Anda di halaman 1dari 17

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL

“ PEMBUATAN INJEKSI THIAMIN HCI”

Disusun oleh :
Ilsa Nabila (PO.71.39.0.18.055)
Indri Septiani (PO.79.39.0.18.056)
Kurniati Munzilah (PO.71.39.0.18.057)
Livia Lawa Bertia Marbun (PO.79.39.0.18.058)
Meilin Fadhillah (PO.71.39.0.18.059)
M. Pahlan Piruzzi (PO.71.39.0.18.060)

Kelas : Reguler II B
Dosen Pembimbing : Drs. Sadakata Sinulingga, Apt, M. Kes

NILAI PARAF

POLTEKKES KEMENKES
PALEMBANG
JURUSAN FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2019
I. FORMULA TUGAS

R/ Thiamin hcl 1% 1 ml

II. TUJUAN

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :

1. Agar Mahasiswa mampu membuat injeksi Thiamin HCI


2. Mahasiswa mampu membuat sediaan steril berupa injeksi dengan Thiamin
HC sebagai zat berkhasiatnya serta melakukan teknik pembuatannya.
3. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap sediaan injeksi Thiamin
HCI

III. TEORI
A. Definisi Injeksi

Steril adalah suatu keadaan dimana suatu alat, bahan atau sediaan sama sekali
bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak, baik dalam bentuk
vegetative maupun spora. Sterilisasi adalah penghancuran secara lengkap semua
mikroorganisme hidup dan spora-sporanya dari alat, bahan atau sediaan.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau supensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melebihi kulit atau
selaput lendir (Farmakope Indonesia edisi III, hal 13)
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi dapat berupa
larutan, emulsi, suspense atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan
lebih dahulu sebelum digunakan (Anief, 2007).
Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan
sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke
dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.
B. Penggolongan Injeksi (Menurut Lachman) :

Sediaan injeksi berdasarkan cara pemberiannya atau penyuntikannya


antara lain:

1. Intramuskular : Di bagian otot relaksasi


2. Intravena : Pada vena yg tampak jelas
3. Subkutan : jaringan longgar di bawah kulit (dermis).
4. Intraperitonial/ intra-abdominal : rongga peritonial atau langsung ke
dalamorgan-organ abdominal seperti hati, ginjal, atau kandung kemih
5. Hipodermoklisis : Sama dgn SC, yaitu disuntikkan ke dalam jaringan yang
longgardi bawah kulit (dermis) dan pada bagian tubuh yang sedikit lemaknya.
6. Intrakardiak : bilik jantung
7. Intrasisternal : rongga sisternal sekeliling dasar otak
8. Intrakutan/intradermal : Injeksi dilakukan ke dalam kulit. Biasanya diberikan
dipermukaan anterior lengan depan.
9. Intratekal : kantung lumbar (rongga sum-sum tulang belakang) yangterletak
di ujung kaudal dari spinalis cordata
10. Intrauterin :Injeksi yang dilakukan ke dalam uterus pada keadaan hamil
11. Intraventrikular : Injeksi yang dilakukan ke dalam rongga-rongga sisi otak.
12. Intra-arterial : Langsung ke dalam arteri
13. Intra-artikular : Ke dalam cairan sinovial pada persendian
14. Intralesional : Langsung ke dalam atau di sekitar luka
15. Intrapleural : Ke dalam rongga selaput dada
16. Intra-okular : Ke dalam mata
a. Subkonjungtiva : Di bawah kapsul Tenon, di
dekat mata
b. Intrakameral/ intravitreal : Ke dalam vitreous humour
c. Retrobulbar : Di sekitar bagian posterior dari bola
matad.
d. Anterior chamber : Langsung pd arterior chamber

Bentuk-bentuk Sedian Injeksi


1. Larutan air: merupakan bentuk yang paling sederhana dan banyak
digunakan.Bentuk larutan air dapat digunakan untuk semua rute pemberian.
2. Suspensi air: biasanya diberikan dalam rute intramuscular(im) dan subkutan
(sc).Suspensi tidak pernah diberikan secara intravena (iv), intraarteri,
inraspinal,inrakardiak, atau injeksi optalmik. Ukuran partikel suspensi
biasanya kecil dandistribusi ukuran partikel harus dikontrol untuk meyakinkan
partikel dapatmelewati jarum suntik saat pemberian. Ukuran partikel tidak
boleh membesar dantidak boleh terjadi caking saat penyimpanan.
3. Larutan kering: untuk sediaan yang larut dalam air, tetapi tidak stabil di air.
4. Larutan minyak: dibuat bila zat aktif tidak larut air tetapi larut dalam minyak
dandiberikan melalui im. Larutan minyak menimbulkan efek depo, untuk
masalah iritasidan sensitisasi, suspensi air lebih dipilih dibanding larutan
minyak.
5. Suspensi minyak: injeksi suspensi bisa juga dibuat dalam pembawa
minyak,meskipun pembuatannya lebih jarang dibanding suspensi air. Suspensi
minyakdapat menimbulkan efek depot/lepas lambat pada rute pemberian im.
6. Injeksi minyak: senyawa yang bersifat lipofilik banyak yang dibuat dalam
bentukinjeksi minyak. Sediaan ini secara umum digunakan dengan rute im,
dan padakeadaan normal tidak digunakan untuk rute lain.
7. Emulsi: zat yang bersifat lipofilik juga dapat dibuat dalam bentuk emulsi o/w.
Zatdapat dilarutkan dalam larutan minyak atau zatnya sendiri sudah
benbentukminyak. Droplet minyak harus dikontrol dengan hati-hati dan pada
saatpenyimpanan agar emulsi tidak pecah. Ukuran droplet ideal 3 μm.
Biasanya dalam bentuk nutrisi parenteral.
8. Larutan koloidal: biasanya diberikan melalui rute im.
9. Sistem pelarut campuran : banyak kondisi klinik sangat di perlukan suatu zat
dibuat dalam bentuk larutan sejati , agar siap bercampur dengan larutan iv
ketika diberikan. Untuk zat yang sukar larut dalam air , maka selain digunakan
dalam bentuk garam atau diformulasi dalam pH tinggi atau rendah, beberapa
zat dapat pula diformulasi dalam pelarut campur . kosolvent digunakan untuk
menurunkan polaritas pembawa sehingga zat lebih larut. Pemberian biasanya
mengiritasi , toksik dan menimbulkan rasa nyeri. Pemberian intravena perlu
dilakukan perlahan untuk mencegah presipitasi zat aktif. Pemilihan kosolvent
terbatas oleh toksitas.
10. Larutan terkonsentrasi : berupa konsentrat dan diberikan dengan dilarutan
dahulu di dalam larutan iv
11. Serbuk untuk injeksi : beberapa zat yang tidak stabil dalam air, sehingga
dibuat dalam bentuk serbuk untuk injeksi .
12. Implant : biasanya berupa hormon dan diberikan dengan maksud pemberian
lambat, ditunda,atau dikontrol , dimana pemberian tidak dapat dilakukan via
oral.

Syarat-syarat sediaan injeksi, antara lain :


1. Aman. Tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis.
2. Harus jernih. Berarti tidak ada partikel padat, kecuali yang berbentuk
suspensi.
3. Tidak berwarna. Kecuali bila obatnya memang berwarna.
4. Sedapat mungkin isohidris. Dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan
tidak terasa sakit dan penyerapannya obat dapat optimal.
5. Sedapat mungkin isotonis. Dibuat isotonis agar tidak terasa sakit bila
disuntikkan. Arti isotonis adalah mempunyai tekanan osmosi yang sama
dengan darah dan caran tubuh yang lain.
Kelebihan sediaan injeksi :
1. Bekerja cepat.
2. Dapat digunakan jika : obat rusak jika kena cairan lambung, merangsang jika ke cairan
lambung, tidak diabsorpsi secara baik oleh cairan lambung
3. Kemurnian dan takaran zat khasiat lebih terjamin.
4. Dapat digunakan sebagai depo terapi

Kekurangan sediaan injeksi :


1. Karena bekerja cepat, jika terjadi kekeliruan sukar dilakukan pencegahan.
2. Cara pemberian lebih sukar, harus memakai tenaga khusus.
3. Kemungkinan terjadinya infeksi pada bekas suntikan.
4. Secara ekonomis lebih mahal dibanding dengan sediaan yang digunakan per oral.

C. Zat Aktif
1. Thiamin HCI
a. Menurut Farmakologi dan Terapi Ed. V, hal. 772-773

Tiamin (vitamin B1) merupakan kompleks molekul organik yang


mengandung satu inti tiazol dan pirimidin. Tiamin HCl tersedia dalam bentuk
larutan steril 100-200 mg untuk penggunaan parenteral.Tiamin HCl dosis
lazim untuk dewasa :10mg-100mg. Tiamin diindikasikan pada pencegahan
pengobatan defisiensi vitamin.

Menurut Obat-Obat Penting Ed. VI, hal.852

Dosis : pada defisiensi 3 dd 5-10mg profilaksis 3 dd 2-5mg (garam HCl)

Kekurangan Vitamin B1,pengobatannya berupa pemberian vitamin B1 secara


intravena ( melalui pembuluh darah) sebanyak 20 kali dosis harian yang
dianjurkan selama 2-3 hari,diikuti dengan pemberian vitamin per oral.Tiamin
HCl tidak stabil dalam larutan basa atau netral atau dengan agen oksidasi atau
mengurangi.Hal ini paling stabil pada pH 2.
2. Aqua pro injeksi

a. Menurut Ansel,hal.406-407
Pelarut yang sering digunakan pada obat suntik secara besar-besaran
adalah air untuk obat suntik (water for injection).Air dimurnikn dengan
cara memenuhi standar yang sama dengan purefield water.
b. Menurut RPS,hal.1303
Air untuk injeksi adalah air murni untuk injeksi dari hasil destilasi tidak
mengandung bahan tambahan.Digunakan sebagai tambahan farmaceutical
(pembawa atau pelarut)
c. Menurut R.Voight,hal.943
Untuk pembuatan cairan injeksi dan infus yang baru ,diperlukan air untuk
injeksi.
d. Menurut Farmakope Indonesia Ed.III,hal.97
Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali,disterilkan
yang tertera pada uji keamanan hayati.

D. Preformulasi
1. Thiamin HCI
Pemerian tidak berwarna atau hampir tidak berwarna, identifikasi A.
dengan larutan raksa (II) klorida P membentuk endapan putih: dan dengan
larutan iodium P membentuk endapan coklat merah. Dengan larutan kalium
tetraiodohidrargini (II) p dan dengan larutan trinitrofenol P membentuk
endapan. B. Sejumlah volume injeksi encerkan dengan air secukupnya hingga
kadar 10 mg tiamina hodroklorida per ml. Pada 0,5 ml tambahkan 5 ml
larutan hidroksida P 2% b/v, kemudian tambahkan 0,5 ml larutan kalium
heksasianoferat (III) P dan 5 ml isobutanol P, kocok kuat-kuat selama 2
menit, biarkan memisah. Sinari permukaan cairan dengan sinar tegak lurus
dan amati cairan tegak lurus terhadap berkas sinar; lapisan atas berfluoresensi
biru terang yang jika diasamkan hilang dan jika dibasahkan timbul kembali.
C. Menunjukan reaksi Klorida yang tertera pada reaksi identifikasi.
Keasaman-kebasahan ph 2,5 – 4,5. Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal
atau wadah dosis ganda, terlindung dari cahaya.

2. Aqua pro Injectione (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th


Edition hal 766-768)
Cairan jernih, tidak berbau tidak berbau dan tidak berasa. SinonimAir
steril untuk injeksi. Berkhasiatsebagai Pelarut.Disimpan dalam wadah dosis
tunggal, dari kaca atau plastic, tidak lebih besar dari 1L.

IV. DATA PENDUKUNG


a. Data Zat Aktif

Nama BahanPembantu Cara pH Cara E NaCl Khasiat


ZatAktif Suntik Stabilita Sterilisasi
Thiamin Aqua pro Injeksi 2,8 – 3,4 Autoclave 0,10 Vitamin
HCI injeksi (Ampul untuk
beriberi

b. Tak Tersatukan Zat Aktif


Dengan zat atau substansi pengoksidasi dan preduksi HgCl2 iodida
karbonat,asetat dan ferri sulfat , asam ionat, ferri ammonium sitrat, OTT
dengan Na-ohenobarbitane. Thiamin HCl dapat dirusak oleh ion logam OTT
dengan riboflavin dalam larutan benzyl penisilin , dekstro injeksi dan zat
tambahan dengan kandungan metabiosulfat.

V. Usul Penyempurnaan Sediaan

“Thiamin Hydrochloridum 1% 1 ml”

Formula Acuan

Formularium Nasional edisi kedua 1978 halaman 289

R/ Thiamin hydrochloridum 100 mg


Zat tambahan yang cocok secukupnya
Aqua pro Injection hingga 1 ml

Penyimpanan : dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda, terlindung dari
cahaya.
Dosis : sc ; im, sehari 25 mg sampai 100 mg.
Catatan :
1. pH 2,8 sampai 3,4.
2. Pada pembuatan dialiri karbondioksida
3. Disterilkan dengan cara A atau C dan segera di dinginkan.
4. Sediaan berkekuatan lain : 50 mg.

VI. Perhitungan Tonisitas Larutan

 C Thiamin HCL = 0,1g X 100 % = 10 %


1 ml

Zat E C
Thiamin HCl 0,25 10%

W= 0,9 – (10 x 0,25)


= 0,9 -2,5
= -1,6 (hipertonis)
Karena hipertonis maka tidak diperlukan penambahan NaCl

Perhitungan bahan
Dilebihkan 2 ampul = 6+2 = 8 ampul
Volume yang dibuat = (n + 2) V + 6
= (8 + 2) 1,1 + 6 ml
= 17 ml ~ 30 ml

 Thiamin HCl = 100 mg/ml x 30 ml = 3.000 mg


Dilebihkan 5% = 5/100 x 3.000 = 150 mg
Thiamin yang ditimbang = 3000mg + 150mg = 3150 mg
 Aqua pro injeksi ad 30 ml

VII. Data Tambahan


a. Data Zat Pembantu
Zat tambahan Bahan Cara Ph Cara E Khasiat
Pembawa Suntik Stabilitas Sterilisasi Nacl
Thiamin HCI Aqua pro Vitamin
injeksi Injeksi 2,8-3,4 Autoclave
0,10 untuk
(Ampul)
beriberi

b. Alat dan cara sterilisasi


No Alat Yang Cara Sterilisasi Waktu Sterilisasi
. Digunakan Awal Paraf Akhir Paraf
Pengawas Pengawas

1. Gelas Ukur Autoclave 30 08:52 09:22


menit
2. Corong gelas Autoclave 30 08:52 09:22
menit
3. Pipet tetes Autoclave 30 08:52 09:22
menit
4. Kertas saring Autoclave 30 08:52 09:22
menit
5. Kapas Autoclave 30 08:52 09:22
menit
6. Perkamen Autoclave 30 08:52 09:22
menit
7. Pinset Autoclave 30 08:52 09:22
menit
8. Gelas arloji Flambeer 20 08:39 08:39
detik
9. Pengaduk kaca Flambeer 20 08:40 08:40
detik
10. Ampul Oven 150◦ 08:48 08:18
60 menit
11. Erlenmeyer Oven 150◦ 08:48 08:18
60 menit
12. Beaker glass Oven 60 menit 08:48 08:18

13. Air Setelah 08:48 08:18


mendidih
panaskan 30
menit
14. Karet pipet Direbus 30 08:52 08:22
menit
15. Sendok spatula Flambeer 20 08:41 08:41
detik

c. Tabel Sikap dan Perilaku Praktikan di Lab Steilisasi


Nama Pratikan Kelengkapan APD Ada Tidak
Jas Lab √
Ilsa Nabila topi Lab √
Masker wajah √
Sarung tangan atau √
handscoon
Sepatu Lab √
Indri Septiani Jas Lab √
topi Lab √
Masker wajah √
Sarung tangan atau √
handscoon
Sepatu Lab √
Jas Lab √
topi Lab √
Kurniati Munzilah Masker wajah √
Sarung tangan atau √
handscoon
Sepatu Lab √
Jas Lab √
Livia Lawa Bertia Marbun topi Lab √
Masker wajah √
Sarung tangan atau √
handscoon
Sepatu Lab √
Jas Lab √
Meilin Fadhilla topi Lab √
Masker wajah √
Sarung tangan atau √
handscoon
Sepatu Lab √
Jas Lab √
M. Pahlan Piruzi topi Lab √
Masker wajah √
Sarung tangan atau √
handscoon
Sepatu Lab √

VIII. Formula Akhir

Injeksi Thiamin HCL


Tiap 1 ml mengandung :
Thiamin HCl 100mg
Aqua pro Injection ad 1 ml

IX. Penimbangan Zat


 Thiamin hcl 3150 mg
 Aqua pro injeksi ad 30 ml

X. Uraian Langkah Pembuatan Sediaan

Cara pembuatan
1. Sterilkan alat dan bahan dengan cara yang sesuai
2. Timbang Thiamin HCL dengan kaca arloji, masukkan kedalam erlemeyer.
Bilas kaca arloji dengan sedikit Aqua pro injeksi masukkan ke erlemeyer. Zat
tersebut dilarutkan dengan Aqua pro injeksi
3. Cek pH sediaan dengan kertas Ph
4. Tambahkan NaOH 0,1 N / HCL 0,1 N secukupnya hingga mencapai pH yang
diinginkan ( pH 2,8 – 3,4)
5. Basahi kertas saring dengan aqua pro injeksi. Lalu saring larutan digelas ukur,
bilas gelas ukur dengan aqua pro injeksi
6. Tambahkan aqua pro injeksi ad 30 ml
7. Tuang larutan ke dalam spuit injeksi, masukkan ke dalam tiap ampul 1,1 ml
sebanyak 6 ampul
8. Tutup ampul dengan cara flambeer
9. Lalu sterilkan dalam posisi terbalik, beaker glass dilapisi kapas dan diisi
dengan sediaan ampul injeksi dan ditutup kantong perkamen. Sterilisasi
dengan sterilisasi autoclave .
10. Setelah itu dinginkan
11. Evaluasi sediaan
12. Beri etiket dan masukkan ke dalam kemasan
XI. Hasil
Brosur
THIAPIZZ HCl® inj Dosis untuk suplemen vitamin/mineral pada anak-anak:
Komposisi : Bayi: 0.3-0.5 mg oral sekali sehari; Anak-anak 0.5-1 mg oral sekali sehari.
Tiap 1 ml mengandung Thiamin HCl...............10mg Efek Samping :
Indikasi : Obat ini relatif bisa ditoleransi oleh sebagian besar orang. Namun
•Untuk mengobati penyakit akibat defisiensi vitamin B1 seperti beri- beberapa orang mungkin mengalami beberapa efek samping. Efek
beri, sindrom Wernicke-Korsakoff, dan neuropati optik. samping thiamine adalah sebagai berikut :
•Sebagai tambahan dalam pengobatan penyakit jantung akibat •Reaksi alergi seperti : pruritus, urtikaria, berkeringat, mual, gelisah,
kekurangan thiamine. edema angioneurotic, sianosis, edema paru.
•Digunakan juga sebagai suplemen untuk wanita hamil, terutama jika •Perdarahan pada saluran pencernaan juga bisa terjadi.
wanita hamil tersebut sering muntah parah. Perhatian :
Kontra Indikasi : Sediaan injeksi mengandung aluminium. Waspadai kemungkinan
Jangan digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif. toksisitas aluminium yang bisa menyebabkan gangguan ginjal, terutama
pada pemberian berulang.
Dosis :
Kemasan :
•Dosis lazim dewasa untuk beri-beri
Box 7 ampul @ 1ml
3 x sehari 10 - 20 mg. Obat diberikan secara intramuskular sampai 2
minggu. Selanjutnya, bisa diberikan suplemen multivitamin yang HARUS DENGAN RESEP DOKTER
mengandung vitamin B1 5-10 mg/ hari, selama 1 bulan. Konsumsi Cara penyimpanan :
makanan seimbang akan membantu kesembuhan. Simpan di tempat sejuk.
•Dosis lazim dewasa untuk tujuan suplementasi Terhindar dari cahaya.
1 x sehari 50 - 100 mg. No. Reg : DKL 1912000743A1
•Dosis lazim dewasa untuk Wernicke Encephalopathy No. Batch : 9260911
awal : 100 mg intravena. Selanjutnya 50 - 100 mg / hari secara Exp. Date : SEPT 2022
intramuskular atau intravena.
•Dosis untuk beri-beri pada Anak-anak: Di Produksi Oleh :
10-25 mg IM atau infus per hari (apabila dalam keadaan kritis), atau 10- PT. Piruzzi Farm
50 mg oral setiap hari selama 2 minggu, lalu 5-10 mg oral per hari
selama satu bulan. Apabila gejala muncul kembali: berikan 25 mg infus Palembang - Indonesia
dengan hati-hati.
•Dosis untuk defisiensi thiamin pada anak-anak:
Apabila diberikan dextrose: untuk pasien dengan status thiamin
marginal, berikan 100 mg pada beberapa liter pertama dari caran infus
untuk mencegah terjadinya gagal jantung.

XII. Evaluasi

1. Uji Kejernihan (Lachman hal 1355)


Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang yang
memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang
terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam putih, dengan rangkaian
isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel-partikel
kecil yang dapat dilihat dengan mata.

Kejernihan sediaan ditandai dengan tidak adanya kotoran atau zahra pada sediaan,
larutan jernih/ transparan jika berwarna maka sesuai dengan warna zat yang terdapat pada
sediaan. Prosedur kejernihan adalah melihat ampul pada latar yang gelap lalu dilihat
adalah kotoran yang mengapung pada sediaan.
2. Uji PH (FI hal 1039-1040)

Cek PH larutan dengan menggunakan PH meter atau dengan kertas indicator univeral

 Dengan PH meter : sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam.


Kalibrasi PH meter.
Pembakuan PH meter : bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi
sel dengan sedikit larutan. Baca harga PH. Gunakan air bebas CO2 untuk
pelarutan dengan pengenceran larutan uji.

 Alat : kertas PH dan PH meter


Prosedur:
a. PH meter di kalibrasi dengan larutan dapar standar yang PH sama dengan
PH yang akan diukur.
b. Batang elektrode PH meter dibersihkan dengan aquadest dan dikeringkan.
c. Batang elektrode dicelupkan dalam sediaan injeksi yang kan diukur PH
nya.
d. Menekan auto read lalu enter.
e. Tunggu angka sampai berhenti lalu catat PH

3. Tes Kebocoran
Prosedur :
a. Ambil beaker glass, letakkan kapas dibawah beaker glass.
b. Tutup beaker glass dengan perkamen lalu ikat dengan benang.
c. Beri lubang kecil pada perkamen dan masukkan 7 ampul dalam lubang tersebut
dengan posisi terbalik
d. Lalu amati ampul tersebut.
e. Setelah itu sterilkan dalam posisi terbalik, beaker glass dilapisi kapas dan diisi dengan
sediaan ampul injeksi dan ditutup kantong perkamen. Sterilisasi dengan sterilisasi
autoclave dengan suhu 116°C selama 30 menit. Setelah itu di dinginkan.
f. beri etiket dan masukkan kedalam kemasan.

4. Uji Keseragaman Volume (FI IV hal 1044)


Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume
secara visual.

No. Ampul Kejernihan pH Kebocoran Keseragaman Volume


1 √ 3-4 √ √
2 √ 3-4 √ √
3 √ 3-4 √ √
XIII. Pembahasan
4 √ 3-4 √ √
5 √ 3-4 √ √
6 x x x x
Pada saat penutupan ampul tidak ada yang terlihat bocor atau pecah, tetapi
setelah di sterilisasi akhir terdapat satu ampul yang kosong atau ampul tersebut bocor
pada saat di autoclave.

XIV. Kesimpulan
Pada praktikum kelompok 3 membuat 6 buah ampul sediaan injeksi thiamin, namun
mengalami kebocoran sebanyak 1 ampul. Dikarenakan saat memflambeer tidak tertutup
rapat dan tidak berhati hati. Ampul yang tersisa memiliki standar kejernihan dan
kesesuaian volume yang memenuhi standar.
.

Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1979. Farmakope Indonesia edisi III.Jakarta : Departemen Kesehatan RI


Anonim.1995. Farmakope Indonesia ediai IV.Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.  Jakarta : UI press
Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional edisi II. Jakarta
Rowe C Raymond;2009;Handbook of pharmaceutical excipients 6th edition new;
Washington; Pharmaceutical Press and American Pharmacists
https://www.scribd.com/doc/226853249/Injeksi-ThiaminHCI

Anda mungkin juga menyukai