Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PENELITIAN

SINTESIS NANO-KITOSAN TERMODIFIKASI MELALUI


TEKNIK EMULSI DAN SELF-ASSEMBLY NANOPARTIKEL

Disusun oleh:

AJI SA’ADILLAH RAMADHAN 3335160060


RAVINA AULIA 3335160057

JURUSAN TEKNIK KIMIA – FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

CILEGON – BANTEN

2019

i
Proposal Penelitian

SINTESIS NANO-KITOSAN TERMODIFIKASI MELALUI


TEKNIK EMULSI DAN SELF-ASSEMBLY NANOPARTIKEL

diajukan oleh:

AJI SA’ADILLAH RAMADHAN 3335160060


RAVINA AULIA 3335160057

telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing:

Dosen Pembimbing I

Dr. Endarto Yudo Wardhono, S.T, M.T. Tanggal: 15 Juni 2020


NIP. 197707092008121001

Dosen Pembimbing II

Sri Agustina, S.T., M.T., ME., PhD Tanggal: 15 Juni 2020


NIP. 197908142003122003
RINGKASAN

SINTESIS NANO-KITOSAN TERMODIFIKASI MELALUI TEKNIK EMULSI


DAN SELF-ASSEMBLY NANOPARTIKEL

Oleh:

Aji Sa’adillah Ramadhan 3335160060

Ravina Aulia 3335160057

Nanopartikel adalah metode yang paling banyak dikaji penerapannya pada


proses preparasi material kemasan pintar. Nanopartikel memiliki kelebihan berupa
kemampuan mengatur pelepasan material bioaktif yang diletakkan pada kemasan
pintar ke dalam bahan makanan untuk melindungi produk dari pembusukan yang
lebih cepat. Teknologi nanopartikel yang terus dikembangkan menjadi salah satu
alternatif modifikasi bentuk kitosan dalam penelitian. Untuk mendapatkan
nanopartikel kitosan yang termodifikasi, maka dilakukan sintesis nanokitosan
dengan proses emulsi dan teknik self-assembly nanopartikel. Tujuan dari penelitian
ini adalah membentuk nanopartikel kitosan, mengetahui pengaruh lama waktu
pengadukan dan laju pengadukan terhadap proses pembentukan nanopartikel
(ukuran dan morfologi nanopartikel), dan melakukan studi terhadap kemampuan
kitosan nanopartikel sebagai komponen pembawa senyawa bioaktif. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode self-assembly dan proses emulsifikasi
oil-in-water (O/W).

Keyword : Nanopartikel, kitosan, emulsi, self-assembly

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahamat dan hidyah-
Nya yang senantiasa dilimpahakan kepada penulis, sehingga bisa menyelasaikan
proposal penelitian dengan judul “SINTESIS NANO-KITOSAN
TERMODIFIKASI MELALUI TEKNIK EMULSI DAN SELF-ASSEMBLY
NANOPARTIKEL” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Dalam penyusunan proposal ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis
hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan
bantuan dari berbgai pihak baik secara moral maupu spiritual. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Endang Suhendi, S.T., M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Endarto Yudo Wardhono, S.T., M.T selaku Pembimbing I yang
telah memberikan dukungan penuh selama masa penyusunan proposal.
3. Ibu Dr. Sri Agustina, S.T., M.T selaku Pembimbing II yang telah memberikan
arahan penuh selama masa penyusunan proposal.
4. Kedua orang tua beserta kakak/adik tim penulis yang telah memberikan doa
dan dukungan selama proses pembuatan proposal.
5. Teman-teman Teknik Kimia UNTIRTA 2016 yang telah mendukung satu sama
lain.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
memberikan dukungan.
Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Semoga
proposal ini dapat memberikan manfaat untuk mendorong penelitian-penelitian
selanjutnya.

Cilegon, Mei 2019

Tim Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. ii
RINGKASAN..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 2
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nanopartikel .......................................................................................... 4
2.2 Preparasi Nanopartikel ........................................................................... 4
2.3 Karakteristik Nanopartikel ..................................................................... 6
2.3.1 Ukuran dan Distribusi Partikel ........................................................ 6
2.3.2 Zeta Potensial ................................................................................. 6
2.3.3 Efisiensi Enkapsulasi ...................................................................... 7
2.4 Kitosan .................................................................................................. 7
2.4.1 Sumber Kitosan .............................................................................. 9
2.4.2 Sifat dan Spesifikasi Kitosan ........................................................ 11
2.4.3 Aplikasi Kitosan ........................................................................... 13
2.5 Emulsi ................................................................................................. 13
2.6 Self-Assembly ...................................................................................... 14
2.7 Uji Karakteristik Nanopartikel ............................................................. 15
2.7.1 Analisis TEM (Transmission Electron Microscopy) ...................... 15
2.7.2 Analisis DLS (Dynamic Light Scattering) ..................................... 15
2.7.3 Spektrofotometer UV-Vis .............................................................. 15
BAB III METODE PENELITIAN

v
3.1 Metode Penelitian ................................................................................ 17
3.2 Prosedur Penelitian .............................................................................. 19
3.3 Alat dan Bahan .................................................................................... 19
3.4 Variabel Penelitian .............................................................................. 20
3.5 Metode Pengumpulan dan Analisa data................................................ 20
3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kitosan Komersil .............................................................................. 8


Gambar 2.2 Struktur Molekul Kitosan.................................................................. 9
Gambar 3.1 Diagram Alir Sintesis Nanokitosan ................................................. 18
Gambar 3.2 Diagram Alir Pembentukan Nanokitosan ........................................ 18

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sumber-sumber Kitin/Kitosan di Alam ............................................... 10


Tabel 2.2 Spesifikasi Kitosan ............................................................................. 11
Tabel 3.1 Rencana Jadwal Penelitian ................................................................. 21

viii
0
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri farmasi dan makanan semakin pesat seiring


dengan pertumbuhan penduduk dunia. Pengemasan bahan pangan menjadi
bagian penting dalam industri karena berperan sebagai pelindung produk
makanan dari pengaruh lingkungan selama proses distribusi. Selain itu,
pengemasan produk pangan dapat menjaga mutu dan kualitas bahan dari proses
degradasi. Hal ini mendorong tumbuhnya inovasi dari teknologi smart
packaging atau dikenal sebagai kemasan pintar. Salah satu teknologi kemasan
pintar adalah active packaging yang dapat memperpanjang umur simpan suatu
produk makanan atau meningkatkan kualitas bahan pangan yang dikemas.
Beberapa manfaat yang terlihat pada studi penerapan kemasan pintar produk
pangan yaitu dapat mengendalikan proses pematangan buah, mempertahankan
kesegaran daging, dan mendeteksi masa kadaluwarsa pangan.

Nanopartikel adalah metode yang paling banyak dikaji penerapannya pada


proses preparasi material kemasan pintar. Nanopartikel memiliki kelebihan
berupa dapat mengatur pelepasan material bioaktif yang diletakkan pada
kemasan pintar ke dalam bahan makanan untuk melindungi produk dari
pembusukan yang lebih cepat. Dengan kata lain, nanopartikel dapat membantu
memperpanjang umur simpan produk pangan.

Senyawa yang aman digunakan untuk pengembangan kemasan pintar ini


adalah kitosan. Hal ini karena kitosan termasuk zat yang tergolong aman
dikonsumsi manusia dan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk pembuatan
edible film dari polimer nanokitosan. Kitosan sudah banyak dikenal karena
aplikasinya di industri farmasi, biokimia, dan pangan. Selain itu, kitosan dapat
diperoleh dari pengolahan limbah kulit atau cangkang udang, kepiting, kapang,
dan lain-lain melalui proses deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi.
2

Banyaknya aplikasi kitosan di industri mendorong untuk terus


dikembangkannya berbagai penelitian yang menggunakan kitosan, termasuk
melakukan modifikasi kitosan secara kimia atau fisik. Modifikasi fisik pada
kitosan mencakup perubahan ukuran partikel atau butiran kitosan menjadi
lebih kecil untuk pemanfaatan yang lebih luas, perkembangan modifikasi fisik
dan kimiawi mengarah ke bentuk nanopartikel. Penelitian mengenai
nanopartikel kitosan sampai saat ini terus dikembangkan, baik dalam
penentuan komposisi maupun pencarian metode yang sesuai.

1.2 Rumusan Masalah

Mengacu pada beberapa hal yang telah dijelaskan di latar belakang, maka
perlu diciptakan inovasi baru dalam proses preparasi material kemasan pintar
yang lebih efektif dalam membawa senyawa komponen aktif dan efisien dalam
alur proses pembuatannya. Pemilihan bahan baku alternatif sebagai material
kemasan pintar juga harus menjadi pertimbangan untuk menjaga keamanan
pengguna bagi kesehatan tubuh manusia. Teknologi nanopartikel yang terus
dikembangkan menjadi salah satu alternatif modifikasi bentuk kitosan dalam
penelitian. Untuk mendapatkan nanopartikel kitosan yang termodifikasi, maka
dilakukan sintesis nanokitosan dengan proses emulsi dan teknik self-assembly
nanopartikel (oil-in-water).

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

a. Membentuk nanopartikel kitosan melalui teknik self-assembly dan proses


emulsi (oil-in-water).
b. Mengetahui pengaruh lama waktu pengadukan dan laju pengadukan
terhadap proses pembentukan nanopartikel (ukuran dan morfologi
nanopartikel).
c. Melakukan studi terhadap kemampuan kitosan nanopartikel sebagai
komponen pembawa senyawa bioaktif.
3

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan proses emulsi dan teknik self-assembly


nanopartikel (oil-in-water). Bahan yang digunakan yaitu kitosan, komponen
bioaktif, tripolifosfat (TPP), air, dan asam asetat. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Riset Teknik Kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nanopartikel

Nanopartikel didefinisikan sebagai partikulat yang terdispersi atau partikel


partikel padatan dengan ukuran partikel berkisar 10 – 100 nm. Saat ini
teknologi nano banyak dikembangkan dan menjadi tren dalam pengembangan
dan peningkatan kualitas produk pangan fungsional. Nanoteknologi sangat
berkembang karena memilki banyak keunggulan seperti ukuran partikel yang
kecil memiliki sifat yang khas dibandingkan dengan ukuran partikel yang lebih
besar dan fleksibel dikombinasikan dengan teknologi lain sehingga dapat
dikembangkan untuk berbagai keperluan. Teknologi nano banyak
dikembangkan sebagai penghantar zat aktif dalam suatu produk pangan
maupun obat untuk mengatur laju pelepasan senyawa zat aktif, meningkatkan
kelarutan, dan meningkatkan penyerapan dalam tubuh. Enkapsulasi berbasis
nanopartikel merupakan pendekatan yang efektif dalam memasukkan senyawa
bioaktif dalam bahan pangan.[1]

Nanopartikel telah diproyeksikan pada banyak penggunaan dalam bidang


biomedical karena dapat meningkatkan bioavailabilitas dan kecendrungan
untuk memperpanjang efek terapik pada obat. Selain itu penggunaan
nanopartikel juga digunakan pada biodistribution dan mucoadhesion.[2]

2.2 Preparasi Nanopartikel

Nanopartikel banyak dipreparasi dengan menggunakan 4 metode, yaitu:

a. Metode Penguapan Pelarut


Pada metode ini, polimer dilarutkan dalam pelarut organik seperti
diklorometan, kloroform, atau etil asetat dimana biasa digunakan juga
sebagai pelarut dalam melarutkan obat yang bersifat hidrofob. Campuran
dari polimer dan larutan obat akan diemulsifikasi dalam larutan yang
5

mengandung surfaktan dan menjadi bentuk emulsi minyak dalam air


(o/w). Setelah terbentuknya emulsi yang stabil, pelarut organic kemudian
diuapkan dengan ditekan atau diputar secara terus menerus menggunakan
pengaduk magnetik. Ukuran partikel dipengaruhi oleh tipe dan konsentrasi
emulsifier yang digunakan, kecepatan homogenizer, dan konsentrasi
polimer[3].
b. Metode Emulsifikasi Spontan
Metode ini merupakan modifikasi dari metode penguapan pelarut.
Dalam metode ini air yang larut di dalam pelarut dengan jumlah lebih
sedikit dari air yang tidak larut dalam pelarut organik digunakan sebagai
fase minyak. Karena difusi spontan dari pelarut menyebabkan turbulensi
antarmuka antara 2 fase yang membentuk partikel kecil. Semakin banyak
konsentrasi air yang larut dalam pelarut, ukuran dari partikel yang
dihasilkan akan semakin kecil [3].
c. Metode Polimerisasi
Pada metode ini monomer-monomer dipolimerisasi menjadi bentuk
nanopartikel di dalam larutan. Obat akan dimasukan dengan cara
dilarutkan dalam medium polimerisasi atau dengan adsorpsi ke dalam
nanopartikel setelah polimerisasi selesai. Suspensi nanopartkel ini
kemudian dimurnikan untuk menghilangkan aneka penstabil dan surfaktan
yang digunakan untuk polimeriasi dengan ultrasentrifugasi [3].
d. Metode Gelasi Ionik
Metode gelasi ionic melibatkan proses sambung silang antara
polielektrolit dengan adanya pasangan ion multivalennya. Gelasi ionic
seringkali diikuti dengan kompleksasi polielektrolit dengan polielektrolit
yang berlawanan. Pembentukan ikatan sambung silang ini akan
memperkuat kekuatan mekanis dari partikel yang terbentuk. Contoh
pasangan polimer yang dapat digunakan untuk gelasi ionic ini antara lain
kitosan dengan tripolifosfat dan kitosan dengan karboksimetilselulosa [4].
Kitosan yang merupakan polimer kationik dapat bereaksi dengan
anion multivalent seperti tripolifosfat. Pembentukan mikropartikel dengan
6

metode gelasi ionic dapat dilakukan antara lain dengan pengerasan tetesan
cair yang didispersikan pada fase minyak atau organic. Prosedur sederhana
tersebut meliputi pencampuran dua fase cair dimana fase yang satu
mengandung kitosan dan fase yang satu mengandung anion multivalen [3].

2.3 Karakteristik Nanopartikel

2.3.1 Ukuran dan Distribusi Partikel

Ukuran dan distribusi partikel merupakan karakteristik yang


paling penting dalam sistem nanopartikel. Hal ini dapat digunakan
untuk memperkirakan distribusi secara in vivo, biologis, toksisitas,
dan kemampuan untuk targetting dari sistem nanopartikel.
Pelepasan obat juga dipengaruhi dari ukuran partikel. Semakin kecil
ukuran partikel maka semakin besar luas permukaannya. Namun,
semakin banyak obat yang bergabung menjadi atau mendekati
permukaan partikel, akan menyebabkan pelepasan obat yang cepat.
Bagaimanapun, partikel yang lebih besar memiliki inti yang besar
dimana akan memungkinkan lebih banyak obat yang dapat
dienkapsulasi dan sedikit demi sedikit berdifusi keluar. Partikel-
partikel yang memiliki ukuran kecil juga memiliki resiko tinggi
mengalami agregasi selama penyimpanan dan distribusi. Hal ini
selalu menjadi tantangan dalam memformulasikan nanopartikel
dengan ukuran yang paling kecil namun dengan stabilitas yang
paling maksimum [3].

2.3.2 Zeta Potensial

Zeta potensial adalah ukuran permukaan muatan partikel yang


tersebar dalam kaitannya dengan medium pendispersi. Partikel harus
memiliki muatan atau zeta potensial yang tinggi dibandingkan
dengan medium pendispersi untuk mencegah agregasi. Kekuatan
tolak-menolak yang dibawa oleh muatan ion serupa pada partikel
permukaan akan mencegah gaya tarik-menarik yang ditentukan oleh
7

ikatan hydrogen dan ikatan Van der Waals. Dengan mengendalikan


zeta potensial akan didapatkan kondisi yang ideal untuk terjadi
agregasi[5].

Zeta potensial dari sebuah nanopartikel biasanya digunakan


untuk mengkarakterisasi sifat muatan permukaan yang berkaitan
dengan interaksi elektrostatik nanopartikel. Partikel-partikel yang
terdiri dari molekul heteroatomik biasanya memiliki muatan
permukaan, yang mungkin menjadi positif atau negatif, tergantung
pada orientasi dan ionisasi komponen partikel. Interaksi elektrostatik
antara partikel akan menentukan kecenderungan agregasi dan
fenomena tolak menolak.

2.3.3 Efisiensi Enkapsulasi

Sebuah sistem nanopartikel yang sukses adalah yang memiliki


kapasitas pembawa obat yang tinggi sehingga akan mengurangi
jumlah material matriks yang digunakan. Drug loading dan efisiensi
enkapsulasi sangat bergantung pada kelarutan obat yang stabil dalam
material matriks atau polimer, dimana akan berkaitan dengan
komposisi polimer, bobot molekul, dan interaksi antara obat dengan
polimer[3].

2.4 Kitosan

Kitosan adalah sejenis bahan terbarukan serba guna yang dapat digunakan
secara luas di bidang makanan, farmasi, elektrokimia, biosensor, tekstil, dan
bidang pelapisan, dan telah dipelajari secara mendalam dalam berbagai bentuk,
pemanfaatannya masih mempertahankan minat luas terutama dalam bentuk
nanopartikel. Seperti pemberian obat, imobilisasi enzim, biosensor dan
fungsionalisasi lainnya.[3]
8

Gambar 2.1 Kitosan Komersil


Kitosan yang memiliki rantai [poli-(2-amino-2-deoksi-β-(1-4)-D-
glukopiranosa)] adalah senyawa poli aminosakarida yang disintesis melalui
penghilangan sebagian gugus 2-asetil dari kitin [poli(2-asetamido-2-deoksi-β-
(1-4)-D-glukopiranosa)], biopolimer linear dengan 2000-5000 unit monomer,
saling terikat dengan ikatan glikosidik β-(1-4). Kitosan atau (C6H11NO4)n
berbentuk padatan amorf berwarna putih kekuningan, bersifat polielektrolit.
Umumnya larut dalam asam organik, pH sekitar 4–6,5, tidak larut pada pH
yang lebih rendah atau lebih tinggi. Kelarutan dipengaruhi oleh bobot molekul
dan derajat deasetilasi.[6]

Umumnya kitosan diperoleh dari limbah perikanan seperti kulit udang,


kepiting, dan rajungan. Kitin dapat diisolasi dari limbah udang melalui dua
tahapan reaksi yaitu, demineralisasi dan deproteinisasi. Kitin yang diperoleh
disintesis menjadi kitosan dengan cara merubah gugus asetamida (–
NHCOCH3) pada kitin menjadi gugus amina (–NH2). Reaksi penghilangan
gugus asetil pada kitin disebut transformasi kitin menjadi kitosan.
Transformasi kitin menjadi kitosan digunakan basa kuat konsentrasi tinggi.[7]

Kitosan merupakan biopolimer alami dengan kelimpahan terbesar kedua


setelah selulosa, merupakan produk deasetilasi kitin baik melalui proses reaksi
kimia maupun reaksi enzimatis. Senyawa ini dapat ditemukan pada cangkang
udang, kepiting, kerang, serangga, annelida serta beberapa dinding sel jamur
dan alga. Kitosan terdiri dari unit N-asetil glukosamin dan N glukosamin Hasil
9

modifikasi kitosan menghasilkan sifat dan manfaat yang spesifik, yaitu adanya
sifat bioaktif, biokompatibel, pengkelat, anti bakteri dan dapat terbiodegrasi
Dengan adanya gugus reaktif amino pada atom C-2 dan gugus hidroksil pada
atom C-3 dan C-6. Melihat sifat hidrofilik, reaktifitas kimia, kesanggupan
membentuk film dan sifat mekanik yang baik, maka kitosan merupakan bahan
yang baik untuk digunakan dalam berbagai bidang aplikasi.[8]

Kitin dan kitosan dapat dikarakterisasi dengan sifat intrinsik (kemurnian,


berat molekul, viskositas, dan derajat deasetilasi) dan bentuk fisik. Lebih
lanjut, kualitas dan sifat kitin dan kitosan mungkin bervariasi karena banyak
faktor dalam proses preparasi yang dapat mempengaruhi karakteristik produk
kitosan akhir. Kitosan secara komersial dijual dengan variasi tingkat
kemurnian, berat molekul dan derajat deasetilasi. Karakterisasi kitosan dapat
digunakan sebagai parameter mutu kitosan.[8]

Gambar 2.2 Struktur Molekul Kitosan

2.4.1 Sumber Kitosan

Kitin sebagai sumber awal kitosan merupakan biopolimer yang


cukup melimpah di alam. Secara umum kitin ditemukan pada
hewan golongan Crustacea mollusca dan insecta yang tidak hanya
pada bagian kulit dan kerangkanya tetapi juga terdapat pada
ingsang, dinding usus dan bagian dalam kulit cumi-cumi. Lebih
jelasnya, uraian di atas di jelaskan pada tabel di bawah ini.
10

Tabel 2.1 Sumber-sumber Kitin/Kitosan di Alam

Sumber-sumber Komposisi (%)


Kitin/Kitosan
Rajungan 70 %
Kepiting 69 %
Ulat Sutera 44 %
Udang 40%
Laba – laba 38 %
Kumbang Air 37 %
Kecoa 35 %
Gurita 30 %
Jamur 5 - 20 %
Cacing 3 - 20 %
Sumber: Sugita dkk., 2009

Kulit Crustacea (kepiting, udang, lobster) sebagai limbah


industri pangan merupakan sumber utama yang dapat digunakan
untuk memproduksi kitosan dari kitin dalam skala besar. Secara
umum proses pembuatan kitosan meliputi tiga tahap, yaitu: (i)
deproteinasi, (ii) demineralisasi, dan (iii) deasetilasi.
Secara garis besar, pembuatan kitosan meliputi: cangkang
udang basah → dicuci dan dikeringkan → digrinding dan diayak
sampai lolos ayakan dengan diameter 0,356 mm → penghilangan
protein (deproteinasi) → dicuci dengan air → penghilangan mineral
(demineralisasi) → dicuci dengan air → penghilangan warna →
dicuci dengan air dan dikeringkan (terbentuk kitin) → penghilangan
gugus asetil (deasetilasi) → dicuci dengan air dan dikeringkan
terbentuk biopolimer kitosan [9].
Kitin sebagaimana dijelaskan sebelumnya merupakan
prekursor untuk pembuatan kitosan. Perbedaan antara kitin dan
kitosan terletak pada ukuran derajat deasetilasinya (DD). Kitosan
diketahui memiliki DD sebesar 80 - 90 %. Sedangkan kitin
umumnya memiliki DD kurang dari 10 %. Besarnya nilai DD ini
menentukan kualitas dan nilai ekonomi kitosan yang dihasilkan .
11

Semakin tinggi harga DD-nya maka semakin tinggi kualitas kitosan


tersebut[10].

2.4.2 Sifat dan Spesifikasi Kitosan

Kitosan adalah salah satu polimer yang bersifat non-toxic,


biocompatible, biodegradable dan bersifat polikationik dalam
suasana asam. Sifat dan penampilan produk kitosan ini dipengaruhi
oleh perbedaan kondisi, seperti jenis pelarut, konsentrasi, waktu dan
suhu proses ekstraksi. Kitosan dapat diperoleh dengan berbagai
macam bentuk morfologi diantaranya struktur yang tidak teratur.
Selain itu dapat juga berbentuk padatan amorf berwarna putih
dengan struktur kristal tetap dari kitin murni.
Kitosan dikelompokan ke dalam tiga bagian berdasarkan
berat molekulnya (BM) dan kelarutannya, yakni:
a. Kitosan larut asam dengan BM 800.000 - 1.000.000 Dalton
b. Kitosan mikrokristalin larut air dengan BM sekitar 150.000
Dalton
c. Kitosan nanopartikel dengan BM 23.000 - 70.000 Dalton
Selain itu, kitosan dapat dikarakterisasi berdasarkan kualitas
sifat fisik intrinsik yaitu kejernihan atau kemurnian, berat molekul,
viskositas dan DD. Sifat dan karakteristik kitosan disajikan pada
Tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Spesifikasi Kitosan

Parameter Karakteristik
Ukuran Partikel Serpihan/bubuk
Kadar Air (%) ≤ 10,0
Titik Transisi (Film) 200
Titik Dekomposisi (Film) 250
Kelarutan pH ≤ 6
12

Warna Larutan Tidak berwarna


n-Deasetilasi (%) ≥ 70,0
Kelas Viskositas (cps):
a. Rendah < 200
b. Medium 200 – 799
c. Tinggi 800 – 2000
d. Sangat Tinggi > 2000
Sumber: Sugita dkk., 2009

Kitosan merupakan senyawa kimia yang mudah menyesuaikan


diri, hidrofobik, memiliki reaktifitas yang tinggi yang
disebabkan oleh kandungan gugus hidroksil (OH) dan gugus
amino (NH2) yang bebas dan ligan yang bervariasi. Kumpulan
gugus hidroksil (hidroksil pertama pada C-6 dan hidroksil kedua
pada C-3) serta gugus amino yang sangat reaktif (C-2) atau N-asetil
yang seluruhnya terdapat pada kitin. Kitosan berbentuk spesifik dan
mengandung gugus amino dalam rantai karbonnya (Riesca dkk.,
2013)[11].

Kitosan memiliki sifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam
larutan asam dengan pH kurang dari 6 dan asam organik misalnya
asam asetat, asam format dan asam laktat. Pelarut yang umum
digunakan untuk melarutkan kitosan adalam asam asetat/asam cuka
dengan konsentrasi 1 - 2 % dengan pH sekitar 4. Adanya gugus
karboksil dalam asam asetat akan memudahkan pelarutan kitosan
karena terjadinya interaksi hidrogen antara gugus karboksil dengan
gugus amino dari kitosan [12].

Kitosan juga memiliki gugus polar dan non polar. Karenanya


kitosan dapat digunakan sebagai bahan pengental atau pembentuk
gel yang sangat baik, sebagai pengikat, penstabil dan pembentuk
tekstur. Kemampuan kitosan tersebut sama dengan CMC yang
13

dapat memperbaiki penampakan suatu produk karena daya ikat air


dan minyak yang kuat dan tahan panas[13].

2.4.3 Aplikasi Kitosan

Dalam aplikasinya, kitosan bermanfaat sebagai pengawet hasil


perikanan dan penstabil warna produk pangan, sebagai flokulan dan
membantu proses reverse osmosis dalam penjernihan air, aditif
untuk produk agrokimia dan pengawet benih. Sifatnya yang
biodegradable dan memiliki aktifitas antibakteri membuat kitosan
banyak diaplikasikan dalam bidang industri lainnya seperti,
pengembangan biomaterial, industri kertas dan tekstil, bidang obat
- obatan serta bidang kecantikan. Aplikasi kitosan di berbagai
bidang tersebut ditentukan oleh karakterisasinya, sifat intrinsiknya
yang meliputi derajat deasetilasi, kelarutan, viskositas, dan berat
molekul.[12]

2.5 Emulsi

Emulsi adalah dispersi berbasis cairan yang mengandung tetesan


minyak atau air yang tersebar dalam masing-masing air atau minyak.
Untuk menjaga struktur tetesan, antarmuka minyak-air dilapisi dengan
lapisan pengemulsi. Dalam emulsi minyak dalam air (O/W) stabilitas
sangat tergantung pada emulsifier. Namun, dalam sistem water-in-oil
(W/O) (seperti mentega) fase kontinu sebagian padat, yang meningkatkan
stabilitas dan memberi makanan tekstur yang kuat.

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil secara


termodinamika dengan kandungan paling sedikit dua fase cair yang tidak
dapat bercampur, satu diantaranya didispersikan sebagai globula dalam
fase cair lain. Ketidakstabilan kedua fase ini dapat dikendalikan
menggunakan suatu zat pengemulsi/emulsifier atau emulgator. Terdapat
beberapa jenis emulsi, mulai dari yang sederhana hingga kompleks. Sistem
emulsi minyak dalam air (M/A) atau oil-in-water (O/W) adalah sistem
14

emulsi dengan minyak sebagai fase terdispersi dan air sebagai fase
pendispersi. Emulsi tersebut dapat ditemukan dalam beberapa bahan
pangan yaitu mayonaise, susu, krim, dan adonan roti. Berkebalikan dengan
M/A, emulsi air dalam minyak (A/M) atau water-in-oil (W/O) adalah
emulsi dengan air sebagai fase terdispersi dan minyak sebagai fase
pendispersi. Jenis emulsi ini dapat ditemukan dalam produk margarin dan
mentega.[8]

2.6 Self-Assembly

Self-assembly melibatkan agregasi molekul secara spontan menjadi


stabil, terikat secara nonkovalen yang memiliki energi ikatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan ikatan lain seperti ikatan van der waals, ikatan
hydrogen, ikatan ion, maupun π– π donor–acceptor.

Self-assembly adalah fenomena di mana komponen-komponen dari


suatu sistem merakit diri sendiri dengan spontan melalui suatu interaksi
untuk membentuk suatu unit yang lebih besar. Teknik ini menekankan
pada kemampuan molekul-molekul sederhana untuk merakit diri sendiri
untuk kemudian membentuk supramolekul yang baru, mirip dengan proses
pendekatan bottom-up. Untuk mengarahkan pembentukan supramolekul
ini biasanya dilakukan dengan dua cara, yaitu internal dan eksternal.

Internal dilakukan dengan cara merubah bentuk partikel dengan


menambah gugus fungsi pada molekul dasar, pelarut, pH, atau apapun
yang berkaitan langsung dengan interaksi molekul. Sementara, eksternal
dilakukan dengan cara memberikan medan listrik dan medan magnit
sehingga memaksa molekul-molekul tersebur membentuk suatu rantai
ikatan. Teknik ini merupakan jembatan dari dua rekayasa nanomaterial
yang telah disebutkan sebelumnya, dengan proses yang lebih murah dan
persen keberhasilan yang lebih tinggi. Tantangan terbesar dari teknik self
assembly ini adalah bagaimana menjaga dan mengatur agar pembentukan
15

supramolekul terarah seperti yang diinginkan, karena proses ini secara


garis besar terjadi tanpa campur tangan manusia[14]

2.7 Uji Karakteristik Nanopartikel

2.7.1 Analisis TEM (Transmission Electron Microscopy)

Analisis TEM (Transmission Electron Microscopy) dilakukan


untuk menyelidiki ukuran dan morfologi pada nanopartikel kitosan.
Transmission Electron Microscope atau yang dikenal dengan TEM
adalah mikroskop elektron transmisi yang dapat memberikan
informasi pencitraan, difraksi dan spektroskopi, baik secara
simultan atau secara serial, dari spesimen dengan resolusi spasial
atomik atau sub-nanometer. Persiapan sampel dalam analisis TEM
lebih lama dan kompleks karena harus menghasilkan setipis
mungkin untuk transmitasi elektron. Selama karakterisasi dengan
TEM, dispersi nanopartikel diendapkan ke dalam grid pendukung
atau film.

2.7.2 Analisis DLS (Dynamic Light Scattering)

Ukuran partikel dapat ditentukan dengan menggunakan Photon-


correlation spectroscopy (PCS) atau dapat juga menggunakan
dynamic light scattering (DLS). DLS menerapkan konsep
pengukuran dimana partikel kecil di dalam suspense bergerak dalam
pola yang acak. Pengamatan pada partikel besar jika dibandingkan
dengan partikel yang lebih kecil akan menunjukkan bahwa partikel
besar bergerak lebih lambat dari partikel yang berukuran lebih kecil
[15].

2.7.3 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara


spektrofotometri UV dan Visible. Spektrofotometri ultraviolet –
cahaya tampak adalah suatu metode analisis spektrofotometri
16

serapan dimana molekul zat uji menyerap radiasi elektromagnetik


ultraviolet dekat dan cahaya tampak pada panjang gelombang
tertentu yang hampir monokromatis. Radiasi elektromagnetik
ultraviolet mencakup panjang gelombang 180 – 380 nm, sedangkan
radiasi daerah cahaya tampak pada panjang gelombang 380 – 780
nm.
17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian kali ini memiliki 2 tahapan utama dalam menghasilkan


Nanokitosan, yaitu tahap sintesis nanokitosan dan tahap pembentukan
nanokitosan. Diagram alir untuk kedua tahapan berikut akan dibahas pada sub
bab ini.

3.1.1 Diagram Alir Sintesis Nanokitosan


Diagram alir untuk sintesis nanokitosan adalah sebagai berikut:

Kitosan
Komponen
Gelas Beker 1000 mL
TPP
Asam asetat

Mengaduk campuran menggunakan


magnetic stirrer dengan variasi kecepatan
pengadukan dan waktu tertentu

Larutan polimer kitosan

Syringe Pump

Droplet larutan polimer


18

Air Gelas Beker 1000 mL

Mengaduk campuran menggunakan


Magnetic Stirrer dengan variasi kecepatan
pengadukan dan waktu tertentu

Nanokitosan
dalam larutan

Gambar 3.1 Diagram Alir Sintesis Nanokitosan

3.1.2 Diagram Alir Tahap Pemurnian Nanopartikel dari Dispersan

Alat Sentrifugasi
Nanokitosan Air
Nanokitosan bebas air

Mengeringkan
dengan Oven

Nanokitosan

Gambar 3.2 Diagram Alir Pembentukan Nanokitosan


19

3.2 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan umum yaitu tahap sintesis
nanokitosan menggunakan teknik self-assembly dengan proses emulsifikasi
dan tahap pemurnian nanokitosan. Tahap sintesis nanokitosan memilki langkah
pertama yaitu membuat larutan polimer kitosan dengan mencampurkan
kitosan, komponen bioaktif, TPP, dan asam asetat ke dalam gelas beker 1000
mL dan mengaduk menggunakan magnetic stirrer dengan variasi kecepatan
dan waktu pengadukan tertentu. Selanjutnya memasukkan larutan polimer
kedalam Styringe Pump dan meneteskan droplet larutan polimer ke dalam
gelas beker 1000 mL berisi air dan mengaduk menggunakan magnetic stirrer
dengan variasi kecepatan dan waktu pengadukan tertentu.
Tahap pembentukan pemurnian nanokitosan memilki langkah pertama
yaitu memisahkan air dari nanokitosan yang terbentuk dengan alat sentrifugasi.
Kemudian memasukkan nanokitosan bebas air ke dalam oven hingga terbentuk
nanokitosan. Terakhir menganalisa nanokitosan yang diperoleh.

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian kali ini adalah:

a. Alat Sentrifugasi 1 buah


b. Gelas Beker 1000 mL 2 buah
c. Gelas Ukur 100 mL 6 buah
d. Magnetic Stirrer 2 buah
e. Neraca Digital 1 buah
f. Oven 1 buah
g. Syringe Pump 1 buah

3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian kali ini adalah:

a. Air
20

b. Asam asetat
c. Kitosan
d. TPP (Tripolyphospate)
e. Komponen bioaktif (Minyak biji bunga matahari)

3.4 Variabel Penelitian

Penelitian kali ini memiliki variabel percobaan berupa laju pengadukan dan
waktu pengadukan pada pembuatan larutan polimer serta proses self-assembly.
Data yang dikumpulkan berupa morfologi, ukuran partikel nanokitosan yang
didapatkan, serta kandungan minyak didalam nanokitosan yang terperangkap.

3.5 Metode Pengumpulan dan Analisa data

Metode yang digunakan untuk mendapatkan data morfologi nanokitosan


yang diperoleh adalah dengan melakukan uji TEM (Transmission Electron
Microscope). Sedangkan untuk data ukuran partikel nanokitosan yang
diperoleh adalah dnegan melakukan uji DLS (Dynamic Light Scattering).
Kemampuan nanokitosan dalam membawa minyak (carrying oil) dapat
diketahui dengan uji spektrofotometri uv-vis. Uraian model analisis adalah
sebagai berikut:

a. Transmission Electron Microscope (TEM)


TEM merupakan suatu uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui
morfologi dari sebuah bahan. Prinsip kerja dari TEM secara singkat adalah
sinar elektron mengiluminasi spesimen dan menghasilkan sebuah gambar
diatas layar pospor. Gambar dilihat sebagai sebuah proyeksi dari spesimen
b. Dynamic Light Scattering (DLS)
DLS merupakan suatu uji yang dapat dilakukan untuk mengetahui
ukuran partikel pada daerah sub mikron. Cara kerjanya adalah partikel
tersuspensi dalam cairan menjalani Gerak Brown. Semakin besar partikel,
semakin lambat gerak Brown akan. DLS memonitor Gerak Brown dengan
hamburan cahaya. Kecepatan di mana partikel menyebarkan akibat gerak
21

Brown diukur dengan merekam tingkat di mana intensitas cahaya yang


tersebar berfluktuasi.
c. Spektrofotometri uv-vis
Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara
spektrofotometri UV dan Visible. Alat ini menggunakan dua buah sumber
cahaya yang berbeda, yaitu sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible.
Sampel yang dianalisis diukur serapan sinar ultra violet atau sinar
tampaknya. Konsentrasi larutan yang dianalisis akan sebanding dengan
jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam sampel tersebut.

3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini direncanakan dalam 5 bulan, dengan jadwal


sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rencana Jadwal Penelitian

Tahapan Waktu Penelitian/Bulan


No Kegiatan
Penelitian 1 2 3 4 5
Persiapan bahan
1 Pencarian dan pembelian bahan.
penelitian
Persiapan Instalasi alat serta
2
penelitian perlengkapannya.
3 Penelitian Sintesis nanokitosan.
Pengumpulan Nanokitosan hasil sintesis
4
data disimpan untuk selanjutnya diuji.
Analisa TEM, DLS, dan
5 Analisis data
Spektofotometri uv vis.
Penyusunan
Evaluasi, penulisan, dan seminar
6 laporan &
hasil.
seminar hasil
22

DAFTAR PUSTAKA
[1] Ningsih, N. Yasni, N. & Yuliani S. Sintesis Nanopartikel Ekstrak Kulit Manggis
Merah dan Kajian Fungsional Produk Enkapsulasinya. 2017. Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan. 28(1): 27-35

[2] Anand, P. Sathyapriya, P. Maruthupandy, & M. Beevi, A.H. 2018. Synthesis of


chitosan nanoparticles by TPP and their potential mosquito larvicidal application.
Frontiers in Laboratory Medicine. 28(1): 27-35.

[3] Mohanraj, V,J. Chen, Y. 2006. Nanoparticle-A Review. Tropical Journal of


Pharmaceutical Research. 5(1): 561-573.

[4] Park, K. Yeo,Y. & Swarbrick, J. 2007. “Microencapsulation Technology”.


Encyclopedia of Pharmaceutical Technology 3rd Edition. Hal. 2315-2325.

[5] Vaughn, JM. & William, R. 2007. “Nanoparticle Engineering” Encyclopedia of


Pharmaceutical Technology 3rd Edition. Hal 48

[6] Wang, D. Jiang, W. 2018. Preparation of chitosan-based nanoparticles for


enzyme immobilization. International Journal of Biological Macromolecules.

[6] Dompeipen, J.E. Kaimudin, M. & Dewa, P.R. 2016. Isolasi Kitin dan Kitosan
dari Limbah Kulit Udang. Jurnal Kemenperin Indonesia.

[7] Kaimudin, M & Leonoupun, M. 2016. Karakterisasi Kitosan dari Limbah Udang
dengan Proses Bleaching dan Deasetilasi yang Berbeda. Jurnal Kemenperin
Indonesia.

[8] Robins, M,M & Wilde, J,P. 2003. Encyclopedia of Food Sciences and Nutrition
(Second Edition). Elsevier: Amsterdam.

[9] Irwan, S. & Pirman. 2010. Karakterisasi Fisiokimia dan Fungsional Chitosan
yang diperoleh dari Limbah Cangkang Windu. Jurnal Teknik Kimia Indonesia,
vol.9 Hal 11-18.
23

[10] Harly. & Restu. 2012. Modifikasi Komposisi Kitosan pada Proses Sintesis
Komposit TiO2-Kitosan. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Padang: Universitas
Andalas

[11] Riesca, AKW. Rudyarjo, DI. & Supardi, A. 2013. Sintesis dan Karakterisasi
Bioselulosa-Kitosan dengan Penambahan Gliserol Sebagao Plasticizer. Jurnal
Fisika dan Terapannya. 1(1): 8-22.

[12] Dutta P. Pradip, K. & Triphati, VS. 2004. Chitin and Chitosan: Chemistry,
Properties, and Applications. Journey of Scientific & Industrial Research. Vol.63.
Hal 20-31.

[13] Tongdeesoontorm, W. Mauer, JS. Wongruong, S.Sriburi, P. & Rachtanapun, P.


2011. Effect CMC Concentration on Physical Properties of Biodegredebel Cassava
Starch-Based Film. Chemistry Central Journey (CCJ). 5(6): 1-8.

[14] Ayu, W. 2016. Menyederhanakan Pembuatan Nanomaterial dengan Teknik


Self-Assembly. Universitas Indonesia: Berita UI.
https://www.ui.ac.id/berita/menyederhanakan-pembuatan-nanomaterial-dengan-
teknik-self-assembly.html. (Diakses pada 15 Mei 2019)

[15] Jahanshahi, M. Sanati, MH. & Babaei, Z. 2008. Optimization of Parameters for
Fabrication of Gelatin Nanoparticles by the Toguchi Robust Design Method.
J.Appl. Stat 35, 1345- 1353.

Anda mungkin juga menyukai