Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

“TETES MATA KLORAMFENIKOL”

DISUSUN OLEH:

1. Suci Nursita 18330001


2. Zahra Ifany Vasya 18330002
3. Fitrihani Prihatini 18330005
4. Sri Ningrum Sari 18330006
5. Syifa Nadila Putri 18330007
6. Amma Makhdoroh 18330008

PROGRAM STUDI FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan lancar. Dukungan dari
berbagai pihak yang telah memberikan kami dorongan serta pengetahuan yang sangat berguna
bagi kami.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun agar bisa
lebih baik lagi di masa mendatang, semoga laporan ini bermanfaat unuk para pembaca.

Jakarta, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 3
2.1 Teori Sediaan......................................................................................................................... 3
2.2 Kloramfenikol ....................................................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ..................................................................................... 10
3.1 Monografi Zat Aktif ............................................................................................................ 10
3.2 Monografi Zat Tambahan.................................................................................................... 11
3.3 Rasionalisasi Formula ......................................................................................................... 15
3.4 Formulasi ............................................................................................................................. 17
3.5 Perhitungan Formula ........................................................................................................... 18
3.6 Cara Kerja ........................................................................................................................... 19
3.7 Evaluasi Sediaan ................................................................................................................. 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................................... 24
4.1 Hasil Evaluasi Sediaan ........................................................................................................ 24
4.2 Pembahasan ......................................................................................................................... 24
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 27
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 27
5.2 Saran .................................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 28
LAMPIRAN KEMASAN ............................................................................................................. 30
LAMPIRAN JURNAL ................................................................................................................. 34

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata merupakan salah satu dari panca indera manusia yang sangat penting kegunaannya.
Jika pada mata atau sistem penglihatan terjadi gangguan fungsi, maka akibatnya akan
mengganggu dalam kehidupan sehari-hari. Ada berbagai macam gangguan penglihatan, mulai
dari yang ringan sampai yang sangat parah yaitu hilangnya fungsi penglihatan atau kebutaan.
Obat mata biasanya termasuk kedalam produk steril contoh sediaanya adalah obat tetes mata.
Obat tetes mata adalah obat tetes steril, umumnya isotonis dan isohidris. Digunakan dengan
cara meneteskan ke dalam lekuk mata atau ke permukaan selaput bening mata. Larutan obat
mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas
sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. (Depkes RI, 2014). Bentuk sediaan tetes
mata harus memenuhi persyaratan uji sterilitas. Beberapa penggunaan sediaan tetes mata harus
mengandung zat yang sesuai atau campuran zat untuk mencegah pertumbuhan atau
memusnahkan mikroorganisme. Sediaan mata harus bebas dari partikel besar dan harus
memenuhi persyaratan untuk kebocoran dan partikel logam. Semua sediaan tetes mata harus
steril dan bila memungkinkan pengawet yang cocok harus ditambahkan untuk memastikan
sterilitas selama digunakan. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus
dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan
pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan kemasan yang tepat (Depkes RI,
1995).
Penggunaan tetes mata pada etiketnya tidak boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah
tutup dibuka, karena penggunaan dengan tutup terbuka kemungkinan terjadi kontaminasi
dengan bebas. Oleh karena itu beberapa penggunaan sediaan tetes mata harus mengandung zat
yang sesuai atau campuran zat untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan
mikroorganisme.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami lebih jelas dan mendalami tentang sediaan farmasi
dalam bentuk suspense serta cara pembuatan sediaan suspense.

1
2. Untuk mengetahui dan memahami cara membuat formulasi sediaan tetes mata
kloramfenikol.
3. Untuk mengetahui dan memahami cara evaluasi dan uji stabilitas sediaan tetes mata
kloramfenikol.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sediaan


2.1.1 Definisi Tetes Mata (Guttae Ophthalmicae)
- Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan
bola mata. (FI III Hal. 10)
- Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan sediaan
yang dibuat dan dikemas sedekimian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. (FI
IV Hal. 13)
- Suspensi obat mata adalah sediaan cair steril yang mengandung partikelpartikel
yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada obat seperti yang
tertera pada suspensiones. (FI IV Hal. 14)
2.1.2 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan :
- Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavailabilitas dan
kemudahan penanganan.
- Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat
memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu
terdisolusinya oleh air mata sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas dan efek
terapinya.
Kerugian :
- Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas, maka
- larutan yang berlebih dapat masuk ke nasal cavity lalu masuk ke jalur
- gastrointestinal menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan.
- Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler
- pada retina dan iris relatif non permeabel sehingga umumnya sediaan untuk
- mata adalah efeknya lokal atau topikal.
2.1.3 Syarat sediaan tetes mata
1. Steril.

3
2. Isotonis dengan air mata, bila mungkin isohidris dengan pH air mata.Isotonis =
0,9% b/v NaCl, rentang yang diterima = 0,7 – 1,4% b/v atau 0,7– 1,5% b/v.
3. Larutan jernih, bebas partikel asing dan serat halus.
4. Tidak iritan terhadap mata
2.1.4 Pemilihan Bentuk Zat Aktif
Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat larut air atau
dipilih bentuk garamnya yang larut air. Sifat-sifat fisikokimia yang harus
diperhatikan dalam memilih garam untuk formula larutan tetes mata yaitu:
1. Kelarutan.
2. Stabilitas.
3. pH stabilitas dan kapasitas dapar.
4. Kompatibilitas dengan bahan lain dalam formula.
Sebagian besar zat aktif untuk sediaan tetes mata adalah basa lemah. Bentuk garam
yang biasa digunakan adalah garam hidroklorida, sulfat, dan nitrat. Sedangkan untuk
zat aktif yang berupa asam lemah, biasanya digunakangaram natrium.
2.1.5 Bahan Pembantu
a. Pengawet
Pengawet yang dipilih seharusnya mencegah dan membunuh pertumbuhan
mikroorganisme selama penggunaan. Pengawet yang sesuai untuk larutan obat
tetes mata hendaknya memiliki sifat sebagai berikut :
- Bersifat bakteriostatikdan fungistatik. Sifat ini harus dimiliki terutama
terhadap Pseudomonasa aeruginosa.
- Non iritan terhadap mata.
- Kompatibel terhadap bahan aktif dan zat tambahan lain yang dipakai.
- Tidak memiliki sifat alergen dan mensensitisasi.
- Dapat mempertahankan aktivitasnya pada kondisi normal penggunaan
sediaan.
b. Pengisotonis
Pengisotonis yang dapat digunakan adalah NaCl, KCl, glukosa, gliserol dan
dapar. Rentang tonisitas yang masih dapat diterima oleh mata berdasarkan FI IV
yaitu 0,6 – 2,0%.

4
c. Pendapar
Secara ideal, larutan obat tetes mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama
dengan air mata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak
obat yang tidak cukup larut dalam air, sebagian besar garam alkaloid mengendap
sebagai alkaloid bebas pada pH ini. Selain itu banyak obat tidak stabil secara
kimia pada pH mendekati 7,4. Tetapi larutan tanpa dapar antara pH 3,5 – 10,5
masih dapat ditoleransi walaupun terasa kurang nyaman. Rentang pH yang masih
dapat ditoleransi oleh mata menurut FI IV yaitu 3,5 – 8,5.
Syarat dapar yaitu :
- Dapat menstabilkan pH selama penyimpanan
- Konsentrasinya tidak cukup tinggi sehingga secara signifikan dapat
mengubah pH air mata.
d. Peningkat Viskositas
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemilihan bahan peningkat viskositas
untuk sediaan tetes mata yaitu:
1. Sifat bahan peningkat viskositas itu sendiri.
2. Perubahan pH yang dapat mempengaruhi aktivitas bahan peningkat
viskositas.
3. Penggunaan produk dengan viskositas tinggi kadang tidak ditoleransi baik
oleh mata dan menyebabkan terbentuknya deposit pada kelompok mat, sulit
bercampur dengan air mata atau menganggu difusi obat. Viskositas untuk
larutan tetes mata dipandang optimal jika berkisar antara 15 – 25 cps.
Pemilihan bahan pengental dalam obat tetes mata didasarkan pada, yaitu:
- Ketahanan pada saat sterilisasi.
- Kemungkinan dapat disaring.
- Stabilitas.
- Ketidakcanpuran dengan bahan-bahan lain.
e. Antioksidan
Zat aktif untuk sediaan tetes mata ada yang dapat teroksidasi oleh udara. Untuk
itu kadang dibutuhkan antioksidan. Antioksidan yang sering digunakan adalah
Na metabisulfit atau Na sulfit dengan konsentrasi sampai 0,3%.

5
f. Surfaktan
Pemakaian surfaktan dalam obat tetes mata harus memenuhi berbagai aspek:
1. Sebagai antimikroba (surfaktan golongan kationik).
2. Menurunkan tegangan permukaan antara obat tetes mata dan kornea sehingga
meningkatkan aktif terapeutik zat aktif.
3. Meningkatkan ketercampuran antara obat tetes mata dengan cairan lakrimal,
meningkatkan kontak zat aktif dengan kornea dan konjungtiva sehingga
meningkatkan penembusan dan penyerapan obat.
4. Tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak boleh iritan dan
merusak kornea. Surfaktan golongan non ionik lebih dapat diterima
dibandingkan dengan surfaktan golongan lainnya.
2.1.6 Metode Sterilisasi
Metode sterilisasi terutama ditentukan oleh sifat sediaan. Jika memungkinkan,
penyaringan dengan penyaring membran steril merupakan metode yang baik jika
dapat ditunjukkan bahwa pemanasan mempengaruhi stabilitas sediaan, sterilisasi
obat dalam wadah akhir dengan autoklaf juga merupakan pilihan baik. Pendaparan
obat tertentu disekitar pH fisiologis dapat menyebabkan obat tidak stabil pada suhu
tinggi. Penyaringan dengan menggunakan penyaring bakteri adalah suatu cara yang
baik untuk menghindari pemanasan, namun perlu perhatian khusus dalam pemilihan,
perakitan, dan pengunaan alat-alat.
Sedapat I mungkin gunakan penyaring steril satu kali pakai. (FI IV Hal. 13)
Menurut FI III, kecuali dinyatakan lain tetes mata dibuat dengan salah satu cara
berikut:
1. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa yang mengandung salah satu zat
pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan
dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah. Tutup wadah dan sterilkan
dengan autoklaf pada suhu 115 – 116°C selama minimal 30 menit, tergantung
volume cairan yang akan disterilkan (cara sterilisasi A).
2. Obat dilarutkan ke dalam pembawa berair yang mengandung salah satu zat
pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan disterilkan
dengan cara filtrasi (cara sterilisasi C) ke dalam wadah yang sudah steril secara

6
aseptik dan ke tutup rapat.
3. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat
pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan
dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup rapat, sterilkan dengan uap
air mengalir pada suhu 98 - 100°C selama minimal 30 menit tergantung volume
cairan yang akan disterilkan (cara sterilisasi B).

2.2 Kloramfenikol
2.2.1 Farmakokinetik
Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik yang memiliki mekanisme
kerjamenghambat sisntesis protein pada tingkat ribosom. Obat ini mengikatkan
dirinya pada situs-situs terdekat pada subunit 50S dari ribosom RNA 70S.
Kloramphenikol menyekatkan ikatanpersenyawaan aminoacyl dari molekul tRNA
yang bermuatan ke situs aseptor kompleksmRNA ribosom. Ikatan tRNA pada
kodon-nya tidak terpengaruh. Kegagalan aminoacyluntuk menyatu dengan baik
dengan situs aseptor menghambat reaksi transpeptidase yangdikatalisasi oleh
peptidyl transferase. Peptida yang ada pada situs donor pada kompleksribosom
tidak ditransfer ke asamamino aseptornya, sehingga sintesis protein
terhenti(Katzung, 2004).
Untuk penggunaan secara topikal pada mata, kloramfenikol diabsorpsi
melalui cairanmata. Berdasarkan penelitian, penggunaan kloramfenikol pada
penyakit mata yaitu katarakmemberi hasil yang baik namun hasil ini sangat
dipengaruhi oleh dosis dan bagaimana caramengaplikasikan sediaan tersebut. Jalur
ekskresi kloramfenikol utamanya melalui urine.Perlu diingat untuk penggunaan
secara oral, obat ini mengalami inaktivasi di hati. Prosesabsorsi, metabolisme dan
ekskresi dari obat untuk setiap pasien, sangat bervariasi, khususnyapada anak dan
bayi. Resorpsinya dari usus cepat dan agak lengkap. Difusi kedalam
jaringan,rongga, dan cairan tubuh baik sekali, kecuali kedalam empedu. Kadarnya
dalam CCS tinggisekali dibandingkan dengan antibiotika lain, juga bila terdapat
meningitis. Plasma-t1/2-nyarata-rata 3 jam. Didalam hati, zat ini dirombak 90%

7
menjadi glukoronida inaktif. Bayi yangbaru dilahirkan belum memiliki enzim
perombakan secukupnya maka mudah mengalami
keracunan dengan akibat fatal. Ekskresinya melalui ginjal, terutama sebagai
metabolit inaktifdan lebih kurang 10 % secara utuh (Tjay dan Rahardja, 2008).

2.2.2 Indikasi

Untuk terapi infeksi superficial pada mata dan otitis eksterna yang disebabkan
olehbakteri, blepharitis, katarak, konjungtifitis bernanah, traumatik karatitis,
trakhoma danulcerative keratitis (McEvoy, 2002).
2.2.3 Kontraindikasi
Pada pasien yang hipersensitif terhadap kloramfenikol (McEvoy, 2002).
2.2.4 Mekanisme kerja
Mekanisme KerjaMenghambat sintesis protein pada mikroorganisme dengan
berikatan pada subunitribosom 50 S, sehingga menghambat pembentukan ikatan
peptide (McEvoy, 2002)
2.2.5 Efek samping
Rasa pedih dan terbakar mungkin terjadi saat aplikasi kloramfenikol pada mata.
Reaksihipersensitivitas dan inflamasi termasuk konjunctivitis, terbakar, angioneuro
edema, urtikariavesicular/ maculopapular dermatitis (jarang terjadi) (McEvoy,
2002)
2.2.6 Dosis
Untuk sediaan tetes mata, Kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5-1% dalam
sediaan(Ansel, 1989)
2.2.7 Penyimpanan
- Tetes mata disimpan dalam wadah “tamper -evident”. K ompatibilitas dari
komponen plastik atau karet harus dicek sebelum digunakan.
- Wadah untuk tetes mata dosis ganda dilengkapi dengan dropper yang bersatu
dengan wadah atau dengan suatu tutup yang dibuat dan disterilisasi secara
terpisah.
2.2.8 Penandaan
- Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi pengawet antimikroba atau
senyawa lain yang ditambahkan dalam pembuatan. Untuk wadah dosis ganda
8
harus mencantumkan batas waktu sediaan tersebut tidak boleh digunakan lagi
terhitung mulai wadah pertama kali dibuka.
- Kecuali dinyatakan lain lama waktunya tidak boleh lebih dari 4 minggu.
- Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi zat aktif, kadaluarsa dan
kondisi penyimpanan.
- Untuk wadah dosis tunggal, karena ukurannya kecil hanya memuat satu indikasi
bahan aktif dan kekuatan atau potensi sediaan dengan menggunakan kode yang
dianjurkan, bersama dengan persentasenya. Jika digunakan kode pada wadah,
maka pada kemasan juga harus diberi kode.
- Untuk wadah sediaan dosis ganda, label harus untuk wadah sediaan dosis ganda,
label harus menyatakan perlakuan yang harus dilakukan untuk menghindari
kontaminasi isi selama penggunaan.
- Label harus mencantumkan :
Nama dan persentase zat aktif., Tanggal dimana sediaan tetes mata tidak layak
untuk digunakan lagi, Kondisi penyimpanan sediaan tetes mata, Untuk wadah
dosis ganda, label harus menyatakan bahwa harus dilakukan perawatan tertentu
untuk mencegah kontaminasi isi sediaan selama penggunaan.

9
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Monografi Zat Aktif


Nama Bahan Aktif : Kloramfenikol
(Farmakope Indonesia edisi IV halaman 189 ;FI III hal 144).

NO PARAMETER DATA
1 Pemerian Hablur halus berbentuk jarumatau lempeng memanjang, warna
putih kelabu sampai kekuningan, tidak berbau, rasa sangat pahit
(FI III hal. 143 )
2 Kelarutan Larut dalam ± 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol 95%,
dalam bagian propilen glikol, sukar larut dalam kloform eter P
dan eter P ( FI III hal. 143)
3 pH Antara 4,5 dan 7,5 (FI IV hal. 188)
4 OTT -
5 Cara sterilisasi teknik aseptis
6 Indikasi Antibiotikum ( FI III)
7 Dosis lazim Sekali 250 mg-500 mg. Sehari 1 g-2 g ( FI III hal. 963). 0.5 %
(larutan) dan 1 % (salep) ; tiap 10 ml mengandung 50 mg
kloramfenikol untuk sediaan tetes mata
8 Cara pemakaian Oral dan pemakaian luar
9 Sediaan lazim dan Kapsul, tetes mata, tetes telinga, salep mata
Kadar
10 Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat ( FI IV hal.190)
penyimpanan

10
3.2 Monografi Zat Tambahan
Nama Bahan Tambahan : API (Aqua Pro Injeksi )

NO PARAMETER DATA
1 Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau (FI IV hal. 112)
2 Kelarutan Dapat tercampur dengan pelarut polar
3 pH -
4 OTT -
5 Cara sterilisasi Disterilkan tanpa penambahan bakterisida ( FI III hal. 97) atau
dengan autoclave
6 Indikasi Untuk pembuatan injeksi ( FI III hal. 97)
7 Dosis lazim -
8 Cara pemakaian Untuk pembuatan injeksi ( FI III hal. 97)
9 Sediaan lazim dan Cairan -
kadar
10 Wadah dan Dalam wadah tertutup kedap . dalam wadah bertutup kapas
penyimpanan berlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari setelah pembuatan
( FI III hal. 97 )

Nama Bahan Tambahan : Acidum Boricum

NO PARAMETER DATA
1 Pemerian Serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar,
tidak berbau, rasa agak asam, pahit, kemudian manis (FI III hal.
49)

11
2 Kelarutan Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam
16 bagian etanol 95% Pdan dalam 5 bagian gliserol P ( FI III hal.
49)
3 pH 3,8 sampai 4,8 (FI III hal 49)
4 OTT -
5 Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis
6 Indikasi Sebagai pengawet atau antiseptikum ekstern ( FI III hal. 50)
7 Dosis lazim 0,125%
8 Cara pemakaian Zat tambahan sebagai pengawet
9 Sediaan lazim dan Serbuk
kadar
10 Wadah dan Simpan dalam wadah tertutup baik (FI III hal. 50)
penyimpanan

Nama Bahan Tambahan : Dapar fosfat ( NaH2PO4 )

NO PARAMETER DATA
1 Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
asam dan asin ( FI III hal. 409)
2 Kelarutan Larut dalam 1 bagian air ( FI III hal. 409)
3 pH 4,4 sampai 4,6 ( FI III hal. 409)
4 OTT -
5 Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis
6 Indikasi Sebagai pendapar atau zat tambahan
7 Dosis lazim 0,8 %
8 Cara pemakaian -
9 Sediaan lazim dan Serbuk
kadar
10 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik ( FI III hal. 410)
penyimpanan

12
Nama Bahan Tambahan : Dapar fosfat ( Na2HPO4 )

NO PARAMETER DATA
1 Pemerian Hablur tidak berwarna , tidak berbau, rasa asin. Dalam udara
kering merapuh (FI III hal, 227)
2 Kelarutan Larut dalam 5 bagian air, sukar larut dalam etanol (95%) P ( FI
III hal. 227)
3 pH 2,0% b/v 9,0 s 9,2 sampai ( FI III hal. 227)
4 OTT -
5 Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis
6 Indikasi Sebagai pendapar atau zat tambahan
7 Dosis lazim 0,947 %
8 Cara pemakaian -
9 Sediaan lazim dan Serbuk
kadar
10 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik ( FI III hal. 227 )
penyimpanan

Nama Bahan Tambahan : NaCl 0,9%

NO PARAMETER DATA
1 Pemerian Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih tidak
berbau rasa asin. (FI III hal. 403)
2 Kelarutan Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan
dalam lebih kurang bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol 95%
P ( FI III hal. 403)
3 pH 4,5-7,0 (FI III 404)
4 OTT -
5 Cara sterilisasi -

13
6 Indikasi Zat tambahan/pengisotonis
7 Dosis lazim 0,6% - 2,0% (FI IV)
8 Cara pemakaian Dapat digunakan sebagai cairan infus
9 Sediaan lazim dan Cairan
kadar
10 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik (FI III hal 404)
penyimpanan

Nama Bahan Tambahan : Metil Selulosa

NO PARAMETER DATA
1 Pemerian Serbuk berserat atau granul berwarna putih. Suspensi dalam air
bereaksi netral terhadap lakmus Pengembang dalam air dan
membentuk suspensi yang jernih hingga opalesen kental, koloidal
2 Kelarutan Tidak larut dalam etanol, dalam eter, dan dalam kloroform. Larut
dalam asam asetat glasial dan dalam campuran volume sama
etanol dan kloroform (FI IV hal. 544)
3 pH -
4 OTT -
5 Cara sterilisasi Teknik aseptis
6 Indikasi Sebagai pengental
7 Dosis lazim 1% - 2%
8 Cara pemakaian Dapat digunakan sebagai pengental pada sediaan tetes mata
9 Sediaan lazim dan -
Kadar
10 Wadah dan Dalam wadah tertutup baik (FI IV hal. 544 )
penyimpanan

14
3.3 Rasionalisasi Formula
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
RUMUSAN
NO KOMPONEN PROSES PENGAWASAN KEPUTUSAN
MASALAH
MUTU
1. Bentuk sediaan - larutan Penghalusan Ukuran partikel Suspensi optalmik,
apa yang sesuai - suspense karena
untuk dibuat optalmik kloramfenikol tidak
sediaan - emulsi larut dalam air
kloramfenikol
tets mata ?
2. Bahan - Aqua Peralutan Kelarutan Aqua pro injection,
pembawa apa ProInjection karena dapat
yang sesuai - API bebas melarutkan
untuk dipakai O2 bahan aktif dengan
sebagai - API bebas sempurna dan
pembawa CO2 merupakan zat
dalam pembawa yang baik
pembuatan serta memang
kloramfenikol ditujukan untuk
tetes mata ? pembuatan larutan
sejati.
3. Dosis - 0,5 % Perhitungan Perhitungan 0,5% aman untuk 1
pembuatan - 1% kadar bahan aktif pembuatan tetes
untuk efek mata dan dapat
terapi memberikan efek
terapeutik
4. Sediaan dibuat - Isotonis Pencampura Kelarutan Isotonis. Syarat
obat tetes mata - Hipotonis n sediaan tetes mata
Homogenitas
steril. Dapat - hipertonis steril harus berupa
tercampur Stabilitas sediaan yang
dengan

15
konsentrasi isotonis Dengan
dalam menambahkan NaCl
tubuh. Dibuat
sediaan yang
bersifat dan apa
yang digunakan
5. Sediaan tetes Dengan Pencampura Uji Phenylhydrargyri
mata penambahan n mikrooragnisme nitras karna dapat
kloramfenikol pengawet : menghambat
dipakai - Phenylhydra pertumbuhan
berulang rgyri nitras mikroba pada
sehingga sediaan tetes mata
mudah
ditumbuhi
6. Zat atau sediaan - Acid boric Pencampura Kelarutan Acid boric dan natrii
di khawatirkan - Natrii n Uji homogenitas tetraborat sebagai
tidak stabil. tetraborat dapar agar tidak
Sediaan tetes pedih di mata pada
mata yang stabil saat di gunakan
diberi zat
pendapar agar
tidak pedih saat
digunakan
7. Metode - trktik Sterilisasi aseptis.
pembuatan apa aseptik Karena kondisi
yang sesuai - non aseptik aseptis efektif untuk
untuk membuat meminimalisir
tetes mata terjadinya
kloramfenikol kontaminasi
agar diperoleh mikroorganisme
hasil sterilitas
yang terbaik?

16
8. Penandaan Karena penggunaan
berdasarkan sediaan tetes mata
golongan obat harus dengan resep
bermacam- dokter dan perlu
macam. dilakkan oleh tenaga
Penandaan ahli medis.
golongan yang
sesuai sebagai
petunjuk
penggunaan
konsumen
9. Cara sterilisasi - teknik Sterilisasi Uji sterilisasi Digunakan teknik
yang sesuai aseptik aseptic karena tetes
- pemanasan mata yang akan
dibuat adalah dalam
bentuk suspensi.
10. Bahan aktif - penyaringan Penyaringan Uji kejernian Penyaringan
tidak larut membran membran perlu
dalam pelarut, - sterilisai dilakukan agar
apa yang harus sediaan bebas dari
dilakukan agar partikel atau bahan
larutan jernih yang tidak larut.

3.4 Formulasi
Penimbangan dan
Fungsi Pemakaian Lazim Pemipetan Bahan
No Nama Bahan
(%) Unit (10 ml) Batch
(10 botol)
1. Chloramfenicol Sebagai antibiotika 0,25-1% 0,05 g 0,5 g
2. Acid boric Sebagai pendapar 1,08% 1,08 g 0,108 g
3. Natrii tetraborat Sebagai pendapar 0,19% 0,19 g 0,019 g

17
4. Phenylhydrargyri Sebagai Pengawet 0,002% 200 µg 0,002 g
nitras
5. Natrium Klorida Sebagai Pengisotonis 0,9 % 0,083 gr 0,83 g

6. Metil selulosa Sebagai suspense 1% 0,1 g 1g

7. Aqua pro injeksi Sebagai pelarut dan Ad 10 ml Ad 100 ml


pembawa

3.5 Perhitungan Formula


 Perhitungan Tonisitas

Perhitungan
- Chloramfenicol 0,5%
0,5
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 = × 10 𝑚𝑙 = 0,05 𝑔
100
0,5
𝑊= × 10 𝑚𝑙 × 10 = 0,5 𝑔
100
V = W × e × 111,1
= 0,5 × 0,14 × 111,1
= 7,77 ml
Artinya jika 0,5 g chloramphenicol dilarutkan dalam 22,22 API, akan diproleh larutan
isotonis , pH 7,4
1,2
- 90 ml = acid boric 100 × 90 𝑚𝑙 = 1,08 g
𝑥 1,08
Per unit acid boric × 100 = 0,108 𝑔
10

V= W x e x 111,1
= 1,08 x 0,50 x 111,1
= 59,99 ml
1,9
- 10 ml = natrii tetraborat 100
× 10 𝑚𝑙 = 0,19 𝑔
𝑥 0,19
Per unit natrii tetraborat 10
× 100 = 0,019 𝑔

V= W x e x 111,1
= 0,19 x 0,37 x 111,1

18
= 7, 81 ml
- Nacl
Keadaan belum isootnis = 100 ml – 7,77 ml – 59,99 ml – 7,81 ml = 24,43 ml
Rekomendasi tambahkan bahan pengisotonis Nacl 0,9% b/v x 24,43 ml = 0,22 g/ Nacl
𝑥 0,22
Perunit Nacl × = 0,022 𝑔
10 100

- per unit Phenylhydrargyri nitras 0,002% × 10 ml = 0,0002 = 200 µg


Per batch 200 µg × 10 = 2000 µg = 0,002 g

Kesimpulan :
- R/ chloramphenicol 0,5 g
- Acid boric 1,08 g
- Natrii tetraborat 0.19 g
- NaCl 0,83 g
- Phenylhydrargyri nitras 0,002 g
- Metil Selulosa 0,1 g
- Aqua pro injeksi ad 100 ml

3.6 Cara Kerja


 Sterilisasi
Perisapkan alat – alat yang akan digunakan dan sterilisasikan terlebih dahulu alat -alat yang
akan digunakan.

Alat Bahan
- Timbangan - Chloramfenikol
- Wadah bahan - Aqua Pro Injeksi
- Label - Acid Boric
- Pipet ukur/pipet volume - Natrium Dihidrogenfosfat
- Balp - NaCl
- Metil Selulosa

 Penimbangan Bahan
19
Tujuan
Memperoleh bahan baku sesuai dengan jenis dan jumlah yang diinginkan
Prosedur:
1. Beri label pada wadah setiap bahan yang akan digunakan
2. Timbang masing masing bahan
3. Setelah ditimbang masukan bahan kedalam masing masing wadah yang sudah diberi
label
 Pembuatan Tetes mata
Prosedur:
1. Pembuatan Aqua Pro Injeksi: Dengan memanaskan ± 50 ml air hingga medidih, setelah
mendidih tutup dengan kapas dan kasa lalu biarkan sampai dingin

2. Pengenceran Bahan

3. Pembuatan Dapar: Dengan melarutkan 1,08 g Acid Boric dengan 6 ml Aqua Pro Injeksi
dan larutkan 0,19 g Natrii Tetraborat dengan 9 ml Aqua Pro Injeksi.
4. Pembuatan Suspending agent: Dengan menggunakan Metil selulosa dilarutkan dengan
Aqua Pro Injeksi.
5. Pencampuran I : Campurkan Metil selulosa yang telah dikembangkan dengan larutan
acid boric, natrii tetraborat , gerus ad homogen. Sterilisasikan pencampuran I dalam
autoklaf pada suhu 115° - 116°C selama 30 menit.
6. Pencampuran II : Kloramfenikol yang telah ditimbang ditambahkan pada campuran I
yang telah dingin dan digerus ad homogen.
7. Pengukuran volume : Masukkan filtrat kedalam gelas ukur bila volume belum
mencukupi, maka tambahkan API ad 10 ml

3.7 Evaluasi Sediaan


a. Uji Organoleptis
Tujuan: Memeriksa kesesuaian warna, bau, rasa dan melihat pemisahan fase pada emulsi
di mana sedapat mungkin mendekati dengan spesifikasi sediaan yang telah ditentukan
selama formulasi.
No Organoleptis Diinginkan Hasil

20
1 Warna Jernih

2 Bau Tidak berbau

3 Rasa Tidak berasa

b. Uji Kejernihan
Prosedur :
- Masukkan sampel dan pelarut pembanding dalam 2 tabung yang berbeda
- Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang hitam lalu amati tegak lurus kearah
bawah

- Suatu cairan dikatakan jernih apabila kejernihannya sama dengan kejernihan air atau
pelarut yang dipakai tabung.

c. Bobot jenis
Prosedur:
- Timbang piknometer kosong
- Isi piknometer dengan aquadest sampai tanda batas
- Timbang piknometer berisi aquadest, lalu keluarkan lagi
- Isi piknometer dengan sampel tetes mata tanda batas
- Timbang piknometer berisi sampel tetes mata
- Hitung bobot jenis dengan rumus :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
BJ = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑎𝑖𝑟−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

d. Uji Volume Terpindahkan


Prosedur :
- Tuang isi perlahan – lahan dari tiap wadah kedalam gelas ukur kering terpisah dengan
kapasitas gelas ukur tidak lebih dari 2,5 kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi,
secara hati -hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara pada waktu
penuangan.
- Diamkan selama tidak lebih dari 30 menit.

21
- Ukur volume pada tiap gelas ukur.

- Hitung persentase volume terpindahkan dengan rumus :


𝑣₁
Volume Terpindahkan : 𝑣₀ x 100 %

e. Uji Penentuan PH
Prosedur :
- Ambil beberapa mL sediaan tetes mata yang sudah jadi
- Masukkan ke dalam beaker glass
- Tes pH suspense dengan menggunakan pH meter
- Jika pH terlalu asam ( tambahkan basa ad pH yang diingkan), jika pH terlalu basa (
tambahkan asam ad pH yang diinginkan
f. Uji Sterilisasi
Prosedur :
- Pindahkan cairan dari wadah menggunakan pipet atau jarum suntik yang steril secara
aseptik.
- Inokulasikan sejumlah tertentu bahan dan tiap wadah uji kedalam tabung media.
Campur cairan dan media tanpa durasi berlebihan. Inokulasikan pada media tertentu
seperti yang tertera pada prosedur umum selama tidak kurang dari 14 hari.
- Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin
g. Uji Volume Sedimentasi
Prosedur :
- Sediaan tetes mata dimasukkan ke dalam gelas ukur.
- Volume yang diisikan merupakan volume awal.
- Setelah didiamkan, catat endapan setiap 24 jam selama 1 minggu diamati merupakan
volume akhir dengan terjadinya sedimentasi volume akhir terhadap volume yang
diukur.
h. Uji Aktivitas Pengawet Antimikroba
- Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik menggunakan jarum suntik melalui
karet, lakukan pengujian pada wadah asli sediaan.
- Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus secara aseptik, pindahkan 20 ml sampel
kedalam masing– masing lubang bakteriologik berukuran sesuai dan steril.

22
- Inokulasi masing - masing wadah atau tabung salah satu suspensi mikrobakokus,
menggunakan perbandingan 0,10 ml. Inokulasi ~ 20 ml sediaan dan campur.
- Mikroba uji dengan jumlah sesuai harus ditambah sedemikian rupa sehingga jumlah
mikroba didalam sediaan uji segera setelah inokulasi adalah antara 100.000 – 1.000.000
per ml.
- Tetapkan jumlah mikroba didalam tiap suspensi inokulasi dan hitung angka awal
mikroba tiap ml sediaan yang diuji dengan metode lempeng.
- Inkubasi wadah atau tabung yang telah di inokulasi pada suhu 20 - 25O C.
- Amati wadah pada hari ke-7, 14, 21 dan ke-28 sesudah inokulasi.
- Catat tiap perubahan yang dilihat dan tetapkan jumlah mikroba variabel pada tiap
selang waktu tersebut dengan metode lempeng.
i. Uji kebocoran
Prosedur :
- Dibalik botol tetes sediaan tetes mata dengan mulut botol menghadap ke bawah,
diamati ada atau tidaknya cairan yang keluar menetes dari botol.

23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Evaluasi Sediaan


1. Uji Organoleptik
Keterangan Yang diinginkan Hasil
Warna Jernih Jernih
Bau Tidak berbau Tidak berbau
Rasa Tidak berasa Tidak berasa

Uji Organoleptis sediaan Tetes mata kloramfenikol memenuhi persyaratan.


2. Uji Kejernihan
Sediaan tetes mata Jernih
3. Uji pH
Hasil pengukuran pH sediaan Tetes mata kloramfenikol yaitu 7,4(7,0-7,5 FI IV hal. 192)
4. Uji Kebocoran
Sediaan tetes mata tidak mengalami kebocoran

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini membuat sediaan “Tetes Mata Kloramfenikol” yang bertujuan
mahasiswa diharapkan dapat memahami cara memformulasi sediaan tetes mata Kloramfenikol,
mengetahui faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan pembawa, serta aksi
teraupetik dari bahan aktif. Suatu sediaan tetes mata harus pirogen dan steril karena mata
merupakan organ yang sangat sensitive, jika suatu sediaan obat tidak steril dan mengandung
pirogen maka akan menyebabkan rasa sakit
Pada praktikum kali ini membuat obat tetes mata menggunakan zat aktif Kloramfenikol,
pembuatan sediaan obat tetes Kloramfenikol dibuat dengan menggunakan pelarut air. Pembawa
air yang digunakan adalah a.p.i (aqua pro injeksi). Pada formulasinya ditambahakan zat tambahan
Natrium Cloridum (NaCl), karena jika tidak ditambahkan NaCl obat tetes mata tidak memenuhi
syarat yaitu hipotonis. Jika larutan obat tetes mata dalam keadaan hipotonis disuntikan ke tubuh
manusia akan berbahaya karena menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Semua alat-alat harus

24
disterilisasikan agar mendapatkan larutan yang steril, bebas partikel asing dan mikroorganisme.
Agar obat tetes mata dan cuci mata nyaman dan tidak pedih dimata saat digunakan maka harus
dibuat isotonis dengan penambahan NaCl.
Dalam pembuatan obat tetes ini terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan disterilkan
terkecuali bahan karena dalam hal ini tidak tahan pemanasan dan zat aktif bisa di anggap
(dispensasi) steril. Pada pembuatan obat tetes mata dengan metode sterilisasi aseptis kemungkinan
sediaan terkontaminasi dengan mokroorganisme harus diperkecil untuk menjaga agar sediaan yang
dihasilkan nantinya tetap dalam keadaan steril. Semua larutan untuk mata harus dibuat steril dan
bila mungkin ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk menjamin sterilitas selama
pemakaian
Dalam pembuatan obat tetes ini juga, pH harus diperhatikan agar tetap dalam rentang
kestabilan bahan. Obat tetes mata tidak boleh mengandung partikulat sehingga sebelum
dimasukkan ke dalam botol obat tetes mata, sediaan harus terlebih dahulu disaring, penyaringan
dilakukan untuk menghilangkan partikel atau endapan yang ada pada larutan. Larutan yang telah
disaring kemudian dimasukkan kedalam botol obat tetes mata. Dalam memasukkan larutan
kedalam botol tetes mata menggunakan jarum suntik. Sedapat mungkin obat tetes mata yang dibuat
harus isotonis dengan cairan tubuh ataupun hipertonis dalam keadaan tertentu. Perlunya sediaan
obat tetes mata ini dibuat isotonis ataupun hipertonis agar pada saat penyuntikan tidak
menimbulkan rasa nyeri. Untuk membuat obat tetes mata yang isotonis dapat dibuat dengan
menamabahkan NaCl dalam jumlah tertentu yang telah dihitung dari perhitungan tonisitas sediaan,
evaluasi sediaan yang dapat dilakukan setelah sediaan obat tetes mata selesei dibuat adalah
evaluasi penampilan sediaan obat tetes mata yang dihasilkan diperoleh larutan jernih .
Dari evaluasi Uji Organoleptis bertujuan untuk melihat bau serta warna dari sediaan yang
dibuat. Hasil dari uji organoleptis sediaan tetes mata kloramfenikol berwarna jernih dan tidak
berasa tidak berbau serta dapat menetes. Dari literatur seharusnya tetes mata memiliki warna jernih
tidak berasa tidak berbau serta dapat menetes dari drop tetes mata. Berdasarkan hasil dari uji
organoleptis sediaan yang dibuat disimpulkan memenuhi persyaratan.
Uji pH bertujuan untuk mengetahui pH sediaan mata yang dibuat serta sediaan mata harus
berada dalam rentang kestabilan. Hasil dari uji pH sediaan tetes mata kloramfenikol memiliki pH
7 ,4 Dari literature idealnya sediaan mata sebaiknya memiliki pH yang ekuivalen dengan cairan

25
mata yaitu (7,0-7,5 FI IV hal. 192) Berdasarkan hasil dari uji pH sediaan yang dibuat disimpulkan
memenuhi persyaratan .
Uji Kejernihan bertujuan untuk mengetahui kejernihan sediaan mata yang dibuat. Hasil dari
uji kejernihan sediaan tetes mata kloramfenikol yang dibuat terlihat jernih. Dari literatur suatu
cairan mata dikatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan.
Berdasarkan hasil dari uji kejernihan sediaan yang dibuat disimpulkan memenuhi persyaratan
karena memiliki kejernihan sama dengan air.
Uji Kebocoran bertujuan untuk melihat apakah terjadi kebocoran dari sediaan mata yang
dibuat. Hasil dari uji kejernihan sediaan tetes mata kloramfenikol yang dibuat tidak terjadi
kebocoran. Dari literatur suatu cairan mata tidak boleh mengalami kebocoran. Berdasarkan hasil
dari uji kebocoran disimpulkan pada sediaan tetes mata kloramfenikol yang dibuat memenuhi
persyaratan karena tidak terjadi kebocoran.
Pembuatan tetes mata pada dasarnya dilakukan pada kondisi kerja aseptik dimana
penggunaan air yang sempurna serta material wadah dan penutup yang diproses dulu dengan anti
bakterial menjadi sangat penting. Wadah untuk larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit kecil,
tidak lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. Botol. Penggunaan wadah kecil
memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan
kontaminasi. Botol plastik untuk larutan mata juga dapat digunakan.Meskipun beberapa botol
plastik untuk larutan mata telah dimunculkan dalam pasaran, mereka masih melengkapi dan yang
terbaik adalah untuk menulis secara langsung produksi untuk menghasilkan informasi teknik
dalam perkembangan terakhir.

26
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tetes mata merupakan sediaan steril berupa larutan yang digunakan dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.
2. Faktor yang paling penting dipertimbangkan ketika menyiapkan larutan mata adalah
tonisitas, pH, stabilitas, viskositas, seleksi pengawet dan sterilisasi.
3. Dari hasil evaluasi sediaan tetes mata Kloramfenikol yang dibuat dihasilkan warna sediaan
berwarna jernih , tidak berbau , Uji pH memiliki pH 7,4, Uji kejernihan dihasilkan sediaan
tetes mata Jernih, Uji Kebocoran dihasilkan sediaan tetes mata tidak mengalami kebocoran.
4. Karena sifat dari zat aktif yang tidak tahan pemanasan maka dalam pembuatan tetes mata
kloramfenikol ini tidak dilakukan sterilisasi akhir autoklaf tetapi sterilisasi yang dilakukan
yaitu dengan teknik aseptis. Alat - alat disterilisasikan dengan sterilisasi dengan
menggunakan autoklaf 121°C selama 30 menit dan oven 150°C selama 1 jam.

5.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami tentang sediaan Tetes mata kloramfenikol ,
merancang formulasi, penggunaan zat tambahan serta teknik cara pembuatan tetes mata , agar
dapat dihasilkan sediaan tetes mata yang lebih baik lagi

27
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Ansel, Howard C.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi ke IV. Jakarta: UI-Press.
Kementerian Kesehatan RI.1979. Farmakope Indonesia Edisi ke III. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI.1995. Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

28
LAMPIRAN
KEMASAN

29
Lampiran Kemasan

30
Label

31
Brosur

32
LAMPIRAN
JURNAL

33
Lampiran Jurnal

PERUMUSAN KARAKTER SEDIAAN

1. Nama Mahasiswa :
1. Suci Nursita 18330001
2. Zahra Ifany Vasya 18330002
3. Fitrihani Prihatini 18330005
4. Sri Ningrum Sari 18330006
5. Syifa Nadila Putri 18330007
6. Amma Makhdoroh 18330008
2. No. Kelompok :1
3. Nama Produk : Phenicolone
4. Jenis Sediaan : Tetes Mata Kloramfenikol

Syarat sediaan jadi

SPESIFIKASI SEDIAAN
NO PARAMETER SATUAN SYARAT FARMAKOPE SYARAT LAIN
YANG AKAN DIBUAT
0,25% - 1 %, Tetes mata
Kadar bahan chloramphenikol mengandung
1. % Sesuai Farmakope
aktif chloramphenicol, tidak kurang dari 90,0
% dan tidak lebih dari 130,0 %

34
dari jumlah yang tertera pada etiket.
(FI IV hal. 191)
2. Homogenitas Homogen Homogen
3. Kejernihan Jernih tanpa cemaran Memenuhi uji kejernihan
4. Stabilitas Stabil Stabil Stabil Stabil
Dibuat dengan cara aseptik Memenuhi syarat prosedur uji
5. Sterilitas menggunakan penyaringan membran
(FI IV hal, 192)
6. Isotonis Tidak pedih dimata Tidak pedih di mata
Tidak menganggu
7. Pengawet
bahan aktif dan sediaan
8. Bau Tidak berbau Tidak berbau (FI III hal. 143)
9. Rasa Pahit Pahit Sangat pahit (FI III hal. 143)
Jernih tidak berwarna Putih, putih kelabu, putih
10. Warna
kekuningan (FI III hal. 143)
11. pH Sesuai dengan pH mata Antara 7,0-7,5 (FI IV hal. 192)
Teteskan pada mata yang Teteskan pada mata yang sakit
12. Cara pemakaian
sakit
Sesuai Farmakope Dalam wadah tertutup rapat dan
Wadah &
13. disimpan dalam lemari pendingin.
penyimpa nan
Wadah atau karton disegel untuk

35
menjamin sterilitas pada pemakaian
pertama (FI IV hal. 192)

DATA PRAFORMULASI BAHAN AKTIF


Nama Bahan Aktif : Chloramphenicol

NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Hablur halus berbentuk jarumatau lempeng memanjang, warna putih kelabu sampai kekuningan, tidak
berbau, rasa sangat pahit (FI III hal. 143 )
2. Kelarutan Larut dalam ± 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol 95%, dalam bagian propilen glikol, sukar larut
dalam kloform eter P dan eter P ( FI III hal. 143)
3. pH Antara 4,5 dan 7,5 (FI IV hal. 188)
4. OTT -
5. Cara sterilisasi teknik aseptis
6. Indikasi Antibiotikum ( FI III)
7. Dosis lazim Sekali 250 mg-500 mg. Sehari 1 g-2 g ( FI III hal. 963). 0.5 % (larutan) dan 1 % (salep) ; tiap 10 ml
mengandung 50 mg kloramfenikol untuk sediaan tetes mata
8. Cara pemakaian Oral dan pemakaian luar
9. Sediaan lazim dan Kapsul, tetes mata, tetes telinga, salep mata
Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat ( FI IV hal.190)
penyimpanan

36
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama Bahan Tambahan : API (Aqua Pro Injeksi )

NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau (FI IV hal. 112)
2. Kelarutan Dapat tercampur dengan pelarut polar
3. pH -
4. OTT -
5. Cara sterilisasi Disterilkan tanpa penambahan bakterisida ( FI III hal. 97) atau dengan autoclave
6. Indikasi Untuk pembuatan injeksi ( FI III hal. 97)
7. Dosis lazim -
8. Cara pemakaian Untuk pembuatan injeksi ( FI III hal. 97)
9. Sediaan lazim dan Cairan -
Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup kedap . dalam wadah bertutup kapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari
penyimpanan setelah pembuatan ( FI III hal. 97 )

37
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama Bahan Tambahan : Acidum Boricum

NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak asam, pahit,
kemudian manis (FI III hal. 49)
2. Kelarutan Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian etanol 95% Pdan dalam 5 bagian
gliserol P ( FI III hal. 49)
3. pH 3,8 sampai 4,8 (FI III hal 49)
4. OTT -
5. Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis
6. Indikasi Sebagai pengawet atau antiseptikum ekstern ( FI III hal. 50)
7. Dosis lazim 0,125%
8. Cara pemakaian Zat tambahan sebagai pengawet
9. Sediaan lazim dan Serbuk
Kadar
10. Wadah dan Simpan dalam wadah tertutup baik (FI III hal. 50)
penyimpanan

38
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama Bahan Tambahan : Natrii Tetraborat (Na2B4O7.10 H2O)

NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Hablur transparan, tidak berwarna atau serbuk, hablur putih, tidak berbau, rasa asin dan basa dalam udara
kering merapuh (FI III Hal. 427)
2. Kelarutan Larut dalam 20 bagian air, dalam 0,6 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 1 bagian gliserol ,
praktis tidak larut dalam etanol 95% (FI III Hal. 427)
3. pH 4,4 sampai 4,6
4. OTT -
5. Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis
6. Indikasi Antiseptikum ekstern (FI III Hal. 427)
7. Dosis lazim 0,8 %
8. Cara pemakaian -
9. Sediaan lazim dan Serbuk
Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup baik (FI III Hal. 427)
penyimpanan

39
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama bahan tambahan : Phenylhydrargyri Nitras (C12H11Hg2NO4)

NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar
2. Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan dalam gliserin, lebih mudah larut dalam dengan
adanya asam nitrat atau alkali hidroksida.
3. pH 2-7
4. OTT -
5. Cara sterilisasi Dengan teknik aseptis
6. Indikasi Sebagai Pengawet
7. Dosis lazim 0,002%
8. Cara pemakaian -
9. Sediaan lazim dan Serbuk
Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
penyimpanan

DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN

40
Nama bahan tambahan : NaCl 0,9%

NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih tidak
berbau rasa asin. (FI III hal. 403)
2. Kelarutan Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang bagian gliserol P, sukar
larut dalam etanol 95% P ( FI III hal. 403)
3. pH 4,5-7,0 (FI III 404)
4. OTT -
5. Cara sterilisasi -
6. Indikasi Zat tambahan/pengisotonis
7. Dosis lazim 0,6% - 2,0% (FI IV)
8. Cara pemakaian Dapat digunakan sebagai cairan infus
9. Sediaan lazim dan Cairan
Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup baik (FI III hal 404)
penyimpanan

41
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama bahan tambahan : Metil Selulosa

NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Serbuk berserat atau granul berwarna putih. Suspensi dalam air
bereaksi netral terhadap lakmus Pengembang dalam air dan
membentuk suspensi yang jernih hingga opalesen kental, koloidal
2. Kelarutan Tidak larut dalam etanol, dalam eter, dan dalam kloroform. Larut
dalam asam asetat glasial dan dalam campuran volume sama etanol dan kloroform (FI IV hal. 544)
3. pH -
4. OTT -
5. Cara sterilisasi Teknik aseptis
6. Indikasi Sebagai pengental
7. Dosis lazim 1% - 2%
8. Cara pemakaian Dapat digunakan sebagai pengental pada sediaan tetes mata
9. Sediaan lazim dan -
Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup baik (FI IV hal. 544 )
penyimpanan

42
FORMULIR PEMECAHAN MASALAH

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


RUMUSAN
NO KOMPONEN PROSES PENGAWASAN KEPUTUSAN
MASALAH
MUTU
11. Bentuk sediaan apa - larutan Penghalusan Ukuran partikel Suspensi optalmik,
yang sesuai untuk - suspensioptalmik karena
dibuat sediaan - emulsi kloramfenikol
kloramfenikol tets tidak larut dalam
mata ? air
12. Bahan pembawa apa - Aqua Peralutan Kelarutan Aqua pro
yang sesuai untuk ProInjection injection, karena
dipakai sebagai - API bebas O2 dapat melarutkan
pembawa dalam - API bebas CO2 bahan aktif dengan
pembuatan sempurna dan
kloramfenikol tetes merupakan zat
mata ? pembawa yang
baik serta memang
ditujukan untuk
pembuatan larutan
sejati.
13. Dosis pembuatan - 0,5 % Perhitungan Perhitungan kadar bahan 0,5% aman untuk 1
untuk efek terapi - 1% aktif

43
pembuatan tetes
mata dan dapat
memberikan efek
terapeutik
14. Sediaan dibuat - Isotonis Pencampuran Kelarutan Isotonis. Syarat
obat tetes mata - Hipotonis sediaan tetes mata
Homogenitas
steril. Dapat - hipertonis steril harus berupa
tercampur dengan Stabilitas sediaan yang
konsentrasi dalam isotonis Dengan
tubuh. Dibuat menambahkan
sediaan yang NaCl
bersifat dan apa
yang digunakan
15. Sediaan tetes Dengan penambahan Pencampuran Uji mikrooragnisme Phenylhydrargyri
mata pengawet : nitras karna dapat
kloramfenikol - Phenylhydrargyri menghambat
dipakai berulang nitras pertumbuhan
sehingga mudah mikroba pada
ditumbuhi sediaan tetes mata
16. Zat atau sediaan di - Acid boric Pencampuran Kelarutan Acid boric dan
khawatirkan tidak - Natrii tetraborat Uji homogenitas natrii tetraborat
stabil. sebagai dapar agar

44
Sediaan tetes mata tidak pedih di mata
yang stabil diberi zat pada saat di
pendapar agar tidak gunakan
pedih saat digunakan
17. Metode pembuatan apa - trktik aseptik Sterilisasi aseptis.
yang sesuai untuk - non aseptik Karena kondisi
membuat tetes mata aseptis efektif
kloramfenikol agar untuk
diperoleh hasil meminimalisir
sterilitas terjadinya
yang terbaik? kontaminasi
mikroorganisme
18. Penandaan Karena
berdasarkan penggunaan
golongan obat sediaan tetes mata
bermacam-macam. harus dengan resep
Penandaan golongan dokter dan perlu
yang sesuai sebagai dilakkan oleh
petunjuk penggunaan tenaga ahli medis.
konsumen
19. Cara sterilisasi yang - teknik aseptik Sterilisasi Uji sterilisasi Digunakan teknik
sesuai - pemanasan aseptic karena

45
tetes mata yang
akan dibuat adalah
dalam bentuk
suspensi.
20. Bahan aktif tidak larut - penyaringan Penyaringan Uji kejernian Penyaringan
dalam pelarut, apa membran membran perlu
yang harus dilakukan - sterilisai dilakukan agar
agar larutan jernih sediaan bebas dari
partikel atau bahan
yang tidak larut.

KOMPONEN UMUM SEDIAAN

Fungsi (untuk Penimbangan dan


Pemakaian Lazim
No Nama Bahan farmakologi/farmas Formula Pemipetan Bahan
(%)
etika) Unit (10 ml) Batch (10 botol)
8. Chloramfenicol Sebagai antibiotika 0,25-1% 0,5% 0,05 g 0,5 g
9. Acid boric Sebagai pendapar 1,08% 1,08% 1,08 g 0,108 g
10. Natrii tetraborat Sebagai pendapar 0,19% 0,19% 0,19 g 0,019 g
11. Phenylhydrargyri Sebagai Pengawet 0,002% 0,002% 200 µg 0,002 g
nitras
12. Natrium Klorida Sebagai Pengisotonis 0,9 % 0,9% 0,083 gr 0,83 g

46
13. Metil selulosa Sebagai suspense 1% 1% 0,1 g 1g

14. Aqua pro injeksi Sebagai pelarut dan Ad 10 ml Ad 100 ml


pembawa

Perhitungan Tonisitas

Perhitungan
- Chloramfenicol 0,5%
0,5
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 = × 10 𝑚𝑙 = 0,05 𝑔
100
0,5
𝑊= × 10 𝑚𝑙 × 10 = 0,5 𝑔
100
V = W × e × 111,1
= 0,5 × 0,14 × 111,1
= 7,77 ml
Artinya jika 0,5 g chloramphenicol dilarutkan dalam 22,22 API, akan diproleh larutan isotonis

pH 7,4
1,2
- 90 ml = acid boric 100 × 90 𝑚𝑙 = 1,08 g
𝑥 1,08
Per unit acid boric × 100 = 0,108 𝑔
10

V= W x e x 111,1
= 1,08 x 0,50 x 111,1
= 59,99 ml
47
1,9
- 10 ml = natrii tetraborat × 10 𝑚𝑙 = 0,19 𝑔
100
𝑥 0,19
Per unit natrii tetraborat × = 0,019 𝑔
10 100

V= W x e x 111,1
= 0,19 x 0,37 x 111,1
= 7, 81 ml
- Nacl
Keadaan belum isootnis = 100 ml – 7,77 ml – 59,99 ml – 7,81 ml = 24,43 ml
Rekomendasi tambahkan bahan pengisotonis Nacl 0,9% b/v x 24,43 ml = 0,22 g/ Nacl
𝑥 0,22
Perunit Nacl × = 0,022 𝑔
10 100

- per unit Phenylhydrargyri nitras 0,002% × 10 ml = 0,0002 = 200 µg


Per batch 200 µg × 10 = 2000 µg = 0,002 g

Kesimpulan : R/ chloramphenicol 0,5 g


Acid boric 1,08 g
Natrii tetraborat 0.19 g
NaCl 0,83 g
Phenylhydrargyri nitras 0,002 g
Metil Selulosa 0,1 g

48
Aqua pro injeksi ad 100 ml

PENGAWASAN MUTU SEDIAAN

A. In Process Control

NO PARAMETER YANG DIUJI SATUAN CARA PEMAKAIAN


1. Waktu dan suhu sterilisasi akhir IK Uji Sterilisasi
homogenitas
2. pH IK Pengukuran pH
3. Ketepatan volume IK Volume Terpindahkan

B. End Process Control

NO PARAMETER YANG DIUJI SATUAN CARA PEMAKAIAN


1. Organoleptis IK uji organoleptis
2. pH IK pengukuran pH
3. Bobot jenis IK bobot jenis
4. Uji kejernihan IK uji kejernihan
5. Uji volume terpindahkan IK uji volume terpindahkan
6. Sterilitas IK uji sterilitas
7. Efektivitas pengawet IK uji efektivitas pengawet

49
PROSEDUR TETAP PEMBUATAN SEDIAAN

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal….. Dari….. Hal…..


1. Suci Nursita 18330001 Tanggal : Tanggal : No : / /
2. Zahra Ifany 18330002
3. Fitrihani Prihatini 18330005
4. Sri Ningrum Sari 18330006
5. Syifa Nadila Putri 18330007
6. Amma Makhdoroh 18330008

Tanggal :
Penanggungg Jawab PROSEDUR TETAP
I. PERSIAPAN
1. Ruangan , Peralatan dan wadah dibersihkan
2. Kebersihan diperiksa
3. Pakai pelindung pernapasan dan jalankan exhauter.
4. Beri label identitas tiap wadah.
5. Pakai masker dan sarung tangan
II. KEGIATAN PRODUKSI
1. Penyiapan alat dan bahan
2. Penimbangan dan pemipetan bahan
3. Pelarutan bahan aktif dan bahan tambahan
4. Pengujian mutu sediaan tetes mata

50
5. Pengemasan
6. Penyerahan produk jadi

INSTRUKSI KERJA

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal….. Dari….. Hal…..


1. Suci Nursita 18330001 Tanggal : Tanggal : No : / /
2. Zahra Ifany 18330002
3. Fitrihani Prihatini 18330005
4. Sri Ningrum Sari 18330006
5. Syifa Nadila Putri 18330007
6. Amma Makhdoroh 18330008

Tanggal :
INTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
TUJUAN :
- Untuk mengetahui peralatan dan bahan apa saja yang
digunakan dalam pembuatan sediaan, sehingga
memudahkan dalam pembuatan.

51
- Untuk mendapatkan dosis yang diperlukan pada suatu
bahan yang dipakai untuk membuat sediaan tetes mata
kloramfenikol.
BAHAN :
- Chloramfenikol
- Acid Boric
- Natrii tetraaborat
- NaCl
- Metil Selulosa
- Aqua pro injeksi

ALAT :
- Timbangan
- Wadah bahan
- Label
- Pipet ukur/pipet volume
- Balp
PROSEDUR :
I. PERSIAPAN
Perisapkan alat – alat yang akan digunakan dan
sterilisasikan terlebih dahulu alat -alat yang akan
digunakan.

52
II. PENIMBANGAN
Timbang masing – masing bahan

Bahan Jumlah yang ditimbang


Chloramfenicol 0,5 g
Acid Boric 1,08 g
Natrii tetraborat 0,19 g
NaCl 0,83 g
Phenylhydrargyri nitras 0,002 g
Aqua pr injeksi Ad 100 ml

III. PEMBUATAN TETES MATA


1. Pembuatan Aqua Pro Injeksi:
Dengan memanaskan ± 50 ml air hingga medidih,
setelah mendidih tutup dengan kapas dan kasa lalu
biarkan sampai dingin

2. Pengenceran Bahan : -

53
3. Pembuatan Dapar:
Dengan melarutkan 1,08 g Acid Boric dengan 6 ml
Aqua Pro Injeksi dan larutkan 0,19 g Natrii
Tetraborat dengan 9 ml Aqua Pro Injeksi.

4. Pembuatan Suspending agent:


Dengan menggunakan Metil selulosa dilarutkan
dengan Aqua Pro Injeksi.
5. Pencampuran I :
Campurkan Metil selulosa yang telah
dikembangkan dengan larutan acid boric, natrii
tetraborat , gerus ad homogen.
Sterilisasikan pencampuran I dalam autoklaf pada
suhu 115° - 116°C selama 30 menit.

6. Pencampuran II :
Kloramfenikol yang telah ditimbang ditambahkan
pada campuran I yang telah dingin dan digerus ad
homogen.
7. Pengukuran volume :
Masukkan filtrat kedalam gelas ukur bila volume
belum mencukupi, maka tambahkan API ad 10 ml

54
INSTRUKSI KERJA PENGKAJIAN MUTU

DISUSUN OLEH : IK PENGKAJIAN MUTU DISETUJUI OLEH : HAL… DARI…


1. Suci Nursita 18330001 SUSPENSI Hal…
2. Zahra Ifany 18330002 Diperiksa oleh: Tanggal : No : /
3. Fitrihani Prihatini 18330005 Tanggal :
4. Sri Ningrum Sari 18330006
5. Syifa Nadila Putri 18330007
6. Amma Makhdoroh 18330008
Tanggal
NO. INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
1. Uji Organoleptis
1. Ambil beberapa tetes mata, cium bau yang ada
Bau : Tidak berbau
2. Ambil beberapa tetes mata, rasakan yang ada
Rasa : Tidak berasa
3. Ambil beberapa tetes mata, amati warna yang ada
Warna : Jernih
2. Uji Kejernihan
 Masukkan sampel dan pelarut pembanding dalam 2 tabung yang
berbeda

55
 Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang hitam lalu
amati tegak lurus kearah bawah tabung.
Hasil: Suatu cairan dikatakan jernih apabila kejernihannya sama dengan
kejernihan air atau pelarut yang dipakai

3. Uji Bobot Jenis


1. Timbang piknometer kosong
2. Isi piknometer dengan aquadest sampai tanda batas
3. Timbang piknometer berisi aquadest, lalu keluarkan lagi
4. Isi piknometer dengan sampel tetes mata tanda batas
5. Timbang piknometer berisi sampel tetes mata
6. Hitung bobot jenis dengan rumus :
𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟 − 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

4. Uji Volume Terpindahkan


1. Tuang isi perlahan – lahan dari tiap wadah kedalam gelas ukur
kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari 2,5
kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati -hati
untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara pada
waktu penuangan.
2. Diamkan selama tidak lebih dari 30 menit.
3. Ukur volume pada tiap gelas ukur.

56
4. Hitung persentase volume terpindahkan dengan rumus :
𝑣₁
Volume Terpindahkan : 𝑣₀ x 100 %

5. Uji Penentuan pH
1. Ambil beberapa mL sediaan tetes mata yang sudah jadi
2. Masukkan ke dalam beaker glass
3. Tes pH suspense dengan menggunakan pH meter
4. Jika pH terlalu asam ( tambahkan basa ad pH yang diingkan),
jika pH terlalu basa ( tambahkan asam ad pH yang diinginkan
6. Uji Sterilisasi
1. Pindahkan cairan dari wadah menggunakan pipet atau jarum
suntik yang steril secara aseptik.
2. Inokulasikan sejumlah tertentu bahan dan tiap wadah uji kedalam
tabung media. Campur cairan dan media tanpa durasi berlebihan.
Inokulasikan pada media tertentu seperti yang tertera pada
prosedur umum selama tidak kurang dari 14 hari.
3. Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin.

7. Uji Volume Sedemintasi


1. Sediaan tetes mata dimasukkan ke dalam gelas ukur.
2. Volume yang diisikan merupakan volume awal.
3. Setelah didiamkan, catat endapan setiap 24 jam selama 1
minggu diamati merupakan volume akhir dengan terjadinya

57
sedimentasi volume akhir terhadap volume yang diukur.
8. Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba
Prosedur :
1. Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik menggunakan
jarum suntik melalui karet, lakukan pengujian pada wadah asli
sediaan.
2. Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus secara aseptik,
pindahkan 20 ml sampel kedalam masing– masing lubang
bakteriologik berukuran sesuai dan steril.
3. Inokulasi masing - masing wadah atau tabung salah satu suspensi
mikrobakokus, menggunakan perbandingan 0,10 ml. Inokulasi ~
20 ml sediaan dan campur.
4. Mikroba uji dengan jumlah sesuai harus ditambah sedemikian
rupa sehingga jumlah mikroba didalam sediaan uji segera setelah
inokulasi adalah antara 100.000 – 1.000.000 per ml.
5. Tetapkan jumlah mikroba didalam tiap suspensi inokulasi dan
hitung angka awal mikroba tiap ml sediaan yang diuji dengan
metode lempeng.
6. Inkubasi wadah atau tabung yang telah di inokulasi pada suhu 20
- 25O C.
7. Amati wadah pada hari ke-7, 14, 21 dan ke-28 sesudah inokulasi.

58
Catat tiap perubahan yang dilihat dan tetapkan jumlah mikroba variabel
pada tiap selang waktu tersebut dengan metode lempeng.

NO. NAMA ALAT/BAHAN CARA STERILISASI WAKTU MULAI WAKTU SELESAI


(Alat,Suhu, dan Lamanya) Jam Paraf Jam Paraf
1. Spatel logam Oven 170 ° C 30 menit
2. Pinset logam Oven 170 ° C 30 menit
3. Batang pengaduk Oven 170 ° C 30 menit
4. Kaca arloji Oven 170 ° C 30 menit
5. Cawan penguap Oven 170 ° C 30 menit
6. Gelas ukur Autoklaf (115-116 ° C) 30 menit
7. Pipet tetes tanpa karet Autoklaf (115-116 ° C) 30 menit
8. Karet pipit Rebus 30 menit
9. Corong gelas dan kertas
Autoklaf (115-116 ° C) 30 menit
saring lipat terpasang
10. Kapas Autoklaf (115-116 ° C) 30 menit
11. Erlenmeyer Oven 170 ° C 30 menit
12. Beacker glass Oven 170 ° C 30 menit

59
13. Wadah tetes mata tanpa
Direndam dengan alcohol
tutup
14. Tutup wadah tetes mata Direndam dengan alcohol

60

Anda mungkin juga menyukai