Pengertian Ijtihad
· Syarat-syarat Berijtihad
Ijtihad bukan masalah yang mudah, karenanya seorang mujtahid harus memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan. Adapun persyaratannya sebagai berikut;
6) Hal yang diijtihadkan merupakan persoalan yang tidak ada dalil qath'inya dalam Al-Qur'an atau
hadits.
§ Ijtihad merupakan sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al-Qur'an dan hadits
§ Ijtihad merupakan sarana untuk menyelesaikan persoalan-persoalan baru yang muncul dengan
berpedoman pada Al-Qur'an dan hadits
§ Ijtihad merupakan salah satu cara yang disyari'atkan untuk menyelesaikan permasalahan social
dan kenegaraan dengan ajaran-ajaran Islam.
· Bentuk-bentuk Ijtihad
§ Ijmak yaitu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum suatu masalah yang belum
diterangkan dalam Al-Qur'an dan hadits.
§ Qiyas yaitu menyamakan permaslahan yang terjadi dengan masalah lain yang sudah ada
hukumnya karena ada kesamaan sifat atau alasan.
Contoh: Hukum minuman keras diqiyaskan dengan khamar. Karena keduanya ada kesamaan sifat
yaitu sama-sama memabukkan.
§ Istihsan yaitu menetapkan hukum suatu masalah yang tidak dijelaskan secara rinci dalam Al-
Qur'an dan hadits, yang didasarkan atas kepentingan/kemaslahatan umum.
§ Istishab yaitu meneruskan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan karena suatu
dalil sampai ada dalil lain yang merubah kedudukan hukum tersebut.
§ Istidlal yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan yang tidak disebutkan secara rinci dalam Al-
Qur'an atau hadits dengan didasarkan karena telah menjadi adat istiadat atau kebiasaan masyarakat
setempat.
§ Maslahah mursalah yaitu perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan sesuai dengan maksud
syara' dan hukumnya tidak diperoleh dari dalil secara langsung dan jelas.
§ Urf yaitu kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok orang, baik dalam ucapan ataupun
perbuatan.
§ HUKUM TAKLIFI
Hukum taklifi adalah hukum yang menjelaskan tentang perintah, larangan, dan pilihan untuk
menjalankan sesuatu atau meninggalkannya. Contoh hukum yang menunjukkan perintah, seperti
mendirikan shalat, membayar zakat, berhaji ke Baitullah bagi yang mampu dan lain sebagainya.
Hukum yang menunjukkan larangan, seperti memakan harta benda orang lain dengan cara batil.
Firman Allah SWT.;
Artinya: "Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil …" .(QS. Al-Baqarah: 188)
Hukum yang menunjukkan takhyir (pilihan), seperti makan, minum, tidur, bepergian dan juga ziarah
kubur. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.;
)(رواه أحمد ومسلم وأصحاب الستن ت نَهَ ْيتُ ُك ْم ع َْن ِزيَا َر ِة ْالقُبُوْ ِر فَ ُزوْ ُرهَا
ُ ُك ْن
Artinya: "(dulu) aku melarang kalian untuk ziarah kubur. (tapi sekarang) pergilah kalian untuk
berziarah kubur." (HR. Ahmad, Muslim dan Ashabus sittin)
Hukum tersebut berlaku bagi setiap muslim mukalaf, yaitu muslim yang sudah harus
mempertanggungjawabkan atas perbuatannya. Hukum taklif, sebagaimana dalam ilmu fiqih dapat
digolongkan menjadi 5 (lima), yaitu:
o Wajib 'ain (fardhu 'ain) yaitu perbutan yang harus dikerjakan setiap orang yang mukalaf. Seperti
shalat lima waktu, puasa ramadhan dan birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua)
o Wajib kifayah (fardhu kifayah) yaitu perbuatan yang harus dilakukan oleh sekelompok muslim,
apabila perbuatan itu sudah dilakukan oleh sebagian muslim maka sebagian yang lainnya tidak
dikenai kewajibannya.
o Sunah muakadah yaitu perbuatan yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan oleh setiap individu
muslim, seperti shalat rawatib, shalat tarawih, shalat hari raya, dll.
o Sunah ghairu muakadah yaitu sunah biasa maksudnya perbuatan yang tidak begitu dianjurkan
untuk dilakukan.
o Makruh tahrim, yaitu larangan yang pasti yang didasarkan pada dalil dzanni (dalil yang masih
mengandung keraguan).
o Makruh tanzih, yaitu suatu larangan syara', tetapi larangan tersebut tidak bersifat pasti karena
tidak ada dalilnya. Menurut pendapat ahli fiqih pelaku makruh tidaklah tercela, sedangkan orang
yang meninggalkannya adalah terpuji.
· Mubah atau Al-Mubahah (boleh) yaitu suatu perbuatan yang tidak ada dosa atau pahala bagi
yang mengerjakan atau meninggalkannya. Misalnya seperti makan, minum, tidur.
§ IBADAH
Ibadah berasal dari kata ً ِعبَا َدة - يَ ْعبُ ُد – َعبَ َد yang artinya menyembah. Secara istilah ibadah adalah
mengerahkan segenap kemampuan untuk menjalankan segala yang diperintahkan Allah dan
meninggalkan segala yang dilarang-Nya.
Kata ibadah juga berarti tunduk, patuh dan taat. Menurut Ibnu Taimiyah, ibadah adalah suatu
ungkapan yang mencakup segala ucapan dan perbuatan baik yang lahir maupun yang batin yang
dicintai dan diridhai Allah SWT. Upaya untuk membersihkan diri dari segala sesuatu yang
bertentangan dengan kehendak Allah SWT juga termasuk ibadah. Allah SWT melarang seorang
hamba beribadah kepada selain-Nya karena perbuatan tersebut termasuk syirik.
Secara garis besar syarat sahnya ibadah terdiri dari dua macam, yaitu;
Artinya: "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1], dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus". (QS. Al-Bayyinah: 5)
[1] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
· Ittiba' rasul yaitu mengikuti tata cara beribadah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
ْس َعلَ ْي ِه أَ ْم ُرنَا فَه َُو َر ٌّد َ َث فِ ْى أَ ْم ِرنَا ه َذا َما لَي
َ َم ْن َع ِم َل َع َمالً لَي :(رواه البخارى ومسلم ) َوفِ ْي ِر َوايَ ٍة لِ ُم ْسلِ ٍم ْس ِم ْنهُ فَهُ َو َر ٌّد َ َم ْن أَحْ د.
Rasulullah Saw. bersabda : "Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan
(berasal) darinya (Islam), maka dia tertolak. (HR. Bukhori dan Muslim), dalam riwayat Muslim
disebutkan: "Siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami,
maka dia tertolak)."
b. Hikmah Ibadah