Anda di halaman 1dari 15

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN

NILA YANG DIPELIHARA PADA RECIRCULATING


AQUACULTURE SYSTEM (RAS)

Oleh :
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Nila

Ikan nila(Oreochromis niloticus) merupaka ikan air tawar yang termasuk dalam

famili Cichlidae dan merupakan ikan asal afrika. Ikan ini merupakan jenis ikan yang di

introduksi dari luar negeri, ikan tersebut berasal dari afrika bagian timur di sungai Nil,

danau Tangayika, dan Kenya lalu dibawa ke Eropa, Amerika, Negara Timur Tengah dan

Asia.Di Indonesia benih ikan nila secara resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai

Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Ikan ini merupakan spesies ikan yang

berukuran besar antara 200-400 gram, sifat omnivora sehingga bias mengkonsumsi

makanan berupa hewan dan tumbuhan (Amri dan Khairuman, 2003).

Nila dapat tumbuh dan berkembang dngan baik pada lingkungan perairan kadar

Dissolved Oxygen (DO) antara 2,0 – 2,5 mg/l. Secara umum nilai pH air pada budidaya

ikan nila antara 5 sampai 10 tetapi nilai PH optimum adalah berkisar 6 – 9. Ikan nila

umumnya hidup di perairan air tawar, seperti sungai, danau, waduk, dan saluran irigasi,

memiliki toleransi terhadap salinitas sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang

baik di perairan payau dengan salinitas 20– 25% (Setyo, 2006).


2.2 Klasifikasi Ikan Nila

Adapun klasifikasi ikan Nila menurut Saanin (1968, 1984), adalah sebagai

berikut.

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Osteichthyes

Sub class : Acanthoptherigii

Ordo : Percomorphi

Sub ordo : Percoidea

Family : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

2.3 Morfologi Ikan Nila

Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan nila ini memang berbeda dengan

kelompok tilapia.Secara umum bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping, dengan

sisik berukuran besar.Matanya besar, menonjol, dan bagian tepinya berwarna putih.

Gurat sisi (linea lateralis) terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut,tetapi

letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah

sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah.Sirip punggungnya berwarna hitam dan sirip

dadanya juga tampak hitam.Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam

(Amri, 2003).

Nila memiliki lima sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sepasang sirip dada

(pectoral fin), sepasang sirip perut (venteral fin), sepasang sirip anal (anal fin), dan atu

sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup insang

sampai bagian atas sirip ekor.Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang

berukuran kecil dan sirip anus yang hanya satu buah dengan bentuk bulat.
2.4 Kebiasaan Makan Ikan Nila

Ikan Nila merupakan salah satu jenis ikan tawar yang tergolong sebagai ikan

omnivora (Iriantoet al., 2006), ikan ini termasuk omnivora yang cenderung herbivora

sehingga lebih mudah beradaptasi dengan jenis pakan yang dicampur dengan sumber

bahan nabati. Ikan air tawar umumnya dapat tumbuh baik dengan pemberian pakan yang

mengandung kadar protein 25-35% (Widyanti, 2009).

Menurut Elyana (2011), ikan nila adalah hewan yang memenuhi kebutuhannya

dengan cara memakan hewan dan tumbuhan (omnivor), emakan plankton, sampai

pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai

pengendali gulma air. Selain itu, ikan ini mudah berkembang biak, peka terhadap

perubahan lingkungan, mampu mencerna makanan secera efisiens, pertumbuhannya

cepat, dan tahan terhadap serangan penyakit.

2.5 Kebutuhan Nutrisi Ikan Nila

Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan nila yaitu protein, karbohidrat, dan

lemak. Kandungan nutrisi yang tidak tepat dapat mempengaruhi pertumbuhan seperti

kurangnya protein yang menyebabkan ikan hanya menggunakan umber protein untuk

kebutuhan dasar dan kekurangan untuk pertumbuhan. Kandungan protein yang berlebih,

menyebabkan protein akan terbuang dan menyebabkan bertambahnya kandungan

amoniak dalam perairan.

Kebutuhan nutrisi ikan akan terpenuhi dengan adanya protein dalam pakan.

Protein merupakan komplek yang terdiri dari asam amino esensial yang merupakan

senyawa molekul mengandug gugus fungsional amino (-NH2) maupun karboksil (-

CO2H) dan non esensial (NRC, 1993).


Kandungan karbohidrat merupakan kelompok organik terbesar yang terdapat pada

tumbuhan, terdiri dari unsur Cn (H 2O) dan karbohidrat salah satu komponen yang

berperan sebagai sumber energi bagi ikan serta bersifat sparing effect bagi

protein.Karbohidrat lebih mudah larut dalam air dan dapat digunakan sebagai perekat

untuk memperbaiki stabilitas pakan.Kekurangan karbohidrat dan lemak dapat

menyebabkan pertumbuhan terhambat karena ikan menggunakan protein sebagai

sumber energi lemak dan karbohidrat yang seharusnya sebagai sumber energi.

Kebutuhan karbohidrat yang memiliki kecernaan tinggi dan aktifitas enzim amylase

pada ikan nila akan mempengaruhi daya cernar karbohidrat yang meningkat (Pascual,

2009).

Kandungan lemak merupakan senyawa organik yang mengandung unsur karbon

(C), hydrogen (H), dan oksigen sebagai unsur utama.Beberapa diantaranya ada yang

mengandung nitrogen dan fosfor.Lemak berguna sebagai sumber energi dalam

beraktifitas dan membantu penyerapan mineral tertentu.Lemak juga berperan dalam

menjaga keseimbangan dan daya apung pakan dalam air.Kandungan lemak pakan yang

dibutuhkan ikan nila 3-6% dengan energy dapat dicerna 85-95% (Mahyuddin, 2008)

2.6 Habitat

Air merupakan media atau habitat yang paling vital bagi kehidupan ikan. Nila

memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bias dipelihara

di dataran rendah yang berair payau hingga dataran tinggi yang berairan tawar. Habitat

hidup ikan ini cukup beragam, bias hidup di sungai, danau, waduk, rawa, sawah atau

tambak.Nila dapat tumbuhan secara normal pada kisaran suhu 14-38 oC. Pertumbuhan

nila biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14 oC atau pada suhu

di ata 38oC. Nila akanmengalami kematian jika suhu habitatnya 6 oC atau 42oC

(Khairuman dan Amin, 2008).

Selain suhu, faktor lai yang mempengaruhi kehidupan nila adalah salinitas atau

kadar garam. Nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih cepat menyesuaikan diri
terhadap kenaikan salinitas dibandingkan nila yang berukuran besar. Suplai air yang

memadai akan memecahkan berbagai masalah dalam budidaya ikan secara intensif.

Selain itu, kualitas air merupakan salah satu kunci keberhasilan budidaya ikan.

2.7 Pertumbuhan Ikan

Proses pertumbuhan pada budidaya ikan secara umum dipengaruhi oleh jumlah

pakan yang diberikan. Namun tidak semua energy pakan akan digunakan untuk

pertumbuhan. Pertambahan berat terjadi ketika ada kelebihan input energy dan asam

amino setelah kebutuhan dasar ikan dari pakan tersebut terpenuhi. Kebutuhan dasar

tersebut antara lain adalah untuk metabolism, bergerak, perkembangan organ seksual,

dan perawatan sel tubuh untuk mengganti sel-sel yang tua atau rusak. Adapun factor-

faktor yang menyebabkan tidak maksimalnya pertumbuhan ikan budidaya yaitu factor

pakan yang diberikan, dan factor lingkungan yang mendukung seperti media tempat dan

kualitas air.

Pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Pemberian pakan yang

kurang menyebabkan ikan mudah terserang penyakit dan bahkan tidak mampu untuk

memenuhi kebutuhan dasar ikan itu sendiri seperti untuk metabolism, akibatnya

pertumbuhan terhambat dan bahkan bias menyebabkan penurunan pertumbuhan dan

kematian. Pemberian pakan yang berlebihan akan menyebabkan perairan menjadi kotor

dan mengurangi nafsu makan ikan itu sendiri sehingga pertumbuhan menjadi terhambat.

Dalam hal kegiatan pemeliharaan dan pemberian pakan yang tercampur dengan enzim

akan dapat dicerna dengan baik dan yang tidak dicerna akan dikeluarkan bersama

kotoran.

Pakan yang diproses dalam tubuh ikan dan unsure-unsur nutrisi atau giinya akan

diserap oleh tubuh ikan untuk membangun jaringan dan daging sehingga pertumbuhan

ikan akan terjamin. Laju pertumbuhan ikan dipengaruh oleh jenis dan kualitas pakan

yang diberikan berkualitas baik, jumlahnya mencukupi, kondisi lingkungan mendukung,

dan dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan nila akan menjadi cepat sesuai dengan yang

diharapkan (Khairuman dan Amri, 2003 ). Kemampuan mengkonsumsi pakan buatan


juga dapat mempengaruhi laju pertumbuhan. Dengan adaptasi terhadap pakan buatan

dengan kandungan nutrisi yang tinggi akan mengakibatkan laju pertumbuhannya

semakin cepat dan ukuran mamksimum bertambah (Effendi, 2004).

2.8 Efisiensi Pakan Ikan

Efisiensi pakan akan menunjukkan tingkat pemanfaatan pakan untuk pertumbuhan.

Efisiensi pakan terdiri atas dua yaitu: efisiensi kotor dan efisiensi bersih. Efisiensi kotor

menggambarkan kadar energy dari penambahan berat badan sebagai proporsi yang

menggambarkan energy yang termanfaatkan dari pakan yang diberikan. Adapun

efisiensi bersih dimaksudkan sebagai pertambahan berat relative dari jumlah energy

yang dicerna, kadar energy tersebut dari makanan yang dicerna setelah mengurangi

kadar energy feses dan nitrogen hasil sekresi (Steffens, 1989).

Efisiensi pakan adalah kemampuan untuk mengubah pakan kedalam bentuk

tambahan bobot badan.Efisiensi pakan tergantung kepada aktivitas fisiologi ikan

(organisme).Efisiensi pakan berkaitan erat dengan rataan pertambahan bobot badab

harian dan konsumsi.Efisiensi penggunaan pakan merupakan perbandingan dari rataan

pertambahan bobot badan dengan konsumi pakan, efisiensi penggunaan pakan yang

mengandung protein tinggi, lebih tinggi dibandingkan dengan pakan yang mengandung

protein rendah.Hal ini sangat mendukung terhadap pertumbuhan yang mengutamakan

protein sebagai kandungan bahan pakan dimana pada akhirnya memberikan dampak

yang lebih baik pada ikan untuk meningkatkan pertambahan bobot badan yang

diharapkan. Kandungan zat makanan yang buruk akan menyebabkan efisiensi pakan

yang buruk (Pejampi, 2012)

2.7 Kelangsungan Hidup

Sebagai data penunjang pertumbuhan diperlukan data kelangsungan hidup.

Kelangsungan hidup adalah perbandingan jumlah organism yang hidup pada akhir

periode dengan jumlah adalah perbandingan jumlah organisme yang hidup pada akhir
periode dengan jumlah organisme yang hidup pada awal periode (Effendi, 2004).

Tingkat kelangsungan hidup dapat digunakan untuk mengetahui toleransi dan

kemampuan ikan untuk hidup.Dalam usaha budidaya, factor kematian yang

mempengaruhi mortalitas adalah perbedaan umur dan kemampuan untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan. Factor luar meliputi kondisi abiotik, kompetensi antar spesies,

meningkatnya predator, parasit, kurang makanan, penanganan, penangkapan dan

penambahan jumlah populasi ikan dalam ruang gerak yang sama. Kematian ikan dapat

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah kondisi abiotik, ketuaan, predator,

parasit, penangkapan, dan kekurangan makanan (Kementrian Kelautan dan Perikanan,

2010).

Dalam hal ini perlu upaya peningkatan kelangsungan hidup yang dapat dilakukan

dengan pengaturan padat tebar, kualitas air dan ketersediaan pakan sesuai dengan

kebutuhan ikan. Padat penebaran yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan yang

optimal dan kelangsungan hidup maksimal. Tingkat kelangsungan hidup akan

menentukan produksi yang diperoleh dan erat kaitanya dengan ukuran ikan yang

dipelihara. Ikan yang lebih kecil akan rentan terhadap penyakit dan parasit.

Kelangsungan hidup ikan disuatu perairan dipengaruhi oleh berbagai macam factor

diantaranya kepadatan dan kualitas air.Umumnya laju kelangsungan hidup benih lebih

tinggi dibandingkan larva, karena lebih kuat (Effendi, 2004).


BAB III

METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan selama 30 hari pada bulan November 2020
bertempat dirumah praktikan di Gang Prum Guru Karang anyar.

2.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Galon, Pipa ukura 1,5 cm,
4 L bo, kayu , batu kerikil, kapas kasar dan kapas halus, bio aktif, aerator, bak
pemeliharaan yang terbuat dari keranjang basket

Bahan yang digunakan pada praktimum ini adalah benih ikan nila
berukuran 3-4 cm berjumlah 48 ekor

2.3 Rancangan Praktikum

Praktikum ini menggunakan metode ranjangan acak lengkap (RAL), 1


perlakuan dengan 3 kali ulangan.

Praktikum ini menggunakan benih ikan nila (Oreochromis niloticus)


sebanyak 48 ekor, benih ikan yang berukuran 3-4 cm dipelihara dengan
menggunakan Recirculating Aquaculture System (RAS).

2.4 Prosedur Praktikum

2.4.1 Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan dalam praktikum ini adalah Keranjang basket yang
dilapisi plastic dan berukuran 40 cm x 30 cm x 60 cm. bak tersebut dicuci hingga
bersih dengan ketinggian air 20 cm.

2.4.2 Penebaran Benih

Benih ikan yang ditebar berukuran panjang 3-4 cm, kemudian dipelihara dalam
wadah pemeliharaan dengan padat tebar 48 ekor. Ikan nila diaklimatisasi dengan
lingkungan dan pakan terlebih dahulu selama 3 hari. Sebelum dilakukan
penebaran benih, diambil benih sebanyak 10% dari jumlah populasi sebagai
pengabilan contoh berat dan panjang untuk mengetahui ukuran awal penebaran.

2.4.3 pemberian pakan

Pakan yang diberikan untuk benih ikan nila selama praktikum berupa pelet yaitu
secara adlibitum (pemberian pakan sampai kenyang), dengan frekuensi pemberian
pakan 3 kali sehari yaitu pagi 7.30, siang 12.30 dan sore 17.30.

2.4.4 pengolahan kualitas air

Wadah pemeliharaan dilengkapi dengan resirkulasi untuk menjaga agar


kandungan oksigen dalam wadah tercukupi bagi kehidupan dan pertumbuhan
ikan. Filter yang digunakan tersusun dari beberapa media yang terdiiri dari batu
kerikil, batu koral, batu zeolit , karbon aktif, , bobal , kapas kasar dan kapas halus.

2.5 parameter penelitian

Data yang dikumpulkan selama praktikum pertumbuhan berat mutlak ,


pertambahan panjang mutlak , serta tingakt kelangsungan hidup (SR). praktikum
ini dilakukan selama 30 hari pengambilan data dilakukan 4 kali dalam waktu 5
hari sekali. Melalui pengambilan sampel ikan sebanyak 10% dari jumlah populasi.
Pengukuran dilakukan sebelum pemberian pakan pada ikan. Ikan diambil
menggunakan saringan (serok kecil) swcara perlahan kemudian ditempatkan
dalam baskom yang telah diisi air. Selanjutrnya, ikan diukur beratnya
menggunakan timbangan digital dan diukur panjangnya menggunakan millimeter-
blok satu persatu sebanyak 5 ikan .

Pengamatan jumlah ikan dilakukan setiap hari sehingga dapat diketahui jumlah
ikan yang mati dan yang masih hidup. Pengambilan data dilakukan dalam 5 hari
sekali untuk menghitung parameter penelitian yang meliputi pertambahan berat
mutlak , pertambahan panjang mutlak serta tingkat kelangsungan hidup.

2.6 pertumbuahan panjang mutlak

Pengukuran pertumbuhan panjang mutlak dilakukan dengan menghitung selisih


antara panjang awal dan panjang akhir, dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan Effendi (2002), yaitu :

∆ L = Lt-Lo

Keterangan :

∆L = pertumbuhan panjang mutlak (cm)


Lt = panjang tubuh pada akhir penelitian (cm)

Lo = panjang tubuh pada awal penelitian (cm)

2.7 pertumbuhan berat mutlak

Pengukuran pertumbuhan berat mutlak dilakukan dengan mengitung selisih antara


berat awal dengan berat akhir , dengan menggunakan rumus yang dikemukakan
Effendi (2002), yaitu :

∆W = Wt – Wo

Keterangan :

∆W = pertumbuhan berat mutlak (gram)

Wt = berat ikan akhir (gram)

Wo = berat ikan awal (gram)

2.8 Survival Rate (SR)

Kelulusan dihitung dengan rumus effendi (2002)

Nt
SR =
No
x 100%

Keterangan :

SR = Survival rate (%)

Nt = jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)

No = jumlah ikan pada awal penelitian ( ekor)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anda mungkin juga menyukai