Anda di halaman 1dari 5

2.1.

1 Keunggulan Kompetitif Perspektif Islam

2.1.1.1 Teks Al-Qur’an dan Al-Hadist Tentang Kompetisi

1. Musabaqah atau berlomba-lomba di dalam kebaikan. Hal tersebut dijelaskan di

dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 148:

ِ ْ‫ت أَ ْينَ َما تَ ُكونُوا; يَأ‬


‫ت بِ ُك ُم هَّللا ُ َج ِميعًا إِ َّن هَّللا َ َعلَى ُك ِّل‬ ِ ‫َولِ ُك ٍّل ِوجْ هَةٌ هُ َو ُم َولِّيهَا فَا ْستَبِقُوا; ْال َخ ْي َرا‬

)١٤٨( ‫َش ْي ٍء قَ ِدي ٌ;ر‬

Wa likullin wij-hatun huwa muwallīhā fastabiqul-khairāt, aina mā takụnụ ya`ti


bikumullāhu jamī'ā, innallāha 'alā kulli syai`ing qadīr

Artinya “dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap
kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja
kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Tafsir ayat tersebut menurut Ibnu Katsir (2003:298),“Bagi setiap umat

memiliki kiblatnya sendiri yang menghadap kepadanya. Dan Allah telah memberikan

petunjuk kepada umat Islam untuk menghadap kiblat yang sebenarnya untuk

mengerjakan sholat menghadap ka’bah”.

Ayat tersebut menerangkan bahwa bersaing atau berlomba-lomba dalam

kebaikan boleh dilakukan termasuk dalam kegiatan berbisnis. Sehingga sebuah

organisasi bisnis atau dalam hal ini adalah BMT memerlukan strategi untuk dapat

bersaing dengan berbagai pihak seperti lembaga keuangan konvensional dan BMT

lainnya.

2. Istiqomah

Di dalam Islam Istiqomah menjadi sangat penting di dalam keberlanjutan bisnis.


Hal tersebut dijelaskan di dalam surat Fathir ayat 29-30:
‫الص;الةَ َوأَ ْنفَقُ;وا ِم َّما َرزَ ْقنَ;اهُ ْم ِس; ًّرا َوعَالنِيَ;ةً يَرْ جُ;ونَ تِ َج;ا َرةً لَ ْن‬
َّ ;‫َاب هَّللا ِ َوأَقَ;ا ُموا‬
َ ‫إِ َّن الَّ ِذينَ يَ ْتلُونَ ِكت‬

َ ‫) لِيُ َوفِّيَهُ ْم أُج‬٢٩( ‫تَبُو َر‬


)٣٠( ‫ُورهُْ;م َويَ ِزي َدهُ ْم ِم ْن فَضْ لِ ِه إِنَّهُ َغفُو ٌر َش ُكو ٌر‬
(29) innallażīna yatlụna kitāballāhi wa aqāmuṣ-ṣalāta wa anfaqụ mimmā
razaqnāhum sirraw wa 'alāniyatay yarjụna tijāratal lan tabụr. (30) liyuwaffiyahum
ujụrahum wa yazīdahum min faḍlih, innahụ gafụrun syakụr.

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan


mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan
kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka
pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha menyukuri”.

Tafsir ayat tersebut menurut Katsir (2003:611) “Allah mengabarkan mengenai

hamba-hambaNya kaum muslimin yang membaca, mengimani dan mengamalkan Al

Qur’an dengan mendirikan sholat dan menafkahkan sebagaian rizkinya di jalan Allah

maka akan memperoleh pahala dan dilipatgandakan dengan memberikan tambahan-

tambahan yang tidak terfikirkan oleh mereka.

Ayat diatas menerangkan bahwa di dalam Islam mengharapkan sustainability

di dalam perniagaan merupakan hal yang wajar bagi seorang manusia, namun tidak

hanya mengharapkan keuntungan dunia semata. Sustainability dalam perniagaan

harus dengan cara-cara yang sesuai dengan petunjuk Allah serta menghindari hal-hal

yang dilarang oleh-Nya.

Rahardjo (2015:346) dalam menjalankan sebuah perniagaan, kebaikan dan

kemurahan hati menjadi aksioma penting di dalam Islam. Hal ini berarti perbuatan

manusia harus menghasilkan kebaikan terus menerus dan memberikan manfaat bagi

diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu keberlanjutan dalam bisnis merupakan

bentuk upaya dalam memberikan kebaikan dan manfaat bagi diri dan orang lain

secara terus menerus. Hadits tentang kebermanfaatan sebagaimana diriwayatkan oleh

Imam Thabrani:

‫لناس‬
ِ ِ‫الناس أَ ْنفَ ُعهُ ْ;م ل‬
ِ ‫َخ ْي ُ;ر‬
Khoiru’n-naasi anfa’uhum li’n-naas

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah orang yang memberikan manfaat bagi manusia
lainnya.”
Didalam surah al-ahqaf ayat 13 juga dijelaskan tentang keistiqomahan.

َ‫ف َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل هُمۡ يَ ۡح َزنُ ۡون‬ ۡ ‫اِ َّن الَّ ِذ ۡينَ قَالُ ۡوا َربُّنَا هّٰللا ُ ثُ َّم‬
ۡ ‫استَقَا ُم ۡوا فَاَل‬
ٌ ‫خَو‬

‌ۚ
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah," kemudian
mereka tetap istiqomah tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula)
bersedih hati.

Menurut AS-shobuni (2011: 1168) menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman


kepada Allah SWT dan berpegang teguh dengan ketauhidannya serta istiqomah
dengan syariat islam, maka kelak di akhirat nanti mereka tidak akan pernah merasa
khawatir dan mereka juga tidak akan pernah merasa bersedih atas semua perkara di
dunia ini.
Istiqomah dalam syariat islam diatas mencakup tentang hablum minallah dan
hablum minannas. Taawun dan muamalah termasuk keistiqomahan syariat islam
dalam konteks Hablum minannas. Sehingga keistiqomahan dalam berbisnis ,
perniaggan dan muamalah itu sangat penting diterapkan dalam kehidupan kita.
Karena dengan bermuamalah atau berbisnis dengan rekan kerja, bisa jadi
menimbulkan konsep ibadah “ta’awun ‘alal birri wa taqwa”. Sehingga kita bisa
membantu sesame dengan jalan berbisnis, bermuamalah, dan berniaga.

3. Ukhuwah

Dalil tentang ukhuwah dijelaskan di dalam Surat Al Hujurat ayat 10:

)١٠( َ‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ إِ ْخ َوةٌ فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَ أَ َخ َو ْي ُك ْ;م َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬

innamal-mu`minụna ikhwatun fa aṣliḥụ baina akhawaikum wattaqullāha la'allakum


tur-ḥamụn

Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat”.

Menurut Katsir (2003:418) menjelaskan bahwa sesama umat muslim adalah

saudara. Oleh sebab itu Allah memerintahkan setiap muslim untuk dapat menjaga

kedamaian dan tidak menimbulkan permusuhan dengan sesama muslim agar dapat

memperoleh rahmat dan ridha dari Allah.

Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap umat Islam harus dapat menjaga

kedamaian dengan sesamanya. Termasuk di dalam organisasi BMT ukhuwah atau


kedamaian harus dapat tercapai dan dijaga baik antara pengelola, pengurus maupun

anggota untuk menjaga BMT agar dapat dalam kondisi yang baik dan dalam jangka

panjang mencapai sustainable competitive advantage.

Bentuk ukhuwah atau persaudaraan dapat dilakukan dalam bentuk ta’awun

atau tolong menolong, sebagaimana yang dijelaskan dalam Surat Al Maidah ayat 2

sebagai berikut:

ِ ‫اإلث ِم َو ْال ُع ْد َو‬


‫ان‬ ْ ‫َوتَ َعا َونُوا; َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق َوى; َوال تَ َعا َونُوا َعلَى‬

..Wa ta'āwanụ 'alal-birri wat-taqwā wa lā ta'āwanụ 'alal-iṡmi wal-'udwāni..

Artinya: “…Dan tolong menolonglah di dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan keburukan…”.

Katsir (2003:210) menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada hamba-

hambaNya yang beriman untuk senantiasa tolong menolong dalam melakukan

kebaikan serta meninggalkan segala kemungkaran. Dan Allah melarang hamba-

hambaNya untuk melakukan tolong menolong dalam hal kebatilan, berbuat dosa dan

mengerjakan hal-hal yang diharamkan.

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memerintah kepada setiap umat muslim

agar salin tolong menolong kepada sesama dalam hal kebaikan, termasuk di dalam

BMT bahwa baik antara pengurus, anggota maupun pengelola harus dapat saling

tolong menolong untuk mencapai tujuan yang diharapkan BMT.


As-shobuni, Ali, Kitab shofwatuttafasir, (Jakarta: pustaka Al-kaustsar, 2011) halaman 1168

Anda mungkin juga menyukai