OLEH
NAMA : DWI OKTAWIJAYA
NIM : D021191019
Kedua integrasi ilmu agama dan sains. Di sini, Agama dan sains
diintegrasikan dan di sepakati bukan entitas yang terpisah sehingga suasan
kelas dan riset kental dengan nilai religius. Namun integrasi ini, tentu masih
berkembang banyak kekurangan, karena ia relevan dengan kedalaman
penguasaan Agama dan kemajuannya penguasaan sains dan teknologi.
Cara pandang yang memisahkan antara yang satu dengan yang lain ini
disebut sebagai cara pandang dikotomi. Adanya dikotomi inilah yang salah
satu penyebab ketertinggalan pendidikan Islam.Hingga kini pendidikan Islam
masih memisahkan antara akal dan wahyu, serta pikir dan zikir.
Tapi perlu diingat, sekularisme itu tidak otomatis selalu anti agama.Tidak
selalu anti “iman” dan anti “taqwa”.Sekularisme itu hanya menolak peran
agama untuk mengatur kehidupan publik, termasuk aspek pendidikan. Jadi,
selama agama hanya menjadi masalah pribadi dan tidak dijadikan asas untuk
menata kehidupan publik seperti sebuah sistem pendidikan, maka sistem
pendidikan itu tetap sistem pendidikan sekular, walaupun para individu
pelaksana sistem itu beriman dan bertaqwa (sebagai perilaku individu).
Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di mekkah
selama lima tahun. Pada periode ini, ahmad Dahlan mulai berinteraksi
dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam islam, seperti Muhammad
Abduh, Al- Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali
ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
K.H. Ahmad Dahlan diakui sebagai salah seorang tokoh pembaru dalam
pergerakan Islam Indonesia, antara lain, karena ia mengambil peran dalam
mengembangkan pendidikan Islam dengan pendekatan-pendekatan yang
lebih modern. Ia berkepentingan dengan pengembangan pendidikan Islam
masyarakat yang menurutnya tidak sesuai dengan ajaran Al –Qur’an dan
Hadits.
Bagi Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak akan membumi dan dijadikan
pandangan hidup pemeluknya, kecuali dipraktikkan. Betapapun bagusnya
suatu program, menurut Dahlan, jika tidak dipraktikkan, tak bakal bisa
mencapai tujuan bersama. Karena itu, Ahmad Dahlan tak terlalu banyak
mengelaborasi ayat-ayat Al-Qur’an, tapi ia lebih banyak mempraktekkannya
dalam amal nyata.
4. Zuama/Zaimat Yogyakarta
5. Tablighschool , Yogyakarta
K.H Ahmad Dahlan merupakan tokoh nasional yang memiliki tipe man
bentuk teori, sehingga ia tidak banyak memiliki karya ilmiah seperti tulisan-
keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Maka dari itu,
Islam dari cara berfikir yang bersifat statis menuju pemikiran yang bersifat
Islam harus dibarengi dengan integrasi ilmu dan amal, integrasi ilmu
pengetahuan umum maupun agama, kebabasan berpikir dan pembentukan
spritualitas.
rela berkorban baik dengan harta benda dan diri, serta bekerja dalam
untuk Allah dan tidak sekedar pada tataran pengetahuan saja, tetapi
sangat memerlukan
tabligh untuk para anggotanya dan menyediakan kursus batik untuk para
rumah, maka seorang ibu mempunyai tanggung jawab yang besar untuk
panti asuhan yatim/piatu maupun yatim piatu khusus putri. Di dalam panti
asuhan tersebut juga diajarkan pendidikan ilmu agama dan ilmu umum.
Maka dari itu, melalui organisasi Aisyiyah melatih seorang wanita untuk
pun dapat mencapai kebesaran di dunia ini dan akhirat kecuali mereka
dengan ilmu agama dan umum. Melalui ilmu umum adalah salah satu
yang sesuai dengan tuntunan zaman. Seperti contoh, pada awal abad
ekonomi..
yang utuh, menguasai ilmu agama dan ilmu umum, intelektual dan
spritual. Bagi Ahmad Dahlan, kedua hal tersebut merupakan hal yang
kurikulum pada sekolah ini seperti bahasa Arab, tasawuf, fiqih, tajwid,
ini Ahmad Dahlan dan para orang tua berharap peserta didik
kesehatan. Awalnya, salah satu peserta didik Ahmad Dahlan yaitu H.M
Muhammadiyah.
yang mempunyai ilmu yang luas, jasmani yang kuat dan hati yang bersih.
dua dimensi dalam satu keseimbangan dunia dan akhirat serta ilmu dan
kembangkan.
C. KEBEBASAN BERPIKIR
dimiliki dan cara pandang terhadap masa yang akan datang, sehingga
umat Islam tertinggal dengan umat yang lain. Oleh karena itu, kebebasan
lainnya. Oleh karena itu, carilah ilmu dan berfikir untuk mengenal segala
bersifat relatif, terikat oleh ruang dan waktu, karena yang modern secara
tanpa tahu alasannya (taqlid). Dalam hal ini, Malik Fajar menjelaskan
tentang cara berfikir dari seorang Ahmad Dahlan dalam hal kebebasan
berfikir, yakni:
akal pada fungsinya yang semula, yaitu apa yang lazim disebut dengan
Arab sebagai mata pelajaran wajib, yang bertujuan agar peserta didik
bebas sesuai dengan konteks dan pola pikir peserta didik itu sendiri dan
tidak hanya sekedar ikut dan terhanyut pada pendapat dan tafsir orang
“sabarlah dan berhati-hati, tetapi ulet dan tidak kenal putus asa. Apa
yang hari ini belum berhasil, lanjutkanlah lagi hari esok dengan
karena itu, peserta didik dapat bersikap ramah, optimis dalam bekerja
dan berjuang untuk mencapai cita-citanya.
Ahmad Dahlan bahwa sistem sekolah lebih efesien dan efektif bila
peserta didik.
Dahlan berkata “kalau menjadi Kiai harus menjadi Kiai yang maju dan
yang berkemajuan”.
perbuatan. Ahmad Dahlan berkata “jadilah ulama yang berfikir maju, dan
Muhammadiyah”.
agamanya.
mengadakan suatu revolusi dalam cara berfikir, yang bebas dari ikatan
cara lama dan kemudian di atas aturan Allah yang lama itu dibangunlah
1. KESIMPULAN
Abdul Munir Mulkhan, Etika Welas Asih dan Reformasi Soaial Budaya Kyai
Ahmad Dahlan (Jakarta: Bentara, Kompas, 2005).
http://mahasiswamuslimgarut.blogspot.co.id.