Anda di halaman 1dari 26

Laporan Pengelolaan Kasus Inovatif

Pengobatan Asam Urat Menggunakan Herbal dan Tanaman

Oleh :

Shinta Antin Kumalasari

2011040128

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XV

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic syndrom) yang


terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan minuman beralkohol. Penyakit artritis
gout ini dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya. Peningkatan kadar asam urat
dalam darah (hiperurisemia) merupakan faktor utama terjadinya artritis gout. Masalah
akan timbul jika terbentuk kristal-kristal monosodium urat (MSU) pada sendi-sendi dan
jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk seperti jarum ini yang mengakibatkan reaksi
peradangan yang jika berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai
serangan artritis gout.
Hasil survei WHO-ILAR Copcord (World Health Organization– International
League of Associations for Rheumatology Community Oriented Program for Control of
Rheumatic Disease) di pedesaan Sulawesi Utara dan Manado menemukan hubungan
asam urat menahun dengan pola konsumsi dan gaya hidup, diantaranya konsumsi alkohol
dan kebiasaan makan makanan kaya purin. Selain itu, kebiasaan minum obat jenis
diuretika (hidroklorotiazide), yaitu obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dapat
meningkatkan kadar asam urat serum.
Perubahan gaya hidup tradisional ke gaya hidup modern merupakan pemicu
utama artritis gout. Sebagian besar kasus artritis gout mempunyai latar belakang
penyebab primer, sehingga memerlukan pengendalian kadar asam urat jangka panjang.
Perlu komunikasi yang baik dengan penderita untuk mencapai tujuan terapi. Hal itu dapat
diperoleh dengan edukasi dan diet rendah purin yang baik. Pencegahan lainnya berupa
penurunan konsumsi alkohol dan penurunan berat badan.
Gambaran klinis artritis gout terdiri dari artritis gout asimptomatik, artritis gout
akut, interkritikal gout, dan gout menahun dengan tofus. Nilai normal asam urat serum
pada pria adalah 5,1 ± 1,0 mg/dl, dan pada wanita adalah 4,0 ± 1,0 mg/dl. Nilai-nilai ini
meningkat sampai 9-10 mg/ dl pada seseorang dengan artritis gout.
Pada tahap pertama fase asimptomatik hiperurisemia bersifat tanpa gejala, kondisi
ini dapat terjadi untuk beberapa lama dan ditandai dengan penumpukan asam urat pada
jaringan yang sifatnya silent. Tingkatan hiperurisemia berkolerasi dengan terjadinya
serangan artritis gout pada tahap kedua
Radang sendi pada fase artritis gout akut bersifat sangat mendadak dan yang
timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat
bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat
monoartikuler dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan
gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Pada 50% serangan pertama
terjadi pada metatarsophalangeal I (MTP-1) yang biasa disebut dengan podagra.
Pengobatan penyakit gout betujuan untuk mengurangi rasa sakit dan
pembengkakan sendi serta menurunkan kadar asam urat darah. Penurunan kadar asam
urat darah dapat dilakukan dengan cara mengurangi produksi atau meningkatkan eksresi
asam urat. Penggunaan obat sintetis dalam waktu panjang dapat menimbulkan efek
samping yang tidak diinginkan serta dilihat dari aspek ekonomi obat sintetis
memberatkan pasien dalam hal biaya. Oleh karena itu, dubutuhkan pengembangan dari
bahan alam yang lebih murah dan memiliki potensi yang lebih baik yang berasal dari
bahan alam yaitu obat tradisional. Selain itu, obat-obat yang berasal dari bahan alam
terbukti secara empiris lebih aman digunakan dalam penggunaan jangka panjang
dibandingkan obat-obatan sintetis.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu
penanganan asam urat menggunakan pengobatan herbal.
BAB II
PRESENTASI KASUS
Seorang lansia perempuan berumur 66 tahun bernama Ny. J tinggal di mersi
bersama cucu perempuan dan laki – lakinya. Dari hasil pengkajian klien mengatakan
merasa pusing, cepat lelah ketika beraktivitas, badan pegal dan nyeri di bagian persendian
tangan dan kaki, nyeri seperti di tusuk – tusuk dengan skala nyeri 5, nyeri hilang timbul.
Klien mengatakan kadar asam urat tinggi 6,7 sejak 6 bulan yang lalu dan sudah berobat
ke puskesmas terdekat dan sudah mengonsumsi obat asam urat tersebut. Klien melakukan
senam bersama teman-temannya namun sejak pandemic klien melakukan senam mandiri
di rumah menggunakan media youtube. Setelah dilakukan wawancara klien mengatakan
nyeri timbul jika terlalu banyak bergerak atau terlalu banyak beraktivitas. TD 120/90
mmHg, CRT <2 detik, S 36⁰C, RR 20x/menit, TB 156cm, BB 54kg tes kadar asam urat
6,7 mg/dl. Klien mengatakan suaminya meninggal karena komplikasi hipertensi, jantung
dan asam urat tinggi. Kesadaran klien composmentis, tidak ada masalah system
pencernaan, perkemihan dan system lainnya hanya saja klien sering terbangun malam.
Berdasarkan problem diatas, penulis akan melakukan intervensi berdasarkan jurnal yang
berjudul “the role of Western herbal medicine in the treatment of gout” merupakan salah
satu solusi intervensi mandiri yang dapat dilakukan untuk menurunkan nyeri pada
penderita asam urat setelah dilakukan pengobatan herbal.
BAB III

ANALISIS JURNAL

A. Judul Penelitian
“the role of Western herbal medicine in the treatment of gout”
B. Peneliti
Nadia Corp, Barbara Pendry
C. Ringkasan Jurnal
Asam urat telah diakui sebagai penyakit yang berbeda secara klinis terhadap lebih
dari 4 juta milenia. Asam urat adalah salah satu atropati inflamasi yang paling umum dan
penyakit pengendapan kristal yang sebenarnya. Consensus saat ini menyatakan bahwa
manajemennya dalam perawatan kesehatan ortodoks primer kurang optimal.
Berbagai faktor risiko berkontribusi pada perkembangan asam urat dan dapat
diklasifikasikan sebagai faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu genetic, usia
dan jenis kelamin. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu hipererusemia,
diet, alcohol, obat-obatan, kormobiditas, indeks masa tubuh dan kebugaran fisik. Faktor
risiko terakhir ini sering berfokus terhadap multifaset intervensi pada manajemen asam
urat.
Pada asam urat akut, pengobatan andalan adalah obat anti inflamasi. Obat anti
inflamasi non steroid oral (NSAID) dan atau kolkisin adalah lini agen pertama. Pada
asam urat monoartikular akut, aspirasi sendi diikuti oleh kortikosteroid intra-artikular
injeksi dianggap paling efektif. Perawatan non farmakologis seperti kompres es, istirahat
dan peningkatan sendi yang terkena juga dapat digunakan.
D. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah jamu menawarkan alternative yang
efektif atau pendekatan komplementer untuk mengelola pasien dengan gout akut dan
kronis.
E. Kelebihan dan kekurangan
1. Kelebihan
a. Responden merupakan herbalist orang yang menguasai tentang herbal.
b. Memaparkan sumber terdahulu secara jelas.
c. Banyak diberikan gambaran berupa table membuat pembaca lebih mudah
memahami hasil penelitian jurnal tersebut.
d. Informasi di abstrak dari pendahuluan sampai kesimpulan.
e. Penulis dapat memberikan gambaran obat herbal apa saja yang dibahas dan obat
herbal apa saja yang terbilang efektif.
f. Informasi yang didapatkan langsung dari jurnal dan ahli pengobatan herbal.
g. Terdapat lampiran kuesioner yang digunakan dalam penelitian.
2. Kekurangan
a. Responden bukan orang yang menderita penyakit asam urat sehingga pembaca
tidak mengetahui respon langsung dari penderita.
b. Tidak ada saran untuk peneliti selanjutnya yang akan melanjutkan penelitian.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Problem
Asam urat adalah salah satu inflamasi yang paling umum dan penyakit deposisi
kristal yang sebenarnya, secara langsung disebabkan oleh adanya monosodium kristal
urat di persendian dan jaringan lain. Penelitian terbaru di perawatan primer inggris
memperkirakan prevalensi 5 tahun sebesar 1,4% secara keseluruhan dan demikian pula
prevalensi 10 tahun sebesar 2,24% untuk pria dan 0,60% untuk wanita. Dalam kedua
penelitian ini, wanita mewakili 18% dari populasi penelitian yang mengalami asam urat.
Manajemen asam urat oleh perawatan kesehatan ortodoks (sesuai aturan) saat ini
kurang optimal dengan dokter yg gagal mengikuti pedoman pengobatan, resep obat asam
urat yang sering pada individu dengan (banyak) kontradiksi dan preferensi pasien dan
masalah kepatuhan.
B. Intervention
Untuk mengidentifikasi jamu secara tradisional atau yang lebih baru digunakan untuk
pengobatan asam urat dalam pengobatan herbal barat, pilihan teks historical dan
kontemporer yang mudah di akses dari Eropa, Amerika Utara dan Australia, menangani
penggunaan obat herbal yang telah dicari dan semua referensi yang tercatat tentang asam
urat. Secara keseluruhan 531 orang (responden) medical herbalist dihubungi, tidak
termasuk 2 herbalist non-Inggris yang memenuhi syarat tidak dapat dihubungi secara
elektronik
C. Comparison
D. Outcome
Terdapat 31 jenis herbs yang diidentifikasi oleh 21 peneliti di 24 sejarah dan
kontemporer herbal Barat. 31 spesies atau jenis herbs, merepresentasikan setidaknya 51
spesies yang terindikasi untuk mengobati asam urat minimal tiga peneliti berbeda. Sejauh
ini 131 spesies atau jenis herbs terindikasi hanya oleh satu atau dua peneliti. Dalam hal
jumlah herbs tersebut diterima sebagai batasan yang mungkin dikutip satu sama lain,
bagaimanapun juga ini dianggap dapat diterima pada dasar bahwa semua teks yang
dikutip adalah yang dirujuk oleh herbalist. 6 herbs dikutip oleh tiga atau lebih peneliti:
Apium graveolens (n=10,48%), Urtica spp. (n=9,43%), Aegopodium podagraria
(n=8,38%), Articum lappa (n=8,38%), Eupatorium spp. (n=8,38%) and Colchium
autumnale (n=7,33%). Menariknya, Urtica spp dikutip secara relative konsisten dalam
herba post-Culpeper.
Sebagian besar ahli pengobatan herbal (herbalist) melaporkan jamu yang paling
banyak punya manfaat pasti bagi pasien asam urat biasanya mulai berlaku dalam satu
atau dua bulan. Secara umum, jamu yang digunakan dalam praktek klinis dipilih terutama
karena kemampuannya untuk menghilangkan asam urat atau sebagagai anti radang.
Dari 531 partisipan yang diundang untuk berpartisipasi di survey, 142 survey
selesai: a 26,7% rentang respon. Responden dilaporkan berlatih diantara 0.2 dan 36 tahun
(n=142, median=8 tahun). Kebanyakan 142 responden telah menangani asam urat
(n=90,63%); lebih lanjut, herbalist yang sudah menangani pasien dengan asam urat telah
berlatih jauh lebih lama daripada mereka yang belum (Mann–Whitney U = 3518.5, p <
0.0001; treated gout: median= 10 years, q1 = 6, q3 = 17.75, n = 90; not treated gout:
median= 4 years, q1 = 1, q3 = 8.5, n = 52).
89 responden melaporkan jumah dan tipe pasien asam urat yang telah ditangani
selama 5 tahun terakhir. Sebagian besar dari 89 responden initelah menangani asam urat
kronis dan akut (n=59,66%), dua kali dari banyaknya responden telah menangani hanya
asam urat kronik (n=20,23%) dibandingkan dengan hanya asam urat akut (n=10,11%). 89
responden menyediakan informasi pada presentasi pasien. Keseluruhannya, mayoritas
teridentifikasi fitur yang terkait dengan peradangan sendi; nyeri sendi (n=82,92%),
bengkak (n=73,82%), nyeri tekan (n=68,76%), panas (n=66,74%), kaku (n=55,62%),
eritema (n=51,57%) dan masalah pergerakan (n=51,57%). Nyeri sendi menjadi ranking
tiga teratas yang paling sering terjadi.
79 responden mengidentifikasi dan merank setidaknya tiga preferensi herbs untuk
mengobati asam urat: 63 herbs telah dinamai di total. Bagaimanapun juga, hanya 11
herbs yang teridentifikasi lebih dari 10% responden. 86% dari 79 responden
menyebutkan A. graveolens yang menjadi peringkat teratas dari 3 teratas. Paling terkenal
kedua adalah Urtica spp termasuk U. dioica dilaporkan oleh 50,6% responden.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpukan bahwa herbs 3 teratas dapat
menangani asam urat dengan baik dan akan terlihat hasil pastinya setelah satu atau dua
bulan mengkonsumsi herbal tersebut
B. Saran
Mengkonsumsi sayuran dan obat herbal lebih murah dan memiliki potensi yang
lebih baik berasal dari bahan alami tradisional dan sudah terbukti lebih aman digunakan
jangka panjang
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Chattopadhyay, I., Shetty, H. G. M., Routledge, P. A., & Jeffery, J. (2001). Colchicine
induced rhabdomyolysis. Postgraduate medical journal, 77(905), 191-192.

Chuang, S. Y., Lee, S. C., Hsieh, Y. T., & Pan, W. H. (2011). Trends in hyperuricemia and gout
prevalence: Nutrition and Health Survey in Taiwan from 1993-1996 to 2005-2008. Asia
Pacific journal of clinical nutrition, 20(2), 301-308.

Fravel, M. A., & Ernst, M. E. (2011). Management of gout in the older adult. The
American journal of geriatric pharmacotherapy, 9(5), 271-285.

Hidayat, R. (2009). Gout dan hiperurisemia. Medicinus

Juandy, J. (2009). Gout dan Diet. http://www. depkes.go.id/

Misnadiarly. (2007). Rematik, Asam Urat-Hiperurisemia, Arthritis Gout. Jakarta: Pustaka


Obor Populer.

Mujianto. 2013. Cara Cepat Mengatasi 10 Besar Kasus Muskuloskeletal dalam Praktek Klinik
Fisioterapi. Malang: Tim Press

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Purba, Dahlia. (2017). Efektifitas Senam Ergonomik Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat
Pada Lanjut Usia Dengan Artritis Gout. Jurnal Keperawatan Flora

Widyanto Fandi Wahyu. Artritis Gout dan Perkembangannya. 2014; 10(2): 145-151

Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout. Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia.


Jakarta. 2018

Anda mungkin juga menyukai