Anda di halaman 1dari 64

EFEKTIVITAS VIDEO TUTORIAL PENGGUNAAN APD COVID-19

TERHADAP PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN PENGGUNAAN

APD PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


STUDI KASUS

GITA PUTRI ADELIA

NIM P17230183040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BLITAR
2020
EFEKTIVITAS VIDEO TUTORIAL PENGGUNAAN APD COVID-19

TERHADAP PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN PENGGUNAAN

APD PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

Proposal ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan


Program Studi Diploma III Keperawatan Blitar Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang

GITA PUTRI ADELIA


NIM. P17230183040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN BLITAR
TAHUN 2020
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Gita Putri Adelia

NIM : P17230183040

Institusi : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang Program


Studi D III Keperawatan Blitar

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran
saya sendiri.

Apablia di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan penelitian ini hasil
pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain, saya bersedia menerima sanksi
atas perbuatan tersebut.

Blitar, 28 desember 2020


Yang membuat pernyataan,

Gita Putri Adelia


NIM. P17230183040

Mengetahui,
Pembimbing

Ns. Agus Khoirul Anam, M.Kep


NIP. 19750926 200112 1 001
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul Efektifitas Video Tutorial Penggunaan


APD Covid 19 Terhadap Pengetahuan dan Pelaksanaan Penggunaan APD Covid
19 Pada Mahasiswa Keperawatan” oleh Gita Putri Adelia NIM P17230183040
telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Blitar, 28 Desember 2020


Pembimbing Utama

Ns. Agus Khoirul Anam, M.Kep


NIP. 196508231985032001
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Efektifitas Video Tutorial Penggunaan APD
Covid 19 Terhadap Pengetahuan dan Pelaksanaan Penggunaan APD Covid 19
Pada Mahasiswa Keperawatan” oleh Gita Putri Adelia NIM P17230183040 telah
diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Dewan Penguji,

Ketua Penguji Anggota Penguji

Dr. Ns. Sri Mugianti., M.Kep Ns. Agus Khoirul Anam, M.Kep
NIP.196609031988032002 NIP. 196508231985032001

Mengetahui,

a.n Direktur Poltekkes Kemenkes Malang

Ketua Prodi D3 Keperawatan Blitar

Dr. Ns. Sri Mugianti., M.Kep


NIP.196609031988032002
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas berkah rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus ini dengan judul

“Efektifitas Video Tutorial Penggunaan APD Covid 19 Terhadap

Pengetahuan dan Pelaksanaan Penggunaan APD Covid 19 Pada Mahasiswa

Keperawatan” yang dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

pendidikan di Program Studi D3 Keperawatan Blitar Jurusan Kperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.

Dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus ini, penulis

tidak dapat bekerja sendiri melainkan banyak mendapatkan pengarahann dan

bantuan dari berbagai pihak, maka melalui tulisan ini penulis menyampaikan

ucapan terimakasih kepada yth Bapak/Ibu :

1. Budi Susatia, S.Kp., M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Malang

2. Imam Subekti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom., selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatann Kemenkes Malang

3. Dr. Sri Mugianti, S.Kep, Ns, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Diploma 3

Keperawatan Blitar Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang serta sebagai Dosen

Penguji yang berkenan memberikan saran dan dukungan kepada penulis dalam

memperbaiki penyusunann Karya Tulis ilmiah Studi kasus ini.


4. Ns. Agus Khoirul Anam, M.Kep., selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun Karya Tulis

Ilmiah Studi Kasus ini.

5. Seluruh dosen dan staf pegawai Program Studi DIII Keperawatan Blitar yang

telah memberikan ilmu dan bantuannya.

6. Keluarga serta orang terdekat yang terus memberikan doa, semangat, dan

dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Studi

Kasus ini.

7. Teman-teman seperjuangan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Malang Angkatan 19 tahun 2017 khususnya Program Studi D-III

Keperawatan Blitar yang bersama-sama berjuang.

8. Dan semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya selama

pembuatan Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah studi Kasus ini masih jauh

dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk

perbaikan.

Blitar, 28 Desember 2020


Penulis

Gita Putri Adelia


NIM. P17230183040
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 3
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Pembelajaran Daring ................................................................. 6
2.1.1 Pembelajaran Daring .............................................................. 6
2.1.2 Jenis pembelajaran daring ...................................................... 7
2.1.3 Komponen Pendukung ........................................................... 7
2.1.4 Manfaat Pembelajaran Daring ................................................ 8
2.1.5 Tantangan Pembelajaran Daring ............................................ 12
2.1.6 Metode Yang Dapat Digunakan .............................................15
2.2 Konsep Pengetahuan ............................................................................... 19
2.2.1 Pengertian Pengetahuan ......................................................... 19
2.2.2 Proses Penerimaan Pengetahuan ............................................19
2.2.3 Domain Pengetahuan .............................................................. 20
2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................. 21
2.3 Konsep Alat Pelindung Diri COVID-19 ................................................. 24

2.3.1 Definisi Alat Pelindung diri .................................................. 24


2.3.2 Jenis APD COVID19 level 3 ................................................ 25
2.3.3 Prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD ............. 31
2.3.4 Cara pemasangan dan pelepasan APD COVID-19 ............... 31
2.4 Kerangka Konseptual ..............................................................................36

BAB III SETTING STUDI KASUS

3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 37


3.2 Subyek Penelitian .................................................................................... 38
3.3 Lokasi dan waktu penelitian ................................................................... 48
3.4 Fokus Studi Kasus ................................................................................... 38
3.5 Metode Pengumpulan Data...................................................................... 39
3.6 Analisa Data............................................................................................. 40
3.7 Etika Penelitian ....................................................................................... 41
3.8 Definisi Operasional ...............................................................................

DAFTAR RUJUKAN ................................................................................... 42

LAMPIRAN .................................................................................................. 44
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Surgical Face Mask


Gambar 2.2 Masker N95
Gambar 2.3 Pelindung Wajah (Face Shield)
Gambar 2.4. Pelindung Mata (Goggle)
Gambar 2.5. Coverall Medis
Gambar 2.6 Apron
Gambar 2.7 Sarung Tangan
Gambar 2.8. Penutup Kepala
Gambar 2.9 Sepatu Pelindung
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defisini operasional


Tabel 4.1 Tabel konsep kerja kuesioner tingkat pengetahuan alat pelindung diri
4.2 Tabel standar operasional prosedur pemasangan dan pelepasan APD Covid
Level 3
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Penjelasan untuk mengikuti penelian


Lampiran II : Lembar Persetujuan
Lampiran III : Konsep kerja kuisioner tingkat pengetahuan alat pelindung diri
Lampiran IV : Kuisioner tingkat pengetahuan alat pelindung diri
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pandemi corona virus 2019–2020 atau dikenal dengan sebutan pandemi

COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit korona virus pada tahun 2019

di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh korona virus jenis baru yang diberi

nama SARS-CoV-2 (Gorbalenya, 2020). Wabah COVID-19 pertama kali

dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019,

dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada

11 Maret 2020 (WHO, 2020a).

Untuk mencegah penyebaran Covid-19, WHO memberikan himbauan

untuk menghentikan acara-acara yang dapat menyebabkan massa berkerumun.

Maka dari itu, pembelajaran tatap muka yang mengumpulkan banyak mahasiswa

di dalam kelas ditinjau ulang pelaksanaanya. Perkuliahan harus diselenggarakan

dengan skenario yang mampu mencegah berhubungan secara fisik antara

mahasiswa dengan dosen maupun mahassiswa dengan mahasiswa (Firman, F., &

Rahayu, S., 2020). Menurut Milman (2015) penggunaan teknologi digital dapat

memungkinkan mahasiswa dan dosen melaksanakan proses pembelajaran

walaupun mereka ditempat yang berbeda.

Salah satu kendala yang sering dijumpai dalam upaya penanggulangan

masalah COVID-19 yang saat ini terjadi adalah kurangnya skill dan pengetahuan

mahasiswa perawat dalam aspek perlindungan diri yang berdampak terhadap

terhambatnya layanan kesehatan. Bentuk perkuliahan yang dapat dijadikan solusi

dalam masa pandemi covid-19 adalah pembelajaran daring. Pembelajaran daring

5
merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan

aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan

berbagai jenis interaksi pembelajaran. Perguruan tinggi pada masa WFH perlu

melaksanakan penguatan pembelajaran secara daring (Darmalaksana, 2020).

Penelitian yang dikakukan oleh Zhang et al., (2004) menunjukkan bahwa

penggunaan internet dan teknologi multimedia mampu merombak cara

penyampaian pengetahuan dan dapat menjadi alternatif pembelajaran yang

dilaksanakan dalam kelas tradisional. Edukasi yang tepat tentang pembelajaran

video tutorial penggunaan Alat pelindung diri COVID-19 secara daring ini

menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa

keperawatan agar mampu bekerjasama berperan dalam upaya meningkatkan

pengetahuan terkait kasus COVID-19 yang saat ini terus bertambah secara

signifikan.

Berdasarkan studi pendahuluan dengan 4 mahasiswa poltekkes malang

prodi D3 Keperawatan Blitar pada tanggal 30 desember 2019 , rata-rata diantara

mereka banyak belum bisa menjelaskan terkait cara penggunaan dan pelepasan

APD COVID 19. Mereka mengaku belum memperoleh materi tersebut

dikarenakan faktor pandemi COVID-19 yang menyebabkan penundaan untuk

mendapat informasi.

Maka dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk mengangkat karya

tulis ilmiah yang berjudul Efektifitas Video Tutorial Penggunaan APD COVID-19

Terhadap Pengetahuan Dan Pelaksanaan Penggunaan APD Pada Mahasiswa

Keperawatan.

6
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah Bagaimana Efektifitas Video Tutorial Penggunaan APD

COVID-19 Terhadap Pengetahuan Dan Pelaksanaan Penggunaan APD Pada

Mahasiswa Keperawatan.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Efektifitas Video Tutorial Penggunaan APD COVID-

19 Terhadap Pengetahuan Dan Pelaksanaan Penggunaan APD Pada Mahasiswa

Keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan dan pelaksanaan penggunaan APD sebelum

melihat tayangan video tutorial penggunaan APD COVID-19

b. Mengidentifikasi pengetahuan dan pelaksanaan penggunakan APD setelah

melihat tayangan video tutorial penggunaan APD COVID-19

c. Mengidentifikasi masukan dan saran terhadap video tutorial penggunaan

APD COVID-19.

7
1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan kajian ilmu keperawatan serta

renferensi atau masukan pengembangan ilmu keperawatan , khususnya penelitian

dibidang Media pembelajaran video tutorial penggunaan APD COVID-1.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan serta pengalaman dalam meningkatkan

pengetahuan tentang media pembelajaran video tutorial penggunaan APD

COVID-19.

1.4.2.2 Bagi Mahasiswa

Untuk menambah pengetahuan mahasiswa keperawatan mengenai

penggunaan media pembelajaran video tutorial penggunaan APD COVID-19.

1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan tentang media pembelajaran

video tutorial penggunaan APD COVID-19.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pembelajaran Daring

2.1.1 Pembelajaran Daring

Pembelajaran Daring Istilah online learning dan pembelajaran daring

digunakan untuk menyatakan makna yang sama. Daring merupakan istilah dalam

bahasa Indonesia, sedangkan online merupakan istilah dalam bahasa Inggris.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), daring memiliki arti dalam

jaringan, terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya

(Kemendikbud, 2020). Pembelajaran daring adalah penggunaan internet untuk

mengakses materi, untuk berinteraksi dengan materi, instruktur dan pembelajar

lain, untuk mendapatkan dukungan selama proses pembelajaran dengan tujuan

untuk memperoleh pengetahuan, menciptakan pemahaman dan untuk berkembang

dari pengalaman belajar (Ally, 2004).

2.1.2. Jenis pembelajaran daring

Menurut Mirza, 2007 dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu synchronous

dan asynchronous.

1. Synchronous Learning Dengan pembelajaran daring jenis synchronous,

pembelajar terlibat dalam pembelajaran daring dengan pengajar melalui streaming

video dan suara pada waktu yang bersamaan (Alshwaier, 2012).

2. Asynchronous (Collaborative) Learning Pembelajar dapat berpartisipasi dalam

pembelajaran daring pada waktu yang dapat ditentukan oleh mereka sendiri yang

9
berarti pula bahwa pengajar tidak akan dapat menanggapi langsung pertanyaan

yang muncul (Alshwaier, 2012). Dalam hal ini fleksibilitas waktu sangat terlihat

jelas.

2.1.3 Komponen Pendukung Pembelajaran Daring

Untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran daring selama pandemi

Covid-19 perlu didukung oleh beberapa komponen, data diambil berdasarkan

kajian pustaka dan pengalaman dari pengajar.

1. Infrastruktur Infrastruktur adalah semua fasilitas fisik yang diperlukan dalam

melaksanakan pembelajaran daring antara lain seperti hp, komputer, laptop dan

alat elektronik lainnya.

2. Aplikasi merupakan penerapan dari rancang sistem untuk mengolah data yang

menggunakan aturan atau ketentuan bahasa pemrograman tertentu (KBBI, 2016).

Sistem dan aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran daring antara lain :

internet, whatsapp, google classroom, zoom, google meet, webex serta sistem dan

aplikasi lainnya.

3. Konten Konten adalah informasi yang tersedia melalui media atau produk

elektronik (KBBI, 2016). Konten mengacu pada materi atau informasi

pembelajaran yang dibuat oleh pengajar.

4. Operator Operator mengacu pada orang yang bertugas menggunakan

infrastruktur, menjalankan sistem dan aplikasi serta membuat konten. Baik

pengajar, pembelajar atau keduanya dapat berfungsi sebagai operator dalam

pembelajaran daring.

10
2.1.4 Manfaat Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19

Pelaksanaan pembelajaran daring di masa pandemi, pastinya memberikan

manfaat dan dampak yang dapat membantu proses pembelajaran. Berikut

dijabarkan dampak positif dari pemberlakuan pembelajaran daring selama masa

pandemi baik dari perspektif pengajar maupun dari pembelajar serta kajian

pustaka yang terkait.

1. Terhindar dari virus corona Manfaat utama dari pembelajaran secara daring

selama masa pandemi adalah terhindar dari virus corona. Pembelajaran daring

dilaksanakan sebagai pengganti pembelajaran tatap muka untuk menghindari

kontak fisik antara pembelajar dan pengajar.

2. Waktu dan tempat yang fleksibel. Pada dasarnya setiap pembelajar memiliki

karakteristik, kebutuhan dan preferensi yang berbeda (Suryani et al., 2014). 3.

Efisiensi biaya Dalam pembelajaran tatap muka di kampus, baik pembelajar

maupun pengajar akan mengeluarkan biaya yang mencakup biaya perjalanan dari

rumah ke kampus, biaya makan, biaya kosmetik serta biaya tempat tinggal bagi

yang tinggal di perantauan dan memiliki rumah dengan jarak yang jauh dari

kampus. Pemberlakuan pembelajaran daring tentu saja mengurangi pengeluaran

biaya tersebut.

4. Pembelajaran variatif, aktif, kreatif dan mandiri. Disadari atau tidak,

pelaksanaan pembelajaran daring membuat pengajar menjadi lebih aktif dalam

membuat dan menyampaikan konten pembelajaran yang lebih bervariasi dengan

harapan pembelajaran menjadi tidak monoton.

11
5. Mendapatkan informasi lebih banyak. Pembelajaran secara tatap muka

memiliki durasi waktu yang sudah ditentukan sehingga banyaknya materi yang

disampaikan tentunya akan mengikuti waktu tersebut. Berbeda halnya dengan

pembelajaran secara daring yang memiliki waktu yang lebih banyak sehingga

materi yang diberikan oleh pengajar cenderung lebih kompleks. Pada saat

mahasiswa mencari informasi dari referensi lain, mereka pasti akan mendapatkan

informasi tambahan tentang materi tersebut.

6. Mengoperasikan teknologi lebih baik. Pelaksanaan pembelajaran daring tidak

bisa dilepaskan dari penggunaan teknologi. Dengan kata lain, pembelajaran daring

tidak akan bisa berjalan tanpa peran teknologi. Bagi mereka yang kurang paham

tentnag teknologi, tentu ini merupakan kesempatan untuk menambah pengetahuan

tentang teknologi karena kita langsung praktik menggunakan teknologi.

7. Hubungan dengan keluarga menjadi lebih dekat. Pandemi Covid-19

mengharuskan kita untuk diam di rumah dan membatasi kegiatan di luar rumah.

Mayoritas waktu yang kita habiskan dalam 24 jam sehari adalah di rumah

Bersama keluarga. Tentu hal ini akan membuat hubungan dengan keluarga

menjadi semakin erat karena lebih banyak menghabiskan waktu bersama.

8. Lebih menghargai waktu. Bagi sebagian orang, pelaksanaan pembelajaran di

rumah menjadi lebih sibuk dari sebelumnya. Sisi positif yang diberikan adalah

kita lebih dapat untuk menghargai waktu. Time management juga diasah dalam

pelaksanaan pembelajaran daring ini.

12
9. Materi bisa dibaca kembali. Kelebihan dari pembelajaran secara daring ini

adalah materi yang kita sampaikan tersimpan dengan sangat baik dalam jaringan

yang bisa dibuka dan dipelajari kapan saja.

10. Paperless. Penggunaan kertas pada pembelajaran secara daring telah

digantikan oleh jaringan. Hal ini positif dalam hal penggunaan kertas. Tidak ada

lagi penggunaan kertas dalam pembelajaran daring karena semua sudah tersimpan

dalam jaringan.

11. Segala aktivitas terekam. Dengan pembelajaran daring, segala aktivitas yang

terjadi selama pembelajaran berlangsung dan terekam dengan apik dalam

jaringan.

12. Pemerataan penyampaian materi. Video pembelajaran sebagai salah satu

pembelajaran daring memungkinkan pemerataan penyampaian materi kepada

semua pembelajar.

2.1.5 Tantangan Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring memberikan banyak manfaat untuk proses

pembelajaran, tetapi selain manfaat ada beberapa tantangan yang dihadapi baik

oleh pengajar dan pembelajar dari pemberlakuan pembelajaran daring selama

masa pandemi serta dari kajian pustaka.

1. Kejahatan cyber Berkembangnya teknologi juga tidak menutup kemungkinan

adanya celah pada sistem pada sebuah aplikasi. (Kompasiana, 2020).

2. Koneksi internet yang kurang Internet menjadi permasalahan bagi mayoritas

orang.

13
Tidak ada internet maka tidak ada pula pembelajaran daring. Ketidakstabilan

koneksi internet tentu sangat mengganggu pembelajaran apalagi jika pembelajaran

daring sedang berlangsung. Sebagaimana yang diungkapkan dari hasil survey

Gunawan et al. (2020).

3. Kurang paham penggunaan teknologi.

Kemampuan dalam menggunakan teknologi mutlak diperlukan dalam

pembelajaran daring ini. Bagi mereka yang tidak terlalu familiar atau tidak tertarik

dengan teknologi tentunya menjadi tantangan yang besar dalam pembelajaran

daring. Asal ada kemauan pasti ada jalan. Seringkali yang menjadi penghalang

adalah ketidakmauan untuk belajar teknologi.

4. Susah mengukur pemahaman dan kemampuan mahasiswa.

Pembelajaran daring susah untuk mengetahui pemahaman dan kemampuan

mahasiswa secara langsung kecuali diadakan telekomunikasi langsung.

5. Standardisasi dan efektivitas pembelajaran.

Dalam pembelajaran daring, duplikasi tugas yang dibuat mahasiswa tidak dapat

dihindari dan terkadang tidak dapat dikontrol.

6. Kurangnya interaksi dalam pembelajaran.

Interaksi antara pengajar dan pembelajar diperlukan dalam pembelajaran sehingga

pengajar dapat menilai kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik pembelajar

secara utuh. Dalam pembelajaran daring banyak faktor yang menyebabkan

kurangnya interaksi pembelajaran salah satunya adalah sinyal internet yang

14
kurang baik dapat memperlambat reaksi pengajar dalam merespons pertanyaan

pembelajar begitu pun sebaliknya.

2.1.6 Metode Yang Dapat Digunakan Dalam Pembelajaran Daring

Menurut Hasby Ashydiqih, metode pembelajaran adalah seperangkat cara

yang dilakukan guna mencapai tujuan tertentu dalam proses pembelajaran

(Kusumo, 2017). Berikut akan diberikan beberapa metode yang dapat digunakan

dalam pembelajaran daring selama pandemic covid-19.

1. Metode ceramah

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui

penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa

(Sanjaya, 2006).

2. Metode diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan

kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat

problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Aswan & Bahri syamsul,

2006).

3. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi dilakukan dengan cara memperagakan barang, kejadian,

aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun melalui

penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi

yang sedang disajikan (Syah, 2000).

4. Metode resitasi

15
Metode resitasi adalah salah satu metode dalam proses belajar mengajar di mana

guru memberi tugas tertentu dan siswa mengerjakannya, kemudian tugas tersebut

dipertanggungjawabkan kepada guru (Aswan & Bahri syamsul, 2006).

5. Metode pemecahan masalah

Metode ini mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan

pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar (Gulo, 2002)

6. Metode discovery

Metode ini digunakan untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan

menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan

tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar

berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi

(Hosnan, 2014).

7. Metode inquiry

Metode inquiry adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara

maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara

sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri

penemuannya dengan penuh percaya diri. (Gulo, 2002).

16
2.2 Konsep Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek atau indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada

waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhu oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo,

2010).

2.2.2 Proses Penerimaan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Penelitian Roger (1974) dalam

Notoatmodjo (2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku

baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses beruntun,yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus

c. Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

d. Trial, orang telah mencoba perilaku baru

e. Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus

17
2.2.3 Domain Pengetahuan

Menurut notoatmodjo (2012) ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui

dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam

komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada

kaitannya dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti apa menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesa

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru. Dengan kata lain sintesis itu

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang

ada.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi/objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada

suatu kriteria yang telah ada.

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Terbentuknya pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat

digolongkan menjadi 2 (dua) bagian faktor, yaitu :

a. Faktor internal

1. Umur

Singgih D.Gunarsa (1990), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang

maka proses-proses perkembangan mentalnya semakin baik akn tetapi pada umur-

umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak seperti umur

belasan tahun. Bahkan pada usia yang sangat lanjut, proses-proses pertumbuhan
dan perkembangan (bukan dalam arti perubahan) praktis sudah tidak ada. Jadi

bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada penambahan pengetahuan

yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu akan menjelang lanjut

kemampuan mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

2. Intelegency quality

Semakin tinggi intelegensi seseorang akan semakin cerdas pula secara potensial

seseorang intelegensinya tinggi memiliki prestasi yang tinggi pula. Sebaliknya

orang yang memiliki intelegensi yang kurang akan banyak mengalami kesulitan

belajar (Ahmadi, 1991). Dengan demikian seseorang yang memiliki intelegensi

rendah akan terhambat proses belajarnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya juga terlambat.

b. Faktor eksternal

1. Pendidikan

Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar

masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara

(mengatasi masalah-masalah) dan meningkatkan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

2. Pengalaman

Menurut Notoatmodjo (2010), pengalaman merupakan guru terbaik, pepatah

tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh sebab itu pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan.

3. Pekerjaan
Menurut Frieman (1998), pekerjaan akan menyita waktu yang dapat digunakan

seseorang untuk memperoleh pengetahuan.

4. Informasi

Menurut Apriaji (1986), informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Meskipun seseorang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah tetapi

jika ia bisa mendapatkan informasi yang cukup dari berbagai media seperti

televisi, radio, internet, surat kabar maka hal ini akan meningkatkan

pengetahuannya.

5. Lingkungan

a) Lingkungan fisik

Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap pola atau kejiwaan

seseorang.

b) Lingkungan social

Keadaan masyarakat akan memberi pengaruh terhadap perkembangan individu.

Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa lingkungan fisik maupun sosial akan

berpengaruh pada pola pikir seseorang sehingga akan mempengaruhi seseorang

(Muzdakir, 1995).
2.3 Konsep Alat Pelindung Diri COVID-19

2.3.1 Definisi Alat Pelindung diri

Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai

penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk

melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit (Pedr.

Bambang Wibowo, Sp.OG (K) & (Direktur Jenderal Pelayanan

Kesehatan)nyusun, 2020).

2.3.2 Jenis APD COVID 19 Level 3

Jenis Alat Pelindung Diri yang direkomendasikan untuk digunakan dalam

penanganan kasus COVID-19 adalah jenis APD Level 3 yang terdiri dari :

a. Masker bedah (medical/ surgical mask)

Masker bedah memiliki kegunaan untuk melindungi dari partikel yang dibawa

melalui udara (airborne particle), droplet, cairan, virus atau bakteri. Masker bedah

memiliki efisiensi penyaringan bakteri sebesar 98% sehingga pengguna masih

dapat bernapas dengan baik.

Gambar 2.1 Surgical Face Mask


b. Masker N95 (Respirator N95)

Masker N95 berfungsi untuk melindungi pengguna atau tenaga kesehatan dengan

cara menyaring atau menahan cairan, darah, aerosol (partikel padat di udara),

bakteri atau virus. Alat pelindung pernapasan yang dirancang dengan segel ketat

di sekitar hidung dan mulut untuk menyaring hampir 95% partikel yang lebih

kecil < 0,3 mikron. Masker ini dapat menurunkan paparan terhadap kontaminasi

melalui airborne dan direkomendasikan untuk penanganan langsung pasien

COVID-19.

Gambar 2.2 Masker N95

c. Pelindung Wajah (face Shield)

Pelindung wajah memiliki kegunaan untuk melindungi mata dan wajah dari

percikan cairan darah atau droplet. Umumnya terbuat dari plastik bening

transparan sehingga masih memberikan visibilitas yang baik untuk pengguna.

face shield adalah sekali pakai atau dapat dipergunakan kembali setelah dilakukan

desinfeksi/ dekontaminasi.
Gambar 2.3 Pelindung Wajah (Face Shield)

d. Pelindung mata (goggle)

Pelindung mata berbentuk seperti kaca mata yang memiliki kegunaan melindungi

area mata dan sekitarnya dari percikan cairan, darah, atau droplet. Material yang

digunakan adalah plastik atau akrilik bening. Pelindung mata digunakan pada saat

aktivitas kemungkinan terjadi risiko cipratan, prosedur yang menghasilkan

aerosol, dan kontak dekat berhadapan muka dengan pasien COVID-19.

Gambar 2.4. Pelindung Mata (Goggle)


e. Gaun (gown)

Gaun memiliki fungsi untuk melindungi pengguna atau tenaga kesehatan dari

penyebaran infeksi atau penyakit, gaun hanya melindungi bagian depan, lengan,

dan setengah kaki. Persyaratan gaun yang ideal antara lain bersifat barier efektif

yaitu mampu mencegah penetrasi cairan, tahan terhadap aerosol, airborne, dan

partikel padat.

Gambar 2.5. Coverall Medis

f. Heavy duty apron

Apron merupakan pelindung tubuh untuk melapisi bagian luar gaun yang

digunakan oleh petugas kesehatan agar terhindar dari penetrasi cairan infeksius

pasien.

Gambar 2.6 Apron


g. Sarung tangan

Sarung tangan memiliki fungsi untuk melindungi tangan tenaga medis dari kontak

cairan infeksius selama perawatan pasien. Sarung tangan dapat terbuat dari bahan

lateks karet, polyvinyl chloride (PVC), nitrile, polyurethane. Sarung tangan yang

ideal harus tahan robek, tahan bocor, biocompatibility (tidak toksik), tidak

mengiritasi, bebas tepung, dan pas di tangan. Sarung tangan direkomendasikan

untuk single use atau sekali pakai

Gambar 2.7 Sarung Tangan

h. Pelindung kepala

Penutup kepala memiliki kegunaan untuk melindungi kepala dan rambut

pengguna dari percikan cairan infeksius pasien selama proses perawatan. Penutup

kepala terbuat dari bahan tahan air, tidak mudah robek, dan ukuran pas di kepala

pemakai. Penutup kepala ini digunakan sekali pakai.


Gambar 2.8. Penutup Kepala

i. Sepatu pelindung (waterproof boots)

Sepatu pelindung merupakan alat pelindung kaki dari percikan cairan infeksius

pasien. Sepatu pelindung dapat terbuat dari material lateks dan PVC, bersifat non-

slip, dan tahan air dengan sol tertutup sempurna. Sepatu pelindung dapat

dipergunakan kembali setelah dilakukan desinfeksi atau dekontaminasi.

Gambar 2.9 Sepatu Pelindung


2.3.3 Prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD
 Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik atau

bahaya-bahaya yang dihadapi (Percikan, kontak langsung maupun tidak

langsung).

 Berat APD hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

 Dapat dipakai secara fleksibel (reuseable maupun disposable)

 Tidak menimbulkan bahaya tambahan.

 Tidak mudak rusak.

 Memenuhi ketentuan dari standar yang ada.

 Pemeliharaan mudah.

 Tidak membatasi gerak.

2.3.4 Indikasi penggunaan APD

Penggunaan APD memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi :

1. Tetapkan indikasi penggunaan APD dengan mempertimbangkan:

a. Risiko terpapar

Alat pelindung diri digunakan oleh orang yang berisiko terpajan dengan pasien

atau material infeksius seperti tenaga kesehatan, petugas kebersihan, petugas

instalasi sterilisasi , petugas laundri dan petugas ambulans di Fasyankes.

b. Dinamika transmisi.

1) Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan kontak.

APD yang digunakan antara lain :


a) Gaun /gown,

b) Sarung tangan,

c) Masker N95/bedah,

d) Pelindung kepala

e) Pelindung mata (goggles)

f) Sepatu pelindung

Catatan: APD di atas bisa ditambah dengan penggunaan pelindung wajah (face

shield)

2) Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya aerosol

seperti intubasi trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi, resusitasi jantung paru,

ventilasi manual sebelum intubasi, nebulasi dan bronskopi, pemeriksaan gigi

seperti scaler ultrasonic dan high-speed air driven, pemeriksaan hidung dan

tenggorokan, pengambilan swab.

APD yang digunakan antara lain:

a) Gaun/gown,

b) Sarung tangan,

c) Masker N95,

d) Pelindung kepala,

e) Pelindung mata (goggles)

f) Pelindung wajah (face shield)


g) Sepatu pelindung

Catatan: APD di atas bisa ditambah dengan penggunaan apron,

2. Cara “ memakai “dengan benar

3. Cara “melepas” dengan benar

4. Cara mengumpulkan (disposal) setelah di pakai.

APD yang dipakai untuk merawat pasien terduga atau terkonfirmasi Covid- 19

harus dikategorikan sebagai material infeksius. Tidak diperlukan prosedur khusus

dan penanganannya sama dengan linen infeksius yang lain. Semua APD baik

disposable atau reuseable harus dikemas secara terpisah (dimasukkan ke dalam

kantong plastik infeksius atau tempat tertutup) yang diberi label dan anti bocor.

Hindari melakukan hal-hal di bawah ini :

a. Meletakkan APD di lantai atau di permukaan benda lain (misal di atas

loker atau di atas meja).

b. Membongkar kembali APD yang sudah dimasukkan ke kantong

plastik infeksius atau tempat tertutup.

c. Mengisi kantong plastik infeksius atau tempat tertentu.

2.4 Kerangka Konseptual

Pandemi COVID-
19
Mahasiswa dirumahkan
untuk mencegah
penularan COVID-19

Pembelajaran
daring

Pembelajaran Teori Pembelajaran


dengan menggunakan Praktikum melalui
media PPT dengan suara, video tutorial
zoom, Google meet, vilep

Peneliti membuat video


tutorial penggunaan
APD COVID-19

Meningkatkan Pengetahuan terkait


cara penggunaan dan pelepasan
APD COVID 19 terhadap
Mahasiswa keperawatan
BAB III

SETTING STUDI KASUS

3.1 Desain Penelitian

Menurut Siyoto & Sodik (2015) (dalam Sukardi, 2019) Desain penelitian

merupakan penggambaran secara jelas tentang hubungan antara variabel,

pengumpulan data, dan analisa data, sehingga desain yang baik peneliti maupun

orang lain yang berkepentingan maupun gambaran tentang bagaimana keterkaitan

antar variabel, bagaimana mengukurnya. Rancangan studi kasus pada pada

umumnya yaitu deskriptif (mendeskripsikan), eksplorasi (mengeksplorasi), atau

eksplanasi (menguraikan) karena studi kasus tergolong riset kualitatif (Suprajitno

& Sri Mugianti, 2018).

Dengan itu penelitian ini adalah studi kasus yang menggunakan metode

deskriptif kualitatif untuk mengetahui bagaimana efektifitas video tutorial

penggunaan APD COVID 19 terhadap pengetahuan dan pelaksanaan penggunaan

APD pada mahasiswa keperawatan.

3.2 Subyek Penelitian

Subjek studi kasus dapat disebut juga sebagai partisipan dalam riset

kualitatif atau sampel dalam riset kuantatif. Subjek studi kasus keperawatan

adalah individu, keluarga, komunitas (kelompok), dan masyarakat. (Suprajitno &

Sri Mugianti,2018:43). Jadi subjek penelitian kualitatif adalah pihak yang menjadi

sasaran dan dapat memberikan informasi dengan pertimbangan tertentu.

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dijadikan subjek penelitian dalam

penelitian ini adalah :


1. Merupakan mahasiswa keperawatan Tingkat 1 dan Tingkat 2 Poltekkes

Kemenkes Malang Prodi D3 Keperawatan Blitar.

2. Subjek bersedia menjadi responden dan telah menandatangani inform consent

dengan jumlah 4 orang.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Studi kasus ini dilakukan di Kampus Poltekkes Kemenkes Malang Prodi

D3 Keperawatan Blitar yang akan membandingkan pengetahuan antara sebelum

dan sesudah melihat tayangan video tutorial penggunaan APD Covid19.

Sedangkan waktu yang digunakan untuk penelitian adalah bulan Januari-Februari

2021.

3.4 Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus ini adalah mengukur tingkat pengetahuan dan

pelaksanaan dengan melakukan perbandingan antara sebelum dan sesudah melihat

tayangan video tutorial penggunaan APD Covid19.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan

karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Selama proses

pengumpulan data, peneliti menfokuskan pada penyediaan subyek, melatih

tennaga pengumpulan data (jika diperlukan), memerhatikan prinsip-prinsip

validitas dan rehabilitas, serta menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi agar

data dapat terkumpul sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Nursalam,

2009).
Langkah-langkah pengumpulkan data :

1. Peneliti mengantar surat izin ke kampus Poltekkes Kemenkes Malang Prodi D3

Keperawatan Blitar

2. Peneliti menemui responden penelitian yang sesuai

3. Selanjutnya melakukan pendekatan pada responden, responden setuju, setelah

itu mendatangani informed consent sebagai bukti persetujuan sebagai responden

penelitian.

4. Setelah antara peneliti dan responden sepakat, peneliti menggali informasi dari

responden pnelitian.

5. Setelah melakukan wawancara peneliti menentukan kesepakatan atau kontrak

waktu untuk melakukan observasi pengambilan data.

6. Melakukan pre test dengan memberikan 25 soal terkait APD COVID 19

sebelum memberikan tayangan video tutorial penggunaan APD COVID 19

melalui media google form.

7. Peneliti menjelaskan kepada responden melalui video cara penggunaan APD

Covid19

8. Setelah dijelaskan melalui penayangan video, dilakukan post test kembali

terkait cara penggunaan APD Covid19

9. Dari hasil pengelolaan kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan tabel

kemudian dibuat laporan untuk disajikan dalam sidang hasil karya tulis ilmiah

3.6 Analisa Data


Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang paling penting

dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun

orang lain (Anggito & Setiawan, 2018).

Dalam studi kasus ini menggunakan analisis data dengan soal pre test dan

post test melalui media google form.

3.7 Etika Penelitian

Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat empat

prinsip utama yang perlu dipahami, antara lain:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapat

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalan penelitian serta memiliki

kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam

kegiatan penelitian (Sumantri, 2011).

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek

Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu (Sumantri, 2011).

3. Keadilan dan inklusitas

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, kerjasamaan,


kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian

(Sumantri, 2011).

4. Memperhitung manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna

mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian

dapat digenerasikan di tingkat populasi (Sumantri, 2011)

3.8 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).


Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Indikator Alat Ukur


Pengetahuan dan Pembelajaran daring adalah penggunaan - Mengidentifikasi Lembar soal kuisioner

pelaksanaan internet untuk mengakses materi, untuk sebelum melihat dan evaluasi

penggunaan APD berinteraksi dengan materi, instruktur dan tayangan video penggunaan APD pada

COVID 19 pembelajar lain, untuk mendapatkan dukungan tutorial cara mahasiswa melalui

selama proses pembelajaran dengan tujuan untuk penggunaan APD video

memperoleh pengetahuan, menciptakan COVID 19 dengan

pemahaman dan untuk berkembang dari menjawab kuisioner

pengalaman belajar. melaului google form

- Mengidentifikasi
Pengetahuan merupakan hasil
setelah melihat
penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang
tayangan video
terhadap objek atau indera yang dimilikinya.
Alat pelindung diri (APD) adalah tutorial cara

perangkat alat yang dirancang sebagai penggunaan APD

penghalang terhadap penetrasi zat, partikel COVID 19 dengan

padat, cair, atau udara untuk menjawab kuisioner

melindungi pemakainya dari cedera atau melaului google form

penyebaran infeksi atau penyakit - Evaluasi pada

responden dengan cara

memperagakan

menggunakan APD

COVID 19
Daftar Rujukan

Adit, A. (2020). 12 Aplikasi Pembelajaran Daring Kerjasama Kemendikbud,


Gratis!
Kompas.Com.https://edukasi.kompas.com/read/2020/03/22/123204571/12-
aplikasipembelajaran-daring-kerjasama-kemendikbud-gratis?page=1

Aidah, S. (2019). Pemanfaatan e-learning sebagai media pembelajaran di


STIA AL GAZALI BARRU (suatu studi terhadap pemanfaatan model
elearning berbasis software claroline). Meraja Journal, 2(1), 1–12.

Ally, M. (2004). Foundations of Educational Theory for Online Learning. In


Theory and practice of online learning (pp. 15–44).
https://doi.org/10.1007/978-1-4020-8299-3_8

Alshwaier, A. (2012). A New Trend for E-Learning in KSA Using


Educational Clouds. Advanced Computing: An International Journal,
3(1), 81–97. https://doi.org/10.5121/acij.2012.3107

Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa


Barat: CV Jejak.

Aswan, Z., & Bahri syamsul, D. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Penerbit PT.
Rineka Cipta.

Darmalaksana, W. (2020). WhatsApp Kuliah Mobile . Fakultas Ushuluddin UIN


Sunan Gunung Djati Bandung

Fakhri, F. (2020). Perangi Corona, Pemerintah Utamakan Cara Pencegahan.


Okenews.https://nasional.okezone.com/read/2020/03/19/337/2185918/perang
icorona-pemerintah-utamakan-cara-pencegahan Gulo, W. (2002). Strategi
Belajar Mengajar. PT. Grasindo.

Firman, F., & Rahayu, S. (2020). Pembelajaran Online di Tengah Pandemi


Covid19. Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(2), 81-89.
Gorbalenya, A. E. (2020). “Severe acute respiratory syndrome-related
coronavirus –The species and its viruses, a statement of the Coronavirus
Study Group”. https://doi.org/10.1101/2020.02.07.937862

Gunawan, Suranti, N. M. Y. Su., & Fathoroni. (2020). Variations of Models


and Learning Platforms for Prospective Teachers During the COVID-19
Pandemic Period. Indonesian Journal of Teacher Education, 1(2), 61–70.

Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran


Abad 21. Ghalia Indonesia.

Humas. (2020). Inilah Perubahan Kebijakan Pendidikan Selama Masa


Pandemi Covid-19. Https://Setkab.Go.Id/.
https://setkab.go.id/inilahperubahan-kebijakan-pendidikan-selama-masa-
pandemi-covid-19/

KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ). In Kementerian


Pendidikan dan Budaya.

Kemendikbud. (2020). KBBI daring. Https://Kbbi.Kemdikbud.Go.Id.


https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/daring

Milman, N. B. (2015). Distance Education. In International Encyclopedia of the


Social & Behavioral Sciences: Second Edition. https://doi.org/10.1016/B978-
0-08- 097086-8.92001-4

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. jakarta: rineka cipta.

Notoatmodjo. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media.

Sumantri, A. (2011). Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana Prenada


Media grub.

Suprajitno & Mugianti, S. (2018). Studi Kasus Sebagai Riset. Yogyakarta: Andi.

Zhang, D., Zhao, J. L., Zhou, L., & Nunamaker, J. F. (2004). Can e-learning
replace classroom learning? Communications of the ACM.
https://doi.org/10.1145/986213.986216
Lampiran 1

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN (PSP)

a. Saya Gita Putri Adelia berasal dari Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Jurusan Keperawatan Program Studi D3 Keperawatan Blitar dengan ini meminta

saudara untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul

“Efektifitas video tutorial penggunaan APD COVID-19 Terhadap Pengetahuan

dan Pelaksanaan Penggunaan APD COVID 19 Pada Mahasiswa Keperawatan ”

b. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Efektifitas video tutorial penggunaan

APD COVID 19 terhadap pengetahuan dan pelaksaan penggunaan APD COVID

19 pada mahasiswa keperawatan

c. Penelitian akan berlangsung selama 15 menit untuk setiap responden dimana

peneliti melakukan interview kepada responden, peneliti akan membagikan

kuesioner melalui google form mengenai pengetahuan tentang pengertian alat

pelindung diri covid-19, tujuan penggunaannya, macam alat pelindung diri,

prosedur penggunaanya dan cara melepaskan alat pelindung diri yang diisi oleh

responden.

d. Prosedur penelitian meminta izin kepada Kaprodi poltekkes kemenkes

Malang Prodi D3 Keperawatan Blitar, menyiapkan instrumen penelitian.

Memberikan PSP kepada responden yaitu penjelasan untuk mengikuti penelitian,

meminta
responden untuk mengisi Informed Concent pada lembar persetujuan yang sudah

tersedia, membagikan kuesioner kepada responden.

Keuntungan yang diperoleh saudara dalam penelitian ini memberikan masukkan

dan wawasan mengenai pengetahuan dalam menggunakan APD COVID-19.

Partisipasi saudara bersifat sukarela, tidak ada paksaan, dan saudara dapat

mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun

e. Kegiatan ini hanya untuk keperluan penelitian sehingga identitas saudara

akan tetap dirahasiakan

f. Apabila ada hal-hal yang kurang jelas dapat menghubungi saya Gita Putri

Adelia. No.HP 085655406775.

Peneliti

Gita Putri Adelia


NIM. P17230183040
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, saya bersedia menjadi responden


dalam penelitian yang dilakukan oleh Saudari Gita Putri Adelia, Mahasiswa
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Program Studi D3 Keperawatan Blitar
dengan judul “Efektifitas video tutorial penggunaan APD COVID-19 Terhadap
Pengetahuan dan Pelaksanaan Penggunaan APD COVID 19 Pada Mahasiswa
Keperawatan ”

Persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa paksaan dari siapapun.

Blitar,28 Desember 2020


Peneliti Responden
Lampiran 3

KONSEP KERJA KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN ALAT PELINDUNG DIRI

4.1 Tabel konsep kerja kuesioner tingkat pengetahuan alat pelindung diri
No Konsep Indikator Pertanyaan

1 Pedoman Pencegahan dan a. Pengertian alat pelindung diri Diimplementasikan pada


Pengendalian Infeksi di pertanyaan No.1-25
Pelayanan Kesehatan,Kementrian b. Tujuan dan pentingnya penggunaan
Kesehatan RI (2017) APD COVID-19
c. Macam – macam alat pelindung diri
COVID-19
d. Tujuan penggunaan dari masing-masing
APD COVID-19
e. Prosedur Penggunaan APD COVID-19
f. Prosedur pelepasan APD COVID-19
Lampiran 4

KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN ALAT PELINDUNG DIRI

I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

II. PETUNJUK PENGISIAN

1. Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti sebelum


menjawab pertanyaan.
2. Pilihlah jawaban yang tepat.

3. Untuk kelancaran peneliti ini mohon isilah jawaban


yang sesuai dengan pendapat anda, tidak perlu bertanya
teman, jawab dengan jujur
III. Pertanyaan
 Sebelumnya apakah sudah pernah mendapatkan materi atau
informasi terkait cara penggunaan dan pelepasan APD
COVID 19 ?
SOAL !

1. Perangkat alat yang dirancang sebagai penghalang


terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara
untuk melindungi pemakainya dari cedera atau
penyebaran infeksi atau penyakit?
a. Pengertian alat pelindung diri

b. Tujuan pemakaian alat pelindung diri


c. Indikasi pemakaian alat pelindung diri

2. Tujuan penggunaan alat pelindung diri adalah?

a. Agar terlihat gagah saat melakukan tindakan

b. Melindungi kulit dan selaput membrane mukosa


dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret,
ekskreta kulit yang tidak utuh dan selaput lendir
dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
c. Jawaban a dan b benar

3. Menurut anda, alat apa saja yang termasuk dalam alat


pelindung diri dan wajib digunakan pada saat
melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien
COVID-19 tindakan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut?
a. Masker, sarung tangan

b. Sarung tangan, masker N95, pakaian / gaun pelindung

c. Handscoen, masker N95, goggle, pakaian / gaun


pelindung, pelindung kepala, sepatu pelindung

4. Menurut anda, pentingkah seorang perawat


menggunakan alat pelindung diri saat melakukan
tindakan keperawatan pasien COVID-19?
a. Tidak penting karena tanpa alat pelindung diri
petugas masih dapat melakukan tindakan
keperawatan terhadap pasien COVID-19
b. Penting,karena merupakan aturan yang wajib di taati
oleh tenaga kesehatan gigi
c. Sangat Penting karena setiap perawat sangat
beresiko terpajan droplet dari pasien COVID-19
5. Indikasi pemakaian alat pelindung diri COVID-19 adalah?
a. Melindungi seorang perawat dari pajanan
droplet kulit dan selaput membrane mukosa
dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret,
ekskreta kulit yang tidak utuh dan selaput lendir
dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
b. Agar petugas memproteksi diri dari bahaya fisik,
kimia, biologi dan bahan infeksius.
c. Jika melakukan tindakan yang memungkinkan tubuh
atau membrane mucosa terkena atau terpercik darah
atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien
terkontaminasi dari petugas.
6. Tujuan penggunaan sarung tangan adalah?

a. Membantu petugas kesehatan untuk melindungi


tangan dari kontak dengan darah, semua jenis
cairan tubuh, secret, ekskreta, kulit yang tidak
utuh, selaput lendir dan benda yang
terkontaminasi.
b. Agar tangan tetap bersih dan steril

c. Jawaban a dan b benar

7. Sebelum menggunakan sarung tangan tindakan apa


yang wajib dilakukan oleh tenaga kesehatan?
a. Mempersiapkan ruangan dan alat yang
digunakan sebelum tindakan pelayanan.
b. Mencuci tangan dengan sabun

c. Jawaban a dan b benar

8. Jenis APD yang digunakan untuk menangani kasus


COVID 19 ?
a. Level 1

b. Level 3
c. Level 2
9. Pelindung wajah memiliki kegunaan untuk melindungi
mata dan wajah dari percikan cairan darah atau droplet
disebut ?
a. Face Shield
b. Apron

c. Helm

10. Jenis masker yang digunakan untuk menangani kasus


COVID 19 Kecuali?
a. Masker Bedah (Surgical Mask)
b. Masker N95
c. Masker Kain
11. Cara mencegah penularan COVID 19 dapa dilakukan
dengan cara ?
a. Mejaga jarak

b. Mencuci Tangan

c. Memakai masker

d. Semua Jawaban benar

12. Pelindung mata berbentuk seperti kaca mata yang


memiliki kegunaan melindungi area mata dan
sekitarnya dari percikan cairan, darah, atau droplet?
a. Goggle

b. Face Shield

c. Masker

13. Alat pelindung diri yang di gunakan untuk mencegah


percikan yang berasal dari droplet penderita COVID 19
adalah ?
a. Kacamata pelindung
b. Masker

c. Handscoen

14. Prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD COVID


19 ?
a. Harus dapat memberikan perlindungan terhadap
bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang
dihadapi (Percikan, kontak langsung maupun tidak
langsung).

b. Tampil keren dan sesuai dengan style

c. Mudah rusak

15. Masker yang digunakan untuk tindakan bedah atau


mencegah penularan melalui droplet adalah?
a. Masker repiratorik

b. Masker bedah

c. Masker rumah tangga

16. Tujuan pemakaian alat pelindung diri ini adalah


melindungi mata dan wajah dari percikan darah,cairan
tubuh,sekresi dan ekskresi
a. Masker repiratorik

b. Kacamata pelindung dan perisai wajah

c. Kacamata pelindung

17. Syarat kacamata pelindung yang digunakan


dalam pelayanan kesehatan adalah?
a. Kaca mata yang bersih dan terlihat keren saat dipakai

b. Kacamata yang memberikan perlindungan terbaik

c. Mempunyai penutup bagian atas dan samping


dan beberapa model diantaranya dibuat agar
dapat dipakai diatas kacamata koreksi serta
dilengkapi pelindung wajah dari plastic bening
18. Alat pelindung diri yang digunakan untuk mencegah
kontaminasi pada pakaian dan melindungi kulit dari
kontaminasi darah dan cairan tubuh adalah?
a. Pakaian/gaun pelindung

b. Masker

c. Celemek

19. Pemakaian pakaian pelindung sangatlah penting untuk


mencegah penyebaran infeksi kepada orang disekitar
kita untuk itu pakaian pelindung harus…..
a. Pakaian kerja harus dibuka diruang praktek dan
dicuci terpisah dari pakaian biasa lainnya
b. Digantung diruang kerja untuk dipakai keesokan harinya

c. Langsung dibuang

20. Berikut ini adalah prosedur pemakaian sarung tangan…?

a. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung


tangan lainnya,kemudian lepaskan
b. Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan
menggunakan tangan yang masih memakai sarung
tangan
c. Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan
menggantung ke lantai,sehingga bagian lubang
jari-jari tangannya terbuka,lalu masukan tangan
21. Memegang pada bagian tali (kaitkan pada telinga jika
menggunakan kaitan tali karet atau simpulkan tali
dibelakang kepala jika menggunakan tali lepas)
kemudian eratkan tali kedua pada bagian tengah kepala
atau leher adalah prosedur pemakaian….?
a. Pakaian/gaun pelindung

b. Masker

c. Kacamata pelindung

22. Alat pelindung diri ini dipasang setelah menggunakan


masker dan dipasang untuk menutupi mata dan wajah
operator…?
a. Kacamata pelindung dan perisai wajah

b. Masker respiratorik

c. Handscoen

23. Berikut ini adalah prosedur pemakaian pakaian pelindung…?

a. Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga


lutut,lengan hingga bagian pergelangan tangan
dan selubungkan kebelakang pungggung sampai
menutupi seluruh tubuh
b. Lipat dan gulung menjadi gulungan dan letakkan
diwadah yang telah disediakan untuk diproses ulang
atau buang ditempat limbah infeksius.
c. Jawaban a dan b benar

24. Langkah-langkah melepaskan alat pelindung diri adalah…?

a. Semprotkan desinfektan, lepaskan face shield,


lepas cover all, lepas sarung tangan panjang,
lepas sepatu boots, lepaskan gogles, lepas masker
N95, lepas sarung tangan pendek.
b. Lepaskan maker, lepaskan sarung tangan, lepaskan
kacamata pelindung, lakukan kebersihan tangan.
c. Lepaskan sarung tangan, lakukan kebersihan tangan,
lepaskan masker, lepaskan kacamta pelindung dan
perisai wajah, gaun pelindung, lakukan kebersihan
tangan.
25. Alat pelindung diri yang paling terakhir dilepas adalah?

a. Masker

b. Kacamata pelindung dan perisai wajah

c. Pakaian /gaun pelindung


4.2 Tabel Standar Operasional Prosedur Pemasangan dan Pelepasan APD Covid Level 3
POLTEKKES KEMENKES No. Dokumen :
MALANG

STANDAR OPERASIONAL No. Revisi :


PROSEDUR
00
MENGUGUNAKAN APD Halaman :
COVID LEVEL 3
Pengertian Tata cara pemakaian alat pelindung diri lengkap yang
digunakan untuk pelayanan pasien yang terkonfirmasi positif
COVID 19.
Indikasi Pasien terkonfirmasi positif COVID 19.
Tujuan Sebagai acuan dalam menerapkan langkah langkah
pemakaian alat pelindung diri lengkap COVID 19
Persiapan 1. Sepatu boot
tempat dan alat
2. Cover shoes,
3. Cover all
4. Masker N95,
5. Kacamata googles
6. Face shield
7. sarung tangan bersih
8. sarung tangan panjang

Pelaksanaan 1. Mencuci tangan


2. Pasang masker N95 sesuaikan dengan bentuk hidung dan
wajah
3. Gunakan penutup kepala
4. Gunakan kacamata Google
5. Gunakan baju hazmat dan tutup kepala dengan penutup
kepala dari baju Asmat pastikan baju hazmat terkancing
dengan sempurna
6. Gunakan penutup kaki
7. Pasang sepatu boots
8. Setelah itu gunakan face shield
9. Kemudian pasang sarung tangan lapis pertama
10. Pasang sarung tangan lapis kedua

POLTEKKES KEMENKES No. Dokumen :


MALANG

STANDAR OPERASIONAL No. Revisi :


PROSEDUR
00
MELEPAS APD COVID Halaman :
LEVEL 3
Pengertian Tata cara pelepasan alat pelindung diri yang telah digunakan
untuk menagani kasus yang terkonfirmasi covid 19.
Indikasi Pasien terkonfirmasi positif covid 19.
Tujuan Sebagai acuan dalam menerapkan langkah langkah pelepasan
alat pelindung diri lengkap COVID 19.
Persiapan 1. Sepatu boot
tempat dan alat
2. Cover shoes,
3. Cover all
4. Masker N95,
5. Kacamata googles
6. Face shield
7. sarung tangan bersih
8. sarung tangan panjang

Pelaksanaan 1. Semprot dengan menggunakan cairan desinfektan dari


ujung kepala sampai ujung kaki
2. Mencuci tangan
3. Lepas sarung tangan bagian luar
4. Lepaskan sepatu boot
5. Mencuci tangan
6. Lepas baju hazmat dengan tidak menyentuh bagian luar
7. Lepas penutup kaki
8. Mencuci tangan
9. Melepas penutup kepala ke arah belakang
10. Mencuci tangan
11. Lepas kacamata Google
12. Lepas masker N95
13. Lepas masker
14. Lepas sarung tangan dengan tidak menyentuh bagian luar
15. Mencuci tangan

Anda mungkin juga menyukai