN atau kewenangannya.
instansi lain yang ditunjuk, tidak dapat Berdasarkan uraian di atas, maka
dijadikan dasar pendaftarannya di Kantor keberadaan PPAT Sementara dan PPAT
Pertanahan setempat. khusus secara historis dimaksudkan untuk
Pengaturan penggunaan blangko Akta efektifnya pelayanan Pembuatan Akta
PPAT ini dilatarbelakangi karena pada dalam rangka Peralihan Hak atas tanah
waktu itu sebagian besar PPAT dijabat oleh pada beberapa wilayah yang merupakan
Camat karena jabatannya ex officio tugas pokok Badan Pertanahan Nasional
menjalankan sementara jabatan PPAT. yang jumlah PPATnya masih terbatas,
Mengingat Camat banyak tidak berlatar sehingga kewenangan yang dimiliki oleh
belakang Sarjana Hukum maka untuk PPAT sementara dan PPAT khusus adalah
memudahkan pelaksanaan jabatannya itu bersifat delegatif. Menyadari akan
dibuatkan blangko akta dan buku petunjuk kapasitas Camat dan kepala desa yang
Pengisian Blangko akta. terbatas (tidak melalui pendidikan khusus)
Apabila terdapat kelangkaan blanko akta sebagai PPAT yang membantu tugas pokok
PPAT, maka PPAT dapat tetap membuat Badan Pertanahan Nasional, maka blangko
akta menerbitkan fotocopy akta yang akta PPAT yang akan ditanda tangani oleh
disahkan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN PPAT Sementara dan PPAT Khusus telah
Provinsi, dengan memberikan keterangan disiapkan oleh BPN yang formatnya telah
pada halaman pertama akta sebelah kiri ditentukan melalui Peraturan Menteri. Atas
atas ditulis “Disahkan penggunaannya” dan dasar argumentasi tersebut, maka
ditandatangani oleh Kepala Kantor Wilayah eksistensi PPAT sementara dan PPAT
BPN Provinsi atau pejabat yang ditunjuk khusus tetap diakui sepanjang belum ada
serta dibubuhi paraf dan cap dinas pada aturan menyatakan mencabut berbagai
setiap halaman. Fotocopy blanko akta peraturan yang terkait dengan PPAT.
dimaksud haruslah berdasarkan suatu Bahwa berdasarkan UUJN, maka
blanko akta dengan nomor porporasi kedudukan notaris sebagai PPAT tidak
tertentu yang dimiliki oleh Kepala Kantor wajib melalui pelatihan, karena untuk
Wilayah BPN Provinsi dan asli blankonya menjadi seorang notaris disamping harus
merupakan asli dari setiap fotocopy blanko berlatarblakang Sarjana Hukum, juga
yang diserahkan kepada PPAT. adalah ditempuh melalui jenjang
Penggunaan blanko akta fotocopy pendidikan Kenotaritan selama kurang
dimaksud angka 1 di atas hanya dalam lenih 3 tahun, berbeda halnya dengan
keadaan tertentu, apabila terjadi Camat atau Kepala Desa sebagai PPAT
kelangkaan blangko akta, setelah terlebih adalah sesuatu yang rasional jika sebelum
dahulu mengadakan pengecekan ke Kantor diangkat sebagai PPAT diwajibkan untuk
Pos setempat. mengikuti pelatihan tertentu. Disamping itu

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 99
kewenangan notaris sebagai pejabat umum Mitra Bestari atas masukan-masukan yang
yang diberi kewenangan untuk membuat telah diberikan untuk perbaikan substansi
akta yang berakaitan dengan pertanahan artikel saya ini.
adalah bersifat atributif yaitu melalui DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Boedi Harsono, Reformasi Hukum Tanah Yang
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Berpihak Kepada Rakyat, Mandar Maju,
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 Bandung, 2002.
Budi Harsono, PPAT Sejarah, Tugas dan
tentang Jabatan Notaris.
Kewenangannya, Majalah Renvoi, No.
3. SIMPULAN
8.44.IV, edisi 3 Januari 2007
Bahwa secara yuridis normatif Badudu-Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
kewenangan Camat (PPAT sementara) dan Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994,
Kepala Desa (PPAT Khusus) sebagai PPAT Da’I Bachtiar, Kedudukan dan Fungsi Akta
adalah Peraturan Pemerintah Nomor 37 Otentik Sebagai Alat Bukti dalam
Tahun 1998 dan Peraturan Pemerintah Pandangan Polri, Renvoi, Jakarta, 2003.
Nomor 24 Tahun 1997 sebagai pelaksana J. Kartini Soedjendro, Perjanjian Peralihan Hak
dari Undang-Undang Pokok Agraria Nomor atas Tanah yang Berpotensi Konflik,
5 tahun 1960 (UUPA). Sedangkan Kanisius, Yogyakarta, 2001,
G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan
Kewenangan Notaris sebagai PPAT diatur
Notaris, Erlangga, Jakarta, 1980,
dalam Undang-undang Nomor 2 tahun
Herlien, Akta Otentik dan Notaris pada Sistem
2014 tentang Perubahan Atas Undang- Hukum Anglo Saxon dan Sistem Hukum
undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Romawi, Artikel Dalam : Wila Chan-
Jabatan Notaris. Oleh karena itu adanya drawila Supriadi (Editor), Kumpulan Ka-
pengaturan kewenangan camat dan kepala rangan Alumni FH UNPAR (Percikan Ga-
desa sebagai PPAT setelah berlakunya gasan Tentang Hukum ke-III, Mandar
UUJN tidak menimbulkan konflik Maju, Bandung, 1998.
kepentingan, karena dasar kewenangan Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan
dan syarat-syarat yang harus dipenuhi PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan ten-
tang Notaris dan PPAT), PT. Citra Aditya
untuk menjadi PPAT tertentu memiliki
Bakti, Bandung, 2009.
syarat-syarat yang berbeda.
................., Hukum Notaris Indonesia (Tafsir
Bahwa dengan lahirnya Undang-undang Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun
Jabatan Notaris tidak menyebabkan 2004 Tentang Jabatan Notaris), PT.
berakhirnya kewenangan Camat dan Refika Aditama, Bandung, 2008.
Kepala Desa sebagai PPAT, karena dasar .................., Meneropong Khazanah Notaris
kewenangan yang dimiliki oleh Camat dan dan PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan
Kepala desa sebagai PPAT adalah bersifat tentang Notaris dan PPAT),
delegatif (membantu tugas-tugas Badan ..................., Hukum Notaris Indonesia :
Pertanahan Nasional) yang bersifat Tafsir Tematik terhadap UU No. 30
kasuistis, tergantung pada situasi dan Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,
..................., Meneropong Khazanah Notaris
kondisi dimana akta PPAT itu dibuat.
dan PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan
Sementara kewenangan yang dimiliki oleh tentang Notaris dan PPAT),
Notaris sebagai PPAT adalah bersifat Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, Ke No-
atributif (berdasarkan UU Nomor 2 tahun taris, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2009,
2014 tentang perubahan atas Undang- Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme
undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Penelitian Hukum Normatif & Empiris,
Jabatan Notaris. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010,
UCAPAN TERIMA KASIH Muhammad Adam, Ilmu Pengetahuan Notariat,
Penulis mengupkan terimakasih kepada Sinar Baru, Bandung, 1985,

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X


Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2 November 2017, Hal 100
Sri Wardah dan Bambang Sutiyoso, Hukum
Acara Perdata dan Perkembangannya di
Indonesia, Gama Media, Yogyakarta,
2007.

Copyright © 2017 Jurnal Notariil P-ISSN: 2540-797X

Anda mungkin juga menyukai