Interaksi ekonomi antar daerah berlangsung melalui perdagangan antar daerah. Daerah yang
memperoleh manfaat dari perdagangan tersebut adalah daerah yang nilai ekspornya lebih
besar dari nilai impor. Besar kecilnya nilai ekspor tergantung pada harga dari jenis barang yang
diekspor dan volume ekspor Sementara itu, besarnya volume ekspor suatu wilayah tergantung
pada tingkat kebutuhan wilayah pengimpor, baik untuk keperluan konsumsi maupun untuk
keperluan produksi. Besarnya kebutuhan impor suatu daerah untuk tujuan produksi,
tergantung pada seberapa besar keterkaitan (linkages) antara sektor-sektor produksi di daerah
pengimpor terhadap sektor-sektor produksi di daerah pengekspor.
pola ketergantungan ekonomi antar daerah. Ketergantungan ekonomi antar daerah dapat
dikelompokkan ke dalam tiga pola.Perta ma , pola “dominan-tergantung” (dependence). Pola
ini mempunyai ciri interaksi antara wilayah dominan dan wilayah yang tergantung, di mana
wilayah dominan memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam interaksi ekonomi, bahkan
cenderung mengeksploitasi wilayah yang tergantung untuk memperoleh keuntungan yang lebih
besar lagi.Dengan demikian pola ini akan menimbulkan ketimpangan ekonomi antarwilayah
yang semakin
Suatu empirik yang berkaitan dengan interaksi ekonomi antara ekonomi didaerah
indonesia,dilakukan oleh
beberapa pihak dengan pembagian wilayah yang berbeda dan kurun waktu yang berbeda,
namun menunjukkan fenomena kesenjangan ekonomi antar daerah di Indonesia yang serupa.
Secara umum, hasil studi empirik sebagaimana disebutkan di atas menunjukkan bahwa
melebarnya kesenjangan
ekonomi antar daerah antara lain bersumber dari hal-hal sebagai berikut :
1.Lebih dari 80 persen industri manufaktur yang didirikan di Indonesia berlokasi dijawa sekitar
12 - 13 persen
di Sumatera, dan sisanya yang kurang dari 10 persen (antara 7–8 persen) berada di wilayah
lainya. Kontribusi nilai tambahnya kurang lebih sama dengan persentase sebaran industri
tersebut;
2.Daerah-daerah Luar Jawa pada umumnya mengekspor produk-produk primer ke Jawa dan
mengimpor produk-produk sekunder dari Jawa, dimana nilai impor daerah Luar Jawa jauh lebih
besar daripada nilai ekspornya. Hal yang demikian, membuat neraca perdagangan daerah-
daerah Luar Jawa mengalami defisit terhadap neraca perdagangan Jawa. Ketimpangan neraca
perdagangan ini menjadi semakin parah manakala harga relatif produk-produk primer semakin
rendah terhadap produk-produk sekunder.
3. Kegiatan produksi sektor-sektor ekonomi di Luar Jawa sangat bergantung pada input yang
berasal dari Jawa, sedangkan sebaliknya tidak. Hal ini mengakibatkan efek multiplier yang
diterima perekonomian Jawa atas kemajuan ekonomi daerah-daerah Luar Jawa sangat besar,
sedangkan sebaliknya tidak. Dengan kata lain spillover effect yang ditimbuhkan oleh kemajuan
ekonomi daerah-daerah Luar Jawa terhadap perekonomian Jawa jauh lebih besar.Paling sedikit
tiga hal tersebut di atas, merupakan penyebab utama kesenjangan ekonomi antara Jawa dan
Luar Jawa menjadi semakin melebar. Kesenjangan ekonomi antar daerah yang sangat ekstrim
akan sangat mudah menimbukan konflik, baik konflik vertikal maupun konflik horizontal, yang
pada gilirannya akan mengakibatkan terpecahnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh
karena itu, upaya untuk mengatasi kesenjangan ekonomi antar daerah secara sungguh-sungguh
merupakan suatu keharusan.