Anda di halaman 1dari 27

Jurusan Teknik Telkomunikasi

Politeknik Negeri Sriwijaya

Disusun Oleh :

Deva Octavianny ( 061930331297 )

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk mupun isinya
yang sangat sederhana. Harapan penulis semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman membaca,
sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini penulis akui
masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki
masih sangat kurang. Oleh karena itu, penulis harapkan kepada
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya, atas segala bantuan, saran, petunjuk, dan nasehat


penulis ucapkan terima kasih. Diiringi doa, semoga Allah SWT
memberikan ganjaran pahala yang setimpal. Amin.

Palembang, Januari 2021

Penyusun

Deva octavianny

ii
Daftar Isi

Cover………………………………………………………………..i

Kata Pengantar.........................................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................................iii

Bab I : Pendahuluan...............................................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. RumusanMasalah.............................................................................................2
C. Tujuan Makalah................................................................................................2

Bab II : Pembahasan..............................................................................................................

A. Etika Kepolisian...............................................................................................3
B. Etika Tugas dan Jabatan...................................................................................5
C. Etika Pelayanan Terhadap Pencari Keadilan....................................................7
D. Etika Hubungan Oknum Rekan Polisi.............................................................9
E. Pengawasan Polisi............................................................................................10
F. Hubungan Kode Etik Polisi dengan UU Kepolisian........................................12

Bab III : Penutup...................................................................................................................13

A. Simpulan..........................................................................................................13

Daftar Pustaka........................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Indonesia merupakan Negara hukum. Ditengah-tengah itu,
polisi merupakan salah satu pilar yang penting, dikarenakan
badan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menjaga keamanan masyarakat. Dalam praktik kenegaraan
modern dikenal sebuah konsep negara kesejahteraan. Konsep
tersebut membawa pada sebuah konsekuensi bahwa Negara juga
harus memberikan perlindungan kepada masyarakat. Jaminan
terhadap rasa aman dan perlindungan harus diberikan oleh
negara. Kepolisian sebagai lembaga yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas tersebut mengemban amanah yang teramat
besar dari masyarakat.
Kode etik profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia
pada dasarnya merupakan pedoman bagi pengemban fungsi
kepolisian lainnya dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di lingkungannya,
oleh karena itu kode etik profesi memiliki peranan penting
dalam mewujudkan polisi yang professional.1
Kapolri telah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk
meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan publik. Salah satu
upaya tersebut adalah Polri harus memiliki dan menerapkan
1

iv
prosedur kerja yaitu Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
merupakan pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas
pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja
instansi pemerintah berdasarkan indicator teknis, administrasi
dan prosedur sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan system
kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
Tujuan standard operasional prosedur (SOP) adalah untuk
menciptakan tanggung jawab mengenai apa yang dikerjakan
oleh satuan unit kerja instansi pemerintah untuk mewujudkan
Good Governance. Standar operasional prosedur (SOP) tidak
saja bersifat internal tetapi juga eksternal, karena standar
operasional prosedur dapat juga digunakan untuk mengukur
responsitivitas, responsibilitas dan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Etika Kepolisian ?
2. Bagaimana Etika Tugas dan Jabatan Kepolisian ?
3. Bagaimana Pelayanan Terhadap Pencari Keadilan ?
4. Bagaimana Hubungan Oknum Rekan Polisi ?
5. Bagaimana Pengawasan Polisi ?
6. Bagaimana Hubungan Kode Etik Polisi dengan UU
Kepolisian ?
C. Tujuan

v
1. Mahasiswa dapat memahami Etika Kepolisian
2. Mahasiswa dapat memahami Etika Tugas dan Jabatan
Kepolisian
3. Mahasiswadapat memahami Pelayanan Terhadap Pencari
Keadilan
4. Mahasiswa dapat memahami Hubungan Oknum Rekan Polisi
5. Mahasiswa dapat memahami Pengawasan Polisi
6. Mahasiswa dapat memahami Hubungan Kode Etik Polisi
dengan UU Kepolisian

vi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Etika Kepolisian
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani, “ethos” yang
artinya cara berpikir, kebiasaan, adat, perasaan, sikap, karakter,
watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia,
ada 3 (tiga) arti yang dapat dipakai untuk kata Etika, antara lain
Etika sebagai sistem nilai atau sebagai nilai-nilai atau norma-
norma moral yang menjadi pedoman bagi seseorang atau
kelompok untuk bersikap dan bertindak. Etika juga bisa
diartikan sebagai kumpulan azas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak atau moral. Selain itu, Etika bias juga diartikan
sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk yang diterima
dalam suatu masyarakat, menjadi bahan refleksi yang diteliti
secara sistematis dan metodis.2
Polisi berasal dari kata Yunani yaitu Politea. Kata ini pada
mulanya dipergunakan untuk menyebut “orang yang menjadi
warga Negara dari kota Athena, kemudian pengertian itu
berkembang menjadi kota dan dipakai untuk menyebut semua
usaha kota. Polisi mengandung arti sebagai organ dan fungsi,
yakni sebagai organ pemerintah dengan tugas mengawasi, jika

vii
perlu menggunakan paksaan agar yang diperintah menjalankan
badan tidak melakukan larangan-larangan perintah.3
Polisi menurut KBBI ialah; 1 badan pemerintah yang
bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum
(menangkap orang yang melanggar undang-undang dan
sebagainya); 2 anggota badan pemerintah (pegawai negara yang
bertugas menjaga keamanan dan sebagainya);
Pada awalnya, Polri berada di lingkungan kementerian
dalam negeri karena masih dalam suasana transisi, pada masa
penjajahan Belanda, administrasi Kepolisian dilaksanakan oleh
Departement Van Binnen lasch Bestuur (Departemen Dalam
Negeri). Sedangkan dalam masa penjajahan Jepang, pengaturan
pola-pola Kepolisian sesuai dengan peraturan Pemerintahan
Jepang, Oleh sebab itu sejak tanggal 8 Agustus 1942 di Jawa,
dibentuk Keimubu (Departemen Kepolisian) yang berdiri
sendiri, tidak berada dibawah Departemen Dalam Negeri atau
Departemen Kehakiman.
Perubahan mulai terjadi, yaitu militerisasi Kepolisian.
Dengan adanya Instruksi Dewan Pertahanan Negara (DPN)
dengan TAP No. 112/DPN/1947, 1 Agustus 1947, bahwa
kewajiban Kepoisian Negara secara umum tetap berlaku
menurut peraturan yang ada, kecuali ditentukan lain dalam
Penetapan Dewan Pertahanan Negara No. 39 Tahun 1946, 19
September 1945, dan dalam penetapan tersebut memuat hal-hal

viii
yang mengatur fungsi Kepolisian sebagai militer. Dalam
Penetapan Dewan Pertahanan Negara (DPN), diatur beberapa
ketentuan tentang Kepolisian yang menyatakan tentang
militerisasi Kepolisian yaitu : Kepolisian Negara menjalankan
perintah-perintah dan putusan-putusan DPN yang diberikan
dengan Surat Penetapan atau Surat Perintah. Dalam keadaan
mendesak, perintah diberikan dengan lisan yang kemudian
disusul dengan surat. Kepolisian Negara mempunyai kedudukan
yang sama dengan tentara, dengan Peraturan Tata Tertib Militer
(bukan pidana militer) dan pengadilan tentara berlaku bagi
segenap anggota Kepolisian Negara.
Dalam suatu penyidikan perkara, Kepolisian dapat
menangkap anggota-anggota tentara untuk kemudian diserahkan
kepada komando tentara yang bersangkutan disertai dengan
laporannya. Untuk kepentingan pertahanan, DPN berhak
memasukkan Kepolisian sebagian atau seluruhnya menjadi
kesatuan tentara. Dalam hal ini, fungsi Kepolisian sebagai
combatant, karena Kepolisian dapat dijadikan tentara.4
Jadi Etika Kepolisian adalah system nilai atau sebagai
nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pedoman bagi
kepolisian untuk bersikap dan bertindak. Dalam PERATURAN
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PROFESI

ix
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIAdisebutkan
tentang Etika Kepolisian dalam Kewajiban, diantaranya;
1) Etika Kenegaraan (Pasal 6)
2) Etika Kelembagaan (Pasal 7-9)
3) Etika Kemasyarakatan (Pasal 10)
4) Etika Kepribadian (Pasal 11)

B. Etika Tugas dan Jabatan Kepolisian

Polisi merupakan salah satu penegak hukum yang seringkali


mendapat sorotan karena polisi merupakan garda terdepan dalam
penegakan hukum pidana, sehingga tidaklah berlebihan jika polisi
dikatakan sebagai hukum pidana yang hidup, yang menterjemahkan
dan menafsirkanlaw in thebook menjadi law in action. Meskipun
polisi dikatakan sebagai garda terdepan, akan tetapi dapat terjadi pada
tahap awal penyelesaian suatu perkara pidana dapat berakhir, karena
polisi mempunyai kewenangan yang disebut diskresi. Polisi dalam
menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum, bukan hanya harus
tunduk pada hukum yang berlaku sebagai aspek luar, mereka dibekali
pula dengan etika kepolisian sebagai aspek dalam kepolisian. 5

x
Tugas kepolisian merupakan bagian dari pada tugas Negara dan
untuk mencapai keseluruhannya tugas itu, maka diadakanlah
pembagian tugas agar mudah dalam pelaksanaan dan juga koordinasi,
karena itulah dibentuk organisasi polisi yang kemudian mempunyai
tujuan untuk mengamankan dan memberikan perlindungan kepada
masyarakat yang berkepentingan, terutama mereka yang melakukan
suatu tindak pidana.Dalam pasal 13Undang-UndangNomor 2 tahun
2002 tentang kepolisian,tugas pokok Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah:6

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;


b. Menegakkan hukum; dan
c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan perlindungan
kepada masyarakat.

Selanjutnya dalam pasal 14 ayat (1), Kepolisian Negara Republik


Indonesia bertugas:7

a. Melaksanakan pengaturan, pengawasan, penjagaan, pengawalan,


dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai
kebutuhan;
b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban, dankelancaran lalu lintas dijalan;
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat, kesadaranhukummasyarakat serta ketaatan warga

xi
masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-
undangan;
d. Turut serta dalam pembinaan hukum Nasional;
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis
terhadap kepolisian khusus, penyidik, pegawai negeri sipil dan
bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuaidengan hukum acara pidana dan peraturan
perundang-undangan lainnya;
h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran
kepolisian, laboratorium
forensikdan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian;
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat,dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana
termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia;
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara
sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta
l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

xii
Berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tugas
Polisi Republik Indonesia seperti yang disebutkan di atas, maka
jelaslahbahwa tugas Polisi Republik Indonesia sangat luas yang
mencakup seluruh instansi mulai dari Departemen Pertahanan
Keamanan sampai pada masyarakat kecil semua membutuhkan polisi
sebagai pengaman dan ketertiban masyarakat. Untuk melaksanakan
tugas dan membina keamanan dan ketertiban masyarakat, Polisi
Republik Indonesia berkewajiban dengan segala usaha pekerjaan dan
kegiatan untuk membina keamanan dan ketertiban masyarakat. 8

Dalam rangka menyelenggarakan tugasnya, kepolisian memiliki


wewenang umum yang tertuang dalam pasal 15 ayat (1), Undang-
Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian. Diantaranyasecara
umum berwenang:

a. Menerima laporan dan/atau pengaduan;


b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat
yangdapat mengganggu ketertiban umum;
c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;
e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup
kewenanganadministratif kepolisian;
f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian daritindakan
kepolisian dalam rangka pencegahan;
g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
8

xiii
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta
memotretseseorang;
i. Mencari keterangan dan barang bukti;
j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
k. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan
yangdiperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;
l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang
danpelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta
kegiatan masyarakat;
m.Menerima dan menyimpan barang temuan untuk
sementarawaktu.

Berkaitan dengan tugas dan wewenang polisi ini harus


dijalankan dengan baik agar tujuan polisi yang tertuang dalam pasal-
pasal berguna dengan baik, Undang-undang kepolisian bertujuan
untuk menjamin tertib dan tegaknya hukum serta
terbinanyaketentraman masyarakat dalam rangka terpeliharanya
keamanaan negara, terselenggaranya fungsi pertahannan dan
keamanan negara, tercapainya tujuan nasional dengan menjunjung
fungsi hak asasi manusia dapat terlaksana.

Kedudukan kepolisian di Negara Indonesia (POLRI)sebagai lembaga


negara non departemen yang berperan dalam pemeliharaan keamanan,
dipimpin seorang Kapolri dan berkedudukan langsung di bawah
Presiden. Pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan
kemampuan POLRIdilaksanakan oleh seluruh fungsi POLRI secara

xiv
berjenjang mulai dari tingkat pusat sampai tingkat daerah yang
terendah. Untuk tanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan
wewenang POLRI secara hierarki dimulai dari tingkat paling bawah
ke tingkat pusat yaitu Kapolri,selanjutnya Kapolri
mempertangungjawabkannya kepada Presiden Republik Indonesia
(Presiden RI).

C. Etika Pelayanan terhadap Pencari Keadilan

Hukum tidak sekedar untuk mewujudkan ketertiban, lebih dari


itu hukum harus memberikan rasa keadilan bagi masyarakat. Hukum
tidak dengan sendirinya akan melahirkan keadilan akan tetapi untuk
tercapainya keadailan hukum harus ditegakkan. Fungsi dari
penegakan hukum adalah untukmengaktualisasikan aturan-aturan
hukum agar sesuai dengan yang dicita-citakan oleh hukum itu sendiri,
yakni mewujudkan sikap atau tingkah laku manusia sesuai dengan
bingkai (frame-work) yang telah ditetapkan oleh suatu Undang-
Undang atau hukum. Sistem penegakan hukum yang mempunyai
nilai-nilai yang baik adalah menyangkut penyerasian antara nilai
dengan kaidah serta dengan perilaku nyata manusia. Pada hakikatnya
hukum mempunyai kepentingan untuk menjamin kehidupan sosial
masyarakat, karena hukum dan masyarakat terdapat suatu interelasi.
Sistem peradilan pidana harus selalu mempromosikan kepentingan
hukum dan keadilan. Apapun teori keadilan yang dipergunakan,
definisi keadilan harus mencakup: kejujuran (fair-ness), tidak

xv
memihak (impartiality), dan pemberian sanksi dan hadiah yang patut
(appropriate reward and punishment).9

Pada hakekatnya kepolisian harus mampu melaksanakan apa


yang menjadi tugas kewajiban polisi, yaitumenegakan hukum,
menjaga kamtibmas dan bertindak etis dalam melayani, melindungi
serta mengayomi masyarakat sehingga masayarakat merasa tentram.
Tuntutan masyarakat akan kinerja kepolisian tidak statis tetapi
senantiasa meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan perjalanan
waktu yang disertai peningkatan kesadaran masyarakat akan hak-
haknya, peningkatan kesadaran masyarakat akan keadilan dan
peningkatan kesejahteraan serta peningkatan akan rasa aman yang
merupakan syarat mutlak guna dapat dilangsungkan kegiatan kerja
guna mewujudkan kemakmuran masyarakat.10

Hukum memberi wewenang kepada polisi untuk menegakkan


hukum dengan berbagai cara, dari cara yang bersifat preventif sampai
represif berupa pemaksaan dan penindakan. Tugas polisi dalam ruang
lingkup yang kebijakan kriminal yang penal berada pada ranah
kebijakan aplikatif, yaitu ranah penerapan hukum pidana yang
cenderung represif. Dalam meningkatkan pelayanan hukum kepada
masyarakat, kepolisian harus memberikan pelayanan prima yang
tercermin dari: 11

10

11

xvi
a. Transparansi. Semua hasil dari penguatan institusi, terobosan
kreatif, peningkatan integritas bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan publik kepada masyarakat sehingga semua
pengerjaannya diawasi langsung oleh masyarakat.
b. Akuntabilitas. Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Kondisional.
d. Partisipatif. Untuk mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik dengan
memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
e. Kesamaan Hak. Tidak diskriminatif dalam arti tidak
membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status
ekonomi.
f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban. Pelayanan yang
mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan
penerima pelayanan publik.

D. Pengawasan polisi (kompolnas)


Untuk mengawasi kinerja kepolisian, Pemerintah membentuk
Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) pada tahun 2006 melalui
Perpres RI No. 17 Tahun 2005. Wewenang Kompolnas antara lain;
1. Mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan pemberian
saran kepada Presiden yang berkaitan dengan anggaran,
pengembangan sumber daya manusia, dan pengembangan sarana dan
prasarana Polri,

xvii
2. Memberikan saran profesional dan mandiri
3. Menerima saran dan keluhan dari masyarakat mengenai kinerja
kepolisian dan menyampaikannya kepada Presiden.Berbeda dengan
di negara lain yang menempatkan komisi kepolisian sebagai
lembaga pengawas, yang memiliki wewenang investigasi bahkan
penangkapan.

Di Indonesia Kompolnas tidak menjadi lembaga pengawas yang


efektif karena tidak memiliki fungsipengawasan, Kompolnas hanya
dapat menampung keluhan masyarakat terkait dengan pelayanan
kepolisian dan melanjutkannya ke Markas Besar Polri tanpa dapat
menindaklanjutinya secara independen.Selain komisi kepolisian, di
negara demokrasi biasanya terdapat dua bentuk pengawasan lainnya,
yaitu pengawasan internal dan pengawasan eksternal yang saling
melengkapi. Mekanisme pengawasan eksternal pada level kebijakan
dan politik dibutuhkan untuk menghindari pimpinan kepolisian
mengelak dari investigasi atau menghukum polisi yang melakukan
kejahatan dilaksanakan oleh DPR dan Presiden. Pengawasan eksternal
secara teoritik dapat memberikan kesetaraan yang lebih besar dalam
investigasi akan tuduhan serius atas kejahatan polisi dan dapat
diposisikan mendorong petugas polisi untuk memberikan alatbukti
kejahatan yang dilakukan petugas lainnya.

Tujuan reformasi kepolisian adalah membangun kepolisian sipil


yang profesional dan

xviii
akuntabel dalam melayani masyarakat dengan menjunjung tinggi
norma-norma demokrasi, menghormati HAM dan hukum
internasional lainnya. Reformasi Polri merupakan bagian dari

reformasi sektor keamanan yang juga memiliki jalinan


interidependensi dengan reformasi di

sektor lain.Dalam konteks inilah diperlukan peran Kompolnas sebagai


lembaga independen

yang akan meberi masukan dan arahan serta memberi dorongan agar
Polri mampu bertindak

secara profesional, mandiri dan dicintai rakyat.Hal ini sesuai dengan


fungsi Polri sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 37 UU No.2
Tahun 2002 dan dijabarkan dalam

Keputusan Presiden No. 17 Tahun 2005.

Menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan berbagai kebijakan


dalam rangka membangun Polri yang dipercaya oleh masyarakat,
akan sangat tergantung dan dipengaruhi

oleh tiga hal. Pertama; Adanya komitmen yang tinggi dari setiap
anggota Polri, sehingga

proses penyadaran setiap anggota Polri akan tugas, fungsi, peranan


dan wewenang adalah

merupakan kunci pokok utama yang harus dilakukan setiap atasan


terhadap bawahannya.

xix
Proses internalisasi nilai-nilai Tribrata, Catur Prasetya dan Etika
Profesi Kepolisian harus

berlangsung secara intens, agar mampu memotivasi dan


mengendalikan sikap mental dan

perilaku setiap anggota Polri dalam melaksanakan tugasnya sebagai


pelindung, pengayom

dan pelayan masyarakat dalam memelihara keamanan dan


menegakkan hukum. Kedua;

Political Will dari pemerintah dan dukungan dari Dewan Perwakilan


Rakyat, baik dalam

pemenuhan kebutuhan Polri maupun dalam pengawasan, merupakan


prasyarat utama, agar

program-program Polri yang mendorong perubahan menuju Polri


yang profesional semakin

mendekati kenyataan. Ketiga; Partisipasi masyarakat dalam


menyelenggarakan pemolisian di

lingkungannya masing-masing, dansosial control yang bertanggung


jawab sebagai warga

masyarakat yang patuh hukum merupakan mitra utama dalam


mewujudkan keamanan,

ketertiban dan ketenteraman masyarakat.12


12

xx
E. Hubungan etika polisi dengan undang undang kepolisian

Dalam UU Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Kepolisian Negara


Republik Indonesia telah dituangkan dipasal 2, 13 ,18 dan pasal 31
tentang fungsi kepolisian, tugas dan wewenang kepolisian, tugas dan
wewenang menurut penilaian sendiri (diskresi) dan pelaksanaan tugas
dan wewenang harus memiliki kemampuan profesi. Dalam tubuh
Polri mengeluarkan peraturan kapolri atau perkap no 14 tahun 2011
tentang KEPP untuk mengatur kehidupan seluruh personil polri.
Perlunya anggota Polri mengambil diskresi diatur dalam Pasal 18 UU
No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian. Pasal 18 ayat (1) memang tidak
definitif menyebut istilah "diskresi", tetapi "bertindak menurut
penilaiannya sendiri".Selanjutnya, ayat (2) menegaskan syarat
pelaksanaan diskresi, yaitu "dalam keadaan yang sangat perlu dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia". 

Diskresi kepolisian sangat rentan terjadinya penyelewengan dan


penyalahgunaan dalam pelaksanaannya apabila tidak diberikan
pengawasan dan pengendalian di dalam pelaksanaannya, maka dari
itu diskresi hanya boleh dilakukan apabila menyangkut kepentingan
umum saja, tidak boleh diskresi ini digunakan untuk kepentingan
golongan, apalagi semata-mata hanya untuk kepentingan pribadi
saja.Maka dari itu aspek paling penting dalam mengantisipasi terjadi
penyalahgunaan wewenang diskresi kepolisian adalah pentingnya
bahwa setiap anggota yang melaksanakan diskresi ini harus bisa

xxi
mempertanggungjawabkan diskresi yang dilakukannya itu di hadapan
hukum, bahwa kegiatannya tersebut, memang benar-benar demi
kepentingan umum, dan sesuai dengan kode etik profesi Polri yang
digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan tugas Polri oleh setiap
anggota kepolisian RI.

Salah satu contoh tindakan diskresi kepolisian yaitu, apabila


seorang anggota Polantas sedang melaksanakan pengaturan di suatu
persimpangan jalan traffic light, kemudian mengetahui di salah satu
sisi jalur terdapat mobil ambulance yang membunyikan sirine
menandakan bahwa sedang ada orang di dalam mobil tersebut yang
sedang membutuhkan pertolongan untuk dibawa ke rumah sakit.Maka
walaupun pada saat itu jalur yang dilewati mobil ambulance itu
sedang lampu merah, namun polantas yang bertugas di simpang itu
berhak memberikan prioritas jalan terhadap jalur yang dilewati
ambulance tersebut dan menstop jalur jalur lain walaupun jalur lain
sedang lampu hijau.Contoh tindakan diskresi kepolisian tersebut
merupakan yang dapat dilakukan anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang dalam bertidak harus mempertimbangkan
manfaat serta resiko dari tindakannya dan betul–betul untuk
kepentingan umum dan tindakan kemanusiaan. 

F. Hubungan Kode Etik Polisi dengan UU Kepolisian

Kode etik profesi polri yang selanjutnya disingkat KEPP adalah


norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan
etik atau filosofis yang berkaitan dengan perilaku maupun ucapan

xxii
mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, patut atau tidak patut
yang dilakukan oleh anggota polri dalam melaksanakan tugas,
wewenang, dan tanggung jawab jabatan.13 Tjuan kode etik kepolisian
adalah berusaha meletakkan etika kepolisian secara proposional
dalam kaitannya dengan masyarakat, dan bagi polisi berusaha
memberikan bekal keyakinan bahwa internaslisasi etika kepolisian
yang benar, baik, dan kokoh. Adapun fungsi a) kode etik profesi
memberikan petunjuk bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik
profesi, pelaksanaan profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan; b) kode etik profesi
merupakan peraturan untuk mengontrol sikap masyarakat atas profesi
yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja; c) kode etik
profesi tidak memperbolehkan adanya campur tangan pihak diluar
organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keangotaan profesi.
Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada
suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri
pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.14

Proses pembentukan UU No. 2 tahun 2002 tentang POLRI pada


dasarnya dimulai pada masa-masa pemerintahan Gus Dur dengan
dilanjutkan oleh Pemerintahan presiden megawati. Tema sentral
13

14

xxiii
perubahandiarahkan untuk: Menghasilkan produk hukum nasional
yang mampu mengatur tugas lembaga pemerintahan dan
pembangunan nasional itu sendiri, yang harus di diukung oleh
aparatur hukum yang bersih, berwibawa, penuh pengabdian, sadar dan
taat hukum, mempunyai rasa keadilan sesuai dengan kemanusiaan,
professional, efisien, efektif yang dilengkapi sarana prasarana hukum
secara optimal. Undang-undang kepolisian disusun mencangkup
pokok-pokok konsepsi kepolisian, meliputi: 1) tujuan; 2) landasan
idiil filosofis 3) kedudukan dan susunan; 4) fungsi, tugas, dan asas-
asas pelaksanaan tugas; 5) wewenang dan tanggung jawab; 6)
pembinaan profesionalisme dan hubungan-hubungan yang
kesemuanya itu harus bersumber pada pancasila sebagai falsafah
bangsa dan ideology Negara maupun UUD 1945 sebagai
konstitusinya serta aspirasi yang berkembang dalam tata kehidupan
masyarakat.

Pelaksanaan peraturan disiplin oleh anggota polri juga


dapat dijadikan salah satu parameter untuk menilai
profesionalisme anggota polri dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya sesuai amanat UU No. 2 tahun 2002 tentang
kepolisian Negara republic Indonesia. Jika ada anggota Polri
melanggar disiplin maka berarti anggota polisi tersebut tidak
menjalankan tugas dan kewajiban dengan baik, sehingga
diartikan bahwa yang bersangkutan telah bertindak tidak
professional.

xxiv
BAB III
PENUTUP
Simpulan
jadi, Etika Kepolisian adalah system nilai atau sebagai
nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pedoman bagi
kepolisian untuk bersikap dan bertindak. Dalam PERATURAN

xxv
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PROFESI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIAdisebutkan
tentang Etika Kepolisian dalam Kewajiban, diantaranya: a)

Etika Kenegaraan (Pasal 6); b) Etika Kelembagaan (Pasal


7-9); c) Etika Kemasyarakatan (Pasal 10); d) Etika Kepribadian
(Pasal 11). Lalu, Tugas kepolisian merupakan bagian dari pada
tugas Negara dan untuk mencapai keseluruhannya tugas itu,
maka diadakanlah pembagian tugas agar mudah dalam
pelaksanaan dan juga koordinasi, karena itulah dibentuk
organisasi polisi yang kemudian mempunyai tujuan untuk
mengamankan dan memberikan perlindungan kepada
masyarakat yang berkepentingan.

DAFTAR PUSTAKA

Astawa, I Ketut. Etika Profesi Polri. Kepolisian Republik Indonesia,


2016.
Diati Yanuarsasi, Putri. REVITALISASI POLRI MENUJU
PELAYANAN PRIMA (Studi pada Polres Tulungagung). Jurnal
Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No 1,FIA UNIBRAW, Malang.

xxvi
Kanisius, Petrus Noven Manalu. Jurnal fungsi kode etik profesi
polisi dalam rangka meningkatkan profesionalitas kerjanyata.
(Universitas Atma Jaya: Yogyakarta. 2014)
Munawarman, Andi. Artikel Sejarah Singkat POLRI, di.http:/
/www.HukumOnline.com/ hg/narasi/2004/04/21/nrs,20040421-
01,id.html. diakses pada tanggal September 2016 pukul 11.20 WIB.
Puspita, Nestiti Aroma. Pelaksanaan tugas dan wewenang
komisi kode etik kepolisian Republik Indonesia. Diponegoro Law
jurnal. Vol. 5 No. 3, 2016.
Raharjo, Agus dan Angkasa.PROFESIONALISME POLISI
DALAM PENEGAKAN HUKUM. Jurnal Dinamika Hukum,Vol. 11
No. 3 September 2011, FH Universitas Jendral Soedirman,
Purwokerto.

Suwarto, irwan (2003), Polri Dalam Dinamika Ketatanegaraan


Indonesia. (Ekasakti Press: Padang)
Suka, Ibnu. Peran Dan Tanggung Jawab Polri Sebagai Penegak
Hukum Dalam Melaksanaan Restorative Justice Untuk Keadilan
Dan Kemanfaatan Masyarakat. Jurnal Hukum Khaira Ummah Vol.
13. No. 1 Maret 2018, FH UNISSULA Semarang.
Satoto, sukamto. Kapolnas, Mandiri, Independen. Jurnal
Inovatif, Volume VII Nomor III September 2014.
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 Tentang Kepolisian

xxvii

Anda mungkin juga menyukai