Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN PENGENDALIAN EROSI TEPIAN SUNGAI BATANGHARI

KOTA MUARA BULIAN

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD FARHAN FIHARI

03061181823005

PERENCANAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN AIR

DOSEN PENGAMPU:

DR. MAYA FITIOKTARIANI, S.T., M.T.

HARRINI MUTIARA HAPSARI, S.T., M.SC, M.SI.

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2020/2021
KAJIAN PENGENDALIAN EROSI TEPIAN SUNGAI BATANGHARI

KOTA MUARA BULIAN

Muhammad Farhan Fihari (03061181823005)

Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

1. LATAR BELAKANG
Kabupaten Batanghari dalam sejarah perkembangannya tidak luput dari pengaruh sungai.
Terkhusus kota Muara Bulian sebagai ibu kota Kabupaten Batanghari yang di lalui aliran
Sungai Batanghari. Sungai dengan panjang 800 KM ini diakui sebagai sungai terpanjang di
Sumatera, disepanjang aliran sungai banyak di temukan kawasan pemukiman. Seiring
berjalan waktu Kawasan pemukiman semakin padat, menyebabkan lahan menjadi terbatas.
Hal ini disebabkan juga karena laju erosi air sungai yang kian hari kian mengkhawatirkan
menyebabkan beberapa masalah, mengingat belum ada nya penanggulangan dari pemerintah
setempat atas kondisi saat ini. Ironisnya, masyarakat lokal tetap bersikeras untuk tetap
tinggal di rumah yang Sebagian tanah nya sudah tekikis. Ditambah lagi saat musim
penghujan air sungai meluap, menyebabkan efek katalis pada pengikisan tanah tepian sungai.
Dilokasi pengkajian kemiringan lereng tepi sungai menjadi besar dan ditemukan beberapa
titik rawan longsor. Check dam dan Bronjong menjadi pilihan yang tepat saat ini, namun
perlu melakukan pengkajian pengendalian erosi lebih lanjut untuk mengetahui solusi yang
tepat.
2. STUDI LITERASI
Erosi adalah proses terkikisnya lapisan permukaan tanah yang di sebabkan pergerakan air
atau angin. Erosi terbagi 2, Erosi akibat kegiatan manusia dan Erosi alam (geologi).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju erosi,
• Tanah
• Vegetasi
• Topografi
• Kegiatan manusia
• Iklim
Faktor iklim yang paling menentukan laju erosi adalah hujan. Sifat tanah juga banyak
memberi pengaruh terutama tanah lahan basah tepi sungai. Terdapat tiga tahap terjadinya
erosi tanah,
• pertama, tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah,
• kedua, tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin.
• ketiga yaitu pengendapan.
2.1 STUDI PERENCANAAN BANGUNAN BRONJONG PADA TIKUNGAN SUNGAI
DI DESA MEUNASAH BULOH “struktur desain konstruksi bronjong pada tebing
sungai aman terhadap gaya guling, gaya geser, dan daya dukung tanah. sumber:
http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/855314
2.2 PENANGGULANGAN EROSI SECARA 2.2 STRUKTURAL PADA DAERAH
ALIRAN SUNGAI BANGO “untuk menanggulangi erosi dengan cara struktural yaitu,
bangunan struktural dinding penahan semi grafitasi karena bangunan tersebut tidak
memerlukan dimensi yang besar untuk menahan tanah” Sumber:
https://www.rekayasasipil.ub.ac.id/index.php/rs/article/view/139 3.1.3
2.3 KAJIAN PENGENDALIAN EROSI PADA SUNGAI PEDES KABUPATEN BREBES
‘Pembuatan bronjong, dinding penahan tanah, check dam dan sheet pile adalah beberapa
cara penanggulangan yang dapat dilakukan.” Sumber:
https://www.neliti.com/id/publications/111427/kajian-pengendalian-erosi-
padasungaipedes-kabupaten-brebes
2.4 PENATAAN PERMUKIMAN DI LAHAN MIRING PINGGIR SUNGAI YANG
RESPONSIF TERHADAP EROSI DAN LONGSOR DI MANADO “ Erosi dan gerakan
tanah akibat perubahan topografi lahan akan menimbulkan ketidakstabilan lereng
disebabkan perkembangan lahan miring pinggir sungai yang kurang terarah” Sumber:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/SABUA/article/view/248
2.5 PERANAN BIOENGINEERING DALAM PEMECAHAN MASALAH KESTABILAN
LERENG “ bioteknologi (soil bioengineering), adalah suatu ilmu teknologi yang
menggunakan vegetasi untuk mencegah erosi. Tegangan geser yang bekerja,
meningkatkan stabilitas tanahmya dan dapat meningkatkan kuat geser tanah disebabkan
Lereng tanah yang mengandung akar tanaman” Sumber:
http://repository.unika.ac.id/12724/
3. METODE
Meningkatnya kebutuhan akan ruang kota menyebabkan daerah tepian sungai menjadi salah satu
alternatif kawasan pengembangan perkotaan (Zhand, 1999).
Pengamatan ini menggunan kan metode kulitatif deskriptif dengan mengumpulan studi
literatur yang relevan kemudian pengumpulan fakta dilapangan. Dari data tersebut dan studi
literatur kemudian dilakukan analisis guna didapatkan solusi yang tepat. Proses survei di
lakukan dengan:
1. Observasi lapangan, pengamatan lokasi secara langsung terhadap kondisi fisik, serta
aktifitas yang terdapat di lokasi.
2. Wawancara, memberikan pertanyaan terkait pengamatan kepada masyarakat local
sebagai narasumber.
3. Materi visual, pengumpulan data berupa gambar yang didapat dari lokasi penelitian
guna menunjang dan memvisualisasikan hasil observasi lapangan; dan
4. Dokumentasi, pengumpulan data sekunder dilakukan dengan dokumentasi data-data
yang telah ada.

3.1 PEMILIHAN LOKASI

Pengamatan dilakukan di tepi sungai Batang Hari, Jl. Orang Kayo Hitam, Muara Bulian,
Kabupaten Batang Hari, Jambi. (Gambar 1 )

Pertimbangan pemilihan lokasi pengamatan,

(1) Berada di pusat kota


(2) Memiliki keragaman fungsi bangunan
(3) Tedapat pemukiman
(4) Daerah rawan banjir tahunan
Gambar 1. Peta wilayah pengamatan
Sumber : google earth

4. DISKUSI

Lokasi pengamatan memiliki pemukiman yang cukup padat namun tidak kumuh
(gambar 2).Berdasarkan wawancara kepada masyarakat lokal mayoritas penduduk daerah
sekitar jl. Orang kayo hitam ini merupakan migrasi dari daerah Palembang, sumatera
selatan. Berada di pusat kota, dan terletak dekat dengan tempat kerja menjadi alasan mereka
masih menetap disana setelah turun temurun. Faktor ekomoni juga mempengaruhi karena
harga jual tanah yang cenderung lebih rendah dari daerah lain di kota.
Gambar 2. Suasana pemukiman lokasi pengamatan

Tipologi fungsi bangunan berdasarkan analisis dan pengamatan yang terdapat di daerah
tersebut antara lain rumah tinggal, fasilitas ibadah dan beberapa komersial dengan orientasi
bangunan menghadap ke jalan dan membelakangi sungai. Aktivitas masyarakat sehari-hari
adalah berumah tangga, berdagang dan berkebun yang letaknya di seberang sungai.

4.1 EROSI DAN BANJIR

Melalui wawancara salah satu warga setempat, Setiap tahunnya saat musim hujan tiba,
seringkali air sungai naik dan meluap hingga ke jalan dan merendam rumah warga sekitar
sampai kedalaman setengah meter. Tinggi nya permukaan air ini menyebabkan terkikisnya
permukaan tanah pada rumah rumah warga. Hal ini sangat berbahaya, mengingat struktur
tanah tepian air yang cenderung lunak kemudian terkikis tentu sangat mengurangi daya
tahan menahan beban bangunan. Di tambah erosi ini mampu mengikis tanah menjadi
curam.
Dengan tingkat curam tanah di atas 30o dan kurang dari 80o tanah tepi sungai berpotensi
longsor sangat besar. Dari hasil pengamatan di temukan beberapa rumah berpenghuni
terletak di tanah yang curam dan Sebagian tanahnya telah terkikis( gambar 3). Dan
kebanyakan rumah disini menggunakan material kayu yang sudah tua dan rentan terhadap
pelapukan oleh air.(gambar 4)
Gambar 3. Tanah akibat erosi air sungai gambar 4. Rumah akibat pelapukan air

Sumber air dari PDAM sudah tersedia namun beberapa masyarakat setempat masih
memanfaatkan air sungai untuk MCK. Air sungai yang kotor akan membahayakan
Kesehatan masyarakat dan sungai juga akan tercemar. Di daerah tersebut juga belum
terdapat saluran pembuangan dan selokan. Akses menuju ke tempat MCK yang juga sangat
berbahaya karena curam dan licin akibat tanah yang basah.sangat berbahaya apabila anak
anak terpeselet dan jatuh ke sungai(gambar 5).

Gambar 5. Tempat MCK tepi sungai


Akses menuju seberang sungai belum ada sehingga warga masih menggunakan
transportasi air berupa perahu mesin untuk menuju ke kebun mereka yang terletak di
seberang sungai(gambar 6). Resikonya sangat besar terhadap keselamatan mereka,
mengingat arus sungai yang cukup deras dan jaraknya yang cukup jauh. fasilitas untuk
menempatkan perahu juga masih sekedarnya belum memiliki tempat yang layak dan lebih
aman. (gambar 7)

Gambar 6. Transportasi air perahu mesin Gambar 7. Tempat parkir perahu mesin

4.2 SOLUSI PENCEGAHAN EROSI


Berdasarkan pengamatan dan studi literatur serta analisis pribadi, Pencegahan dan
penanggulangan erosi pada tepi Sungai Batanghari dapat dilakuakan dengan dua cara
yaitu:
4.2.1 • CARA VEGETASI
Vegetasi dapat dikatakan memperkecil laju erosi karena:
1. Vegetasi mampu menangkap butir air hujan sehingga energi kinetiknya terserap
oleh tanaman dan tidak lansung ke tanah.
2. Tanaman penutup mengurangi kekuatan aliran, meningkatkan kekasaran sehingga
mengurangi kecepatan aliran permukaan, dan selanjutnya mengurangi
kemampuan aliran permukaan untuk melepas dan mengangkut partikel sedimen.
3. Perakaran tanaman meningkatkan stabilitas tanah dan meningkatkan kekuatan
tanah.
4. Tanaman mendorong transpirasi air, sehingga lapisan tanah atas menjadi kering
dan memadatkan lapisan dibawahnya.
Tanah yang memiliki vegetasi akan mengalamai evaporasi dan transpirasi
yang membuat tanah cepet kering, dan mengurangi aliran air di permukaan.
4.2.2 • CARA STRUKTURAL DINDING PENAHAN TANAH
Dinding penahan tanah diperlukan untuk menjaga agar tanah tetap dalam
keadaan stabil dan tidak mengalami keruntuhan/longsor. Dinding penahan tanah
dapat dibangun pada tepi sungai yang memiliki kemiringan tanah yang curam.
BRONJONG
terbuat dari anyaman kawat baja berlapis seng yang pada penggunaanya
berisi batu-batu untuk menahan kemiringan tanah yang sangat curam, pada tepi-
tepi sungai yang proses pengayamannya menggunakan mesin. Di bentuk pola
ayaman heksagonal dengan lilitan ganda yang simetri dengan jarak maksimum
40 mm sehingga kawat mampu menahan beban dari segala arah.

5. KESIMPULAN
Daerah tepi sungai Jl. Orang kayo hitam yang berada di kota Muara Bulian termasuk
Kawasan pemukiman yang rawan bencana karena banyak permasalahan erosi dan
longsor bahkan banjir. Dari hasil kajian di atas kita mengetahui untuk mengatasi erosi
dan longsor tadi kita harus menstabilisasi lereng tepian sungai yang curam untuk
mengurangi ancaman terhadap mengikisan tanah oleh air (erosi), hujan, banjir, dan
longsor. Dalam kajian di atas beberapa solusinya yaitu penanaman vegetasi sebagai
daerah riparian tepi sungai untuk memperkuat struktur tanah yang cenderung lunak
tersebut. Kemudian ada Bronjong sebagai stabilisator dan menahan
keruntuhan/longsor pada permukaan dengan kemiringan tanah yang curam. Denga
nada nya bronjong dan vegetasi tadi mampu menjawab permsalahan-permasalahan
seperti akses ke tempat MCK dan Parkir perahu mesin yang lebih kokoh dan lebih
aman.
5. DAFTAR PUSTAKA
Evan, Supar. E. 2019. Potensi Titian Sebagai Alternatif Ruang Terbuka Di Kawasan
Permukiman Tepian Sungai. Tesis. Banjarmasin: Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.
Anwar, M. Ruslin, Pudyono, dan Sahiruddin M. Penanggulangan Erosi Secara
Struktural Pada Daerah Aliran Sungai Bango. Tesis. Malang: Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Sela, Rieneke L.E. 2011. Penataan Permukiman Di Lahan Miring Pinggir Sungai
Yang Responsif Terhadap Erosi Dan Longsor Di Manado. Tesis. Manado:
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi.
Hamidah , Noor, dkk. 2016. Analisis Permukiman Tepian Sungai Yang Berkelanjutan
Kasus Permukiman Tepian Sungai Kahayan Kota Palangkaraya. Tesis.
Palangkaraya. Universitas Palangkaraya, Universitas Gadjah Mada.
W, Andreas Raditya, dkk. 2016. Kajian Pengendalian Erosi Pada Sungai Pedes
Kabupaten Brebes. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Dewi, Meylis Safriani dan Purnama Sari. 2018. Studi Perencanaan Bangunan
Bronjong Pada Tikungan Sungai Di Desa Meunasah Buloh. Tesis. Universitas
Andalas.

Anda mungkin juga menyukai