Baru
Itu adalah strategi bagus. Namun faktanya alat promosi berupa baliho
itu targetnya acak. Orang yang membacanya belum tentu sedang
memilih mendaftarkan anaknya ke sekolah mana. Jadi, dalam membuat
baliho cukup gunakan kalimat sesingkat mungkin, pakai font yang besar
dan mudah dibaca (jangan aneh-aneh), pilih warna yang mencolok
(merangsang mata untuk melihat). Cukup.
Kalau brosur beda lagi. Brosur yang menarik itu seimbang, menyajikan
informasi yang detail serta lengkap, tapi tetap enak dilihat. Brosur
tergetnya lebih spesifik, karena biasanya kita membagikannya kepada
siswa yang baru lulus dan sedang memilih sekolah lanjutan.
Jawabnya sangat bisa. Hanya dengan secarik kertas ini siswa bisa
berubah haluan, dari sebelumnya memilih sekolah A menjadi sekolah B.
Semua itu bisa karena apa yang dipaparkan di dalam brosur itu.
Syarat Pendaftaran:
Syarat Pendaftaran:
Pilihan kalimat kedua lebih baik karena terkesan tegas dan tidak bertele-
tele. Ingat, membaca brosur tidak sama dengan membaca buku. Mereka
membacanya dengan skimming, mencari dulu mana yang unik dan
cepat dipahami.
Ini adalah bagian yang pasti di skip oleh pembaca, bahkan oleh anda
sekalipun. Brosur bukanlah proposal yang (entah kenapa) harus
menampilkan visi dan misi sekolah. Pembaca tidak tertarik membacanya.
Betul. Strategi anda mewujudkan visi misi itu. Baik berupa program
unggulan, ekstrakurikuler, metode terbaru, dan lain-lain. Ini lebih
konkrit. Mudah diingat otak. Lebih baik dimaksimalkan untuk memuat
kegiatan-kegiatan siswa untuk mencapai visi-misi itu.
Apa yang terlintas jika menemukan brosur dengan foto seperti ini?
Kenapa? Karena tidak anda tampilkan pun semua orang tahu suasana
kelas itu ya seperti itu. Siswa duduk, belajar, mengerjakan tugas. Kenapa
dilihatkan ke semua orang?
Maka, keputusan paling tepat oleh sekolah yang serius menarik minat
siswa baru adalah punya program berbeda, unik, dan prestasi yang
banyak. Itulah alasan calon siswa memilih sekolah anda. Kalau
prestasinya belum banyak, tidak masalah. Yang penting, kemas
sedemikian rupa agar mereka bakal dapat keuntungan jika bergabung
dengan almamater anda.
Silahkan tampilkan di brosur anda.
Typo bisa berupa salah ketik huruf atau kurang lengkap huruf, dan bisa
juga salah menempatkan urutan kata. Lihat gambar di bawah.
Ini soal kredibilitas. Bergelut di dunia pendidikan, tentu akan jadi catatan
tersendiri bagi calon siswa anda kalau hal kecil semacam itu masih salah.
7. Testimoni
Kalau ada orang luar yang membicarakan kelebihan-kelebihan sekolah
anda, itu akan lebih dipercaya khalayak dibanding anda sendiri yang
menyampaikan. Inilah pentingnya testimoni. Pilihlah siapa orang yang
anda mintai testimoni, bisa alumni yang berprestasi, wali murid, atau
perusahaan yang menjalin kerjasama dengan sekolah anda.
8. Cantumkan kontak paling mudah dihubungi.
Prinsipnya, kalau calon siswa ingin menghubungi kita, mereka tidak
kesulitan dan langsung bisa menghubungi. Aplikasi yang paling umum
dipakai dan mudah digunakan saat ini adalah whatsapp. Demikian juga
nomor handphone lebih efektif dibandingkan nomor telpon kantor.
Saya kira itu sudah cukup, jangan lebay sampai mencantumkan semua
aplikasi pengirim pesan macam line, messenger, pin BBM, dan lainnya.
Saya langsung ke contohnya saja. Ini adalah brosur yang saya temukan,
dan menurut saya siapapun akan tertarik dengan brosur ini. Milik MA
Pembangunan UIN Jakarta.
Kalau diperhatikan, brosur di atas memuat seluruh informasi yang
dibutuhkan calon siswa baru, tanpa mengesampingkan keindahan
tampilan. Jika ingin bertanya lebih lanjut, pembaca tidak akan kesulitan
karena telah tersedia contact yang bisa dihubungi.
Nah itulah tips yang bisa saya bagikan, berkenaan dengan bagaimana
desain brosur yang menurut saya bagus. Tentu saja ini sifatnya subtektif,
anda bisa memberi penilaian lain tentang baik buruknya tampilan
brosur. Namun yang penting, pastikan brosur yang hendak anda
bagikan pada calon siswa sudah benar-benar bagus, setidaknya
menurut anda. Karena siapa tahu alat promosi yang satu ini menjadi
pintu masuknya lonjakan siswa baru di sekolah anda. Wassalam.