Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun oleh :

Nama : Ardina Marwah

Kelas : 3A

Nirm : 18010

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA

TAHUN 2020

1
I. ISOLASI SOSIAL
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016) Isolasi Sosial ialah ketidak mampuan untuk membina hubungan yang
erat, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain. Isolasi sosial adalah
keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak,
tidak diterima,kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain. (Dermawan & Rusdi, 2013)
isolasi sosial adalah dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain
tetapi tidak mau membuat kontrak.(Carpenito, 2006 : hal 389).
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang mal adaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam
berhubungan. (Dalami, 2009 : hal 2).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Isolasi sosial merupakan keadaan ketika individu atau kelompok memiliki kebutuhan
atau hasrat untuk memiliki keterlibatan kontak dengan orang, tetapi tidak mampu
membuat kontak tersebut (Carpenito-Moyet, 2009). Gangguan isolasi sosial dapat
terjadi karena individu merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Faktor Predisposisi
a) Factor perkembangan
Tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dengan orang lain adalah keluarga. Kurangnya
stimulasi maupun kasih sayang dari ibu/pengasuh pada bayi akan
memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya
rasa percaya diri. Ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian
hari. Jika terdapat hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada

2
masa ini. Maka anak akan mengalami kesulitan untuk berhubungan
dengan orang lain pada masa berikutnya.
Pada masa kanak-kanak pembatasan aktivitas atau control yang
berlebihan dapat membuat anak frustasi. Pada masa praremaja dan
remaja hubungan antara hubungannya dengan orang tua. Remaja akan
merasa tertekan atau menimbulkan sikap bergantung ketika remaja
tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut. Pada
masa dewasa muda individu meningkatkan kemandiriannya serta
mempertahankan hubungan interdependen antara teman sebaya
maupun orang tua. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan
baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan.
b) Factor biologis
Factor genetic dapat menunjang terhadap respons sosial maladaptive.
Genetic merupakan salah satu factor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia, misalnya ditemukan pada keluarga
dengan riwayat anggota keluarga yang menderita skizofrenia. Selain
itu kelainan pada struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur ocial,
diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c) Factor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan factor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan atau isolasi sosial.
Gangguan ini juga bisa disebabkan oleh adanya norma-norma yang
salah dianut oleh satu keluarga. Seperti anggota tidak produktif yang
diasingkan dari lingkungan sosial. Selain itu, norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai
anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat
dan berpenyakit kronik juga turut menjadi factor predisposisi isolasi
sosial.
B. Faktor Presipitasi
a) Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya misalnya menurunnya stabilitas unit keluarga,
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya.
b) Stressor psikologik

3
Intesitas ansietas yang ekstrim akibat berpisah dengan orang lain,
misalnya dan memanjang disertai dengan terbatasnya kemampuan
individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai
masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
c) Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu
pengembangan hubungan dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan memicu persepsi yang menyimpang dan
berakibat pada gangguan berhubungan dengan orang lain
(isolasi sosial).
4) Stressor fisik
Stressor fisik yang memicu isolasi social menarik diri dapat
meliputi penyakit kronik dan keguguran.

C. Jenis-Jenis
1. Depresi mayor
a) Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak
adaperhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan
beratbadan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang
menetap.
b) Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau
memberikanrespon membaik pada ECT.
c) Klien depresi yang tidak ada respon terhadap
pengobatanantidepresan atau klien tidak dapat menerima
antidepresan.
2. Maniak
a) Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang
lainatau terapi lain
b) berbahaya bagi klien.

4
3. Skizofrenia
a) Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik,
tetapibermanfaat pada
b) skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh
c) Psikoterapi
d) Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan
bagian penting dalam proses terapeutik, upaya dalam
psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati,
menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah,
sopan dan jujur kepada klien.

D. Fase-fase

Tahapan perkembangan Tugas


Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal
perilaku mandiri
Masa pra sekolah Belajar menunjukkan inisiatif, rasa
tanggung jawab dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerjasama dan
berkompromi
Masa pra remaja Menjalin hubungan intim dengan teman
sesama jenis kelamin
Masa remaja Menjadi intim dengan teman lawaan jenis
atau bergantung
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara orang
tua dan teman mencari pasangan menikah
dan mempunyai anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang
sudah di lalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan
dengan budaya

5
E. Rentang Respon

RESPONS RESPONS
ADAPTIF MALADAPTIF

Menyendiri
Manipulasi
Otonomi Kesepian
Impulsive
Kebersamaan Menarik diri
Narsisisme
Saling ketergantungan
ketergantungan

Keterangan:
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon individu menyelesaikan suatu hal dengan cara yang
dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Respon ini meliputi:
1) Menyendiri (solitude)
Respon yang dilakukan individu dalam merenungkan hal yang telah terjadi
atau dilakukan dengan tujuan mengevaluasi diri untuk kemudian menentukan
rencana-rencana.
2) Otonomi
Kemampuan individu dalam menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam
hubungan sosial. Individu mampu menetapkan diri untuk interdependen dan
pengaturan diri
3) Kebersamaan (mutualisme)
Kemampuan atau kondisi individu dalam hubungan interpersonal dimana
individu mampu untuk saling memberi dan menerima dalam hubungan sosial
4) Saling ketergantungan (interdependen)

6
Suatu hubungan saling bergantung antara satu individu dengan individu lain
dalam hubungan sosial.

b. Respon maladaptive
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan
cara yang bertentangan dengan norma agama dan masyarakat. Respon
maladaptive tersebut antara lain:
1) Manipulasi
Gangguan sosial yang menyebabkan individu memperlakukan sebagai objek,
dimana hubungan terpusat pada pengendalian masalah orang lain dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri. Sikap mengontrol digunakan sebagai
pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi yang dapat digunakan sebagai alat
berkuasa atas orang lain.
2) Impulsive
Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang dapat
digunakan, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak mampu
untuk belajar dari pengalaman, dan tidak dapat melakukan penilaian secara
objektif.
3) Narsisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris,
harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan, dan mudah marah jika
tidak mendapatkan dukungan dari orang lain.

F. Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan diri yang sering digunakan pada masing-masing
gangguan hubungan sosial yaitu regresi, proyeksi, persepsi dan isolasi (Riyadi
& Purwanto, 2009).
1) Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
2) Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak dapat
diterima, secara sadar dibendung supaya jangan tiba di kesadaran.
3) Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan
timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku dengan
motivasi atau pertentangan antara sikap dan perilaku (Damaiyanti,

7
2012).

III.
A. POHON MASALAH

Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Isolasi Sosial
a) Data yang perlu dikaji
1) Data subjektif :
Pasien mengatakan : malas bergaul dengan orang lain, tidak mau
berbicara dengan orang lain, tidak ingin ditemani siapapun.
2) Data objektif :
Pasien kurang spontan, apatis, ekspresi wajah kurang berseri, tidak
atau kurang dalam komunikasi verbal, mengisolasi diri, kurang sadar
terhadap lingkungan sekitarnya, aktivitas menurun (Direja, 2011).
2. Resiko gangguan Persesi Sensori : Halusinasi
a) Data yang perlu dikaji
1) Data subjektif Pasien mengatakan mendengar suara yang
menyuruhnya melakukan sesuatu yang berbahaya, melihat
bayangan, mencium bau-bauan.
2) Data objektif 19 Pasien berbicara atau tertawa sendiri, marah-
marah tanpa ssebab yang jelas, menutup telinga, menunjuk kearah

8
tertentu, ketakutan dengan sesuatu yang tidak jelas, menghidu
seperti mencium sesuatu, menutup hidung (Direja, 2011).
3. Harga Diri Rendah
a) Data yang perlu dikaji
1) Data subjektif Pasien mengungkapkan dirinya merasa tidak
berguna, tidak mampu, tidak semangat beraktivitas dan bekerja,
malas melakukan perawatan diri.
2) Data objektif Pasien mengkritik diri sendiri, perasaan tidak
mampu, pandangan hidup yang pesimis, tidak menerima pujian,
penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri,
kontak mata tidak ada (Direja, 2011)

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWA Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
TAN (Tuk/Tum)
Isolasi sosial TUM : 1. Setelah 1 x 1.1 bina hubungan Membina
interaksi, klien saling percaya hubungan saling
Klien dapat
menunjukkan dengan percaya dengan
berinteraksi
tanda-tanda mengemukakan klien. Kontak
dengan orang
percaya kepada prinsip yang jujur,
lain.
perawat: komunikasi singkat, dan
a. Ekspresi terapeutik: konsisten

TUK 1: wajah cerah, a. mengucapka dengan perawat


tersenyum n salam dapat membantu
Klien dapat
b. Mau terapeutik. klien membina
membina
berkenalan Sapa klien kembali
hubungan
c. Ada kontak dengan interaksi penuh

9
saling percaya mata ramah, baik percaya dengan
d. Bersedia verbal orang lain.
menceritaka ataupun
n perasaan nonverbal
e. Bersedia b. berjabat
mengungkap tangan
kan masalah dengan klien
c. perkenalkan
diri dengan
sopan
d. tanyakan
nama
lengkap
klien dengan
nama
panggilan
yang disukai
klien
e. jelaskan
tujuan
pertemuan
f. membuat
kontrak
topic, waktu,
dan tempat
setiap kali
bertemu
klien
g. tunjukan
singkap
empati dan
menerima
klien apa
adanya
10
h. beri
perhatian
kepada klien
dan
perhatian
kebutuhan
dasar klien
TUK 2: Kriteria evaluasi: 2.1 tanyakan pada Dengan
klien tentang: mengetahui
Klien mampu 1. klien dapat
tanda dan gejala
menyebutkan menyebutkan a. orang yang
isolasi sosial
penyebab minimal satu tinggal serumah
yang muncul,
isolasi sosial penyebab isolasi atau sekamar
perawat dapat
sosial. Penyebab dengan klien
menentukan
munculnya
b. orang yang paling langkah
isolasi sosial:
dekat dengan klien intervensi
diri sendir,
dirumah atau ruang selanjutnya
orang lain, dan
perawatan
lingkungan
c. hal apa yang
membuat klien
dekat dengan orang
tersebut

d. orang yang tidak


dekat dengan klien
baik dirumah atau
ruang perawat

e. apa yang
membuat klien tidak
dekat dengan orang
tersebut

f. upaya yang sudah


dilakukan agar

11
dekat dengan orang
lain

1. diskusikan
dengan klien
penyebab
isolasi sosial
atau tidak
mau bergaul
dengan
orang lain

2.3 beri pujian


terhadap
kemampuan klien
dalam
mengungkapkan
perasaan
TUK 3: Kriteria evaluasi: 3.1 tanyakan kepada Perbedaan
klien tentang: seputar manfaat
Klien mampu 1. klien dapat
hubungan sosial
menyebutkan menyebutkan a. manfaat
dan kerugian
keuntungan keuntungan hubungan sosial
isolasi sosial
berhubungan dalam
b. kerugian isolasi membantu klien
sosial dan berhubungan
sosial mengidentifikas
kerugian dari sosial, seperti:
i apa yang
isolasi sosial a. banyak
terjadi pada
teman 2. diskusikan
dirinya sehingga
b. tidak bersama
dapat diambil
kesepian klien tentang
langkah untuk
c. Bisa diskusi manfaat
mengatasi
d. Saling berhubungan

12
menolong sosial dan masalah ini
2. klien dapat kerugian
menyebutka isolasi sosial
n kerugian Penguatan

menarik (reinforcement)

diri, seperti: 3.3 beri pujian dapat membantu

a. sendiri terhadap meningkatkan

b. kesepian kemampuan klien harga diri klien.

c. tidak bisa dalam

diskusi mengungkapkan
perasaannya
TUK 4: Kriteria evaluasi: 4.1 observasi Kehadiran
perilaku klien ketika orang yang
Klien dapat 1. klien dapat
berhubungan sosial dapat dipercaya
melaksanakan melaksanak
memberi klien
hubungan an
rasa aman dan
sosial secara hubungan
4.2 jelaskan kepada terlindungi
bertahap sosial secara
klien cara
bertahap
berinteraksi dengan
dengan:
orang lain
a. perawat
b. perawat lain Setelah dapat

c. klien lain berinteraksi


4.3 berikan contoh
d. keluarga dengan orang
cara berbicara
e. kelompok lain dan
dengan orang lain.
memberi
kesempatan

4.4 beri kesempatan klien dalam

klien mempraktikan mengikuti

cara berinteraksi aktivitas

dengan orang lain kelompok, klien

yang dilakukan merasa lebih

dihadapan perawat berguna dan


rasa percaya diri

13
4.5 bantu klien klien dapat
berinteraksi dengan tumbuh kembali
satu orang teman,
atau anggota
keluarga

4.6 bila klien sudah


menunjukkan
kemajuan,
tingkatkan jumlah
interaksi dengan
dua, tiga, empat
orang dan
seterusnya.

4.7 beri pujian


untuk setiap
kemajuan interaksi
yang telah
dilakukan oleh klien

4.8 latih klien


bercakap-cakap
dengan anggota
keluarga saat
melakukan kegiatan
harian dan kegiatan
rumah tangga.

4.9 latih klien

14
bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan
sosial misalnya:
belanja ke warung,
ke pasar, ke kantor
pos, ke bank, dll.

4.10 siap
mendengarkan
ekspresi perasaan
klien setelah
berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin
klien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya. Beri
dorongan terus-
menerus agar klien
tetap semangat
meningkatkan
interaksinya.
TUK 5: Kriteria evaluasi : 5.1 diskusikan Ketika klien
dengan klien merasa dirinya
Klien mampu 3. klien dapat
tentang perasaannya lebih baik dan
menjelaskan menjelaskan
setelah berhubungan mempunyai
perasaannya perasaannya
sosial dengan : makna, interaksi
setelah setelah
sosial dengan
berhubungan berhubunga a. orang lain
orang lain dapat
sosial n sosial
b. kelompok di tingkatkan.
dengan:
a. orang lain
b. kelompok 5.2 beri pujian

15
terhadap
kemampuuan klien
mengungkapkan
perasaannya
TUK 6: Kriteria evaluasi : 6.1 diskusikan Dukungan dari
pentingnya peran keluarga
Klien
serta keluarga merupakan
mendapat
Keluarga dapat sebagai pendukung bagian penting
dukungan
menjelaskan untuk mengatasi dari rehabilitasi
keluarga
tentang: perilaku isolasi klien.
dalam
memperluas 1. isolasi sosial sosial.

hubungan beserta

sosial tanda dan


6.2 diskusikan
gejalanya
potensi keluarga
2. penyebab
untuk membantu
dan akibat
klien mengatasi
dari isolasi
perilaku isolasi
sosial
sosial.
3. cara
merawat
klien
6.3 jelaskan pada
menarik diri
keluarga tentang:

a. isolasi sosial
beserta tanda dan
gejalanya

b. penyebab dan
akibat isolasi sosial

c. cara merawat
klien isolasi sosial

6.4 latih keluarga

16
cara merawat klien
isolasi sosial

6.5 tanyakan
perasaan keluarga
setelah mencoba
cara yang dilatihkan

6.6 beri motivasi


keluarga agar
membantu klien
untuk bersosialisasi

6.7 beri pujian


kepada keluarga
atas keterlibatannya
merawat klien
dirumah sakit
TUK 7: Kriteria evaluasi: 7.1 diskusikan Membantu
dengan klien dalam
tentang manfaat dan meningkatkan
Klien dapat Klien bisa kerugian tidak perasaan
memanfaatka menyebutkan: minum obat, nama, kendali dan
n obat dengan warna, dosis, cara, keterlibatan
a. manfaat
baik efek terapi, dan efek dalam
minum obat
b. kerugian samping perawatan

yang penggunaan obat kesehatan klien

ditimbulkan
akibat tidak
7.2 pantau klien
minum obat
pada saat
c. nama,

17
warna, penggunaan obat
dosis, efek
terapi, dan
efek 7.3 berikan pujian

samping kepada klien jika

obat klien menggunakan

d. akibat obat dengan benar

berhenti
minum obat
7.4 diskusikan
tanpa
akibat berhenti
konsultasi
minum obat tanpa
dokter
konsultasi dokter

7.5 anjurkan klien


untuk konsultasi
dengan dokter atau
perawat jika terjadi
hal-hal yang tidak
diinginkan

18
DAFTAR PUSTAKA

Ns. Sutejo, M.Kep., S.Kep.J. 2019. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Praktik Asuhan
Keperawatan Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial. Pustaka Baru Press.
Banguntapan Bantul Yogyakarta

19
Budi Anna Keliat, Akemat. 2014. Model Keperawatan Profesional Jiwa. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Isolasi Sosial Jiwa 2, Pdf. OctynusLaia.

20

Anda mungkin juga menyukai