Anda di halaman 1dari 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENELITIAN
1. Arti Penelitian
Penetitian atau riset berasal dari bahasa Inggris research yang artinya adalah
proses pengumpulan informasi dengan tujuan meningkatkan, memodifikasi atau
mengembangkan sebuah penyelidikan atau kelompok penyelidikan.
Menurut Fellin, Tripodi dan Meyer (1996) penelitian adalah suatu cara sistematik
untuk maksud meningkatkan, memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang
dapat di sampaikan (dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain. Pada
dasarnya riset atau penelitian adalah setiap proses yang menghasilkan ilmu
pengetahuan.
Kerlinger (1986) mengatakan bahwa penelitian adalah suatu penyelidikan yang
sistematis , terkendali, empiris, dan kritis mengenai fenomena-fenomena alam yang
dibimbing oleh teori dan hipotesis mengenai hubungan-hubungan yang diduga ada di
antara fenomena-fenomena tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), penelitian adalah pemeriksaan
yang teliti atau kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang
dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau
menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.
Menurut Woody (Danim, 2002), penelitian merupakan metode untuk menemukan
kebenaran , disamping itu juga merupakan suatu pemikiran kritis.
Pearson (Whitney, 1960) mengatakan bahwa penelitian adalah pencarian atas
sesuatu secara sistematik dan dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat
dipecahkan.
Menurut Clifford Woody riset adalah suatu pencarian yang dilaksankan dengan
teliti untuk memperoleh kenyataan-kenyataan atau fakta atau hukum-hukum baru. Di
dalamnya terdapat usaha dan perencanaan yang sungguh-sungguh yang relatif makan
waktu yang cukup lama.
Sedangkan Whiteney (1950) mengatakan, bahwa di dalam riset terkandung suatu
attidute yang gandrung dan cinta akan adanya perubahan-perubahan.
National Science Foundation (1956) memberikan pengertian bahwa riset itu
adalah usaha pencarian secara sistematik dan mendalam untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan yang lebih luas dan lebih sempurna tentang subyek yang sedang
dipelajari.

4
5

Sutrisno Hadi (1978) riset adalah usaha menemukan, mengembangkan dan


menguji suatu pengetahuan secara ilmiah. Penelitian didefinisikan sebagai: “Suatu
usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan,
dan usaha-usaha itu dilakukan dengan metode ilmiah” (Sutrisno Hadi, 2001).
Menurut Kepmendikbud (1999), penelitian merupakan kegiatan taat kaidah dalam
upaya untuk menemukan kebenaran dan/atau menyelesaikan masalah dalam ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.
Pakar lainnya mengatakan bahwa penelitian merupakan pekerjaan ilmiah yang
bermaksud mengungkapkan rahasia ilmu secara obyektif, dengan dibentengi bukti-
bukti yang lengkap dan kokoh. Berdasarkan pengertian penelitian menurut pendapat
para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian merupakan suatu
penyelidikan yang sistematis, terkendali, empiris dan kritis terhadap fenomena-
fenomena untuk mencari suatu teori baru, hipotesis dan kebenaran.
2. Langkah-Langkah dalam Penelitian
Seperti di sebutkan diatas bahawa penelitian itu merupakan usaha untuk
menajawab pertanyaan atau masalah dengan sistematis. Ini berarti bahwa penelitian itru
harus dilakukan dengan cara bertahap langkah demi langkah sebagai berikut :
a. Memilih masalah
Besar maupun kecil, sedikit maupun banyak, setiap orang pasti memiliki masalah.
Bedanya ialah bahwa ada masalah yang dapat diatasi dengan mudah dan seketika,
sebalik ada masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan mudah dan perlu
diselesaikan dengan mengadakan penelitian yang sistematis. Masalah penelitian harus
merupakan suatu persoalan yang dapat dijawab melalui penyelidikan ilmiah, dan juga
belum ada jawabannya atau yang belum pernah diteliti oleh orang lain. Disamping itu,
masalah masalah tersebut juga harus dapat di jawab, dalam arti ada data yang dapat
diamati dan di kumpulkan dan data tersebut harus dapat dianalisi.
b. Studi pendahuluan
Walaupun sudah di pilih suatu masalah untuk di teliti, sebelum mengadakan
penelitian yang sesungguhnya, peneliti harus mengadakan suatu studi pendahuluan
dengan mempelajari kepustakaan guna mencari informasi yang di perlukan oleh
peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas kedudukannya.
c. Merumuskan masalah
Apabila telah di peroleh informasi yang cukup, maka masalah yang akan diteliti
dirumuskan dengan mewnggunakan kalimat yang jelas sehingga arah dari penelitian
tersebut menjadi jelas. Biasanya masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan.
6

d. Merumuskan anggapan dasar atau asumsi (merumuskan hipotesis)


Asumsi adalah sesuatu yang dinyakini kebenarannya oleh peneliti yang dijadikan
sebagai tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian. Sedangkan
hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang telah dirumuskan yang
di tentukan oleh peneliti, tetapi masih harus di buktikan kebenarannya.
e. Memilih pendekatan atau desain penelitian
Setelah hipotesis dirumuskan, maka penelitian harus menentukan metode apa
yang akan digunakan, minsalnya : eksprimen, deskriptif, semi eksprimen, survey, studi
kasus, dan sebagainya.
f. Menentukan variable dan sumber data
Langkah yang ke 6 ini menjawab pertanyaan:
i. Apa yang akan diteliti
ii. Dari mana data di peroleh
Kedua data itu harus di jelaskan secara gambling agar dapat di tentukan dengan
tepat alat apa yang akan digunakan untuk mengumpulkan datanya.
g. Menentukan dan menyusun intrumen
Setelah peneliti mengetahui apa yang akan di teliti atau data macam apa yang
akan di kumpulkan, serta darimana data itu diperoleh, maka langkah berikutnya adalah
bagaimana data tersebut dapat di kumpulkan atau di peroleh. Untuk mengumpulkan
data itu perlu adanya alat atau intrumen pengumpul data.
h. Mengumpulkan data
Setelah jenis datanya dan sumber datanya jelas serta intrumen untuk
mengumpulkannya juga sudah siap, maka langkah berikutnya ialah mengumpulkan
datanya. Pengumpulan data ini dapat dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi juga dapat
dibantu oleh petugas pengumpul data.
i. Analisa data
Setelah data terkumpul, langkah berikutnya adalah mengolah atau menganalisis
data tersebut . Untuk menganalisis data tersebut kita perlu menggunakan tehnik analisis
data sesuai dengan jenis data serta tujuan hipotesis yang kelah kita rumuskan.
j. Menarik kesimpulan
Setelah data dianalisis, maka peneliti harus mengambil kesimpulan berdasarkan
pada hasil analisis data. Kalau penelitian kita mempunyai hipotesis, maka kita haruskan
menyimpulkan apakah hipotesis kita diterima atau di tolak. Kalau kita tidak
mempunyai hipotesis maka kita harus menjawab pertanyaan- pertanyaan yang telah
kita rumuskan.
k. Menulis laporan penelitian
7

Hasil penelitian yang telah kita lakukan harus dikomunikasikan kepada orang lain agar
dapat di ketahui. Oleh karena itu hasil penelitian tersebut harus dilaporkan dalam
bentuk laporan tertulis. Laporan penelitian ini harus ditulis menurut ketentuan-
ketentuan yang telah baku dan harus meliputi semua proses yang telah dilakukan oileh
peneliti secara jelas dan sistematis, sehingga orang lain dapat memahaminya, serta
kalau perlu mengulang kembali proses penelitian.
3. Tujuan Penelitian
Pentingnya penelitian dilakukan antara lain :
a. Untuk memperoleh suatu jawaban dari suatu masalah secara objektif.
b. Memecahkan masalah, menguji kebenaran suatu teori, dan berusaha untuk
menemukan pengetahuan baru. Memberikan tambahan pengetahuan baik kepada
peneliti itu sendiri maupun kepada pembaca laporan penelitian.
c. Menerima atau menolak suatu pendapat, menjelaskan sifat-sifat sesuatu gejala
yang ada di alam semesta atau masyarakat, untuk mencapai tujuan pribadi maupun
untuk masyarakat dan untuk mensejahterakan masyarakat.
d. Menjelaskan sesuatu yang tidak jelas, menemukan sebab sesuatu masalah dan
mencari penyelesian terhadap suatu masalah.
e. Menjawab kesenjangan antara standar kinerja dan tingkat pencapaian hasil
kerja.
f. Mengembangkan dan memperbaiki teori.
g. Memperbaiki cara kerja (beberapa ahli).
Selain itu kegiatan penelitian merupakan salah satu media yang sangat tepat
untuk memenuhi bermacam-macam fungsi sebagai berikut :
a. Menemukan sesuatu yanga baru yang mendapat pengakuan dari kalangan
ilmuwan.
b. Mengembangkan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dapat
dilakukan secara berkelanjutan melalui media penelitian.
c. Melakukan validasi terhadap teori lama. Hasil penelitian digunakan sebagai
komfirmasi atau pembaharuan jika terjadi perubahan yang nyata terhadap paradigma
teori yang telah lama berlaku.
d. Menemukan permasalahan penelitian.
e. Menambah khazanah pengayaan ilmiah yang baru. Penelitian yang baik adalah
yang dapat berfungsi sebagai pelengkap khazanah ilmu yang baru, sehingga ilmu
pengetahuan berkembang kearah penyempurnaan terhadap ilmu pengetahuan yang ada.

B. VARIABEL
1. Pengertian Variabel dan Variabel Penelitian
Menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya, yang membahas tentang variabel
penelitian, variabel adalah suatu objek yang ingin diteliti. Variabel juga bisa disebut
sebagai pengelompokan atau pembagian secara logis dari dua atau lebih objek yang
diteliti. Contohnya tidak sekolah, tidak tamat SD, dan tidak tamat SMP, maka
variabelnya bisa disebut variabel tingkat pendidikan.
8

Dari pengertian diatas, variabel penelitian bisa disimpulkan sebagai segala sesuatu
yang bisa berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan dipelajari
sehingga bisa ditarik kesimpulan dari objek penelitian tersebut.
Dari sini, dapat dipahami bahwa variabel penelitian merupakan hal-hal yang
ditemukan peneliti untuk dikaji lebih mendalam sehingga memberikan informasi
terkini tentang hal yang diteliti. Informasi yang didapat dari hasil kajian variabel
penelitian menjadi cara yang tepat untuk ditetapkan kesimpulan dari masalah yang
dikaji.
Maka variabel penelitian baru dapat dipahami bila peneliti sudah memahami
masalah yang ada dan menemukan langkah kajiannya secara teoritis. Jika kedua hal ini
tidak ditemukan, maka variabel penelitian tidak akan ada. Karena itu, di dalam setiap
variabel penelitian akan terdapat variasi. Variasilah yang menjadi sumber data untuk
dijadikan kesimpulan variabel penelitian.
Boleh dikatakan, variabel penelitian berperan sebagai persiapan bagi peneliti untuk
menentukan alat atau metode dalam pengumpulan data, metode pengelohan data
hingga langkah pengujian hipotesis. Variabel penelitian yang menentukan apakah yang
diteliti memang relevan dan diukur atau tidak. Di sinilah bisa diuji ketepatan hal yang
diingin diteliti oleh peneliti.
2. Jenis-jenis Variabel Penelitian
Dalam terminologi metodologi penelitian, kita mengenal 5 jenis variabel penelitian,
yaitu:
+ Variabel Dependen (Variabel terikat)
+ Variabel Independen (Variabel bebas)
+ Variabel Moderator
+ Variabel Penengah
+ Variabel Control
Untuk lebih jelasnya, akan dibahas berikut ini:
a. Variabel Dependen
Variabel penelitian yang pertama adalah variabel dependen, variabel dependen juga
dikenal juga dengan sebutan variabel output, variabel criteria, variabel konsekuen, atau
variabel efek tergantung, sedangkan yang sering atau paling popular yang kita dengar
adalah variabel terpengaruh, variabel terikat, atau variabel tergantung.
Contoh variabel dependen:
“Pengaruh promosi terhadap omzet penjualan”
Variabel omzet penjualan adalah variabel dependen karena ia dipengaruhi dan
tidak mempengaruhi variabel promosi.
b. Variable Independen (Variabel Bebas)
9

Variabel independen adalah variabel yang menjadi variabel sebab atau yang
mempengaruhi variabel lain. Variabel ini dikatakan independen karena ia bebas
memengaruhi variabel lain dan tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya. Untuk
mempermudahnya bisa dilihat pada contoh berikut ini:
“Pengaruh promosi terhadap omzet penjualan”
Disini promosi menjadi variabel bebas atau independen karena variabel penelitian
promosi akan memengaruhi, baik hasilnya secara positif ataupun negatif terhadap
variabel penelitian omzet penjualan secara langsung, dan sebaliknya variabel omzet
penjualan tidak memengaruhi variabel promosi.
Variabel independen juga dikenal dengan banyak nama, di antaranya yaitu,
variabel bebas, variabel stimulus, predictor, variabel pengaruh, variabel causa,
treatment, dan variabel resiko. Jadi, di dalam artikel-artikel lainnya jika ada kata-kata
tersebut, berarti sama dengan variabel bebas.
c. Variabel Moderator
Variabel moderator, biasanya terletak ditengah-tengah antara variabel dependen
dan independen. Variabel moderator merupakan variabel yang memengaruhi
(memperkuat atau memperlemah) hubungan antara varibel dependen dan independen.
Variabel penelitian ini bisa kita namakan juga variabel independen kedua karena ia
memiliki sifat hampir sama dengan variabel independen yang pertama, tapi variabel ini
memiliki sifat menguatkan variabel independen. Contohnya sebagai berikut:
"Pengaruh motivasi belajar dan iklim belajar terhadap prestasi mahasiswa"
Disini, motivasi belajar adalah variabel independen yang memengaruhi prestasi
belajar mahasiswa. Kemudian iklim belajar merupakan variabel moderator, yang
menguatkan variabel motivasi belajar mahasiswa.
d. Variabel Penengah
Sebagai bagian variabel penelitian, variabel penengah disebut juga sebagai variabel
interverning. Menurut Tuckman (1988), variabel interverning adalah variabel yang
secara teoritis memengaruhi hubungan variabel terikat dan variabel bebas, tapi
posisinya tidak dapat diamati dan diukur.
Variabel penengah merupakan variabel yang berada diantara variabel bebas dan
variabel terikat yang mengakibatkan variabel bebas tidak bisa secara langsung
memengaruhi perubahan variabel terikat. Contohnya sebagai berikut:
"Pengaruh gaji terhadap tingkat harapan hidup melalui gaya hidup
karyawan pemerintah kota Malang"
Disini bisa dilihat, gaji merupakan variabel independen, sedangkan tingkat harapan
hidup adalah variabel dependen karena ia dipengaruhi oleh variabel penelitian gaji.
10

Sedangkan variabel penengah atau interverningnya adalah gaya hidup karena gaya
hidup memengaruhi secara tidak langsung terhadap tingkat harapan hidup karyawan.
Secara teoritis, ketika gaji tinggi, maka besar kemungkinan tingkat harapan hidup
karyawan akan tinggi. Akan tetapi, karena diteliti juga gaya hidupnya, maka gaya
hidup ini akan memengaruhi secara tidak langsung terhadap tingkat harapan hidup
karyawan. Hal ini karena walaupun gaji itu tinggi tapi gaya hidupnya boros, maka
secara teoritis gaji akan kelihatan kecil sehingga gaya hidup pun akan terpengaruh
menjadi turun, atau walaupun gajinya rendah, jika gaya hidupnya hemat, maka tingkat
hidupnya juga akan tinggi.
Disini kita akan bisa melihat bahwa variabel penelitian interverning ini akan
memengaruhi secara tidak langsung terhadap tingkat harapan hidup karyawan.
5. Variabel Control
Variabel penelitian yang terakhir adalah variabel control. Variabel ini merupakan
variabel yang dikendalikan oleh peneliti yang dibuat konstan supaya hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang
tidak berhubungan dengan yang hendak diteliti.
Dalam penelitian yang bersifat eksperimental atau membandingkan, variabel
control ini sering digunakan. Contohnya sebagai berikut:
"Pengaruh metode pembelajaran listening terhadap penguasaan Bahasa Inggris
pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)"
Dari dua variabel penelitian di atas, pengaruh metode pembelajaran listening
merupakan variabel independen, dan penguasaan bahasa inggris merupakan variabel
dependen. Sedangkan variabel control yang ditetapkan adalah sama, yaitu standar
pembelajaran yang sama, kelompok siswa yang sederajat yang memiliki latar belakang
pendidikan sama atau setingkat dan dari institusi yang sama.
Dengan adanya variabel control tersebut, maka besarnya pengaruh metode
pembelajaran listening terhadap penguasaan bahasa inggris pada siswa sekolah
menengah pertama (SMP), akan didapatkan hasil penelitian yang lebih pasti dan valid.
Setelah kita mengetahui dan mempelajari variabel-variabel penelitian, kita bisa
membuat dan menentukan judul skripsi, tesis, atau penelitian ilmiah yang kita
inginkan. Ketika membuat judul penelitian, kita bebas dalam memadukan
menggunakan variabel-variabel yang kita inginkan, baik terdiri dari sebuah variabel
bebas dan sebuah variabel terikat, beberapa variabel bebas mempengaruhi beberapa
variabel terikat, atau memberikan variabel control maupun variabel interverning yang
kita inginkan.
Contoh menggunakan beberapa variabel adalah sebagai berikut.
11

"Pengaruh promosi penjualan dan biaya promosi terhadap


omzet penjualan sepeda motor Honda"
Promosi penjualan dan biaya promosi adalah variabel independen, sedangkan
omzet adalah variabel dependennya.

3. Pengurucutan Variabel Penelitian


Berdasarkan jenis variabel penelitian yang telah diutarakan di atas, maka pada
dasarnya variabel penelitian bisa dikerucutkan lagi pembagiannya menjadi dua.
Pertama, variabel yang dapat diukur dengan jelas, langsung dan nyata. Kedua, variabel
yang tidak dapat diukur dengan rill, tapi pengaruhnya tetap ada.
Namun tetap saja para peneliti lebih suka menyatakan bahwa variabel penelitian
ada lima. Dan variabel penelitian yang dikupas di atas lebih banyak digunakan pada
penelitian kuantitatif. Karena yang dicari adalah hasil yang positif. Terlebih lagi yang
dikaji adalah hal yang bermasalah.

C. HIPOTESIS
1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian
(Fraenkel Wallen, 1990: 40) dalam Yatim Riyanto, (1996: 13). Lebih lanjut hipotesis
merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan
dalam penelitian. Hipotesis belum tentu benar. Benar tidaknya suatu hipotesis
tergantung hasil pengujian dari data empiris.
Menurut Suharsimi Arikunto (1995:71) hipotesis didefinisikan sebagai alternatif
dugaan jawaban yang dibuat oleh penelitian bagi problematika yang diajukan dalam
penelitian. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara,
yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.
Dengan kedudukan itu maka hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran, tetapi juga
dapat tumbang sebagai kebenaran.
Hipotesis berasal dari gabungan kata hipo yang berarti dibawah, dan tesis berarti
kebenaran. Hipotesis berarti dibawah kebenaran. Artinya, kebenaran yang masih
berada di bawah (belum tentu benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran
jika memang telah disertai dengan bukti-bukti.
Penelitian yang dilakukan sebenarnya tidak semata-mata ditujukan untuk menguji
hipotesis yang diajukan, tetapi bertujuan menemuka fakta yang ada dan yang terjadi
dilapangan. Pernyataan diterima atau ditolaknya hipotesis tidak dapat diidentikkan
12

dengan pernyataan keberhasilan atas kegagalan penelitian. Perumusan hipotesis


ditujukan untuk landasan logis dan pemberi arah kepada proses pengumpulan data serta
proses penyelidikan itu sendiri (JohnW.Best, dalam Sanapiah Faisal, 1982 dan Yatim
Riyanto, 1996).

2. Jenis-Jenis Hipotesis
a. Hipotesis Dilihat dari Kategori Rumusannya
Menurut Yatim Riyanto (1996 : 13) hipotesis dilihat dari kategori rumusannya
dibagi menjadi dua, yaitu hipotesis nihil (null hypotheses) disingkat menjadi Ho dan
hipotesis alternative (alternative hypotheses) biasanya disebut hipotesis kerja atau
disingkat Ha.
• Hipotesis nihil (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan atau
pengaruh antara variabel dengan variabel yang lain. Contoh: Tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
• Hipotesis alternative (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan
atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Contoh: Ada hubungan antara
tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
• Hipotesis alternative ada 2 macam yaitu directional hypotheses dan
nondirectional hypotheses (Fraenkel dan Wallen, 1990: 42; Suharsimi Arikunto, 1989 :
57).
i) Hipotesis terarah (directional hypotheses) adalah hipotesis yang diajukan oleh
peneliti,dimana peneliti sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan bahwa
variabel independen memang sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel
dependen.
ii) Hipotesis tak terarah (nondirectional hypotheses) adalah hipotesis yang diajukan
dan dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Hipotesis Dilihat dari Sifat Variabel yang Akan Diuji
Menurut Yatim Riyanto (1996: 14) berdasarkan sifat yang akan diuji hipotesis
penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: hipotesis tentang hubungan dan
hipotesis tentang perbedaan.
Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling
hubungan antara dua variabel atau lebih, mengacu pada penelitian korelasional.
Hubungan antara variabel tersebut menurut Yatim Riyanto (1996 : 14-15) dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu:
• Hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik,
• Hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik,
• Hubungan yang menunjukan pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik.
13

Hipotesis tentang perbedaan yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam


variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini
mendasari berbagai penelitian komparatif dan eksperimen.
c. Jenis Hipotesis yang Dilihat dari Keluasan atau Lingkup Variabel yang Diuji
Hipotesis dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesis
mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan seluruh subyek
penelitian, sedangkan hipotesis minor adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian
atau sub-sub dari hipotesis mayor (jabaran dari hipotesis mayor).

Contoh hipotesis mayor :


“Ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi orang tua
dengan prestasi belajar siswa SMA”
Contoh hipotesis minor :
a. Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar
siswa SMA.
b. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.
c. Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.
3. Karakteristik Hipotesis
Pendapat Yatim Riyanto(1996 : 16) nilai atau harga suatu hipotesis tidak dapat
diukur sebelum dilakukan pengujian empiris. Namun demikian, bukan berarti dalam
merumuskan hipotesis yang akan diuji dapat dilakukan “semau peneliti”, ada beberapa
kriteria tertentu yang memberikan ciri hipotesis yang baik.
Ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary, et al (dalam Arief Furchan, 1982 :
126-129 dan Yatim Riyanto, 1996 :16) antara lain sebagai berikut :
a. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas.
b. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-
variabel.
c. Hipotesis harus dapat diuji.
d. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.
e. Hipotesis hendaknya sesederhana dan seringkas mungkin.
Sedangkan menurut John W. Best (1997) dalam Yatim Riyanto (1996 : 16) ciri-ciri
hipotesis yang baik :
a. Bisa diterima oleh akal sehat.
b. Konsisten dengan teori atau fakta yang telah diketahui.
c. Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji.
d. Dinyatakan dalam perumusan yang sederhana dan jelas.
Borg dan Gall (1979: 61-62) dalam Yati Riyanto (1996:16) dan Suharsimi Arikunto
(1995 :64-65) hipotesis dapat dikatakan baik jika memenuhi 4 kriteria berikut :
a. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua atau
lebih variabel.
14

b. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar


teoritis dan hasil penemuan terdahulu.
c. Hipotesis harus dapat diuji.
d. Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat.
Yang dapat dijadikan kriteria penyusunan hipotesis adalah hipotesis seharusnya
dirumuskan dalam kalimat pernyataan (statement), bukan pertanyaan (question) atau
yang lain.
4. Pengujian Hipotesis
Donald Ary et al (dalam Arief Furchan , 1982 : 133) dan Yati Riyanto (1996 :16-
17) untuk menguji hipotesis peneliti perlu:
a. Menarik kesimpulan tentang konsekuensi yang akan dapat diamati apabila
hipotesis tersebut benar.
b. Memilih metode penelitian yang akan memungkinkan pengamatan,
eksperimentasi, atau prosedut lain yang diperlukan untuk menunjukan apakah akibat-
akibat tersebut terjadi atau tidak.
c. Menerapkan metode ini serta mebgumpulkan data yang dapat dianalisis untuk
menunjukan apakah hipotesis tersebut didukung oleh data atau tidak.
Dalam pengujian hipotesis, hipotesis tersebut harus lulus dari tes empiris dan tes
logika. Hipotesis diuji secara empiris yang biasanya menggunakan statistik inferensial,
yang selanjutnya hasil perhitungannya dikonsultasikan dengan angka koefisien yang
terdapat dalam tabel teoritis.
Hipotesis tidak harus ada dalam penelitian, yaitu ada peneliti yang tanpa harus
mengajukan dan merumuskan hipotesis apabila peneliti tidak atau belum dapat
menentukan prediksi jawaban terhadap hasil penelitian. Penelitian yang biasanya tanpa
hipotesis diantaranya :
a. Penelitian deskriptif,
b. Penelitian historis,
c. Penelitian evaluasi.
Beberapa sumber tidak terbuktinya hipotesis menurut S. Margono (1997: 192-193)
dapat dicari dari :
a. Landasan teori yang digunakan untuk menyusun hipotesis sudah kadaluarsa;
sudah kurang sahih,
b. Sampel penelitian terlalu kecil,
c. Sampel penelitian tidak diambil secara rambang,
d. Kurang cermatnya mengeliminasi atau menetralisasi variable-variabel luar atau
ekstraneus,
e. Instrumen atau metode pengumpulan data yang tidak sahih dan tidak
terandalkan,
f. Rancangan penelitian yang digunakan tidak tepat,
g. Perhitungan-perhitungan dalam analisisnya kurang cermat.
Hipotesisnya sendiri yang “palsu”, dan kenyataannya bertentangan dengan
hipotesis itu (Sutrisno Hadi, 1981).
Keuntungan menentukan pertanyaan penelitian sebagai hipotesis:
15

a. Hipotesis memfokuskan kita untuk berpikir lebih dalam tentang kemungkinan


sebagai pengganti hipotesis membimbing peneliti ke arah pemahaman yang lebih luas
tentang implikasi pertanyaan dan variabel yang terlibat. Dengan menentukan hipotesis,
peneliti harus berpikir lebih hati-hati.
b. Menentukan pertanyaan penelitian sebagai pengganti hipotesis berkaitan
dengan filsafat sains. Rasional yang mendasari filsafat sains: Jika ingin membangun
suatu pengetahuan, selain menjawab pertanyaan penelitian maka perumusan hipotesis
merupakan strategi yang baik yang memungkinkan seseorang dapat melakukan
prediksi spesifik berdasarkan bukti sebelumnya atau argumen teoretis.
Contoh: Berdasarkan teori relativitas Einstein, banyak hipotesis yang dirumuskan
sebagai hasil teori Einstein, yang kemudian diverifikasi melalui penelitian. Semakin
banyak prediksi yang menjadi kenyataan berarti semakin memperkuat gagasan awal
teori relativitas Einstein.
Kelemahan menentukan pertanyaan penelitian sebagai hipotesis:
a. Disadari atau tidak, merumuskan hipotesis dapat bersifat bias. Sebab sekali
seorang peneliti merumuskan hipotesis, maka ia cenderung untuk menyusun prosedur
atau memanipulasi data untuk memperoleh hasil yang diharapkannya. Peneliti
diharapkan jujur secara intelektual meskipun ada kekeliruan. Tetapi komitmen terhadap
hipotesis dapat menimbulkan distorsi secara tak disadari.
b. Kelemahan kedua, perhatian yang terfokus pada hipotesis, dapat menghalangi
peneliti untuk memperhatikan fenomena yang penting dalam penelitiannya. Misalnya:
seorang peneliti mengkaji “efek kelas yang humanistik terhadap motivasi siswa” dapat
mengarahkan peneliti untuk lebih menggali karakteristik lain seperti jenis kelamin atau
cara pengambilan keputusan yang lebih mudah terlihat dan malah tidak terfokus pada
motivasi siswa.
Hipotesis yang signifikan:
Signifikan artinya “bermakna”. Untuk menilai signifikansi suatu hipotesis mari
perhatikan contoh berikut:
Hipotesis 1
a. Siswa kelas dua lebih senang menonton tv dari pada sekolah
b. Kesenangan siswa kelas dua terhadap sekolah lebih rendah daripada siswa kelas
satu, tetapi lebih tinggi daripada siswa kelas tiga.
Hipotesis 2
Banyak siswa dengan kemampuan akademik rendah lebih menyukaki kelas
regular daripada kelas khusus.
16

a. Siswa dengan kemampuan akademik rendah akan lebih bersikap negatif tentang
dirinya bila ditempatkan di kelas khusus daripada di kelas regular.
Hipotesis 3
a. Guru yang menggunakan model pembelajaran kooperatif akan menghadapi
reaksi siswa yang berbeda dibandingkan dengan guru yang menggunakan model
pembelajaran tradisional.
b. Siswa yang mengalami pembelajaran koperatif akan lebih senang belajar
dibandingkan dengan siswa yang mengalami model pembelajaran tradisional.
Dari 3 hipotesis di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis (b) lebih bermakna,
karena hubungan yang akan dikaji jelas dan spesifik, mengarahkan peneliti untuk
menggali informasi yang bermanfaat bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti
lebih lanjut.
Hipotesis terarah dan hipotesis tak terarah:
Hipotesis terarah adalah hipotesis yang memiliki arah spesifik (lebih tinggi, lebih
rendah, tinggi kurang dsb) yang diharapkan muncul dalam penelitian. Arah khusus
yang diharapkan ini akan menjadi dasar bagi landasan teori yang perlu dikaji, hasil
penelitian serupa yang pernah dilakukan, dan pengalaman sebelumnya.
Kadang-kadang sulit bagi peneliti untuk menentukan hipotesis yang terarah. Jika
peneliti menduga ada hubungan tetapi tidak memiliki dasar teori untuk memprediksi
hubungan tersebut, maka ia tak dapat membuat hipotesis terarah.

Anda mungkin juga menyukai