Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KH AHMAD DAHLAN SANG TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM DI


INDONESIA

DOSEN : H. Dr. Muh. Bahar Akkase Teng, Lc.P., M.Hum

OLEH
NAMA : DWI OKTAWIJAYA
NIM : D021191019

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

KH Ahmad Dahlan adalah salah satu tokoh penting yang telah


mengabdikan dirinya untuk kepentingan pendidikan khususnya pendidikan
islam kepada masyarakat indonesia dan ilmu yang beliau kini telah banyak
dikenal luas oleh banyak kalangan yang telah banyak di praktekan pula di
berbagai wilayah di Indonesia.

Dalam menyalurkan pemikirnya ada beberapa topik-topik penting yang


sering di paparkan oleh KH Ahmad Dahlan. Pertama yaitu integrasi ilmu dan
amal. ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh tidak dapat
dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah
pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang pohon
yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan.
Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan teknologi dan seni.
Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan
amal salih, bukan kerusakan alam.

Kedua integrasi ilmu agama dan sains. Di sini, Agama dan sains
diintegrasikan dan di sepakati bukan entitas yang terpisah sehingga suasan
kelas dan riset kental dengan nilai religius. Namun integrasi ini, tentu masih
berkembang banyak kekurangan, karena ia relevan dengan kedalaman
penguasaan Agama dan kemajuannya penguasaan sains dan teknologi.

Ketiga kebebasan berpikirKendati Islam dalam beberapa hal tertentu


melarang manusia untuk berpikir seperti berpikir tentang Dzat Ilahi akan tetapi
secara umum Islam setuju dengan kebebasan berpikir.

Dalam pandangan Islam, seorang Muslim, di samping ia memiliki hak


untuk berpikir ia juga harus menerima keyakinan dan prinsip-prinsip agama
(tauhid, keadilan, kenabian, imamah dan hari kebangkitan) dengan berpikir
dan argumentasi. Tatkala ia menemukan kritikan dalam benaknya, ia memiliki
hak untuk melontarkan kritikan tersebut di hadapan orang-orang berilmu
sehingga kritikannya dapat dijawab dan seterusnya. Berbeda dengan
disebutkan dalam agama Kristen dimana mereka meyakini tentang adanya
daerah terlarang dan mereka menyebut daerah terlarang ini sebagai iman
sedemikian sehingga di tempat tersebut akal tidak boleh campur tangan

Dengan dibahasnya berbagai macam hal yang telah sedikit di paparkan


di atas diharapkan nantinya untuk siapapun yang membaca tulisan ini bisa
mengambil hikmah dan pelajaran dari topik yang akan dipaparkan terutama
bisa mengenal siapa KH Ahmad Dahlan dan bagaimana latar belakangnya dan
juga pemikiran beliau mengenai pendidikan islami yang telah beliau ajarkan
semasa hidup dahulu.

Ketertinggalan pendidikan Islam ini salah satunya dikarenakan oleh


terjadinya penyempitan terhadap pemahaman pendidikan Islam yang hanya
berkisar pada aspek kehidupan ukhrawi yang terpisah dengan kehidupan
duniawi, atau aspek kehidupan rohani yang terpisah dengan kehidupan
jasmani. Oleh karena itu, akan tampak adanya pembedaan dan pemisahan
antara yang dianggap agama dan bukan agama, yang sakral dengan yang
profan, antara dunia dan akhirat.

Cara pandang yang memisahkan antara yang satu dengan yang lain ini
disebut sebagai cara pandang dikotomi. Adanya dikotomi inilah yang salah
satu penyebab ketertinggalan pendidikan Islam.Hingga kini pendidikan Islam
masih memisahkan antara akal dan wahyu, serta pikir dan zikir.

Hal ini menyebabkan adanya ketidakseimbangan paradigmatik, yaitu


kurang berkembangnya konsep humanisme religius dalam dunia pendidikan
Islam, karena pendidikan Islam lebih berorientasi pada konsep ‘abdullah
(manusia sebagai hamba), ketimbang sebagai konsep khalifatullah (manusia
sebagai khalifah Allah).

Selain itu orientasi pendidikan Islam yang timpang tindih melahirkan


masalah-masalah besar dalam dunia pendidikan, dari persoalan filosofis,
hingga persoalan metodologis.

Di samping itu, pendidikan Islam menghadapi masalah serius berkaitan


dengan perubahan masyarakat yang terus menerus semakin cepat, lebih-lebih
perkembangan ilmu pengetahuan yang hampir-hampir tidak memperdulikan
lagi sistem suatu agama.

Kondisi sekarang ini, pendidikan Islam berada pada posisi determinisme


historik dan realisme. Dalam artian bahwa, satu sisi umat Islam berada pada
romantisme historis di mana mereka bangga karena pernah memiliki para
pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan besar dan mempunyai kontribusi yang
besar pula bagi pembangunan peradaban dan ilmu pengetahuan dunia serta
menjadi transmisi bagi khazanah Yunani, namun di sisi lain mereka
menghadapi sebuah kenyataan, bahwa pendidikan Islam tidak berdaya
dihadapkan kepada realitas masyarakat industri dan teknologi modern. Hal ini
pun didukung dengan pandangan sebagian umat Islam yang kurang meminati
ilmu-ilmu umum dan bahkan sampai pada tingkat “diharamkan”.

Terjadinya pemilahan-pemilahan antara ilmu umum dan ilmu agama


inilah yang membawa umat Islam kepada keterbelakangan dan kemunduran
peradaban, lantaran karena ilmu-ilmu umum dianggap sesuatu yang berada di
luar Islam dan berasal dari non-Islam.Agama dianggap tidak ada kaitannya
dengan ilmu, begitu juga ilmu dianggap tidak memperdulikan agama.Begitulah
gambaran praktik kependidikan dan aktivitas keilmuan di tanah air sekarang ini
dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dan dirasakan oleh
masyarakat.Sistem pendidikan Islam yang ada hanya mengajarkan ilmu-ilmu
agama saja. Di sisi lain, generasi muslim yang menempuh pendidikan di luar
sistem pendidikan Islam hanya mendapatkan porsi kecil dalam hal pendidikan
Islam atau bahkan sama sekali tidak mendapatkan ilmu-ilmu keislaman.

Tapi perlu diingat, sekularisme itu tidak otomatis selalu anti agama.Tidak
selalu anti “iman” dan anti “taqwa”.Sekularisme itu hanya menolak peran
agama untuk mengatur kehidupan publik, termasuk aspek pendidikan. Jadi,
selama agama hanya menjadi masalah pribadi dan tidak dijadikan asas untuk
menata kehidupan publik seperti sebuah sistem pendidikan, maka sistem
pendidikan itu tetap sistem pendidikan sekular, walaupun para individu
pelaksana sistem itu beriman dan bertaqwa (sebagai perilaku individu).

KH Ahmad Dahlan Dalam pemikirannya mengajarkan untuk selalu


berpikiran terbuka dalam mananggapi berbagai hal mulai dari hal agama
hingga hal yang berkaitan dengan sains.

1.2 Rumusan Masalah

1. Biografi dan Latar Belakang KH Ahmad Dahlan


2. Pemikiran Pendidika Islam Ahmad Dahlan
BAB 2
PEMBAHASAN

1. BIOGRAFI DAN LATAR BELAKANG KH AHMAD DAHLAN

K.H Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus


1868 dan Meninggal dunia di Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 1923. Ia
adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ayahnya adalah K.H. Abu
Bakar, seorang ulama dan Khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan
Yogyakarta pada masa itu. Ibunya Putri H. Ibrahim yang juga menjabat
penghulu kesultanan Yogyakarta pada masa itu.

Nama kecil K.H Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia


merpakan anak keempat dari ketujuh orang bersaudara yang keseluruhan
saudaranya perempuan kecuali adik bungsunya. Dalam silsilahnya, ia
termasuk keturunan yang kedua belas dari maulana malik Ibrahim, seorang
wali besar dan seorang yang terkemuka di antara Wali Songo, yang
merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di
Tanah Jawa.

Adapun silsilahnya ialah Muhammad Sulaiman bin Kyai Murtadha bin


Kyai Ilyas bin Demang Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru
Sapisan bin Maulana Sulaiman Ki Ageng Maulana ‘Ainul Yaqin bin Maulana
Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim.

Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di mekkah
selama lima tahun. Pada periode ini, ahmad Dahlan mulai berinteraksi
dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam islam, seperti Muhammad
Abduh, Al- Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali
ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.

Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekkah dan menetap selama


dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syekh Ahmad Khatib
yang juga guru dari pendiri NU, K.H Hasyim Asyari. Pada 1912, ia
mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.

Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan siti Walidah, sepupunya


sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai
Ahmad Dahlan, seorang Pahlawan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari
perkawinannya dengan Sitti Walidah, K.H Ahmad Dahlan mendapat seorang
anak, yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Sitti Busyroh, Irfan Dahlan, Siti Aisyah,
dan Siti Zaharah. Disamping itu

K.H. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda


H.Abdullah. ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir
Krapyak. K.H Ahmad Dahlan juga mempunyai putra perkawinannya dengan
ibu Nyai Aisyah (adik Adjeng Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah.
Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta. K.H
Ahmad Dahlan dimakamkan di Karang Kajen, Yogyakarta.

Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan


menjadi tenaga pengajar agama di kampungnya. Di samping itu, ia juga
mengajar di sekolah negeri, seperti Kweekschool ( Sekolah Pendidikan
Guru) di Jetis Yogyakarta dan Opleiding School voor inlandhsche
Ambtenaren (OSVIA, sekolah untuk pegawai pribumi) di Magelang. Sambil
mengajar, beliau juga berdagang dan bertabligh.

Disamping aktif dalam mengulirkan gagasanya tentang gerakan dakwah


Muhammadiyah, ia juga tidak lupa akan tugasnya sebagai pribadi yang
mempunyai tanggung jawab pada keluarganya. Disamping itu ia juga
dikenal sebagai seorang Wirausahaan yang cukup berhasil dengan
berdagang batik yang saat itu merupakan profesi entrepreneurship yang
cukup menggejala di masyarakat.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan
mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah
diterimah dan dihormati ditengah kalangan masyarakat sehingga ia juga
dengan cepat mendapatkan tempat di Organisasi Jam’iyatul Khair Budi
Utomo, Syarikat Islam, dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad
Saw.

K.H. Ahmad Dahlan diakui sebagai salah seorang tokoh pembaru dalam
pergerakan Islam Indonesia, antara lain, karena ia mengambil peran dalam
mengembangkan pendidikan Islam dengan pendekatan-pendekatan yang
lebih modern. Ia berkepentingan dengan pengembangan pendidikan Islam
masyarakat yang menurutnya tidak sesuai dengan ajaran Al –Qur’an dan
Hadits.

Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan mendirikan Organisasi


Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi
Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam
cara berpikir dan beramal menurut tuntutan agama islam. Ia ingin mengajak
Umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Al-Qur’an dan
Al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri pada tanggal 18 November 1912. Sejak
awal, Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan Organisasi
Politik, tetapi bersifat sosial dan bergerak dibidang Pendidikan.

Sebelum mendirikan organisasi Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan


mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di Mesir, Arab, dan India,
untuk kemudian berusaha menerapkannya di Indonesia. Ahmad Dahlan
juga sering mengadakan pengajian agama di langgar atau mushola.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak DR. Muh Idris Tunru


“Bahwasannya setiap orang-orang yang hebat dan sukses selalu memiliki
Musuh”.Begitu pula dengan K.H Ahmad Dahlan Gagasan pendirian
Muhammadiyah-Nya mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun
dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang
bertubi- tubi kepadanya. Ia dituduh hendak mendirikan agama baru yang
menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya Kyai palsu karena sudah
meniru bangsa Belanda yang Kristen serta dengan macam-macam tuduhan
yang lain. Bahkan adapulah orang yang hendak membunuhnya. Namun
rintangan-rintangan tersebut dihadapinya dengan sabar. Keteguhan hatinya
untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tanah Air
bisa mengatasi semua rintangan tersebut.

Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan


permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan
Hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan surat
ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu bergerak
didaerah Yogyakarta. Daerah Pemerintahan Hindia Belanda, timbul
kekawatiran akan perkembangan organisasi ini. Itulah sebabnya, kegiatan
dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi didaerah lain seperti
srandakan, Wonosari dan Imogiri dan lain-lain tempat telah berdiri cabang
Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginana Pemerintah
Hindiah Belanda. Untuk mengatasinya, K.H Ahmad Dahlan menyiasatinya
dengan Menganjurkan agar cabang Muhammadiyah diluar Yogyakarta
memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di pekalongan, di Ujung Pandang
dengan nama Al-Munir, di Garut dengan nama Ahmadiyah, sedangkan di
solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang
mendapat Pimpinan dari cabang muhammadiyah. Bahakan, dalam kota
Yogyakarta sendiri, ia menganjurkan adanya Jama’ah dan perkumpulan
untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan islam.
Perkumpulan dan Jama’ah ini mendapat bimbingan dari Myhammadiyah,
yang diantaranya ialah Ikhwanul Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda,
Hambudi- Suci, Khayatul Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Tharatul Qulub,
Thaharatul- Aba, Ta’awanu alal birri, Ta’ruf bima kanu Wal-Fajri, Wal-Ashri,
Jamiyatul Muslim, Syahratul Mubtadi.

Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad


Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, di samping juga
melalui relasi- relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata
mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat diberbagai kota di
Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepada
Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang
Muhammadiyah diseluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh
Peerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1912.

Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas


gerakan dakwah Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota
Muhammadiyah untuk proses Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja
dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam
aktivitas gerakan dakwa Muhammadiyah, telah diselenggarakan duabelas
kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai Istilah
Algemeene Vergadering (Persidangan Umum).

Bagi Ahmad Dahlan, ajaran Islam tidak akan membumi dan dijadikan
pandangan hidup pemeluknya, kecuali dipraktikkan. Betapapun bagusnya
suatu program, menurut Dahlan, jika tidak dipraktikkan, tak bakal bisa
mencapai tujuan bersama. Karena itu, Ahmad Dahlan tak terlalu banyak
mengelaborasi ayat-ayat Al-Qur’an, tapi ia lebih banyak mempraktekkannya
dalam amal nyata.

Atas jasa-jasa K. H. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran


bangsa ini melalui pembaharuan islam dan pendidikan, Pemerintah
Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan
surat keputusan Presiden No. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu
ialah :
1. K.H. Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan umat islam
untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih
harus belajar dan berbuat;

2. Organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak


memberikan ajaran islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran
yang menuntut kemajuan, kecerdasan dan beramal bagi
masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan islam.

3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah memelopori amal


usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan
dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran islam; dan

4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah)


telah memelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap
pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.

Usaha-usaha dan Jasa-jasa Ahmad Dahlan yang sangat muliah adalah


sebagai berikut : Mengubah danmembetulkan arah kiblat yang tidak tepat
menurut mestinya. Umunya masjid-masjid dan llanggar-langgar di
Yogyakarta menghadapt Timur dan Orang-orang shalat menhgadap ke arah
Barat lurus. Padahal arah kiblat yang sebenarnya menuju Ka’bah dari Tanah
Jawa harus miring Utara ±24 derajat dari sebelah barat. Berdasarkan ilmu
pengetahuan tentang tentang ilmu falak itu, orang tidak boleh mengahadap
Kiblat menuju barat lurus, melainkan harus miring ke utara ±24 derajat. Oleh
sebab itu, K.H Ahmad Dahlan mengubah bangunan pesantrennya supaya
menuju ke arah kiblat yang betul. Perubahan itu mendapatkan tantangan
keras dari pembesar-pembesar masjid dan kekuasaan keajaan,
Mengajarkan dan menyiarkan agama islam dengan populer, bukan saja
dipesantren, melainkan pergi ke tempat-tempat lain dan mendatangi
berbagai golongan. Bahkan, dapat dikatak bahwa K.H Ahmad Dahlan
adalah bapak mubaliqh islam di Jawa tengah, Memberantas Bid’ah-bid’ah
dan khurafat serta adat-sitiadat yang bertentangan dengan ajaran agama
islam dan Mendirikan perkumpulan Muhammadiyah pada tahun 1912 M
yang tersebar seluruh Indonesia sampai sekarang. Pada permulaan
berdirinya, Muhammadiyah mendapat halangan dan Rintangan yang sangat
berat, bahkan K.H. Ahmad Dahlan dikatakan telah keluar dari madzhab,
meninggalkan Ahli Sunnah Wal-jamaah. Bermacam-macam tuduhan dan
fitnahan yang dilemparkan kepada dirinya diterimanya dengan sabar dan
tawakal sehingga Muhammadiyah menjadi satu perkumpulan yang terbesar
di Indonesia serta berjasa kepada Rakyat dengan mendirikan sekolah-
sekolah, sejak Taman Kanak-kanak sampai sekolah Tinggi.

Perkumpulan Muhammadiyah didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada


tanggal 8 Zulhijjah 1330 H atau 18 Noveber 1912 M berpusat di Yogyakarta.

Maksud dan tujuannya ialah menegakan dan menjunjung tinggi agama


islam sehingga dapat mewujudkan masyarakat islam yang sebanr-
benarnya.

Usaha untuk mencapai Maksud dan Tujuan itu ialah dengan :

1. Mengadakan dakwa Islam

2. Memajukan pendidikan da pengajaran

3. Menghidup-suburkan masyarakat tolong-menolong

4. Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf

5. Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda supaya


menjadi orang islam yang berarti

6. Berusaha dengan segala kebijaksanaan supaya kehendak dan


peraturan Islam berlaku dalam masyarakat
7. Berusaha kearah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang
sesuai dengan ajaran islam.

Diantara sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua Ialah :

1. Kweekschool Muhammadiyah Yogya

2. Muallimin Muhammadiyah, Solo, Jakarta

3. Mualimmat Muhammadiyah Jakarta

4. Zuama/Zaimat Yogyakarta

5. Tablighschool , Yogyakarta

6. Kulliyah Muballigh/Muballighat, Padang panjang (Sumatera Tengah)

7. HIK Muhammadiyah Yogya

Muhammadiyah terus bergerak mengembangkan dunia pendidikan.


Jasa- jasa Ahmad Dahlan sangat besar, hingga Muhammadiyah bukan
hanya memiliki banyak lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak hingga
pergururan tinggi, Muhamamdiyah [un memiliki fasilitas bisnis yang
beraneka ragam.

K.H Ahmad Dahlan berpulang Ke rahmatullah pada tanggal 23 Februari


1923 dalam usia 55 Tahun. Semangat perjuangannya perlu kita tiru,
terutama dalam mengembangkan pendidikan Islam di tanah Air Tercinta.
2 . PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM AHMAD DAHLAN

K.H Ahmad Dahlan merupakan tokoh nasional yang memiliki tipe man

of action yang artinya orang yang lebih mengutamakan praktek ketimbang

teori. Ia lebih banyak mewariskan kegiatan-kegiatan yang cukup banyak

berupa amal usaha, pendidikan dan sosial, namun ia kurang menyukai

bentuk teori, sehingga ia tidak banyak memiliki karya ilmiah seperti tulisan-

tulisan maupun buku. Cita-cita pendidikan yang digagas Ahmad Dahlan

adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai “ulama-

intelek” atau “intelektual-ulama”, yaitu seorang Muslim yang memiliki

keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Maka dari itu,

ide pendidikan yang digagas Ahmad Dahlan adalah menyelamatkan umat

Islam dari cara berfikir yang bersifat statis menuju pemikiran yang bersifat

dinamis, kreatif dan inovatif. Satu-satunya jalan mencapai tujuan tersebut

adalah melalui pendidikan dan pengelolaan pendidikan Islam secara modern

dan profesional, sehingga pendidikan yang dilaksanakan mampu memenuhi

peserta didik untuk menghadapi dinamika pada zamannya.

Menurut Ahmad Dahlan, tujuan pendidikan Islamdiarahkan pada

usaha untuk membentuk manusia yang beriman, berakhlak, memahami

ajaran agama Islam, memiliki pengetahuan yang luas dan kapasitas

intelektual yang dapat diperlukan di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk

mencapai tujuan tersebut, Ahmad Dahlan berpendapat bahwa pendidikan

Islam harus dibarengi dengan integrasi ilmu dan amal, integrasi ilmu
pengetahuan umum maupun agama, kebabasan berpikir dan pembentukan

karakter, agar peserta didik dapat berkembang secara intelektualitas dan

spritualitas.

Adapun pemikiran dari Ahmad Dahlan tentang pendidikan dapat

dilihat sebagai berikut:

A. INTEGRASI ILMU DAN AMAL

Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi

Muhammadiyah. Tujuan mendirikan Muhammadiyah adalah

“menyebarkan pengajaran Rasulullah kepada penduduk bumiputera dan

memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya”. Ia

menekankan bahwa beragama adalah beramal, artinya berkarya dan

berbuat sesuatu melakukan tindakan sesuai dengan al-Qur‟an dan

Hadis, agar peserta didik mencapai kemajuan secara materil. Orang

yang beragama adalah orang yang menghadapkan jiwa dan hidupnya

kepada Allah, yang dibuktikan dengan tindakan dan perbuatan seperti

rela berkorban baik dengan harta benda dan diri, serta bekerja dalam

kehidupan mereka untuk Allah. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa:

“Sikap beragama yang lurus kepada Allah itu adalah kecenderungan


rohani untuk berpaling meninggalkan nafsu, menjadi suci, tidak oleh dengan
bendawi, dan selalu berusaha menaikkan derajat rohani. Jiwanya akan selalu
menghadap Allah dan berpaling dari hal selain-Nya, bersih tanpa terpengaruh
oleh apapun dan senantiasa menyerahkan harta benda dan dirinya di jalan
Allah.”

Kutipan di atas menjelaskan bahwa pendidikan sepatutnya


mengajarkan peserta didik untuk selalu beragama, mendekatkan diri

kepada Allah dan melakukan tindakan yang sesuai dengan yang

dianjurkan agama. Serta senantiasa berani mengorbankan hartanya

untuk Allah dan tidak sekedar pada tataran pengetahuan saja, tetapi

dibarengi dengan praktik keagamaan,

Selanjutnya, pada tahun 1921, melalui Muhammadiyah Ahmad

Dahlan mendirikan panti asuhan yang bernama Hoofbestuur di

Yogyakarta. Setiap anggota Muhammadiyah diwajibkan mengasuh dan

mendidik kepada anak-anak tersebut. Berdirinya panti asuhan

Hoofbestuur, telah menyelamatkan anak yatim/piatu dan yatim piatu

terhindar dari kebodohan di masa penjajahan kolonial Belanda. Alasan

Ahmad Dahlan mendirikan panti asuhan karena, ia melihat

disekelilingnya bahwa anak-anak yatim/piatu dan yatim piatu banyak

menghabiskan waktunya dengan bermain-main, anak-anak tersebut

sangat memerlukan

dana dan uluran tangan untuk diayomi serta diberi pendidikan

dan pelajaran ilmu agama dan ilmu umum harus diajarkan.

Selain itu, integrasi ilmu dan amal yang Ahmad Dahlan

tanamkan ke peserta didik, ia mencontohkan dengan mendirikan

oraginisasi khusus wanita yang bernama Aisyiyah di Kauman pada tahun

1917. Organisasi Aisyiyah adalah salah satu organisasi bagian dari


Muhammadiyah. Tujuan berdirinya organisasi Aisyiyah yaitu pembinaan

keluarga sakinah, gerakkan sosial dan pendidikan. Kemudian, kegiatan-

kegiatan organisasi Aisyiyah bertambah luas yakni mengadakan tabligh-

tabligh untuk para anggotanya dan menyediakan kursus batik untuk para

wanita. Alasan Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Aisyiyah karena ia

melihat pendidikan pertama yang diterima oleh seorang anak adalah di

rumah, maka seorang ibu mempunyai tanggung jawab yang besar untuk

kemajuan masyarakat melalui asuhan dan didikan anak-anaknya sendiri.

Seiring berjalannya waktu, tahun 1928 organisasi Aisyiyah mendirikan

panti asuhan yatim/piatu maupun yatim piatu khusus putri. Di dalam panti

asuhan tersebut juga diajarkan pendidikan ilmu agama dan ilmu umum.

Maka dari itu, melalui organisasi Aisyiyah melatih seorang wanita untuk

mempunyai rasa kepedulian terhadap sesama Muslim.

Contoh di atas merupakan salah satu amal usaha Ahmad

Dahlan. Kemudian, Ahmad Dahlan berharap peserta didik terinspirasi

dari tindakan tersebut, agar terbiasa menjalani amalnya sejak dini.

Selain itu, Ahmad

Dahlan beranggapan pembentukan kepribadian sangat penting

bagi peserta didik dalam rangka pencapaian keselamatan hidup di dunia

maupun di akhirat. Seperti Nabi bersabda “Bekerjalah untuk duniamu

seolah-olah engkau akan hidup selamanya dan beramalah untuk

akhiratmu seakan- akan engkau akan mati besok”.


Uraian di atas Ahmad Dahlan menekankan bahwa keikhlasan

dalam beramal dapat membentuk kepribadian yang baik, agar

tercapainya dari tujuan pendidikan. Ahmad Dahlan berkata “tak seorang

pun dapat mencapai kebesaran di dunia ini dan akhirat kecuali mereka

yang memiliki kepribadian yang baik”.

Seorang yang kepribadian yang baik adalah orang yang

mengamalkan ajaran-ajaran al-Qur‟an dan Hadis. Karena, Rasulullah

merupakan contoh pengalaman al-Qur‟an dan Hadis, maka

proses pembentukan kepribadian peserta didik harus diperkenalkan

pada kehidupan dan ajaran-ajaran Rasulullah.

B. INTEGRASI ILMU AGAMA DAN ILMU UMUM

Menurut Ahmad Dahlan, upaya untuk mencapai tujuan ini

terealisasi manakala proses pendidikan bersifat integral. Artinya, peserta

didik harus mempunyai empat kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual,

spritual, emosional dan sosial. Dengan demikian, proses pendidikan

akan mampu menghasilkan ”intelektual-ulama” yang berkualitas. Untuk

menciptakan peserta didik yang demikian, pendidikan harus diimbangi

dengan ilmu agama dan umum. Melalui ilmu umum adalah salah satu

sarana peserta didik mengenal kehidupan sosial, budaya, ekonomi,

politik serta mencapai kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di

akhirat, karena al-Qur‟an dan Hadis tidak membeda-bedakan antara ilmu

agama dan ilmu umum.


Menurut Ahmad Dahlan, pendidikan yang baik adalah pendidikan

yang sesuai dengan tuntunan zaman. Seperti contoh, pada awal abad

20, Ahmad Dahlan melihat umat Muslim di Indonesia tertinggal secara

ekonomi oleh kolonialisme Belanda. Ketika itu ekonomi Muslim tidak

memiliki akses ke sektor-sektor pemerintahan atau perusahaan-

perusahaan swasta. Karena partisipasi Muslim yang rendah terhadap

sektor-sektor pemerintahan itu membuat kebijakan pemerintahan

kolonial Belanda yang menutup peluang bagi Muslim untuk masuk.

Peristiwa ini mendorong Ahmad Dahlan untuk memperbaiki dengan

memberikan pencerahan tentang pentingnya pendidikan yang sesuai

dengan perkembangan zaman.

Pemikiran Ahmad Dahlan menggunakan pendekatan self

corrective terhadap umat Islam. Ahmad Dahlan melihat bahwa,

pendidikan Islam tradisional terlalu menitikberatkan pada aspek spiritual

dalam kehidupan sehari-sehari. Ini mengakibatkan kemunduran Islam,

sementara kelompok yang lain telah mengalami kemajuan dalam bidang

ekonomi..

Melihat ketimpangan tersebut, Ahmad Dahlan berpendapat

bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu

yang utuh, menguasai ilmu agama dan ilmu umum, intelektual dan

spritual. Bagi Ahmad Dahlan, kedua hal tersebut merupakan hal yang

integral, tidak dapat dipisahkan satu sama lain.


Oleh karena itu, sekolah pertama yang didirikan oleh

Muhammadiyah ala Belanda adalah HIS met de Qur‟an di Yogyakarta

pada tahun 1926. Sekolah ini merupakan sekolah Agama dengan

mengkolaborasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Adapun

kurikulum pada sekolah ini seperti bahasa Arab, tasawuf, fiqih, tajwid,

bahasa Inggris, membaca, menulis dan lain sebagainya. Melalui konsep

ini Ahmad Dahlan dan para orang tua berharap peserta didik

berwawasan luas sesuai perkembangan zaman dan dapat

mengintegrasikan ilmu agama ke dalam ilmu pengetahuan umum.

Berkat pendidikan Muhammadiyah yang mengkolaborasikan ilmu

agama dan umum, peserta didik mempunyai kelebihan pada bidang

kesehatan. Awalnya, salah satu peserta didik Ahmad Dahlan yaitu H.M

Sudjak berinisiatif menyediakan kesehatan untuk kaum dhuafa, berupa

klinik dan poliklinik yang bernama PKU (Penolong Kesengsaraan

Umum) di Yogyakarta pada tahun 1923. Kegiatan ini didukung

sepenuhnya oleh Ahmad Dahlan. Kemudian, pada tahun 1936 PKU

diresmikan oleh pemerintah Belanda menjadi rumah sakit PKU

Muhammadiyah. Dengan demikian, berdirinya rumah sakit PKU

Muhammadiyah bertujuan agar kehidupan masyarakat dapat mencapai

derajat kesehatan yang lebih baik, serta menuju kehidupan yang

sejahtera dan sakinah, sebagaimana yang dicita-citakan organisasi

Muhammadiyah.

Maka dari itu, Ahmad Dahlan berharap pendidikan Islam yang


berdasarkan al-Qur‟an dan Hadis akan melahirkan peserta didik

yang mempunyai ilmu yang luas, jasmani yang kuat dan hati yang bersih.

Maksud hati yang bersih yaitu pendekatan keagamaan pada peserta

didik merupakan proses pendidikan di mana keberadaanya sesuai kodrat

sebagai manusia sejati. Sebab tujuan pendidikan yang ingin dicapai

sebagaimana yang tersirat dalam al-Qur‟an adalah membina manusia

guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan

khalifahnya. Manusia yang dibina adalah makhluk yang memiliki unsur-

unsur material (jasmani) dan immaterial (akal dan jiwa), dengan

penggabungan dua unsur tersebut terciptalah manusia yang memiliki

dua dimensi dalam satu keseimbangan dunia dan akhirat serta ilmu dan

iman. Artinya, setiap manusia pada dasarnya mempunyai akal secara

kontinuitas yang perlu dipelihara serta dikembangkan guna untuk

menyeimbangkan kemampuan lahiriah dan batiniah, duniawi dan

ukhrawi. Oleh karena itu, sistem yang dipergunakannya harus membantu

secara optimal dan membebaskan serta mengembangkan akal tersebut.

Ahmad Dahlan berpendapat:

“Pengajaran yang berguna dalam mengisi akal itu lebih


dibutuhkan oleh manusia dari pada makanan yang mengisi perutnya,
dan mencari harta benda dunia itu tidak lebih payah dari mencari
pengetahuan yang berguna dalam memperbaiki perbuatan dan
kelakuan.”

Kutipan di atas menjelaskan pendidikan akal merupakan prioritas

dari pendidikan Islam. Sebab dengan kemampuan penalaran akal akan


memberi peluang peningkatan dan pengembangan dalam memahami

dan mengenal makna petunjuk al-Qur‟an. Pandangan ini sangat relevan

dengan konsep pendidikan Islam yang mana peserta didik mempunyai

kemampuan atau potensi dasar yang sangat perlu untuk ditumbuh

kembangkan.

Di samping itu, Ahmad Dahlan mengelola pendidikan Islam

secara profesional, modern dengan menggunakan sistem klasikal,

sehingga pendidikan yang dilaksanakan mampu memenuhi pengetahuan

peserta didik sesuai dengan zaman.

C. KEBEBASAN BERPIKIR

Ahmad Dahlan menegaskan bahwa penyebab utama

kemunduran umat Islam adalah disebabkan kejumudan pemikiran yang

dimiliki dan cara pandang terhadap masa yang akan datang, sehingga

umat Islam tertinggal dengan umat yang lain. Oleh karena itu, kebebasan

berpikir merupakan atribut penting yang menjadikan manusia sebagai

pedoman dalam perbuatannya, sedangkan kemauanlah yang menjadi

pendorong perbuatan manusia. Artinya, kebebasan berfikir merupakan

upaya untuk mencapai pengetahuan. Dengan pengetahuan itu manusia

menjadi lebih mampu untuk melanjutkan tugas kekhalifahannya di muka

bumi serta mampu memposisikan diri lebih tinggi dibanding makhluk

lainnya. Oleh karena itu, carilah ilmu dan berfikir untuk mengenal segala

yang menguntungkan dan merugikan bagi dirinya.


menjadi manusia menuju kepada kebebasan berfikir memang

berarti progresif dan dinamis, akan tetapi kebebasan itu seharusnya

bersifat relatif, terikat oleh ruang dan waktu, karena yang modern secara

mutlak hanyalah Allah dan tetap berdasarkan dengan kaidah-kaidah

ajaran Islam. Dengan kesadaran kerelatifan kemanusiaan, maka seorang

akan bersedia dengan lapang dada menerima dan mendengarkan suatu

kebenaran dari orang lain. Kebebasan berfikir berarti mengembangkan

rasio atau penalaran yang dimilikinya sehingga mampu

mengembangkan, menjelaskan dan menjabarkan sendiri ajaran dan

teori-teori serta mampu terhindar dari mengikuti pandangan orang lain

tanpa tahu alasannya (taqlid). Dalam hal ini, Malik Fajar menjelaskan

tentang cara berfikir dari seorang Ahmad Dahlan dalam hal kebebasan

berfikir, yakni:

“Pendidikan Muhammadiyah yang didirikan oleh Dahlan sejak


awal menekankan dan mendorong kreatifitas. Hal ini sejalan dengan
jiwa pembaharuan yang dicita-citakan olehnya yaitu mengembangkan
nalar, menolak bid„ah, khurafat dan taqlid. Pendidikan
kemuhammadiyahan menanamkan keutamaan dalam berijtihad. Hal ini
akan menjadikan produk didikan yang menampilkan wawasan yang luas,
tidak picik, tidak tradisional, toleransi tetapi tidak sinkretis lebih jauh lagi
umumnya menjadi manusia yang berpikiran bebas dan tidak bersedia
untuk didikte.”

Kutipan di atas menjelaskan, pendidikan yang dianut Ahmad

Dahlan adalah upaya untuk pengembangan akal melalui proses

pendidikan yang kreatifitas dan memberikan implikasi bagi warga

Muhammadiyah untuk memiliki semangat pembaruan pendidikan Islam.


Oleh karena itu, Ahmad Dahlan berupaya untuk memerdekakan kembali

akal pada fungsinya yang semula, yaitu apa yang lazim disebut dengan

kebebasan berfikir. Upaya Ahmad Dahlan untuk melakukan persiapan ke

arah transmisi itu misalnya adalah dengan melepaskan beban-beban

kultural yang sampai sejauh itu dianggap dapat menghambat kemajuan.

Pada tahun 1918, di sekolah Muhammadiyah ala Belanda yaitu

Mulo met de Qur‟an, Ahmad Dahlan memasukkan pelajaran bahasa

Arab sebagai mata pelajaran wajib, yang bertujuan agar peserta didik

mampu memahami arti dan makna al-Qur‟an dan Ḥadis secara

bebas sesuai dengan konteks dan pola pikir peserta didik itu sendiri dan

tidak hanya sekedar ikut dan terhanyut pada pendapat dan tafsir orang

lain. Dengan demikian, para peserta didik diharapkan mampu

memperoleh kemampuan untuk memahami ajaran-ajaran agama secara

bebas serta mampu menginterpretasikan sendiri maksud dari ajaran

agama sesuai dengan konteks kekinian.Tetapi, apa yang mereka

pikirkan tidak menyimpang dari ajaran dan nilai keagamaan. Ahmad

Dahlan selalu memberikan nasihat kepada para peserta didiknya

“sabarlah dan berhati-hati, tetapi ulet dan tidak kenal putus asa. Apa

yang hari ini belum berhasil, lanjutkanlah lagi hari esok dengan

gembira”.Kutipan ini menjelaskan, Ahmad Dahlan mengajarkan

kesabaran, kejujuran, kebaikan serta tidak mengenal putus asa. Oleh

karena itu, peserta didik dapat bersikap ramah, optimis dalam bekerja
dan berjuang untuk mencapai cita-citanya.

Contoh lain dalam kebebasan berpikir, Ahmad Dahlan berusaha

meluruskan dan memperbaharui penafsiran al-Qur‟an dan Hadis yang

selama ini telah menjadi keyakinan masyarakat pada umumnya yakni

“siapa yang menyerupai suatu kaum, ia termasuk kaum itu”. Masyarakat

Muslim menafsirkan bahwa segala bentuk yang menyerupai identitas

Belanda dianggap kafir seperti, berdasi, bertopi, celana serta sekolah

yang memakai bangku dan lainnya. Penafsiran ini berbeda dengan

Ahmad Dahlan bahwa sistem sekolah lebih efesien dan efektif bila

pendidikan agama meniru sistem sekolah Barat. Selain itu, Ahmad

Dahlan lebih banyak menggunakan pendekatan-pendekatan

intelektual/rasional dalam menjelaskan dan pengejaran agama pada

peserta didik.

Melalui Muhammadiyah, Ahmad Dahlan mengajak peserta

didiknya berfikir maju agar mempunyai pandangan yang luas. Ahmad

Dahlan berkata “kalau menjadi Kiai harus menjadi Kiai yang maju dan

selalu ada ide-ide yang baru, sehingga melahirkan amal pembaharuan

yang berkemajuan”.

Kebebasan berpikir ini diharapkan mampu membebaskan pola

berpikir anak, sehingga tidak merasa terkekang dan merasa senang

belajar agama, serta diharapkan terhindar dari sikap fanatik terhadap


agama dan juga tidak begitu saja menyalahkan pendapat orang lain

tanpa mengetahui dasarnya, seperti yang terjadi pada para ulama

tradisional yang gemar mengafirkan pandangan orang lain yang tidak

setuju dengan mereka. Ahmad Dahlan menekankan bahwa agama

bukan sekedar pengetahuan, tetapi sebuah kesadaran, dan amal

perbuatan. Ahmad Dahlan berkata “jadilah ulama yang berfikir maju, dan

jangan berhenti untuk kepentingan pengabdian kepada organisasi

Muhammadiyah”.

Gerakan pembaharuan Ahmad Dahlan dapat diartikan sebagai

proses aktualisasi pemahaman dan pemikiran umat Islam terhadap

ajaran Islam itu sendiri, agar meningkat kualitas pengamalan dan

pemahaman umat terhadap ajarannya. Tujuannya adalah

membangkitkan semangat dan keIslaman dalam diri umat Islam dan

merubah cara pandang/aktualisasi umat dalam memahami ajaran

agamanya.

Oleh karena itu, perjuangan Ahmad Dahlan adalah perjuangan

mengadakan suatu revolusi dalam cara berfikir, yang bebas dari ikatan

taqlid konservatif dan tradisional agar dengan demikian

kemurnian tegak kembali. Setiap ide Ahmad Dahlan berusaha merombak

cara lama dan kemudian di atas aturan Allah yang lama itu dibangunlah

yang baru. Dengan kata lain, Ahmad Dahlan mengembangkan sistem


berfikir yang progresif dan revolusioner.

Akan tetapi harus diperhatikan bahwa memiliki kebebasan

berfikir tidak boleh keluar dari kaidah-kaidah Islam. Karena, berfikir

sucilah yang memainkan peran penting dan memiliki pengaruh praktis

dalam pembinaan dan perjalanan manusia menuju kesempurnaan.

Kemudian, Islam melarang orang untuk berfikir pada sebagian hal

tertentu dan memandangnya sebagai jeratan setan untuk meyesatkan

manusia. Islam melarang umatnya untuk tidak berfikir tentang sesuatu

yang tidak lazim atau berfikir yang negatif.


BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan pada uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat


disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut:

Pertama mengenai sosok K.H. Ahmad Dahlan beliau merupakan tokoh


pembaruan pendidikan Islam dari Jawa. Beliau dapat dikatakan sebagai suatu
model dari bangkitnya sebuah generasi yang merupakan titik pusat dari suatu
pergerakan yang bangkit untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi
golongan Islam yang berupa ketertinggalan dalam sistem pendidikan dan
kejumudan paham agama Islam

 Kedua, Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang konsep pendidikan Islam


dapat terlihat pada usaha beliau yang menampilkan wajah pendidikan Islam
sebagai suatu sistem pendidikan yang integral. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan yang
hendak mengintegrasikan dikotomi ilmu pengetahuan, menjaga keseimbangan,
bercorak intelektual, moral dan religius dapat terlihat pada aspek pemikiran KH.
Ahmad Dahlan yang meliputi : a) tujuan pendidikan Islam; beliau berpendapat
bahwa tujuan pendidikan Islam yang sempurna adalah melahirkan individu yang
utuh, dapat menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spiritual; b)
Materi pendidikan KH.Ahmad Dahlan adalah pendidikan agama sebagai
mata pelajaran wajib, Ilmu bahasa dan ilmu pasti c) Metode penyampaian ilmu
agama, K.H. Ahmad Dahlan menggunakan pendekatan kontekstual melalui proses
penyadaran. Materi pendidikan KH.Ahmad Dahlan adalah al-Qur’an dan Hadith,
membaca, menulis, berhitung menggambar. d) Pembaharuan teknik
penyelenggaraan pendidikan dilakukan dengan jalan modernisasi dalam sistem
pendidikan yaitu menukar sistem pondok dan pesantren dengan sistem pendidikan
modern dengan cara membuat dua model persekolahan, yaitu model
persekolahan umum dan Madrasah.

Ketiga, beberapa karakteristik dari dunia modern yakni a)


adanya kecenderungan untuk berintegrasi dalam kehidupan ekonomi, dan
kecenderungan untuk berpecah belah dalam kehidupan politik. b) tidak ada satu
negara pun yang dapat bersembunyi dari sorotan dunia dan menutup diri terhadap
kekuatan-kekuatan global yang terdapat di seluruh dunia. c) kemajuan sains dan
teknologi yang terus melaju dengan cepatnya. ini akan merubah secara radikal
situasi dalam pasar tenaga kerja. d) dan proses industrialisasi dalam ekonomi
dunia menuju pada penggunaan teknologi tingkat tinggi.

Keempat, Keterkaitan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan  dalam pendidikan


Islam di Era Modern ini adalah aspek tujuan pendidikan Islam dan kurikulum
pendidikan Islam, karena pemikiran KH. Ahmad Dahlan hendak menyinergikan
antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Keterkaitan pemikiran K.H. Ahmad
Dahlan  dalam pendidikan Islam di Era Modern ini juga dapat dilihat dari cita-cita
pendidikan yang digagas oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan  mengintegrasikan dua
sistem pendidikan yang mana di era modern saat ini sudah menjadi fenomena
umum,  yang pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua sudah banyak
dilakukan oleh yayasan pendidikan Islam.
DAFTAR PUSATAKA

Abdul Haris Ma’moen. Mengenal Sepetik Riwayat K.H. Ahmad Dahlan.


(PWM Muhammadiyah Kodya Tegal. 1985).

Abdul Munir Mulkhan, Etika Welas Asih dan Reformasi Soaial Budaya Kyai
Ahmad Dahlan (Jakarta: Bentara, Kompas, 2005).

Abu Mujahid, Sejarah Muhammadiyah: Gerakan “Tajdid” di Indonesia


bagian I. ( Bandung: Too Bagus Publishing, 2013).

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,


1997).

Belarminus, Robertus. “Anies Baswedan Sebut Pendidikan Indonesia


Gawat Darurat”. 10 Novmber 2015. http://www.edukasi.com.
http://darussalambengkulu.wordpress.com.

http://mahasiswamuslimgarut.blogspot.co.id.

Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Dalam Perspektif


Perubahan Sosial, (Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. 1990).

Ramdani, Ahmad Fauzi. “Gerakan Budi Utomo 1908”. 28 Mei 2020.

Santoso, Urip. “Kumpulan Hadist Tentang Ilmu”. 28 Mei 2020.

Suharto, Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz.

Suryanis, Afrilia. “Begini Kronologi Bullying di SMA Don Bosco”. 28 Mei


2020. http://www.tempo.co.

Suwito. 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.

Tohirin. “Tujuan Pendidikan”. 28 Mei 2020. http://sholohfikr.blogspot.co.id.


Tunru, Muh. Idris. Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam, Sem. V. Fakultas
Tarbiyah Ilmu Keguruan, Pendidikan Agama Islam 2.

Wirjosukarto, Amir Hamzah. 1985 Pembaharuan Pendidikan dan


Pengajaran Islam. Jember: Mutiara Offset.

Yogyakarta, RS. PKU Muhammadiyah. “Sejarah RS PKU


Muhammadiyah http://sholohfikr.blogspot.co.id. http://rspkujogja.com.

Yunus, Mahmud. 1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Cet. IV;


Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Anda mungkin juga menyukai