Pijat Oksitosin Sebagai Intervensi Dalam Meningkatkan Kualitas Pemberian Asi Pada Keluarga Bapak A Di Kelurahan Sukatani, Depok
Pijat Oksitosin Sebagai Intervensi Dalam Meningkatkan Kualitas Pemberian Asi Pada Keluarga Bapak A Di Kelurahan Sukatani, Depok
ii
Tanggal
111
DEWANPENGUJI
Peiribiriibirig:
Wiwin Wiarsih, S.Kp., MN )
Penguji:
Ns. Istianna Nurhidayati, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 14 Juli 2014
iv
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang berjudul
”Pijat Oksitosin sebagai Intervensi dalam Meningkatkan Kualitas Pemberian
ASI pada Keluarga Bapak A di Kelurahan Sukatani, Depok.” Penulisan karya
ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi mata ajar Karya Ilmiah
Akhir Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ners ini, sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih pada:
1. Ibu Junaiti Sahar, S.Kp. M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
2. Ibu Wiwin Wiarsih, S.Kp., MN selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penulisan karya
ilmiah akhir ners ini.
3. Ibu Fajar Tri Waluyanti S.Kp., M.Kep., Sp. An selaku pembimbing akademik
penulis.
4. Segenap tim dosen FIK UI, khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas
yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini.
5. dr. Ranti selaku kepala Puskesmas Sukatani yang telah bekerja sama dengan
kami selama praktik Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan.
6. Almarhum Ayah Drs. Agus Ma’aruf dimana setiap jengkal kenangan bersama
beliau merupakan pompa semangat buat saya dan ibunda tercinta Cita Murni
telah memberikan dukungan baik secara materi maupun motivasi serta
mendoakan demi kelancaran penyelesaian penulisan ini
7. Kakak saya Usmira Yoza, Usmika Roza, Uswan Fadhli, dan Usmelfi Khairat,
yang selalu memberi semangat kepada saya untuk tetap istiqamah
menyelesaikan tugas akhir ini.
Saya berharap tulisan ini bisa membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
vi
dibawah ini:
Nama : Ushal Imami Fadhila., S.Kep
NPM : 0906629731
Program Studi : Ners
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilrniah Akhir Ners
beserta perangkat yang ada Gika diperlukan). Dengan hak bebas royalti
nonekslusif ini Universitas Indonesia bebas menyimpan, mengalihmedial
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
. Fadhila, S.Kep)
Vll
ASI eksklusif merupakan makanan pokok bagi bayi yang diberikan selama enam
bulan pertama sejak kelahiran dan dilanjutkan sampai usia dua tahun disertai
dengan makanan pendamping ASI. Ibu yang tinggal di daerah perkotaan sudah
jarang memberikan ASI eksklusif untuk bayi. Pengeluaran ASI yang tidak lancar
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI kepada
bayinya. Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk mengevaluasi pijat
oksitosin sebagai intervensi dalam meningkatkan kualitas pemberian ASI pada
keluarga Bapak A di Kelurahan Sukatani, Depok. Hasil analisa menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan kualitas pemberian ASI yang diukur dari frekuensi
pemberian ASI dan peningkatan berat badan bayi.
viii
Exclusive breastfeeding is the staple food for the babies that are given during the
first six months after birth and continued until two years old along with
complementary food. Mothers who live in urban areas are rarely give exclusive
breastfeeding to their babies. The less of breast milk production was one factor
that lead to the mother does not breastfeed her baby. This final clinical nursing
paper aimed to analyze the nursing care of oxytocin massage as an intervention to
improve the quality of breastfeeding to Mr. A’s family in Sukatani, Depok. Result
shown that there is an increase in the quality of breastfeeding as measured from
the frequency of breastfeeding and infant weight gain.
ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 6
1.4.1 Institusi Pendidikan Keperawatan ................................ 6
1.4.2 Pelayanan Keperawatan Puskesmas ............................. 6
1.4.3 Keluarga/Masyarakat ................................................... 6
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................... 45
5.2 Saran .......................................................................................... 46
5.2.1 Keluarga......................................................................... 46
5.2.2 Institusi Pendidikan ....................................................... 46
5.2.3 Pelayanan Keperawatan Komunitas .............................. 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
xii
xiii
1 Universitas Indonesia
Angka ibu yang memberikan ASI kepada bayinya di Indonesia masih rendah di
antara negara di ASEAN. Indonesia menduduki peringkat ke 10 dari 18 negara
yaitu dengan presentase 32%. Negara Srilanka menduduki urutan ke satu dengan
presentase 76% dan diikuti oleh Korea Selatan dengan 65% (Profil Data
Kesehatan Indonesia, 2012). Dari data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia
masih jauh tertinggal dalam hal pemberian ASI apabila dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya.
Data Riskesdas pada tahun 2013 menunjukkan persentase ibu yang memberikan
ASI eksklusif sebesar 38,0%. Angka ini mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya. Jika dibandingkan dengan target nasional pada tahun 2011 sebesar
67%, persentase pada tahun 2013 ini masih sangat jauh dibawah target. Dari
angka pencapaian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi ibu Indonesia untuk
memberikan ASI eksklusif pada anaknya masih rendah.
Universitas Indonesia
Dukungan dari keluarga merupakan salah satu faktor penting yang tidak boleh
dilupakan selama pemberian ASI eksklusif. Penelitian Sahusilawane (2013)
menunjukkan ibu yang mendapat dukungan dari keluarga lebih besar
presentasenya (94,7%) dalam memberikan ASI kepada bayi 0-6 bulan dibanding
dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga (5,3%). Tingkat
keberhasilan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi adanya dorongan dan
dukungan dari suami. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Wahyuningsih (2013),
ibu yang memberikan ASI eksklusif tertinggi adalah ibu yang mendapat dukungan
informasional suami (13,8%) dan ibu yang mendapat dukungan emosional suami
Universitas Indonesia
(9,7%). Oleh sebab itu peran dari keluarga terdekat seperti suami sangat berperan
dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif di Indonesia. Selain itu
pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar
keluarga bisa memenuhi kebutuhan ibu yang sedang memberikan ASI pada
bayinya.
Tempat tinggal juga mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan ASI. Penelitian
yang dilakukan oleh Purnamawati (2003), menunjukkan bahwa ibu yang tinggal
di pedesaan mempunyai peluang 1,8 kali lebih besar menyusui bayinya dibanding
ibu yang tinggal di perkotaan. Ibu di perkotaan mempunyai proporsi yang lebih
rendah dibanding di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan karena ada pengaruh
dari status pekerjaan, dimana proporsi ibu yang tidak bekerja lebih tinggi
dibanding ibu yang bekerja yaitu 77,2% berbanding 22,8%. Penelitian lain oleh
Tumbelaka (2003), menuliskan bahwa dukungan keluarga dan masyarakat sekitar
juga berpengaruh terhadap sikap ibu dalam menyusui. Ibu menyusui di daerah
perkotaan kurang mendapat dukungan baik dari keluarga maupun masyarakat
karena kesibukan bekerja dan gaya hidup individualis yang terlalu tinggi. Berbeda
dengan daerah pedesaan dimana peran keluarga dan masyarakat sudah sangat
baik.
Intervensi yang diangkat penulis pada topik ini adalah teknik pijat oksitosin. Ibu R
awalnya mengeluhkan ASInya yang tidak cukup untuk bayi. Hal ini ditandai
Universitas Indonesia
dengan bayi yang tiba-tiba rewel ketika baru sebentar disusui ibunya. Ibu R
mengatakan dalam sehari bayinya menyusui 6-8 kali, namun apabila ASInya tidak
cukup ibu menyelingi dengan memberikan susu formula. Setelah dilakukan
intervensi, kualitas menyusui bayi meningkat menjadi 10 kali dalam sehari. Bayi
S semakin kuat menyusui dan sudah jarang rewel ketika menyusui. Berat badan
bayi S mengalami peningkatan dari 3100 gram menjadi 3700 gram. Oleh sebab
itu, pijat oksitosin merupakan langkah yang efektif dalam meningkatkan kualitas
pemberian ASI pada bayi S.
Alasan ASI yang tidak mencukupi kebutuhan bayi juga dikemukakan oleh
keluarga Bapak A. Salah satu solusi untuk mengatasi ketidakcukupan ASI
tersebut adalah dengan melakukan pijat oksitosin. Pijat oksitosin akan membuat
rasa nyaman dan rileks pada ibu menyusui. Selain itu pijat oksitosin juga
merangsang pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat bermanfaat
untuk memperlancar pengeluaran ASI.
Universitas Indonesia
1.5.3 Keluarga/masyarakat
Keluarga mendapat informasi mengenai tatacara meningkatkan kualitas ASI
melalui pijat oksitosin serta meningkatkan kualitas nutrisi bayi melalui ASI.
Universitas Indonesia
7 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Selain itu dampak urbanisasi yang lain adalah terjadinya kesenjangan dalam
kehidupan bermasyarakat. Kesenjangan ini umumnya dihasilkan dari interaksi
manusia yang diukur dari segi pendapatan atau pekerjaan. Bartley (2004)
menjelaskan bahwa kesenjangan adalah kedudukan umum dalam komunitas
berdasarkan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan sehingga
menimbulkan strata sosial atau kelas sosial dalam masyarakat.
Universitas Indonesia
Berdasarkan teori Duvall (1985 dalam Firedman et all, 2010) tahap perkembangan
keluarga yang berada pada tahap VI usia dewasa muda. Anak tertua berusia 24
tahun dan tidak tinggal dirumah. Tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi adalah tugas memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota
keluarga baru yang didapat dari perkawinan anak-anaknya. Anak tertua pada
keluarga yang dikaji belum menikah.
Universitas Indonesia
Bayi sebagai agregat at risk ditandai dengan terjadinya kerawanan gizi pada bayi.
Hal ini disebabkan karena ASI eksklusif diganti dengan menggunakan susu
formula sejak dini. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar
ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya
yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat
mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia enam bulan (Siregar, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Megawati (2012), didapatkan data bahwa terdapat
hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertumbuhan bayi (0-6 bulan).
Perkembangan bayi tergolong tidak normal ketika ASI eksklusif diberikan dengan
frekuensi kurang dari 10 kali dalam sehari (Megawati, 2012).
Universitas Indonesia
2.3.1.1 Data umum merupakan data-data dasar keluarga yang terdiri dari: identitas
kepala keluarga, alamat, komposisi anggota keluarga, genogram, tipe keluarga,
suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, dan aktivitas rekreasi
keluarga. Tipe keluarga terdiri dari keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga
yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan terdiri dari suami,
istri, dan anak-anak. Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti
ditambah dengan kehadiran kakek, nenek, atau keluarga lain. Keluarga campuran
(blended family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak kandung, dan
anak tiri. Keluarga yang dikaji termasuk dalam tipe nuclear family karena
keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. Metode pengkajian dengan
menggunakan metode wawancara dan observasi.
Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua 6-13 tahun), tugas
perkembangan adalh mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi di
sekolah, emnghubungkan teman sebaya, membiasakan belajar teratur, dan
lainnya. Tahap V keluarga dengan anak remaja (usia 13-20 tahun), tugasnya
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan, memberikan kebebasan tanggung jawab, mempertahankan
komunikasi dua arah. Tahap VI keluarga yang melepas anak usia dewasa muda.
Tugasnya keluarga melepas anak dewasa muda dengan memperluas suklus
keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru, membantu orang tua lanjut
yang sakit-sakitan dari suami atau istri. Tahap VII orang tua usia pertengahan
(usia 44-45 tahun) dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tugasnya
menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungan
perkawinan yang kokoh. Tahap VIII keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
dimulai ketika salah satau atau kedua pasangan meninggal atau pensiun. Tugasnya
adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan
terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan,
menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, dan mempertahankan ikatan
keluarga antara generasi.
Tahap perkembangan keluarga yang dikaji berada pada tahap VI usia dewasa
muda. Anak tertua berusia 24 tahun dan tidak tinggal dirumah. Tugas
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah tugas memperluas siklus
keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari
perkawinan anak-anaknya. Anak tertua pada keluarga yang dikaji belum menikah.
2.3.1.6 Stres dan koping keluarga: stresor jangka panjang dan stresor jangka
pendek serta kekuatan keluarga, respon keluarga terhadap stres, strategi koping
yang digunakan, strategi adaptasi yang disfungsional. Stresor jangka pendek
adalah stres yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian waktu kurang
dari 6 bulan. Stresor jangka panjang adalah stres yang dialami keluarga dengan
waktu penyelesaian lebih dari 6 bulan. Cara keluarga menghadapi masalah
tersebut disebut dengan strategi koping. Salah satu bentuk strategi koping adalah
strategi kping disfungsional.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Menegakkan diagnosa pada keperawatan keluarga harus melalui proses skoring untuk
menentukan prioritas masalah pada keluarga tersebut.
Tabel 1.1 Cara Membuat Skor Penentu Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
(Friedman, 2003)
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah
- Aktual (Tidak/kurang sehat) 3
- Ancaman kesehatan 2 1
- Keadaan sejahtera 1
4 Menonjolnya masalah
- Masalah berat, harus segera ditangani 2
- Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1 1
- Masalah tidak dirasakan 0
Angka tertinggi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Evaluasi adalah tahap akhir dari perencanaan pelayanan kesehatan dan komponen
terakhir dari keseluruhan proses keperawatan. Evaluasi dilakukan dengan
membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah
ditetapkan untuk melihat tercapainya keberhasilan. Evaluasi dalam keluarga
menggunakan evaluasi subjektif, objektif, analisis dan perencanaan (SOAP),
evaluasi sumatif, dan tingkat kemandirian keluarga.
Universitas Indonesia
ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi yang
paling lengkap dan mudah dicerna oleh bayi. UNICEF menegaskan bahwa bayi
yang diberikan susu formula memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan
pertama kelahirannya. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Selasi (2009) yang
mengatakan bahwa bayi yang diberi susu formula mempunyai peluang 25 kali
lebih tinggi meninggal dunia daripada bayi yang mengkonsumsi ASI eksklusif.
Universitas Indonesia
akan keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau
melalui pijatan pada tulang belakang ibu.
Pijatan pada tulang belakang ibu disebut dengan pijat oksitosin. Pijat oksitosin
merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat
oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai
tulang costae kelima dan keenam. Pijatan ini merupakan usaha untuk merangsang
hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indriyani,
2006; Yohmi & Roesli, 2009).
Pijat oksitosin bermanfaat untuk merangsang refleks oksitosin atau reflek let
down. Selain itu, pijat oksitosin juga bermanfaat untuk memberikan kenyamanan
bagi ibu, mengurangi bengkak pada payudara, merangsang pelepasan hormon
oksitosin, dan mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes
RI, 2007). Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin sebagai berikut (Depkes
RI, 2007):
a. Sebelumnya kompres payudara dengan air hangat lalu lakukan pijat
payudara.
b. Mintalah bantuan pada orang lain untuk memijat.
c. Ada 2 posisi yang bisa dicoba. Pertama bisa telungkup di meja atau posisi
ibu telungkup pada sandaran kursi.
d. Kemudian carilah tulang yang paling menonjol pada tengkuk/ leher bagian
belakang atau disebut cervical vertebrae 7.
e. Dari titik tonjolan tulang turun ke bawah ±2 cm dan ke kiri kanan ±2 cm,
di situlah posisi jari diletakkan untuk memijat.
Universitas Indonesia
f. Memijat bisa menggunakan jempol tangan kiri dan kanan atau punggung
telunjuk kiri dan kanan.
g. Mulailah pemijatan dengan gerakan memutar perlahan-lahan lurus ke arah
bawah pada kedua sisi tulang belakangdan dari leher ke arah tulang
belikat. Dapat juga diteruskan sampai ke pinggang.
h. Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi 3-5 menit.
Lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI
Universitas Indonesia
Persentase rumah tangga yang berprilaku hidup sehat di Kota Depok, khususnya
di Kelurahan Sukatani sejumlah 57,37%. Prilaku hidup bersih dan sehat di
Keluraha Sukatani masih tergolong rendah jika dibanding dengan kelurahan lain
yang berada di Kecamatan Cimanggis. Persentase tertinggi berada di Kelurahan
Tapos, yaitu mencapai angka 99,99%.
25 Universitas Indonesia
Posyandu Mawar 1 mengelola balita yang ada di RT 01, 02, 06, 07, dan 09 di RW
1 Kelurahan Cisalak Pasar. Posyandu mawar 1 melayani imunisasi, penimbangan
dan posbindu untuk lansia. Biasanya yang datang ke posyandu kurang lebih
sebanyak 60 balita. Posyandu dilakukan setiap tanggal 24, kecuali jika tanggal
Universitas Indonesia
tersebut jatuh di hari Minggu atau tanggal merah, maka akan dimajukan atau
dimundurkan ke hari berikutnya. Posyandu Mawar 2 diadakan setiap tanggal 23
tiap bulannya di salah satu rumah kader di RT 03. Posyandu Mawar 2 meliputi
balita yang berada di wilayah RT 03, RT 04, RT 05, dan RT 08. Pelayanan yang
dilakukan seperti penimbangan dan posbindu saja. Jumlah balita dan lansia yang
datang ke posyandu Mawar 2 tiap bulannya sekitar 40-60 balita. Kader di RW 01
sebanyak 12 orang, termasuk Ibu RT.
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Ibu R (44 tahun), Ibu R
(23 tahun), dan Ibu I (32 tahun). Selama tujuh minggu bertempat di RT 03 RW 01
Kelurahan Sukatani, Kota Depok. Keluarga tersebut mempunyai masalah yang
sama yaitu berkaitan dengan ASI. Setiap keluarga mempunyai latar belakang yang
berbeda. Keluarga yang dipilih oleh mahasiswa untuk dijadikan keluarga kelolaan
utama adalah keluarga Bapak A (50 tahun) dan Ibu R (44 tahun) yaitu keluarga
dengan batita.
Keluarga Bapak A mempunyai tipe nuclear family. Keluarga terdiri dari ayah, ibu,
11 orang anak. Bapak A (50 tahun) bekerja sebagai wiraswasta sedangkan Ibu R
(44 tahun) bekerja sebagai ibu rumah tangga. Anak pertama sampai anak ke tiga
sudah bekerja dan sudah tidak tinggal di rumah. Anak ke empat sampai anak ke
delapan masih sekolah dari kelas 3 SMP sampai kelas 1 SD. Anak ke-9 masih
berumur 6 tahun belum sekolah. Anak ke-10 berusia 2 tahun, dan bungsu Anak S
baru berumur 3 minggu.
Anak S (3 minggu) merupakan entry point dalam asuhan keperawatan ini. Anak S
merupakan anak ke sebelas, lahir normal dengan berat badan lahir 3300 gram dan
panjang badan 48cm. Anak S dilahirkan dalam keadaan sehat dan dibantu oleh
bidan. Ibu R mengatakan bahwa ketika anak S lahir tidak langsung dilakukan
IMD (Inisiasi Menyusui dini) oleh bidan yang menolong. Bidan hanya
menjelaskan bahwa nanti bayinya diberikan ASI langsung setelah dibersihkan.
Universitas Indonesia
Bapak A bekerja sebagai tukang ojek dan mulai bekerja setiap malam kemudian
istirahat pada siang hari. Sedangkan Ibu R tidak bekerja sejak kelahiran Anak ke
tiga. Penghasilan keluarga Bapak A tidak menentu. Namun, rata-rata setiap hari
Bapak A mendapatkan Rp. 200.000- Rp. 300.000,-. Bapak A selalu bertanggung
jawab memberikan nafkah kepada Ibu R setiap hari. Penghasilan suami harus
diatur sedemikian rupa oleh Ibu R agar mencukupi kebutuhan sekeluarga setiap
hari. Selain untuk membeli kebutuhan makan dan sekolah anak-anak, Ibu R juga
sering membayar kredit yang ditagih oleh tukang kredit tiap hari kerumahnya.
Keluarga Bapak A sudah cukup lama tinggal di RW 01. Namun sering pindah
kontrakan karena Bapak A tidak sanggup membayar kontrakan untuk bulan
berikutnya. Saat ini keluarga Bapak A tinggal sendiri terpisah dengan orang
tuanya. Menurut Ibu R, masyarakat di daerah ini agak kesulitan untuk mengakses
angkutan umum karena hanya ada satu rute angkutan umum. Selain itu angkutan
umum tersebut juga tidak masuk ke perumahan Ibu R karenan memang gang yang
sangat sempit, sehingga jika ingin berpergian menggunakan angkutan umum, Ibu
R harus berjalan cukup jauh dan membutuhkan waktu cukup lama untuk
Universitas Indonesia
Anak yang paling bungsu, anak S, masih mengkonsumsi ASI eksklusif. Ibu R
memberikan ASI setiap hari kepada anaknya. Namun, produksi ASI Ibu R sedikit
sehingga kadang-kadang Ibu R memberikan susu formula. Ibu R tetap berusaha
agar anak S mendapatkan ASI terbaik darinya, oleh karena itu segala cara sudah
dilakukan Ibu R agar produksi ASInya meningkat.
Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, seringkali keluarga biasanya
mengkonsumsi obat yang dibeli di warung atau menggunakan obat yang
dipersiapkan keluarga. Layanan kesehatan yang digunakan keluarga apabila sakit
yaitu praktek bidan. Ibu R jarang sekali ke puskesmas karena jarak puskesmas
yang cukup jauh dari tempat tinggal ibu R.
Pada pengkajian hari pertama Jumat, 9 Mei 2014, didapatkan bahwa Anak S
masih diberikan ASI eksklusif oleh Ibu R. Anak S menyusu dengan baik. Namun,
seketika Anak S rewel lalu Ibu R tidak menyusui anaknya lagi. Ibu R mengatakan
ASInya tidak cukup memenuhi kebutuhan anaknya. Oleh karena itu, Ibu R
mencampur dengan susu formula.
Universitas Indonesia
memberikan ke Anak S karena Anak S masih jarang ingin menyusu. Selain itu Ibu
R juga tidak memerah ASInya karena tidak mempunyai alat untuk memerah ASI.
Sehingga Ibu R hanya membiarkan payudaranya bengkak dan nyeri hingga
sekarang berakibat produksi ASI Ibu R yang semakin berkurang.
Pada saat posyandu, Sabtu 24 Mei 2014, Ibu S membawa anaknya untuk
imunisasi BCG. Ketika ditimbang BB anak meningkat menjadi 3700 gram. Ibu R
mengatakan akan terus berusaha memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan,
namun kebingungan karena ASInya yang sedikit.
Saat pertemuan pertama dan kedua, Ibu R mengatakan akan mencoba ke tukang
urut untuk memijat badannya. Ibu R mengatakan mungkin setelah dipijit ASInya
bisa keluar lagi. Selain itu Ibu R juga mengatakan bahwa ASInya sedikit karena
ASI yang kemaren banyak tidak dikeluarkan semua, sehingga produksi ASI
sekarang jadi terhambat. Hasil pengkajian inspeksi, payudara masih mengeluarkan
ASI ketika dipijat, aerola menonjol kelur. Ketika Ibu R diminta untuk menyusui
Anak S, posisi pelekatan sudah cukup baik. Namun, tidak berapa lama Anak S
menangis karena kehabisan ASI, kemudian Ibu R memindahkan ke payudara
sebelahnya.
Universitas Indonesia
Keluarga Bapak A mempunyai riwayat penyakit tekanan darah tinggi. Begitu juga
dengan Ibu R mempunyai riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi dan
penyakit Diabetes Mellitus. Tekanan darah Ibu R 160/80 mmHg ketika pertama
kali diperiksa. Ibu R mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat penurun
tekanan darah. Anak-anak Ibu R sudah lengkap imunisasinya dari awal hingga
akhir. Anak S (1bulan) sudah mendapatkan 1 imunisasi BCG. Ibu R mengatakan
anak-anak rentan terkena penyakit seperti batuk, flu, dan demam. Apabila ada
anggota keluarga yang sakit, Ibu R biasa membelikan obat warung.
Universitas Indonesia
Menurunnya produksi ASI menjadi stressor tersendiri bagi Ibu R. Ibu R harus
mengeluarkan biaya untuk membeli susu formula. Stressor yang lain yaitu anak-
anak Ibu R yang banyak dan masih kecil membuat kondisi rumah berantakan dan
menjadi berisik sehingga sering membuat anak S terbangun. Untuk mengatasi
stres tersebut Ibu R sering berkunjung ke rumah orang tuanya.
Universitas Indonesia
kembali cara menyusui yang baik, mampu melakukan perawatan payudara yang
baik dan benar, mampu melakukan pijat payudara dan pijat oksitosin dengan
benar, serta mampu menyusun dan membuat menu makanan sehat gizi seimbang
setiap hari; (4) keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan menyebutkan 2
dari 3 cara memodifikasi lingkungan untuk ibu menyusui. (5) keluarga mampu
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengefektifakan kembali proses
menyusui bayi dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang ada
disekitar tempat tinggal, menyebutkan 2 dari 3 manfaat mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan, dan mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin.
Pemberian makanan terbaik bagi bayi yang telah diakui WHO adalah hanya
memberikan ASI pada 6 bulan pertama usia bayi, meneruskan pemberian ASI
hingga usia 2 tahun (Wahyuningsih, 2013). Masa tumbuh kembang bayi 0-6 bulan
membutuhkan asupan gizi yang diperoleh dari ASI eksklusif. Asuhan
keperawatan yang diterapkan pada keluarga Ibu R selain meningkatkan
pengetahuan tentang ASI eksklusif juga diberikan edukasi mengenai cara-cara
yang bisa dilakukan untuk mengatasi produksi ASI yang sedikit.
Intervensi yang berpedoman pada tugas kesehatan keluarga meliputi lima tugas
keluarga, dimana dalam kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga
yang mempunyai masalah dengan pemberian ASI eksklusif. Keluarga diberikan
informasi mengenai cara meningkatkan produksi ASI melalui penyuluhan
kesehatan tentang ASI. Selain itu keluarga juga dilatih untuk melakukan
perawatan sederhana yang bisa dilakukan dirumah seperti pijat oksitosin. Selain
Universitas Indonesia
Evaluasi SOAP didapatkan data bahwa pengetahuan Ibu R semakin hari semakin
meningkat tentang ASI eksklusif yang ditandai dengan:
TUK 1: Ibu R mengatakan pengertian ASI adalah makanan terbaik bagi bayi yang
harus diberikan selama 6 bulan. Ibu R mengatakan manfaat ASI bagi bayi adalah
untuk sumber makanan utama bayi, pertumbuhan bayi, dan untuk kekebalan tubuh
bayi. Selain itu Ibu R juga menjelaskan kembali manfaat ASI bagi ibu adalah
lebih hemat, ekonomis, dan mudah didapat. Ibu R juga mengatakan nutrisi yang
baik selama ibu menyusui adalah makanan yang mengandung kalsium,
karbohidrat, dan vitamin, juga harus banyak makan sayur.
TUK 2: Ibu R memamparkan bahwa bahaya anak yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif antara lain anak menjadi mudah sakit, kurus, serta akan berakibat bagi
ibu yaitu payudara menjadi bengkak. Ibu R mengatakan ingin sekali memberikan
ASI eksklusif buat anaknya. Ibu R mengungkapkan ketakutannya tidak bisa
membelikan susu formula lagi. Oleh karena itu Ibu R selalu bersemangat ketika
mahasiswa memberikan pengetahuan baru agar ASI Ibu R banyak.
Ibu R juga menjelaskan kembali cara pemijatan oksitosin dengan benar. Ibu R
mengatakan pemijatan dibantu oleh anak atau ibunya. Pijat ini membuat ASInya
sering menetes. Sebelumnya Ibu R menjelaskan pengertian pijat oksitosin adalah
Universitas Indonesia
cara yang digunakan untuk membantu pengeluaran ASI yang dimulai dari leher
bagian belakang sampai ke tulang belakang. Dipijat dengan menggunakan jempol.
Kemudian Ibu R memperagakan kembali cara melakukan pijat oksitosin dengan
benar.
Ibu R mengatakan tidak ada perubahan menu makanan semenjak hamil hingga
melahirkan. Namun, intensitas ibu R mengkonsumsi sayur menjadi lebih
meningkat. Ibu R meyakini bahwa daun katuk bisa memperbanyak ASI-nya. Oleh
karena itu ibu R selalu membuat sayur daun katuk setiap hari. Seringnya membuat
sayur katuk membuat Ibu R bosan dan tidak mengkonsumsi lebih kurang 1
minggu. Ketika mahasiswa mengajak untuk menyusun menu makanan sehari
bersama Ibu R, Ibu R bersedia untuk melakukannya. Ibu R mengatakan bahwa
makanan yang dikonsumsi tidak perlu mahal yang penting mencukupi kebutuhan
gizi seimbang seperti karbohidrat, vitamin, dan kalsium serta zat gizi lainnya.
Menu makanan yang dibuat Ibu R selama 1 hari pertama masih belum terdiri dari
gizi seimbang, namun untuk hari berikutnya Ibu R sudah mampu memilih menu
makanan setiap hari.
payudara setiap hari. Anak Ibu R juga sudah mampu melakukan pijatan oksitosin
dengan benar. Pada kunjungan mendadak yang dilakukan, Ibu R dibantu anaknya
sedang melakukan pijatan oksitosin dan siap menyusui anaknya. Pada kunjungan
mendadak selanjutnya ibu R mengatakan payudaranya terasa padat dan ingin
segera menyusui anaknya. Ibu R merasa sangat bersyukur karena sekarang tidak
perlu lagi mencampur dengan susu formula. Namun, kadang-kadang ASI ibu R
kurang mencukupi bagi bayi, namun tidak seperti yang sebelum-sebelumnya.
Sebelum melakukan terminasi dengan keluarga, mahasiswa melakukan inspeksi
kembali kepada payudara ibu R. Hasilnya menunjukkan ASI positif keluar ketika
aerola dipijat, selain itu payudara teraba lebih padat.
Hasil observasi yang dilakukan atau yang dilaporkan oleh keluarga maka
mahasiswa menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga
TUK 5 telah tercapai. Masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada anak S
teratasi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya produksi ASI ibu R, payudara
teraba padat, pengeluaran ASI positif, frekuensi Anak S menyusui meningkat dari
awalnya 6-8 kali minum ASI kadang-kadang diselingi susu formula oleh Ibu R,
setelah intervensi meningkat menjadi 8-10 kali tanpa diselingi dengan susu
formula, serta Ibu R mengatakan anak S sudah jarang rewel ketika menyusui.
Selain itu terjadi peningkatan berat badan bayi dari awalnya 3100 gram menjadi
3700 gram.
Perawat memotivasi Ibu R agar terus semangat memberikan ASI eksklusif dan
melakukan cara melakukan perawatan terhadap payudara setiap hari. Perawat juga
memberikan penghargaan positif atas usaha dan hasil yang telah diperoleh
Universitas Indonesia
keluarga. Rencana tindak lanjut dari intervensi yang sudah dilakukan mahasiswa
antara lain meminta kader untuk terus memantau pertumbuhan Anak S baik ketika
posyandu atau berkunjung ke rumah Ibu R.
Universitas Indonesia
Secara umum dipahami bahwa gizi terbaik untuk bayi adalah ASI. pemberian
ASI eksklusif pada 6 bulan pertama sejak kelahiran bayi mampu mengurangi
risiko kematian bayi. Meskipun ASI eksklusif sudah diketahui manfaatnya,
namun kecendrungan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi masih
rendah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI
oleh ibu kepada bayinya, antara lain rendahnya pengetahuan tentang ASI,
kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas, faktor sosial dan budaya,
serta gencarnya promosi susu formula yang mempengaruhi pola pikir ibu dan
petugas kesehatan (Yulianah, 2013).
39 Universitas Indonesia
Ibu R bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ibu R jarang sekali pergi keluar
rumah atau mengikuti pengajian RT. Selain itu Ibu R juga jarang menggali
informasi atau berobat ke Puskesmas. Hal ini menyebabkan Ibu R jarang
terpapar mengenai hal-hal terkait ASI. Penelitian sebelumnya menjelaskan
bahwa ibu yang tidak bekerja pada umumnya menjalankan rutinitasnya
sebagai ibu rumah tangga sehingga pengalaman dan informasi yang diperoleh
itu terbatas (Pusporini, 2009; Purwanti, 2004; Suradi, 2004). Berbeda dengan
ibu yang bekerja dimana mereka akan memiliki pergaulan yang lebih luas
sehingga dapat menceritakan pengalaman serta keluhannya kepada teman-
temannya.
Universitas Indonesia
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi
adalah berkurangnya produksi ASI sehingga tidak dapat memuaskan bayi
selama menyusui. Hal ini ditemukan juga dalam penelitian Ahluwia, Morrow,
dan Hsia (2005) menjelaskan bahwa ibu-ibu berhenti menyusui bayinya pada
bulan pertama postpartum karena puting lecet, kesulitan dalam perlekatan,
dan ketidakcukupan produksi ASI. Masalah ini juga terjadi dengan keluarga
Bapak A, khususnya Ibu R dimana mengeluhkan bahwa ketika menyusui
ASInya cepat habis sehingga anaknya sering menangis.
Ibu R sudah berusaha agar produksi ASInya tetap banyak. Ibu R sudah
mengatur pola makan dengan banyak makan sayur, namun produksi ASInya
tidak terdapat peningkatan. Melihat masalah tersebut, perawat memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga Bapak A, dilanjutkan dengan
pemberian intervensi pijat oksitosin. Keluarga Bapak A sebelumnya belum
pernah mendapatkan informasi mengenai pijat oksitosin.
Pijat oksitosin merupakan pijatan yang dilakukan pada tulang vertebra mulai
dari leher sampai ke pinggang. Pijatan ini berfungsi untuk merangsang
pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin dimana nanti kedua hormon ini
sangat berperan dalam memproduksi ASI (Biancuzzo, 2003; Indriyani, 2006;
Yohmi & Roesli, 2009). Setelah mendemonstrasikan langkah-langkah pijat
oksitosin didepan anak dan orang tua Ibu R, keluarga mengulangi langkah-
langkah pijat tersebut. Pada demonstrasi pertama ini, ASI yang keluar masih
sedikit.
Universitas Indonesia
Pada kunjungan yang tidak terduga, ibu R sedang menyusui bayinya. Bayinya
tampak tenang, posisi pelekatan baik, dan bayi menghisap dengan kuat. Ibu R
mengatakan bahwa setiap akan menyusu, Ibu R selalu meminta bantu ibu atau
anaknya untuk melakukan pijat baik itu pijat payudara atau pijat oksitosin.
Ibu R mengatakan pijat oksitosin dilakukan setiap pagi dan sore, bahkan
kadang-kadang lebih dari lima kali dalam sehari. Ibu R berpikir apabila
semakin sering memijat maka produksi ASInya akan semakin meningkat.
Hockenberry (2002) menuliskan bahwa pijat oksitosin lebih efektif diberikan
sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore. Hal ini juga didukung
oleh Biancuzzo (2003) bahwa pijat oksitosin dilakukan dua kali dalam sehari
dapat mempengaruhi produksi ASI ibu postpartum.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan menandai tanggal penting posyandu agar keluarga ingat bahwa posyandu
itu penting. Mahasiswa melaporkan kepada kader tentang evaluasi
kemandirian keluarga, dan meminta kader untuk melanjutkan pemantauan
terkait masalah pemberian ASI yang dapat dilakukan dalam kegiatan
posyandu setiap bulan.
Rencana tindak lanjut yang diberikan untuk kader antara lain memotivasi
keluarga secara berkelanjutan agar dapat mempertahankan dan meningkatkan
status kesehatan yang telah tercapai. Mahasiswa melakukan advokasi dan
menekankan pentingnya mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin dan
berkala, terutama posyandu untuk memantau berat badan anak sampai anak
menginjak usia lima tahun.
Universitas Indonesia
5.1 Simpulan
Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan mahasiswa kepada keluarga Bapak
A dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASI, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
5.1.1 Pemberian ASI khususnya pada masyarakat perkotaan sudah sering
diabaikan karena beberapa faktor, seperti kurang paham mengenai cara
memperbanyak produksi ASI, kurang mendapat motivasi keluarga, serta semakin
meningkatnya informasi mengenai susu formula. Kesehatan perkotaan merupakan
masalah yang sangat penting karena tingkat perkembangan penduduk kota di
Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah kesehatan di perkotaan merupakan
resultant dari berbagai faktor, salah satu diantaranya adanya arus urbanisasi.
5.1.2 Masalah utama yang dikeluhkan Ibu R adalah bayinya yang selalu
menangis ketika menyusui dan produksi ASInya yang tidak mencukupi kebutuhan
bayinya. Perawat komunitas bertanggung jawab untuk melakukan intervensi
dengan membantu keluarga memahami 5 tugas kesehatan keluarga. Perawat juga
mengajarkan cara-cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga untuk
meningkatkan produksi ASI.
5.2 Saran
5.2.1 Keluarga
Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan tentang upaya meningkatkan produksi
ASI dan melakukan perawatan payudara. Keluarga bisa bertanya atau
berkonsultasi pada petugas kesehatan. Keluarga diharapkan dapat memberikan
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama sejak kelahiran bayi dan sampai berusia 2
tahun disertai makanan pendamping ASI. Keluarga sebaiknya berkunjung ke
posyandu setiap bulan untuk penimbangan berat badan bayi dan menanyakan
kepada petugas kesehatan mengenai hal-hal yang belum diketahui terkait tumbuh
kembang bayinya.
Universitas Indonesia
Allender, J., A & Spradley, B., W. (2001). Community health nursing : Concepts
and practice. 5th Ed. Philadelphia : Lippincott.
Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: concept and practice.
(5th ed). Philadelphia : Lippincott.
Anderson, E.T., & McFarlane, J. (2006). Buku ajar keperawatan komunitas: Teori
dan praktik. Edisi ke 3. Alih bahasa: Agus Sutarna, dkk. EGC: Jakarta.
Baker, L., Cross, S., Greaver, L., Wei, G., Lewis, R, & Healthy Start CORPS.
(2005). Prevalence of postpartum depression in a native American
population. Maternal And Child Health Journal, 9(1), 21-25.
Bobak, I., M & Jensen, M., D. (2005). Maternity and gynecologic care: The nurse
and the family (5th ed). Saint Louis: CV Mosby. Co.
Depkes RI. (2007). Panduan manajemen laktasi : Dit Gizi Masyarakat. Jakarta:
Depkes RI
Effendi, F., dkk. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik
dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
47 Universitas Indonesia
Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing: research,
theory and practice (4th ed). California: Appleton and Lange.
Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (2000). Community health nursing:
caring in action. Delmar Publishers: International Thomson Publishing
Company.
Indriyani , D. (2006). Pengaruh menyusui dini dan teratur terhadap produksi ASI
pada ibu post partum dengan sectio caesarea Di RSUD Dr. Soebandi
Jember dan Dr. H. Koesnadi Bondowoso. Tesis. Depok : FIK UI.
Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed).
Philippine : Argonauta Corporation.
Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing (5th ed). St Louis
United States: Mosby Inc.
Universitas Indonesia
Yusuf LN, Syamsu, H., Dr., M.pd. 2006. Psikologi perkembangan anak dan
remaja. Bandung :PT Remaja Rosdakarya.
Wong, D.L, et al. (2002). Buku ajar keperawatan pedriatik, Vol.2 Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Universitas Indonesia
I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari Jumat, 9 Mei 2014 pada Ibu R yang saat itu
berada di rumah. Dari pengkajian tersebut didapatkan data-data sebagai
berikut:
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Sudah meninggal
: Klien
5. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ibu R adalah keluarga inti (nuclear family) karena Ibu R
tinggal bersama suami (Bapak A) bersama 11 anaknya.
6. Budaya dan Kebiasaan Keluarga
Suku bangsa: Sunda
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia
7. Agama
Agama yang dianut keluarga Ibu R adalah agama Islam. Seluruh anggota
keluarga melaksanakan praktik ibadah sesuai dengan tuntunan agama. Ibu
R tidak mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan tempat
tinggalnya, seperti pengajian bulanan ibu-ibu. Keluarga Ibu R sudah mulai
mengenalkan solat kepada amak-anaknya.
C) LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Rumah keluarga Bapak A merupakan rumah kontrakan. Rumah
Bapak A terdiri dari ruang tamu yang berfungsi sebagai ruang keluarga
dimana terdapat TV, dapur dan kamar mandi, satu kamar tidur. Atap
terbuat dari genting. Lantai rumah dikeramik. Dapur terletak di belakang
dekat kamar mandi. Suplai air untuk mandi dan mencuci berasal dari air
tanah. Menurut Ibu R, kondisi air tanah yang mereka gunakan cukup baik.
Lubang ventilasi berasal dari pintu depan, dua jendela di ruang depan.
Lampu penerangan cukup adekuat. Lantai rumah terlihat bersih namun
berantakan oleh mainan anak-anak.
Denah rumah :
Kamar
tidur
Ruang Tamu
Ruang
kosong
Dapur
2. Karakteristik lingkungan dan komunitas
Lingkungan tempat tinggal Ibu R adalah perumahan padat penduduk.
Masyarakat yang tinggal didaerah sana merupakan masyarakat asli, hanya
sedikit masyarakat pendatang.
D) STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi
Bapak A mengatakan jarang mengobrol dengan anak-anaknya. Hal ini
disebabkan karena pola kerja Bapak A yang bekerja pada malam hari dan
beristirahat pada siang hari, sehingga Bapak A jarang bercengkrama
dengan anak-anaknya. Ibu R yang selalu berada di rumah berusaha untuk
selalu menanyakan kegiatan anak-anaknya disekolah.
E) FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Bapak A, Ibu R dan anak-anak tinggal bersama dalam satu rumah. Bapak
A sangat menyayangi Ibu R dan anak-anaknya. Ibu R mendukung dan
menerima pekerjaan suaminya yang penting halal. Bapak A juga tidak
pernah melarang istrinya apabila ingin mengikuti kegiatan di lingkungan
tempat tinggalnya. Ibu R menghormati dan menghargai Bapak A sebagai
kepala keluarga begitupun sebaliknya Bapak A juga selalu menghargai
istrinya.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi Bapak A dan Ibu R kepada anak cukup baik. Hal
tersebut terlihat pada kontrol perilaku mampu diterima dan diterapkan
dalam keluarga inti. Anak-anak seringkali bermain di luar rumah bersama
G) HARAPAN KELUARGA
Keluarga berharap anak-anaknya dapat tumbuh dengan sehat dan bebas dari
penyakit apapun. Ibu R dan Bapak A akan berusaha memberikan yang
terbaik untuk anak-anaknya. Selain itu Ibu R berharap produksi ASInya
meningkat sehingga mencukupi kebutuhan nutrisi anak S. Ibu S berharap
setelah belajar banyak dari kunjungan mahasiswa, membuat ilmunya
bertambah tentang cara menambah produksi ASI.
H) PEMERIKSAAN FISIK
2. Menyebutkan manfaat Respon verbal Keluarga dapat menyebutkan 3 dari Diskusikan dengan keluarga
ASI bagi bayi. 5 manfaat ASI bagi bayi, yaitu ASI: tentang manfaat ASI bagi
mengandung semua zat nutrisi bayi.
yang dibutuhkan bagi Beri kesempatan keluarga
pertumbuhan dan perkembangan untuk bertanya.
bayi normal. Evaluasi kembali penjelasan
mengandung zat-zat kekebalan yang sudah diberikan.
(antibodi) yang akan melindungi Beri reinforcement positif
bayi dari berbagai jenis infeksi. atas usaha keluarga
mudah dicerna oleh bayi. menjelaskan kembali.
selalu tersedia dalam suhu yang
tepat dimana dan kapan saja.
membangun ikatan batin antara
ibu dan anak.
3. Menyebutkan manfaat Respon verbal Keluarga dapat menyebutkan 3 dari Diskusikan dengan keluarga
ASI bagi ibu 5 manfaat ASI bagi ibu, yaitu: tentang manfaat ASI bagi ibu.
ASI dapat disusukan kepada bayi Beri kesempatan keluarga
setiap saat tanpa membutuhkan untuk bertanya.
4. Menyebutkan perubahan Respon verbal Keluarga dapat menyebutkan 2 dari Diskusikan dengan keluarga
yang terjadi pada 3 perubahan yang terjadi pada tentang perubahan yang
payudara. payudara, yaitu: terjadi pada payudara.
Payudara akan menjadi lebih Beri kesempatan keluarga
penuh, lebih keras, dan daerah untuk bertanya.
seputar puting menjadi lebih Evaluasi kembali penjelasan
gelap. yang sudah diberikan.
Terjadi pertumbuhan kelenjar Beri reinforcement positif
susu dan penimbunan lemak di atas usaha keluarga
payudara. menjelaskan kembali.
Terasa geli atau tajam di sekitar
payudara, disebabkan oleh
meningkatnya aliran darah ke
dalam payudara.
1. Merawat keluarga dengan Verbal Keluarga dapat menyebutkan 6 dari 1. Kaji pengetahuan keluarga
ketidakefektifan menyusui 10 cara menyusui yang baik dan tentang cara menyusui
1.1. Menyebutkan cara benar dengan bahasa sendiri atau yang efektif.
menyusui yang efektif dengan bantuan lembar balik. 2. Beri reinforcement positif
(baik dan benar). - Cuci tangan sebelum menyusui atas jawaban keluarga.
- Bersihkan puting susu dengan 3. Diskusikan cara menyusui
air hangat yang efektif dengan
- Dilakukan dengan posisi duduk, keluarga.
bayi di pangku, kepala bayi 4. Beri kesempatan keluarga
diletakkan pada siku ibu dan untuk
tangan ibu menopang bokong bertanya.
bayi. 5. Jawab pertanyaan
1.4 Menyusun menu makanan Verbal dan Mendiskusikan dengan keluarga 1. Diskusikan dengan
sehat bernutrisi untuk ibu psikomotor terkait pentingnya nutrisi bagi keluarga nutrisi seimbang
menyusui kesehatan ibu dan bayi, serta untuk ibu menyusui
pentingnya pemenuhan kebutuhan 2. Diskusikan menu
kalori harian melalui menu makanan dengan nutrisi
makanan yang sehat. seimbang sesuai dengan
kemampuan dan kondisi
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari keluarga
3 manfaat nutrisi bagi ibu 3. Motivasi keluarga untuk
menyusui: menerapkan menu yang
- Mempertahankan tubuh dari telah disepakati
infeksi dan membantu proses 4. Evaluasi pada kunjungan
penyembuhan luka jahitan yang tidak direncanakan
- Mempertahankan kondisi sehat ke rumah keluarga.
bagi ibu 5. Beri kesempatan keluarga
- Meningkatkan jumlah dan mengekspresikan
kualitas ASI sehingga bayi perasaannya dan
tumbuh sehat mengajukan pertanyaan.
6. Jawab pertanyaan
Keluarga mampu menyebutkan 3 keluarga dan beri
hal yang harus diperhatikan terkait reinforcement positif.
1.5 Mengajarkan cara pijat Respon verbal Keluarga mampu menyebutkan 1. Diskusikan dengan
okstitosin dn psikomotor pengertian dari pijat oksitosin keluarga mengenai
adalah suatu cara untuk membantu pengertian pijat oksitosin
pengeluaran ASI dengan 2. Diskusikan manfaat pijat
rangsangan pijatan pada kedua sisi oksitosin terhadap ASI ibu
tulang belakang dan mulai dari leher 3. Demonstrasikan bersama
kearah tulang belikat. keluarga cara pijat oksitosin
4. Motivasi keluarga untuk
Keluarga mampu menyebutkan 3 melakukannya setiap hari
dari 5 manfaat pijat oksitosin: 5. Evaluasi pada kunjungan
1. merangsang refleks let down yang tidak direncanakan ke
2. memberikan kenyamanan pada rumah keluarga.
ibu, 6. Beri kesempatan keluarga
3. mengurangi bengkak mengekspresikan
4. mengurangi sumbatan ASI perasaannya dan
5. merangsang pelepasan hormon mengajukan pertanyaan.
oksitosin 7. Jawab pertanyaan keluarga
dan beri reinforcement
positif.
Keluarga mendemonstrasikan
kembali langkah-langkah pijat
oksitosin:
Setelah dilakukan pertemuan 4 Respon verbal Pada kunjungan yang tidak 1. Jelaskan kepada keluarga
dan 5 selama 2 x 45 menit, direncanakan, keluarga telah tentang cara memodifikasi
keluarga: melakukan 2 dari 3 cara lingkungan bagi ibu dan
4. Mampu memodifikasi memodifikasi lingkungan. bayi ketika menyusui.
lingkungan 2. Memotivasi keluarga
Cara memodifikasi lingkungan bagi untuk menerapkan cara
ibu dan bayi adalah : memodifikasi lingkungan
- Berikan suasana yang bagi ibu dan bayi ketika
nyaman. menyusui.
- Berikan lingkungan yang bersih 3. Evaluasi pada kunjungan
dan menyenangkan. yang tidak direncanakan
- Berikan penerangan yang ke rumah keluarga.
cukup. 4. Beri kesempatan keluarga
mengekspresikan
perasaannya dan
mengajukan pertanyaan.
5. Jawab pertanyaan
keluarga dan beri
reinforcement positif.
5. Mampu menggunakan
fasilitas pelayanan
kesehatan
5.1 Menyebutkan tempat Respon verbal Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 1. Sebutkan pada keluarga
pelayanan kesehatan 4 fasilitas kesehatan yang dapat beberapa fasilitas
untuk dirujuk dikunjungi keluarga kesehatan yang dapat
- Posyandu digunakan
- Puskesmas 2. Diskusikan dengan
- Rumah Sakit keluarga berbagai sarana
pelayanan kesehatan yang
- Klinik Dokter
tersedia dapat dapat
1.2 Menyebutkan Respon Verbal Keluarga dapat 1. Gali pengetahuan Ibu R terkait
jenis-jenis menyebutkan 2 dari 3 jenis jenis-jenis kontrasepsi
kontrasepsi kontrasepsi: 2. Berikan informasi tentang jenis-
- Hormonal: suntik 1 jenis alat kontrasepsi
bulan, suntik 3 3. Diskusi dengan Ibu R, apakah ibu
bulan, pil KB,
1.3 Menyebutkan Respon Verbal Keluarga mampu 1. Gali pengetahuan keluarga terkait
kelebihan dan menyebutkan kembali kelebihan dan kekurangan dari
kekurangan dari masing-masing 2 kelebihan masing-masing alat kontrasepsi
masing-masing dan kekurangan alat 2. Berikan informasi pada Ibu R
alat kontrasepsi kontrasepsi: tentang kelebihan dan kekurangan
6. Suntik KB
dari alat kontrasepsi
Keuntungan :
- Sangat efektif 3. Berikan reinforcment positif pada
- Kemungkinan salah atau ibu R dan keluarga
lupa memakainya tidak
ada
- Dapat diberikan pada ibu
menyusui karena tidak
mengurangi jumlah
produksi ASI
Kekurangan:
- Gangguan haid
- Pusing, mual, muntah,
rambut rontok,
jerawatan, BB naik,
menurunnya gairah
seksual, kulit menghitam
2. Pil KB
Keuntungan:
- Sangat efektif
- Dapat dihentikan dengan
2. Mampu mengambil Respon Verbal Keluarga mampu 1. Gali pengetahuan keluarga ibu R
keputusan dalam menyebutkan 2 dari 3 terkait alat kontrasepsi
merawat anggota Resiko kehamilan di usia 2. Berikan infomasi pada Ibu R
keluarga yang akan tua: tentang alat kontrasepsi
- Persalinan sulit dan lama
menggunakan alat 3. Motivasi keluarga untuk
- Persalinan sebelum
kontrasepsi menyebutkan jenis alat
waktunya (prematur)
2.1 Menyebutkan kontrasepsi
- Perdarahan setelah
akibat bila ibu 4. Berikan reinforcement positif
persalinan
tidak
menggunakan KB
Pengaruh pada janin:
- Keguguran
- Bayi lahir mati
- Cacat bawaan
- Anemia pada bayi
- Berat badan lahir rendah
\
3. Mampu melakukan
perawatan sederhana
untuk anggota
keluarga
5. Mampu
Keluarga dapat 1. Gali pengetahuan Ibu R tentang
menggunakan
menyebutkan 2 dari 4 pelayanan kesehatan yang bisa
fasilitas pelayanan
fasilitas kesehatan yang dikunjungi
kesehatan
dapat dikunjungi keluarga 2. Berikan informasi kepada Ibu R
5.1 Menyebutkan
Respon Verbal - Posyandu tentang manfaat fasilitas
tempat pelayanan
- Puskesmas kesehatan
kesehatan untuk
- Rumah Sakit 3. Dorong ibu untuk segera memilih
dirujuk
- Klinik Dokter alat kontrasepsi selain sperma
4. Berikan reinforcement positif
Nama KK : Bapak A
Nama Klien : Ibu R
DIAGNOSA WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
Ketidakefektif Jumat, 9 Membina hubungan saling percaya S:
an pemberian Mei 2014 Memvalidasi keadaan keluarga Keluarga Ibu R menyetujui kontrak kunjungan
ASI pada Ibu Pukul Melakukan kontrak selama masa praktik mahasiswa di RW 01
R
10:00 – Menjelaskan tujuan kunjungan dan tujuan praktik Keluarga Ibu R menyetujui kunjungan saat ini
10:45 WIB Melakukan pengkajian keluarga selama 45 menit
Mendiskusikan dengan keluarga tentang pemberian Ibu R mengatakan sekarang berumur
ASI pada Anak S Ibu R mengatakan anak berusia 1 minggu bulan dan
Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah minum ASI
yang bisa timbul dari proses menyusui Ibu R mengatakan ini adalah anak ke 11
Memberikan reinforcement positif atas usaha yang Ibu R mengatakan ASI-nya sedikit sekali sehingga
dilakukan keluarga Anak S sering rewel ketika menyusui
O:
Keluarga Ibu R terlihat menerima kedatangan
mahasiswa dengan baik
Keluarga Ibu R berespon baik terhadap tujuan dari
kunjungan mahasiswa dengan mengajukan
pertanyaan pada mahasiswa
Keluarga Ibu R nampak antusias dalam
membicarakan masalah yang ada
BB anak S 3100 gram
Anak S rewel ketika sedang menyusu ke ibu R.
A:
Masalah kesehatan pada keluarga Ibu R belum
teridentifikasi
P:
- Melanjutkan pengkajian
Ketidakefektif Selasa, 20 Membina hubungan saling percaya S:
an pemberian Mei 2014 Memvalidasi keadaan keluarga Ibu R mengatakan selalu berusaha memberikan ASI
ASI pada Ibu Pukul Melakukan kontrak kepada anaknya
R
10:45- Menjelaskan tujuan kunjungan Ibu R mengatakan anak sering rewel ketika air
11:30 WIB Melakukan pengkajian keluarga susunya habis
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota Ibu R mengatakan ketika ASInya benar-benar habis
keluarga, pengukuran TTV, menimbang BB, dia memberikan susu formula kepada bayinya
memeriksa pengeluaran ASI pada Ibu R Ibu R mengatakan gerak janin aktif
Mendiskusikan dengan keluarga tentang riwayat Ibu R mengatakan selalu mengkonsumsi sayuran
kesehatan keluarga setiap hari
Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah Ibu R mengatakan tidak tahu mengapa ASInya bisa
pada Ibu R sedikit tidak seperti biasanya
Bersama keluarga menyimpulkan masalah-masalah Ibu R menyetujui kunjungan saat ini selama 45
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga menit
Memberikan reinforcement positif atas usaha yang
dilakukan keluarga O:
Ibu R berespon baik terhadap tujuan dari kunjungan
mahasiswa dengan menceritakan riwayat kesehatan
keluarga
TD Ibu R 150/70 mmHg
Nadi 110/menit
RR 20x/menit
Suhu 37 oC
BB : 60 kg TB : 159 cm
Payudara Ibu R tampak padat dan besar
Ada pengeluaran ASI ketika payudara dipijat
Puting payudara ibu R menonjol
Anak S tampak kuat ketika menghisap ASI
A:
Masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada Ibu R
P:
- Melakukan TUK 1 sampai 3 sekaligus melengkapi
data pengkajian yang kurang
Ketidakefektif Kamis, 22 Memvalidasi keadaan keluarga S:
an pemberian Mei 2014 Menjelaskan tujuan kunjungan Ibu R mengatakan ASI eksklusif adalah minuman
ASI pada Ibu Pukul Membuat kontrak air susu ibu sehat bagi bayi selama 6 bulan pertama
R
10:30- Menjelaskan manajemen laktasi/ASI eksklusif Ibu R mengatakan manfaat ASI adalah untuk
11:25 WIB adalah pemberian ASI saja pada usia 6 bulan kebutuhan makanan bayi, untuk pertumbuhan, dan
pertama dengan teknik yang benar untuk sebagai pertahanan tubuh bayi
mencapai hasil yang optimal bagi ibu dan bayi. Ibu R mengatakan manfaat ASI bagi ibu antara lain
Menyebutkan manfaat ASI bagi bayi, yaitu ASI: hemat, tidak ribet, dan kalau bayi terbangun di
- Mengandung semua zat nutrisi yang dibutuhkan malam hari tidak perlu repot ke dapur terlebih
bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi normal. dahulu
- Mengandung zat-zat kekebalan (antibodi) yang Ibu R mengatakan perubahan pada payudara antara
akan melindungi bayi dari berbagai jenis infeksi. lain makin besar, padat, dan kadang –kadang nyeri,
- Mudah dicerna oleh bayi.
- Selalu tersedia dalam suhu yang tepat dimana dan dan lecet bekas gigitan bayi
kapan saja. Ibu R mengatakan nutrisi yang baik untuk ibvu
- Membangun ikatan batin antara ibu dan anak. menyusui yang mengandung karbohidrat, protein,
vitamin
Menjelaskan manfaat ASI bagi ibu, yaitu:
Ibu R mengatakan apabila anak tidak mendapatkan
- ASI dapat disusukan kepada bayi setiap saat tanpa ASI maka anak akan mudah kena penyakit, kurus,
membutuhkan persiapan apapun. dan selalu menangis
- Menyusui membantu pengecilan rahim kembali ke
ukuran yang normal. O:
- Menyusui dapat memperlambat datangnya haid Ibu R menyebutkan pengertian ASI dan manajemen
lagi sesudah melahirkan, yang akan mencegah
laktasi cukup baik
kehamilan.
- Menyusui dapat mempercepat mengembalikan Ibu R menyebutkan kembali 3 dari 5 manfaat ASI
bentuk tubuh ibu. bagi bayi dengan benar
- Menyusui merupakan peristiwa dan pengalaman Ibu R menyebutkan kembali 2 dari 5 manfaat ASI
yang indah dan sangat didambakan oleh para ibu. bagi ibu
Menjelaskan perubahan yang terjadi pada Ibu R mengatakan 3 dari 3 perubahan pada payudara
payudara, yaitu:
dengan benar
- Payudara akan menjadi lebih penuh, lebih keras,
dan daerah seputar puting menjadi lebih gelap. Ibu R mengatakan kembali 3 dari 4 nutrisi yang baik
- Terjadi pertumbuhan kelenjar susu dan bagi ibu menyusui
penimbunan lemak di payudara. Ibu R mengatakan 3 dari 4 akibat anak tidak
- Terasa geli atau tajam di sekitar payudara, mendapatkan ASI kurang tepat
disebabkan oleh meningkatnya aliran darah ke
Ibu R memperagakan kembali posisi yang benar
dalam payudara.
Menyebutkan nutrisi yang tepat untuk ibu menyusui bayi
menyusui, yaitu:
- Kalsium, contohnya pada susu (2-4 gelas/ hari). A: TUK 1 – TUK 3 tercapai
- Suplemen vitamin D.
- Jus P:
- Air mineral (8-10 gelas/ hari). - TUK 3 mengenai perawatan payudara, pijat
Menyebutkan akibat bila tidak menyusui dengan payudara dan pijat oksitosin
benar:
- Kurang gizi/ gizi buruk.
- Gangguan tumbuh kembang.
- Infeksi.
- Kurangnya ikatan batin antara ibu-anak.
Mempraktikkan cara menyusui yang benar
Ketidakefektif Sabtu, 24 Memvalidasi keadaan keluarga S:
an pemberian Juni 2014 Menjelaskan tujuan kunjungan Ibu R mengatakan tujuan pemijatan payudara adalah
ASI pada Ibu Pukul Membuat kontrak untuk memperlancar produksi ASI
R
12:30- Mengevaluasi TUK 3 mengenai cara menyusui yang Bu R mengatakan tujuan pijat oksitosin adalah
13:00 WIB benar untuk memperbanyak ASI
Menjelaskan teknik pemijatan payudara dan Ibu R mengatakan posisi memijat oksitosin adalah
tujuannya adalah untuk merangsang produksi ASI dari leher belakang sampai punggung
agar keluar Ibu R mengatakan manfaat dari pijat oksitosin
Mendemonstrasikan cara pijat payudara pada adalah merangsang ASI keluar, mengurangi
phantom bengkak, memperbanyak ASI
Meminta ibu untuk meredemontrasikan kembali
Memberikan reinforcment positif O:
Menjelaskan tujuan pijat oksitosin adalah untuk Ibu R menjelaskan tujuan pijat payudara dengan
merangsang produksi dari titik tulang belakang benar
Mendemonstrasikan cara pijat oksitosin Ibu R menyebutkan kembali tujuan pemijatan
Meminta ibu untuk meredemontrasikan kembali oksitosin kurang tepat
Memberikan reinforcment positif Ibu R mendemonstrasikan kembali cara pijat
payudara dengan benar
O:
Manfaat pijat oksitosin: Ibu R menyebutkan kembali pengertian pijat
oksitosin dengan benar
1. merangsang refleks let down
2. memberikan kenyamanan pada ibu, Ibu R mengatakan kembali 3 dari 5 manfaat pijat
3. mengurangi bengkak oksitosin dengan benar
4. mengurangi sumbatan ASI Ibu R menyebutkan lokasi pemijatan dengan benar
5. merangsang pelepasan hormon oksitosin Orang tua ibu R mendemonstrasikan pemijatan
oksitosin dengan benar
Keluarga mendemonstrasikan kembali langkah- ASI keluar ketika dilakukan pemijatan
Bayi segera disusukan ibu R ketika ASInya keluar
13:45 WIB mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk Ibu R mengatakan risiko tidak menggunakan KB
menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah adalah anak banyak, hamil lagi di usia tua, Risiko
anak, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar bayi prematur, cacat, persalinan sulit.
keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan Ibu R mengatkan masa subur itu adalah masa-masa
sebelum menstruasi
maksimal pada anak.
Menyebutkan jenis alat kontrasepsi antara lain O:
hormonal, mekanink, dan mantap Ibu R mengtakan pengertian kontraseps dengan baik
Menyebutkan kelebihan dan kekurangan masing- Ibu R mengatakan jenis alat kontrasepsi kurang
masing alat kontrasespsi tepat
Keluarga mampu menyebutkan: Ibu R mengatakan kelebihan dan kekurangan
- Resiko kehamilan di usia tua masing-masing alat kontrasepsi dengan baik
- Persalinan sulit dan lama Ibu R mampu melakukan perhitungan sederhana
menggunakan KB kalender
- Persalinan sebelum waktunya (prematur)
- Perdarahan setelah persalinan A:
Pengaruh pada janin: - TUK 1 – TUK 3 tercapai
- Keguguran
- Bayi lahir mati P:
- Cacat bawaan - Melanjutkan TUK 4 dan TUK 5
- Anemia pada bayi
- Berat badan lahir rendah
Mengajarkan cara perhitungan sederhana
menggunakan KB kalender
Kurang Jumat, 6 Memvalidasi keadaan keluarga S:
pengetahuan Juni 2014 Menjelaskan tujuan kunjungan Ibu R mengatakan lingkungan yang nyaman seperti
mengenai alat Pukul Membuat kontrak waktu lingkungan yang bersih dan tenang
kontrasepsi
12:00- Menjelaskan lingkungan yang aman dan nyaman Ibu R mengatakan manfaat faskes antara lain
pada Ibu R untuk ibu R tempat berobat dan perawatan.
13:45 WIB - Menjelaskan manfaat faskes antara lain Ibu R mengatakan tempat faskes antara lain
Mendapatkan pemeriksaan puskesmas, posyandu, RS.
- Mendapatkan perawatan
O:
- Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan Ibu R menyebutkan kembali pengertian kontrasepsi
kesehatan dengan benar
Menjelaskan jenis-jenis faskes antara lain Ibu R mengatakan 3 dari 3 manfaat faskes dengan
benar
posyandu, puskesmas, tempat praktik
Ibu R mengatakan jenis-jenis faskes dengan benar
bidan/dokter, dan RS.
A:
TUK 4 dan TUK 5 tercapai
P:
Evaluasi TUK 1-TUK 5
Kurang Selasa, 10 Memvalidasi keadaan keluarga S:
pengetahuan Juni 2014 Menjelaskan tujuan kunjungan Ibu R mengatakan kontrasepsi adalah KB untuk
mengenai alat Pukul Membuat kontrak waktu memnunda kehamilan
kontrasepsi
13:00- Menjelaskan kontrasepsi adalah suatu cara untuk Ibu R mengatakan jenis-jenis KB adalah suntik, pil,
pada Ibu R IUD, Implan.
13:55 WIB mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk
Ibu R mengatakan risiko tidak menggunakan KB
menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah
adalah anak banyak, hamil lagi di usia tua, Risiko
anak, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar bayi prematur, cacat, persalinan sulit.
keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan Ibu R mengatkan masa subur itu adalah masa-masa
maksimal pada anak. sebelum menstruasi
Menyebutkan jenis alat kontrasepsi antara lain Ibu R mengatakan lingkungan yang nyaman seperti
hormonal, mekanink, dan mantap lingkungan yang bersih dan tenang
Ibu R mengatakan manfaat faskes antara lain
Menyebutkan kelebihan dan kekurangan masing-
tempat berobat dan perawatan.
masing alat kontrasespsi
Ibu R mengatakan tempat faskes antara lain
13:55 WIB meningkatkan usaha perawatan yang telah dilakukan payudara setip hari
Memotivasi keluarga untuk tetap memberikan ASI Ibu R mengatakan akan terus memenuhi kebutuhan
pada anak S nutrisinya
Motivasi keluarga untuk melakukan perawatan Ibu R mengatakan berterima kasih atas kunjungan
payudara, pijat payudara, dan pijat oksitosin setiap dan ilmu yang diberikan mahasiswa
hari Ibu R mengatakan akan tetap melakukan hal-hal
Memotivasi keluarga untuk tetap memanfaatkan yang telah diberitahukan
fasilitas pelayanan kesehatan bila ada anggota Ibu R berharap keluarganya dapat terus sehat
keluarga yang sakit Ibu R mengatakan sudah mulai mengajarkan cara
Memberikan reinforcement positif terhadap pijat payudara dan oksitosin kepada adikknya yang
pencapaian yang telah diraih keluarga juga mempunyai bayi
O:
Ibu R berespon baik terhadap masukan yang
diberikan
Tingkat kemandirian keluarga IV
A:
- Masalah ketidakefektifan pemberian ASI teratasi
- Masalah kurang pengetahuan mengenai alat
kontrasepsi teratasi
P:
- Melaporkan hasil kunjungan kepada kader
- Meminta kader untuk tetap melakukan pengawasan
terhadap kondisi Ibu R
Diagnosa 1:
Ketidakefektifan Pemberian ASI pada Ibu R
Diagnosa 1:
Kurang pengetahuan mengenai alat kontrasepsi pada Ibu R
Kesimpulan:
Keluarga Ibu R berada pada tahap kemandirian tingkat IV