Anda di halaman 1dari 41

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
sekarang ini,menyebabkan banyak sekali perubahan masyarakat,salah
satunya adalah pendidikan.Pendidikan adalah salah satu wadah yang
berperan dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang memiliki rasa
tanggung jawab terhadap kemajuan bangsa.
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat.Tanpa pendidikan sama
sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan
dengan apirasi untuk maju,sejahtera dan bahagia menurut konsep
pandangan hidup mereka (Ikhsan,1995:1).Proses itu dapat berlangsung
dimana dan kapan saja.Didalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai
pelajaran ilmu pengetahuan alam secara sengaja,maupun tidak sengaja.
IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari alam,baik yang
menyangkut mahluk hidup maupun benda tak hidup.Pada Prinsipnya,IPA
diajarkan untuk membekali siswa agar mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang dapat membantu siswa untuk memahami gejala alam
secara mendalam.Dalam pembelajaran IPA selalu muncul permasalahan
bersamaan dengan perkembangan dan kondisi lingkungan yang ada.
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks,namun kondisi
dilapangan saat ini guru cenderung menggunakan metode konvensional
yang tidak efektif,bertitik tolak dari masalah-masalah diatas maka
penulis berupaya mencari solusi agar tujuan pembelajaran IPA perlu
diajarkan dengan metode yang tepat dan melibatkan siswa secara aktif
dalam pembelajaran.
Kenyataan dalam kegiatan belajar mengajar di SD Negeri I
Muara Beliti tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
masih sangat minim apalagi pada pokok bahasan” ciri-ciri khusus pada
.

1
Dari uraian diatas, peneliti ingin meneliti penggunaan model
pembelajaran picture and picture dalam menulis pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Peneliti akan malakukan penelitian dengan judul
“Upaya Meningkatkan Kemapuan menulis Siswa Kelas III SD Negeri 1
Muara Beliti Dalam Menyusun Paragraf berdasarkan Rangkaian Gambar
Berseri Melalui Model Pembelajaran Picture and Picture”.

1. Analisis Masalah
Dengan adanya permasalahan pembelajaran yang diuraikan diatas
maka penulis mengkaji dan mencari penyebab rendahnya penguasaan
siswa terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia pada poko bahasan
menyusun paragraf adalah;
1. Guru dalam menyampaikan materi tidak jelas sehingga siswa tidak
memahami materi yang disampaikan.
2. Guru tidak menggunakan metode dan model pembelajaran yang
efektif sehingga minat belajar siswa rendah.
3. Guru menggunakan media kurang menarik bagi siswa atau gambar
yang kurang bervariasi.
4. Siswa kurang mampu memilih kalimat yang sesuai dalam menulis
paragraf sehingga minat belajar siswa rendah.

2. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah


Untuk memecahkan masalah diatas, alternatif yang harus dilakukan:
1. Dalam menyampaikan materi harus lebih jelas dan mudah di pahami
oleh siswa
2. Menggunakan model pembelajaran Picture and Picture
3. Menggunakan gambar yang menarik bagi siswa
4. Mengajak siswa lebih aktif dan menyenangkan

B. Rumusan Masalah

2
Dalam kesempurnaan laporan yang terencana dan terarah penulis harus
merumuskan masalah. Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam
laporan ini adalah;
1. Bagaimana meningkatkan pemahaman siswa dalam menyusun pargraf dan
gambar berseri pada SD Negeri 1 Muara Beliti melalui model
pembelajaran picture and picture
2. Bagaimana menerapkan strategi picture and picture dalam meningkatkan
kemampuan menulis siswa pada penggunaan ejaan dan tanda baca secara
benar pada pokok bahasan menyusun sebuah paragraf pada gambar
berseri.

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Maksud dan tujuan perbaikan pembelajaran ini adalah
1. Mendeskripsikan peningkatkan pemahaman siswa dalam menyusun
paragraf pada gambar berseri.
2. Mendeskripsikan penerapan strategi picture and picture dalam
meningkatkan kemampuan menulis siswa pada penggunaan ejaan dan tanda
baca secara tepat.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Manfaat perbaikan dari pembelajaran ini antara lain :
1. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk membantu
meningkatkan kemampuan menulis paragraf pada gambar berseri
2. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi
tentang model-model pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya
pembelajaran menulis
3. Bagi guru, hasil penelitian dapat digunakan sebagai alternatf dalam
pembelajaran menulis paragraf pada siswa kela III sekolah dasar.
4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat kemampuan manulis siswa dengan menggunakan model
pembelajaran picture dan picture pada pelajaran Bahasa Indonesia.

3
II. KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Bahasa Indonesia


1. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Mata pelajaran Bahasa Indonesia diberikan pada setiap jenjang
pendidikan formal. Dengan demikian, diperlukan standar kompetensi mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang memadai dan effektif sebagai alat
komunukasi, berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu, dan alat
pemersatu bangsa (Depdiknas, 2003:2).
Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar berdasarkan
kurikulum 2004 secara umum dikembangkan menjadi keterampilan
berbahasa yang meliputi mendengar, berbicara, membaca, serta menulis
(depdiknas, 2003:4). Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut
harus mendapat porsi yang seimbang dan dalam pelaksanaannya dilakukan
secara terpadu.
Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut, disekolah dasar
memiliki standar kompetensi dasar tersebut sebagai berikut.
1. Mendengarkan
Kemampuan berdaya tahan dalam berkomunikasi, mendengarkan
sampai dengan tiga puluh menit, dan mampun menyerap gagasan
pokok berita, petunjuk, pengumuman, peritah, bunyi atau suara, bunyi
bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasn, laporan, ceramah, pidato,
pembicaraan narasumber, dialog, serta percakapan yang didengar
dengan memberikan respons secara tepat, serta mengekpresikan dan
berekspresi serta melalui kegiatan mengdengarkan hasil sastra berupa
dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi, syair
lagi, pantun, menonton drama anak
2. Berbicara
Mampu mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan
sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri
sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, binatang,

4
pengalaman, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari,
peristiwa, tokoh, kesulitanatau ketidaksulitan, kegemaran, peraturan,
tata tertip, petunjuk dan laporan, serta mengekpresikan dan berekspresi
serta melalui kegiatan mengdengarkan hasil sastra berupa dongeng,
cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi, syair lagi, pantun,
menonton drama anak
3. Membaca
Mampu membaca lancer beragam teks, dan mampu menjelaskan isinya
membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai teks
bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus,
ensiklopedia, serta mengekpresikan dan berekspresi serta melalui
kegiatan mengdengarkan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-
anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi, syair lagi, pantun, menonton
drama anak
4. Menulis
Mampu menulis huruf, kata, kalimat, paragraf deng tulisan yang rapid
an jelas, menulis karangan sederhana, bebagai petunjuk, berbagai teks,
surat pribadi dan surat resmi, serta memerhatikan tujuan dan ragam
pembaca serta menggunakan ejaan dan tanda baca, kosakata yang tepat
dengan menggunakan kalimat tunggtal dan kalimat laporan, buku
harian, poster, iklan, teks pidato dan sambutan, ringkasan dan
rangkuman, prosa, serta puisi sederhana (Depdiknas, 2003:4).

2. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar


Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) tertuju pada pengembangan aspek fungsional
bahasa, yaitu peningkatan kompetensi Berbahasa Indonesia. Ketika
kompetensi berbahasa yang menjadi sasaran, para guru lebih berfokus pada
empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca, berbicara
dan menulis.

5
“ Dalam Kurikulum 2004 (Depdiknas, 2004: 3) dinyatakan bahwa
standar kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada
hakikat pemblajaran bahasa, yaitu berbahasa adalah belajar
berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia
dan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis.”

Mengacu pada penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa


Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah dasar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis.

3. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar


Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dinyatakan
dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2004 : 6) adalah sebagai berikut :
1. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa dan sastra Indonesia
sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara.
2. Siswa memahami bahasa dan sastra Indonesia dari segi bentuk, makna,
dan fungsi, serta mengunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
macam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.
3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa dan sastra Indonesia
untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan
kematangan sosial.
4. Siswa memiliki disiplin dalam berfikir dan berbahasa (berbicara dan
menulis).
5. Siswa dapat menikmati dan memanfaatkan karya satra untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
6. Siswa menghargai dan membanggakan satra Indonesia sebagai khasanah
budaya dan intelektual Indonesia.

Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Komunikasi yang


dimaksud adalah suatu proses menyampaikan maksud kepada orang lain

6
dengan menggunakan saluran tertentu. Komunikasi bisa berupa
pengungkapan pikiran, gagasan, ide, pendapat, persetujuan, keinginan,
penyampaian informasi suatu peristiwa. Hal itu disampaikan dalam aspek
kebahasaan berupa kata, kalimat, paragrap atau paraton, ejaan dan tanda
baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur prosodi (intonasi, nada, irama,
tekanan, dan tempo) dalam bahasa lisan.

4. Pendekatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD


1. Pembelajaran Bahasa Menyeluruh (Whole Language)
Whole Language Approach adalah suatu pendekatan terhadap
pembelajaran bahas secara utuh. Artinya, dalam pengajaran bahasa kita
mengajarkannya secara kontektual, logis, kronologis dan komunikatif
serta menggunakan seting yang riil dan bermakna. Pendekatan Whole
Language Approach terdapat hubungan yang interaktif antara yang
mendengarkan dan yang berbicara, antara yang membaca dan yang
menulis. Belajar bahasa harus terinteraksi ke dalam bahan terpisah dari
semua aspek kurikulum. Artinya, pembelajaran bahasa yang terpadu
dengan perkembangan motorik, sosial, emosional, dan kognitif juga
pengalaman anak, media dan lingkungan anak.
2. Pembelajaran Keterampilan Proses
Pembelajaran keterampilan proses adalah pembelajaran dengan
mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan
sehingga siswa mampu menemukan dan mengembangkan fakta dan
konsep sreta menumbuhkembangkan sikap dan nilai.
Langkah-langkah kegiatan keterampilan proses diantaranya
mengobservasi atau mengamatai, termasuk di dalamnya: mengitung,
mengukur, mengklasifikasi, mencari hubungan ruang atau waktu,
membuat hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen,
mengendalikan variabel, menginterpretasikan atau menafsirkan data,
menyusun kesimpulan sementara, meramalkan, menerapkan dan
mengkomunikasikan.

7
3. Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan (PAKEM/Joyfull
Learning)
PAKEM adalah pembelajaran yang menciptakan variasi
kondisi eksternal dan internal dengan melibatkan siswa secara aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga pembelajaran lebih
bermakna.
Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan
tidak ada beban baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan proses
pembelajaran. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang
menyenangkan guru harus mampu merancang pembelajaran dengan
baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan
strategi yang dapat melibatkan siswa secara langsung dan optimal.

5. Prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD


a.  Prinsip Fungsional
Pembelajaran bahasa Indonesia yang berprinsip fungsional pada
hakikatnya sejalan dengan konsep pembelajaran yang komunikatif.
Dalam pelaksanaannya adalah melatih siswa menggunakan bahasa baik
lisan maupun tulisan.
b.  Prinsip Kontektual
Pembelajaran bahasa Indonesia yang berperinsif kontektual
adalah pelajaran yang mengkaitkan materi yang diajarkan dengan dunia
nyata. Prinsip pembelajran kontektual ini mencakup tujuh komponen
yaitu: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar,
pemodelan, dan penilaian sebenarnya.
c.   Prinsip Apresiatif
Pembelajaran bahasa Indonesia yang berperinsip apresiatif lebih
ditekankan pada pembelajaran sastra. Hal ini mengandung arti bahwa
prinsip pembelajaran yang digunakan adalah menyenangkan.

8
d.   Prinsip Humanisme, Rekontruksionalisme dan Progresip.
Manusia secara fitrah memiliki bekal yang sama dalam upaya
memahami sesuatu. Implikasi wawasan ini terhadap kegiatan
pengajaran bahasa indonesia adalah a) guru bukan merupakan satu-
satunya sumber informasi, b) siswa disikapi sebagai subjek belajar yang
secara kreatif mampu menemukan pemahaman sendiri, c) dalam proses
belajar mengajar guru lebih banyak bertindak sebagai sebagai model,
teman, pendamping, pemotivasi, fasilitator, dan aktor yang bertindak
sebagai pembelajar.
Perilaku manusia dilandasi motif dan minat tertentu. Impliklasi
dari wawasan terasebut dalam kegiatan pengajaran bahasa Indonesia
adalah a) isi pembelajaran harus memiliki kegunaan bagi pembelajar
secara aktual, b) dalam kegiatan belajarnya siswa harus menyadari
manfaat penguasaan isi pembelajaran bagi kehidupannya, c) isi
pembelajaran harus sesuai dengan tingkat perkembangan, pengalaman, dan
pengetahuan pembelajaran.
Manusia selain memiliki kesamaan juga memilliki kekhasan.
Implikasi wawasan dalam kegiatan pengajaran bahasa Indonesia, a)
layanan pembelajaran selain bersifat klasikal dan kelompok juga bersifat
individual, b) pembelajaran selain ada yang dapat menguasai materi
pembelajaran secara cepat juga ada yang lambat, dan c) pembelajaran
perlu disikapi sebagai subyek yang unik, baik menyangkut proses merasa,
berpikir dan karakteristik individual sebagai hasil bentukan lingkungan,
keluarga, teman bermain, maupun lingkungan kehidupan sosial
masyarakat.

B. Karakteristik Pendidikan Sekolah Dasar


Menurut Nasution(1993:44), masa usia sekolah dasar sebagai masa
kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira
sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan mulainnya anak masuk
sekolah dasar, dan dimulainya sejarah baru dalam kehidupannya yang akan

9
merubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Para guru mengenal masa ini
sebagai “ masa sekolah”, oleh karena pada usia inilah anak untuk pertama
kalinya menerima pendidikan formal. Tetapi bisa juga dikatakan bahwa pada
usia sekolah adalah masa matang untuk belajar atau masa matang untuk
sekolah. Disebut masa sekolah, karena anak sudah menamatkan taman kanak-
kanak, sebagai lembaga persiapan bersekolah yang sebenarnya. Disebut masa
matang untuk belajar, karena anak sudah berusaha untuk mencapai sesuatu,
tetapi perkembangan aktivitas bermain yang hanya bertujuan untuk
mendapatkan kesenangan pada waktu akan melakukan aktivitasnya itu sendiri.
Disebut masa matang untuk bersekolah karena anak sudah meninginkan
kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan oleh sekolah.
Suryobroto (1990:119), masa usia sekolah dianggap sebagai masa
intelektual atau masa keserasian bersekolah. Tetapi dia tidak berani
mengatakan pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah
dasar. Kesukaran penentuan ketepatan umur anak matang untuk masuk
sekolahdasar disebabkan kematangan itu tidak ditentukan oleh umur semat-
mata, namun pada umur antara 6 atau 7 tahun biasanya anak memang telah
matang untuk masuk sekolah.
IG. A.K. Wardani, dkk (2013:2.16) Secara umum, karakteristik
pendidikan pada sekolah dasar menekankan pada pembentukan
kemelekwanaan, kemampuan berkomunikasi, kemampuan memecahkan
masalah, dan kemampuan bernalar.
1. Kemelekwanaan merujuk kepada pemahaman siswa tentang berbagai
fenomena / gagasan dilingkungannya dalam rangka menyesuaikan perilaku
dengan kehidupan.
2. Kemampuan berkomunikasi memungkinkan siswa mampu menyampaikan
apa yang diketahuinya kepada orang lain dengan bahasa Indonesia yang
baik dan benar
3. Kemampuan memcahkan masalah (problem solving) mencakup merasakan
adanya masalah, menidentifikasi masalah, mencari informasi untuk
memcahkan masalah mengeksplorasi alternative pemecahan masalah, dan

10
memilih alternative yang paling baik
4. Kemampuan bernalar (reasoning), yaitu menggunakan logika dan bukti-
bukti secara sistematis dan konsisten untuk sampai pada simpuan.
Pendidik SD diarahkan untuk mengembangkan kemampuan siswa berpikir
logis sehingga kemampuan siswa berpikir logis sehingga kemampuan
bernalarnya berkembang.

C. Hakikat Menulis
1. Pengertian Menulis
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata
menulis berasal dari kata tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan
sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat,
dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka , dan sebagainya
dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan
seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tu-lisan.
Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan,
keingi-nan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian
“mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45).
Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi
yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan
yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua
kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses
penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pen-dapat kepada pembaca
dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan
disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.
Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang siswa
untuk meng-hasilkan tulisan yang baik. Syafi’ie (1988:45) mengemukakan
bahwa syarat-syarat tersebut adalah (1) kemampuan untuk menemukan
masalah yang akan ditulis, (2) ke-pekaan terhadap kondisi pembaca, (3)
kemampuan menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan menggunakan

11
bahasa, (5) kemampuan memulai tulisan, dan (6) kemam-puan memeriksa
tulisan.
Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau
pertimbangan melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata,
frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang di-sampaikan
kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna
secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu
harus disusun secara teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat
menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin teratur bahasa yang
digunakan, makin mudah orang menang-kap pikiran yang disalurkan
melalui bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah
sangatlah penting.
Menurut Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas
bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri
atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang
tulisan seperti ejaan dan pung-tuasi. Sebagai salah satu bentuk komunikasi
verbal (bahasa), menulis juga dapat dide-finisikan sebagai suatu kegiatan
penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya.
Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan.
Adapun tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang
menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan
disepakati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur
yang terlibat. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai
pesan, (2) pesan atu isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, dan (4)
pembaca sebagai penerima pesan.
Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur,
sehingga apa yang ditulis mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan
dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri, antara lain bermakna, jelas, bulat
dan utuh, ekonomis, dan meme-nuhi kaidah gramatika.
Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk
menuangkan buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan

12
rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Kemampuan menulis
seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki: (a) kemampuan
untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kepekaan terhadap
kondisi pembaca, (c) kemampuan menyusun perencanaan penelitian, (d)
kemampuan menggunakan bahasa indonesia, (e) kemampuan memuali
menulis, dan (f) kemam-puan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan
tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca
dan kekayaan kosakata yang dimilikinya.
Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu
tulisan menyampaikan sesuatu yang inggin diungkapkan penulisnya.
Kedua, bentuk yang merupakan unsur mekanik karangan seperti ejaan,
pungtuasi, kata, kalimat, dan alenia Akhadiah, (1997:13). Sementara itu,
WJS Poerwodarminto (1987:105) secara leksi-kal mengartikan bahwa
menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus
mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi
penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti
yang dimaksud penulis.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa menulis adalah keseluruhan
rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca seperti yang
dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat
tercapai seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan ide atau
gagasannya kedalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. Dengan
demikian, bahasa yang dipergunakan dalam menulis dapat
menggambarkan suasana hati atai pikiran penulis. Sehingga dengan bahsa
tulis seseorang akan dapat menuang-kan isi hati dan pikiran.
Kata keterampilan berbahasa mengandung dua asosiasi, yakni
kompetensi dan performansi. Kompetensi mengacu pada pengetahuan
konseptual tentang sistem dan kaidah kebahasan, sedangkan performansi
merujuk pada kecakapan menggunakan sistem kaidah kebahasaan yang
telah diketahui untuk berbagai tujuan penggunaan komunikasi. Seseorang

13
dikatakan terampil menulis apabila ia memahami dan mengaplikasikan
proses pegungkapan ide, gagasan, dan perasaan dalam bahasa Indonesia
tulis dengan mempertimbangkan faktor-faktor antara lain ejaan dan tata
bahasa, organisasi/ susunan tulisan, keutuhan (koherensi), kepaduan
(kohesi), tujuan, dan sasaran tulisan.

2. Menulis Sebagai Suatu Proses


Pembelajaran menulis sebagai suatu proses di sekolah dasar
mengisyaratkan kepada guru untuk memberikan bimbingan nyata dan
terarah yang dapat meningkat-kan kemampuan menulis siswa. Hal ini
dilakukan guru melalui tahap-tahap proses menulis, yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan (pramenulis, menulis, pasca-menulis), dan
evaluasi.
Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat
dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri atas beberapa
tahapan. Tompkins (1994) dan Ellis dkk. (1989) menguraikan lima
tahapan menulis, yaitu pra-menulis, pengedrafan, perbaikan,
penyuntingan, dan publikasi. Pada pramenu-lis, siswa diberi kesempatan
menentukan apa yang akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangka tulisan.
Setelah siswa menentukan apa yang akan ditulis dan siste-matika tulisan,
siswa mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-
buku dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada
penge-drafan, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan
perasaannya dalam bentuk draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa
merevisi draf yang telah disusun. Siswa dapat meminta bantuan guru
maupun teman sekelas untuk membantu dan mempertimbangkan gagasan
yang dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk
memperbaiki aspek mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur
kalimat) yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan
untuk memperbaiki karangan sendiri maupun teman sekelas. Pada tahap
publikasi, siswa menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk

14
meminta masukan dari guru dan teman sekelas agar mereka dapat berbagi
informasi sehingga tulisan menjadi sempurna.
Siswa menjadi partisipan aktif dalam seluruh tahapan menulis
proses: pra-menulis, pengedrafan, perbaikan, dan penyuntingan sehingga
siswa memahami betul apa yang ditulisnya. Ketika menentukan topik yang
akan ditulis, di benak siswa tergambar sejum-lah informasi yang akan
ditulis. Informasi yang tersimpan di benak siswa dituang-kan dalam
sebuah tulisan dengan bantuan guru dan teman sekelas. Ketika menulis,
siswa bebas mengungkapkan gagasan dengan cara menghubungkan
kalimat seca-ra utuh dan padu membentuk sebuah paragraf serta
menuangkannya pada tulisan. Siswa menggunakan bahan-bahan pustaka
untuk mendukung tulisannya dan berdiskusi dengan guru dan teman
sekelas apabila ada bahan tulisan yang kurang jelas.

3. Tujuan Menulis
Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis
mempunyai empat tujuan, yaitu untuk mengekpresikan diri, memberikan
informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca, dan untuk meng-
hasilkan karya tulis.
Jenis tulisan menurut tujuan menulis sebagai berikut.
1) Narasi yakni karangan/tulisan ekspositoris maupun imajinatif yang
secara spesifik menyampaikan informasi tertentu berupa
perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
2) Deskripsi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan
informasi tentang situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan
ataupun kemanusiaan).
Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa adanya, dan terperinci.
3) Ekposisi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan
informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual).
Penyampaiannya dilakukan de-ngan tujuan menjelaskan,

15
menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga pengetahuan
pendengar/pembaca menjadi bertambah.
4) Argumentatif yakni karangan/tulisan yang secara spesifik
menyampaikan infor-masi tentang sesuatu hal (faktual maupun
konseptual). Penyampaiannya dilaku-kan dengan tujuan
mempengaruhi, memperjelas, dan meyakinkan.
5) Persuasif:karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan
informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual).
Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan mempengaruhi,
meyakinkan, dan mengajak

4. Manfaat Menulis
Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat
menulis mengemukakan bahwa: (1) menulis menyumbang kecerdasan, (2)
menulis mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis
menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis mendorong kemauan dan
kemampuan mengumpulkan informasi.
a. Menulis Mengasah Kecerdasan
Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas
menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai
aspek. Aspek-aspek itu meli-puti (1) pengetahuan tentang topik yang
akan dituliskan, (2) penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan
bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan
kemampuan pembacanya, dan (3) penyajiannya selaras dengan
konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan
seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan
pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan
mengembangkan daya nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari
tingkat mengingat sampai evaluasi.

16
b. Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas
Dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai
sendiri segala sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah (1) unsur mekanik
tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan
pewacanaan, (2) bahasa topik, dan (3) pertanyaan dan jawaban yang
harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca,
maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan
menarik.
c. Menulis Menumbuhkan Keberanian
Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan
kediriannya, ter-masuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta
menawarkannya kepada publik. Kon-sekuensinya, dia harus siap dan
mau melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan apa pun dari
pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.
d. Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan
Informasi
Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat,
atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui
orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu
dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat me-nyampaikan banyak
hal dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengeta-huan
yang memadai tentang apa yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau
memang apa yang disampaikannya hanya sekedarnya.
Kondisi ini akan memacu seseorang untuk mencari,
mengumpulkan, dan me-nyerap informasi yang diperlukannya. Untuk
keperluan itu, ia mungkin akan membaca, menyimak, mengamati,
berdiskusi, berwawancara. Bagi penulis, pemero-lehan informasi itu
dimaksudkan agar dapat memahami dan mengingatnya dengan baik,
serta menggunakannya kembali untuk keperluannya dalam menulis.
Implikasi-nya, dia akan berusaha untuk menjaga sumber informasi itu
serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin. Upaya

17
ini dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan
mudah ditemukan dan dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini
akan mempengaruhi minat dan kesungguhan dalam mengumpulkan
infor-masi serta strategi yang ditempuhnya.
Menulis banyak memberikan manfaat, di antaranya (1) wawasan
tentang topik akan bertambah, karena dalam menulis berusaha mencari
sumber tentang topik yang akan ditulis, (2) berusaha belajar, berpikir,
dan bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi,
menghubung-hubungkan, dan menarik simpulan, (3) dapat menyusun
gagasan secara tertib dan sistematis, (4) akan berusaha menuangkan
gagasan ke atas kertas walaupun gagasan yang tertulis me-mungkinkan
untuk direvisi, (5) menulis memaksa untuk belajar secara aktif, dan (6)
menulis yang terencana akan membisakan berfikir secara tertib dan
sistematis.

5. Prinsip Menulis
Keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang
ditunjukkan oleh siswa bahwa ia bukan buta aksara. Pelatihan menulis
menyibukan para siswa belajar bahasa. Semua ulangan selalu
dinyatakan dalam bentuk tulis. Walaupun demikian, para guru masih
mengeluhkan bahwa masih ada siswa tidak mempunyai keterampilan
menulis.
Menurut Parera dan Tasai (1995:14) mengemukakan bahwa
untuk dapat me-netralisir keluhan para guru bahasa, maka perlu
diingatkan mereka dua fakta. Fakta yang pertama banyak sekali orang
pandai sangat lemah dalam keterampilan menulis, fakta kedua, hanya
sekelompok kecil orang yang dapat menulis dengan baik setelah lama
berlatih di sekolah dan di luar sekolah. Walaupun demikian
keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang harus
diajarkan dan perhatikan dalam pembelajaran bahasa meskipun dalam
bentuk sederhana.

18
Selanjutnya menurut Rivers dalam Parera dan Tasai (1995:15)
mengemuka-kan keterampilan menulis merupakan satu kebiasaan yang
elegan dari para elite terdidik. Oleh karena itu, tujuannya tidak akan
tercapai untuk tingkat sekolah me-nengah ke bawah. Keterampilan
menulis menuntut penguasaan bahasa yang tinggi yang mungkin tidak
dikuasai oleh semua orang. Untuk memenuhi keterampilan menulis
yang baik jenjang menulis perlu diperhatikan. Belajar keterampilan
menulis dilakukan secara berjenjang.
Beberapa jenjang untuk keterampilan menurut Parera dan Tasai
(1995:15) adalah: (1) menyalin naskah dalam bahasa, (2) menuliskan
kembali/mereproduksi apa yang telah didengar dan dibaca, (3)
melakukan kombinasi antara apa yang telah dihafal dan didengar
dengan adaptasi kecil, (4) menulis terpimpin, dan (5)menyusun
karangan atau komposisi dengan tema, judul, atau topik pilihan siswa
sendiri.
Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari pembelajaran membaca. Pembelajaran menulis
merupakan pembelajaran ke-terampilan penggunaan bahasa Indonesia
dalam bentuk tertulis. Keterampiln menulis adalah hasil dari
keterampilan mendengar, berbicara, membaca. Menurut Pirera dan
Tasai (1995:27) mengemukakan prinsip prinsip menulis adalah: (1)
menulis tidak da-pat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang
pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara
serempak, (2) pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin
berpikir dan disiplin berbahasa, (3) pembelajaran menulis adalah
pembel-ajaran tata tulis atau ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia,
dan (4) pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang bermula
dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah.
Berdasarkan perinsip-prinsip pembelajaran menulis tersebut,
maka alternatif pembelajaran menulis adalah sebagai berikut: (1)
menyalin, (2) menyadur, (3) mem-buat ikhtisar, (4) menulis laporan, (5)

19
menyusun pertanyaan angket dan wawancara, (6) membuat catatan, (7)
menulis notulen, (8) menulis hasil seminar, pidato, dan laporan, (9)
menulis surat yang berupa : ucapan selamat, undangan, pribadi, dinas,
perjanjian, kuasa, dagang, pengaduan, perintah, pembaca, memo, dan
kawat (telegram), (10) menulis poster dan iklan, (11) menulis berita,
(12) melanjutkan tulisan, (13) mengubah, memperbaiki, dan
menyempurnakan , (14) mengisi formulir yang terdiri dari: wesel dan
cek, (15) menulis kuitansi, (16) menulis riwayat hidup, (17) menulis
lamaran kerja, (18) menulis memorandum, (19) menulis proposal/usul
penelitian, (20) menulis rancangan kegiatan, (21) menulis
pidato/sambutan, (22) menulis naskah, (23) menyusun formulir, (24)
membentuk bagan, denah, grafik, dan tabel, dan (25) menulis karya
ilmiah.

D. Hakikat Media
1. Pengertian Media, Media Gambar dan Media Gambar Berseri
Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk
jamak dari kata medium. Secara harfiah media berarti perantara, yaitu
perantara antara sumber pesan dengan penerima pesan. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Miarso (Indriana 2011:43) bahwa “media merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, kemauan dan perhatian siswa untuk belajar”.
Beberapa hal yang termasuk dalam ke dalam media yaitu film,
televisi, diagram, media cetak, komputer dan juga media gambar.
Penggunaan media gambar dalam pembelajaran bisa mungkin
penyajiannya efektif. Gambar-gambar yang digunakan dapat merupakan
gambar yang terpilih, besar, dapat dilihat oleh semua peserta didik yang ada
di dalam kelas, dapat ditempel, digantung ataupun diproyeksikan.
Menurut Rahmawatiningsih (2010: 5) “media gambar berseri
merupakan suatu media visual yang berisi yakni urutan gambar, antara

20
gambar yang satu dengan gambar yang lain saling berhubungan dan
menyatakan suatu peristiwa”.
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa gambar berseri adalah
gambar yang mempunyai urutan kejadian yang memiliki satu kesatuan
cerita. Gambar berseri juga dapat melatih siswa mempertajam imajinasi
yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Semakin tajam daya
imajinasi siswa, semakin berkembang pula siswa dalam melihat kemudian
membahasakan sebuah benda

2. Manfaat Media
Penggunaan media dalam pengajaran berfungsi untuk
mempercepat proses belajar mengajar di dalam kelas, dan juga sebagai
alat bantu dalam mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
Sejalan dengan hal tersebut, Sadiman (2002: 16) menyebutkan empat
fungsi media antara lain sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan
agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kat tertulis atau
lisan belaka). (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. (3)
penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif anak didik. (4) mempermudah guru dalam memberikan
rangsangan dan menyamakan persepsi serta pengalaman kepada siswa.

E. Model Pembelajaran Picture and Picture


1. Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture
Sriudin, 2012 (online), Salah satu model yang saat ini populer
dalam pembelajaran adalah model pembelajaran picture and picture model
ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Gambar ini
sangat cocok untuk pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan
IPS. Tetapi model ini tepat dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain
dengan kemasan dan kreatifitas guru mengaplikasikannya.
Sejak di populerkan sekitar tahun 2002, model pembelajaran mulai
menyebar di kalangan guru di Indonesia. Dengan menggunakan model

21
pembelajaran tertentu maka pembelajaran menjadi menyenangkan. Selama
ini hanya guru sebagai actor di depan kelas, dan seolah-olah guru-lah
sebagai satu-satunya sumber belajar.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah
sedemikian rupa, dimana setiap orang dapat memperoleh informasi dari
seluruh dunia hanya di dalam kamar saja dengan layanan internet,
maraknya penerbitan guru dan sumber-sumber lain yang tidak kita duga.
Pembelajaran modern memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan
Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan
aktifnya murid dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap
pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu
menarik minat murid . Dan Kreatif, setiap pembelajarna harus
menimbulkan minat kepada murid untuk menghasilkan sesuatu atau dapat
menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau
cara yang dikuasai oleh murid itu sendiri yang diperoleh dari proses
pembelajaran.
Model Picture and Picture untuk kalangan SD memang paling
cocok untuk pembelajaran tiga mata pelajaran yang telah disebutkan di
atas, sedangkan di tingkat SD hampir semua mata pelajaran dapat
menggunakan model ini. Setiap model harus kita persiapkan dengan baik
agar proses pembelajaran dapat berlangsung efektif, tanpa persiapan yang
matang pembelajaran apapun akan menjadikan murid menjadi jenuh.
Model pun harus berganti-ganti dalam beberapa pertemuan agar PBM
tidak monoton.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media
dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama
dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru
sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu
atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah
menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang
lain.

22
2. Langkah-langkah dalam picture and picture
Langkah-langkah dalam picture and picture adalah sebagai
berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampai apaka yang
menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan
demikian maka murid dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus
dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-
indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah
ditetapkan dapat dicapai oleh murid .
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting,
dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran.
Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena
guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian murid yang
selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam
pemberian materi akan menarik minat murid untuk belajar lebih jauh
tentang materi yang dipelajari.
3. Guru memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar murid ikut
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap
gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dalam
pembelajaran bahasa Inggris atau bahasa Indonesia murid dapat
mencerikan kronologi, jalan cerita atau maksud dari gambar yang
ditunjukan. Dalam Pelajaran dapat digambarkan tentang cerita atau
lainnya dari sini dapat digambarkan mengenai cerita.
Dalam pelajaran dapat ditunjukan bagaimana dengan proses
terjadinya suatu cerita. Ingatlah bahwa jika dapat di visualkan kenapa
harus pakai kata-kata. Dengan Picture atau gambar kita akan

23
menghemat energy kita dan murid akan lebih mudah memahami materi
yang diajarkan.
Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru Anda dapat
memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau
demontrasi yang kegiatan tertentu seperti membuat kopi, menggoreng
tempe dan sebagainya.
4. Guru menunjuk murid secara bergantian memasang gambar-gambar
menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena
penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan murid merasa
terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga murid
merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh murid untuk diurutan,
dibuat, atau dimodifikasi. Jika menyusunan bagaiaman susunananya.
Jika melengkapi gambar mana gambar atau bentuknya, panjangnya,
tingginya atau sudutnya. Perlu di ingat uratan dalam pembuatan harus
benar sebagai contoh dalam Bahasa Indonesia untuk menggambarkan
suatu cerita yang direkadan langkah yang harus dilakukan dengan
benar.
Untuk menceritakan gambar dalam bahasa Inggris atau bahasa
Indonesia ada urutan-urutan yang harus dilakukan.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
Setelah itu ajaklah murid menemukan rumus, tinggi, jalan
cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah
sebanyak-banyaknya peran murid dan teman yang lain untuk
membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus
memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan
meminta murid lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain

24
dengan tujuan murid mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam
pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan.
Pastikan bahwa murid telah menguasai indikator yang telah ditetapka.
7. Kesimpulan/rangkuman 
Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan murid.
Guru membantu dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman.
Sriudin, 2012 (media online)
Menurut Suparijono (2009), langkah –langkah pembelajaran model
picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
2. Menyajikan materi yang akan disampaikan
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar kajian berkaitan
dengan materi
4. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
5. Dari urutan tersebut guru memulai menamakan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai
6. Guru menyuruh siswa membuat kalimat sesuai dengan urutan gambar
7. Guru menugaskan siswa menyusun kalimat menjadi sebuah paragraf
sesuai dengan gambar dan menggunakan ejaan yang tepat
Sedangkan menurut Riyanto (1990), langkah –langkah
pembelajaran model picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar pembelajaran
3. Guru menunjukkan gambar atau memperlihatkan gambar yang
berhubungan dengan materi
4. Guru memberikan kumpulan gambar kepada sisiwa dalam kelompok
5. Siswa mengamati gambar-gambar dan mengklarifikasi cirri-ciri
6. Siswa mengemukakan pendapat/mempresentasikan alas an pemikiran
7. Guru bersama sama dengan siswa melakukan diskusi kelas tentang
hasil pemikiran dari setiap kelompok
8. Penarikan kesimpulan pembelajaran bersama-sama.

25
3. Kelebihan dan kelemahan picture and picture
Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:
Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.

26
III. METODE PENELITIAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak Membantu


1. Subjek Penelitian
Subjek yang akan diteliti adalah peserta didik kelas III SD Negeri I
Muara Beliti yang berjumlah 22 orang, yang terdiri dari 12 orang laki-laki
dan 10 orang perempuan.

2. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian


Kegiatan perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan di
SD Negeri 1 Muara Beliti. Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran
adalah dari tanggal 30 September sampai dengan 02 oktober 2014. Dengan
rincian seperti tercantum pada table dibawah ini:
Table I
Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran
No Siklus Materi Tanggal
1 Pra Siklus Menyusun Paragraf 25 September 2014
2 Siklus I Menyusun Paragraf 30 September 2014
3 Siklus II Menyusun Paragraf 02 Okrober 2014

3. Pihak Yang Membantu


Penelitian ini dibantu oleh Kepala Sekolah sebagai penilai I, dan guru
SD Negeri I Muara Beliti sebagai Supervisor II serta sekaligus sebagai
Penilai II.

4. Karakteristik Siswa
Karajkteristik siswa kelas III SD Negeri 1 Muara Beliti Kecamatan
Muara Beliti adalah sebagai berikut:
a. Jumlah siswa 22 orang, terdiri dari 12 orang laki-laki dan 10 orang
perempuan
b. Kurangnnya keberanian dalam bertanya
c. Lamban dalam mencerna maksud dari guru

27
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Upaya perbaikan dilakukan melalui penelitian tindakan kelas (PTK)
yang direncanakan akan berlangsung dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri
dari empat tahapan kegiatan, yaitu; a). perencanaan, b). pelaksanaan, c).
observasi / pengamatan, dan d). evakuasi dan refleksi;

Siklus I
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain:
1. Membuat rencana perbaikan dengan pokok pembahasan menyusun
paragraf pada gambar berseri
2. Membuat rencana perbaikan pembelajaran
3. Menyiapkan media pembelajaran
4. Menyediakan pedoman observasi
5. Menyiapkan alat evaluasi
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran siklus pertama dilaksanakan pada
tanggal 30 September 2014 dengan pokok pembahasan menyusun
paragraf. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1. Guru mengucapkan salam
2. Apresiasi, dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan ringan
yang ada hubungan dengan pokok pembahasan yang dilakukan
dalam penelitian tindakan kelas (PTK)
3. Menyampaikan tujuan yang akan dicapai
4. Memerintahkan siswa untuk menyusun gambar yang sudah ada
dalam buku
5. Guru terlebih dahulu menjelaskan materi perbaikan yaitu tentang
cara menyusun paragraf pada gambar berseri yang telah urut.
6. Memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya
7. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

28
8. Melaksanakan observasi terhadap aktivitas siswa
9. Melaksanakan evaluasi terhadap hasil belajar siswa.
c. Observasi
Pada kegiatan ketiga ini dilakukan pengamatan atau observasi
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dibuat. Pengamatan ini dilakukan oleh seseorang
pengamat atau teman sejawat, yaitu bapak Purwadi, S.Pd. dan bapak
Supriyatin, S.Pd yang merupakan salah satu guru SD Negeri 1 Muara
Beliti. Hasil pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran siklus pertama dapat dilihat pada lampiran.
Pada tahap ini diharapkan tindakan yang dilakukan, dalam hal
ini penggunaan picture and picture dalam proses belajar mengajar
menyusun paragraf pada gambar berseri telah sesuai dengan apa yang
direncanakan.
d. Refleksi
Dari prose perbaikan yang telah diberikan oleh peneliti belum
puas karena masih ada sebagian siswa yang masih mendapatkan nilai
rendah saat diberikan tes. Peneliti menganalisa mengapa sebagian
siswa masih mendapat nilai rendah?

Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1. Memeriksa kembali rencana perbaikan pembelajaran yang akan
digunakan
2. Memeriksa kembali pertanyaan yang akan diajukan siswa
3. Membuat media pembelajaran
4. Memeriksa kembali gambar – gambar yang akan dipakai
5. Menyiapkan kembali kembali lemabr observasi yang dipakai
6. Menyiapkan soal yang akan diberikan pada siswa.
b. Pelaksanaan

29
Berdasarkan hasil penelitian siklus I, pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 2 oktober 2014
dengan pokok bahasan menyusun paragraf dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Guru mengucapkan salam
2. Guru memotivasi dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan
3. Guru Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
4. Guru menyajikan materi sebagai pengantar
5. Guru memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutan
gamar-gambar menjadi urutan yang logis.
6. Guru menyuruh siswa membuat kalimat sesuai dengan urutan yang
sesuai dengan ejaan yang tepat.
7. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang kegiatan apa yang
dilakukan pada gambar
8. Guru memberikan contoh cara menyusun paragraf yang sesuai
dengan urutan gamabar
9. Guru menugaskan siswa untuk menyusun paragraf sesuai dengan
gambar
10. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa
11. Melaksanakan observasi terhadap aktivitas siswa
c. Observasi
Pada kegiatan tahap ini dilaksanakan pengamatan atau
observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan ini dilakukan oleh
seseorang pengamat atau teman sejawat, yaitu bapak Purwadi, S.Pd.
dan bapak Supriyatin, S.Pd yang merupakan salah satu guru SD Negeri
1 Muara Beliti.
Hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat
menunjukkan adanya peningkatan; siswa lebih aktif dalam mengikuti
pelajaran yang diberikan. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang
bertanya dan menjawab pertanyaan seta antusiasnya siswa dalam

30
mengurutkan / menempekan gambar yang belum urut di depan kelas.
Hasil tes menunjukan hasil yang lebih baik dari siklus pertama
sehingga nilai siswa sangat memuaskan pada siklus ke dua.
d. Refleksi
Dari hasil tes akhir dan observasi yang dilakukan menunjukkan
adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang signifikan.
Berdasarkan hal ini, peneliti menarik kesimpulan bahwa pembalajaran
pada siklus kedua lebih baik dari pada pembelajaran siklus pertama.
Berdasarkan hasil tersebut, peneliti merasa pembelajaran
Bahasa Indonesia Kelas III SD Negeri 1 Muara Beliti pada pokok
bahasan menyusun paragraf sudah cukup sehingga tidak ada perbaikan
lagi.

C. Teknik Analisis Data


Subjek yang akan diteliti adalah siswa kelas III SD Negeri 1 Muara
Beliti. Data yang ada dalam penelitian ini dikumpulkan melalui; a). Observasi,
b). tes hasil belajar. Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang
aktivias siswa selama proses pembelelajaran berlangsung. Sedangkan tes hasil
belajar dilakukan untuk mengukur hasil belajar Bahasan Indonesia. Siswa
yang diukur dari tingkat ketuntasan belajar siswa dengan perangkat tes hasil
belajar yang disusun dan dikembangkan oleh peneliti. Dari data yang
terkumpul akan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif. Analisis data
dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Bersamaan
pengumpulan data yang didapatkan. Proses ini dilakukan untuk mengetahui
ketuntasan belajar siswa setelah diajarkan dengan model pembelajaran picture
and picture. Analisis data dilakukan sejak awal kegiatan untuk pembelaajaran
berlangsung.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini meliputi indikator hasil dari
penggunaan media gambar berseri dalam meningkatkan keterampilan
menyusun paragraf.

31
Untuk prosentase tingkat penguasaan siswa siswa digunakan rumus :

Jumalah Skor Perolehan


X 100
Jumlah Skor Maksimal

Untuk mengkategorikan nilai hasil belajar siswa :

III.1 Pengkategorian Hasil Belajar Murid

Tingkat Penguasaan Kategori


85-100 Sangat Baik
65 – 84 Baik
55 – 64 Cukup Baik
35 – 54 Kurang Baik
< 34 Sangat Kurang Baik

Teknik yang digunakan dalam kegiatan perbaikan pembelajaran ini


digunakan dua cara yakni kualitatif dan kuantitatif. Secara kuanlitatif
pencapaian ketuntasan belajar dari siklus I dan II terhadap peningkatan
ketuntasan belajar secar signifikan. Hal ini dapat dilihat secara jelas pada
uraian berikut: 1). pada pelaksanaan belajar pra siklus diperoleh ketuntasan
belajar sebesar 18% atau 4 siswa dari 22 siswa dengan skor 58,63, 2). Pada
pelaksanaan perbaiakan pembelajaran siklus I diperoleh ketuntasan belajar
sebesar 55% atau 12 siswa dari 22 siswa dengan skor 68,72, dan 3). Pada
pelaksanaan perbaiakan pembelajaran siklus II diperoleh ketuntasan belajar
sebesar 82% atau 18 siswa dari 22 siswa dengan skor 71,86
Secara kualitatif, kinerja guru dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran siklus I belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari catatan
observasi bahwa 52% siswa atau hanya 12 orang dari 22 siswa aktif mengikuti
pembelajaran sedangkan yang lainnya masih pasif. Pada pelaksanaan
perbaikan pembelajaran siklus II hasil kinerja guru sangat memuaskan, dari
catatan observasi bahwa 87 % siswa terlihat aktif dalam proses pembelajaran
dan 86 % hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan minimum.

32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Pada tahap ini memuat data dan pengolahan hasil yang diperoleh
berdasarkan observasi terhadap aktifitas belajar siswa dan hasil evaluasi yang
dilakukan dalam proses pembelajaran bahasa indonesia di kelas 3 SD Negeri 1
Muara Beliti.
a. Hasil Observasi
Hasil observasi yang dilakukan pengamat terhadap sebelum
perbaikan pembelajaran tersaji dalam tebal berikut ini:

Tabel II
Aktifitas belajar siswa kelas III dalam pembelajaran bahasa indonesia pokok
behasan menyusun paragraf
Keterlibatan Pra Siklus Siklus I Siklus II
No siswa dalam Jumlah Jumlah Jumlah
% % %
pembelajaran siswa siswa siswa
1 Terlibat aktif 4 18 12 55 18 82
2 Terlibat pasif 13 59 8 36 4 18
3 Tidak terlibat 5 22 2 9 0 0
Jumlah 22 100 22 100 22 100

Keterangan :
1. Terlibat aktif artinya mengikuti proses belajar mengajar dengan
sungguh-sungguh seperti bertanya, maju kedepan menyusun gambar,
menjawab pertanyaan dengan baik dan benar
2. Terlibat pasif artinya siswa meniyimak sungguh-sungguh tetapi kurang
aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru serta tidak mau
mencoba menyusun gambar
3. Tidak terlibat artinya siswa hanya diam dan tidak melakukan
pertanyaan atau pertanyaan dari guru mencoba yang lain

33
Berdasarkan tabel 1, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan dan sesudah perbaikan hanya 4
orang siswa (18%) kemudian meningkat menjadi 18 orang (82%) pada
siklus II.
Hal ini berarti bahwa aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia meningkat. Peningkatan aktifitas belajar siswa sebelum
dan sesudah perbaikan pemebalajaran dapat di lihat pada gambar berikut:

Gambar I
Aktifitas Belajar Kelas III Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

18 18 Terlibat Aktif
16 Terlibat Pasif
14 13
12 Tidak Terlibat
12
Jumlah Siswa

10
8 8
6 5
4 4 4
2 2
0 0
Pra- Siklus I Siklus II
Siklus
Keterlibatan Siswa

b. Hasil evaluasi siswa


Hasil evaluasi yang dilakukan sebelum perbaiakan pembelajaran
pada setiap siklus tersaji dalam table berikut ini:

34
Table III
Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Negeri I Muara Beliti Kecamatan Muara Beliti
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pokok Menyussun Paragraf

Nilai
Deskripsi Hasil Ketercapaian L/P
Pra-Siklus Siklus I Siklus II
Nilai >70 4 12 18
% Ketuntasan 18 % 55 % 82 %
Rata-Rata 59,55 68,72 75,17
Nilai Makimum 78 85 85
Nilai Minimum 45 55 60

c. Deskripsi Persiklus
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, baik pada siklus I dan
siklus II dilakukan pengamatan tehadap aktifitas belajar siswa.
Pengamatan dilakukan oleh guru pengamat atau teman sejawat yaitu
Bapak Purwadi, S.Pd dan Bapak Suryatin, S.Pd dengan menggunakan
lembar observasi.
Setalah pembelajaran siklus I dan Siklus II berlangsung, maka guru
peneliti menganalisa data yang diperoleh selama setiap siklus dan hasil
pengamatan guru yang ditugaskan melakukan pengamatan selama
pembelajaran siklus I dan siklua II. Hasil dapat dilihat pada table 2 di atas
dan gambar berikut ini:

35
Gambar 2
Hasil belajar siswa kelas III Per Siklus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

90
82
80
70
60 59
Prosentase

54
50
40 Baik
33
30 27 Cukup
20 18 19 18 Kurang
10
0 0
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Hasil Belajar Siswa

Dari data yang diperoleh ternyata terdapat kemajuan baik terhadap


penguasaan materi mapun aktifitas siswa dalam pembelajaran. Dari
penguasaan materi hasil tes pada siklus II meningkat dibandingkan pada
siklus I, hal ini terbukti pada siklus II ternyata dari keseluruhan siswa 18
siswa (82%) memperoleh skor minimal 70 dari hasil tindakan II, ini
terlihat bahwa kemampuan menyusun paragraf siswa kelas III SD Negeri I
Muara Beliti mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Seluruh
indikator yang ada dapat dikuasai oleh siswa dengan baik bahkan ada yang
dikuasai dengan sangat baik. Dalam hal keutuhan, kalimat-kalimat yang
dibuat oleh siswa sudah cukup urut sesuai dengan gambar. Untuk aspek
kepaduan paragraf yang disusun oleh siswa yang sudah menggunakan kata
penghubung atau kata sambung yang tepat dan bervariasi pada
penggunaan sudah cukup baik.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Siklus I
Pada pembelajaran siklus I pokok bahasan menyusun paragraf peneliti
mencoba memperbaiki pembelajaran agar dapat membantu siswa mencapai

36
tujuan pembelajaran, usaha tersebut diwujudkan dengan menetapkan pola atau
model pembelajaran kooperatif leraning yaitu Picture and Picture. Karena
peneliti berpendapat materi pelajaran ini jika hanya menggunakan metode
penguasaan dan tanya jawab saja kurang begitu tepat karena siswa kurang
begitu aktif, dengan kata lain siswa banyak siswa yang kurang bekerja dan
mengerti atau pasif. Pada siklus I ini guru juga sudah menggunakan gambar
berseri yang lain tidak hanya terpaku pada gambar di buku saja.
Dari hasil evaluasi pada siklus I, siswa yang berhasil di atas 70 adalah
12 oranng (55%) sedangkan siswa yang belum mencapai nilai di atas 70
adalah 10 orang (45%). Dari data tersebut berarti terjad peningkatan
dibandingkan sebelum dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran siswayang
mencapai 70 hanya 4 orang siswa (18%). Dengan demikian upaya untuk
meningkatkan terus dilakukan upaya untuk meningkatkan terus dilakukan,
kelemahan siswa pada siklus I di perbaiki pada perbaikan pembelajaran
berikutnya.

Siklus II
Sebagai tindaklanjut pembelajaran siklus I, guru peneliti kemudian
membuat rencana perbaikan untuk pembelajaran siklus II. Pada pembelajaran
siklus II, media gambar seri yang digunakan digantikan dengan media yang
lebih sederhana, gambar pada siklus I gambar diceritakan kembali pada siklus
II namun gambar gambar tersebut hanya membantu siswa mengingat kembali
bagaimana menemukan kata-kata atau kalimat-kalimat yang hendak mereka
tulis. Untuk mempermudah siswa menemukan kata-kata atau kalimat yang
lebih akurat guru bertanya jawab dengan siswa dan guru guru memberikan
penjelasan penjelasan tentang cara menggunakan ejaan dan tanda baca. Guru
juga memintah siswa untuk menggunakan gambar dengan maju kedepan
secara bergantian sehingga siswa sangat antusias sekali. Pada siklus II ini
model picture and picturelebih divariasikan lagi dengan selingan tanya jawab
agar siswa yang belum mengerti menjadi lebih mengerti. Pada akhir

37
pembelajaran guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan materi
pelajaran.
Setelah pembelajaran siklus II selesai guru peneliti melakukan refleksi
dengan cara menganalisa hasil tes dan dari hasil observasi selama
berlangsungnya proses pembelajaran. Dari hasil analisis menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan pada pembelajaran siklus I. Pada
siklus I siswa yang mendapat nilai ≥ 70 hanya 12 orang (55%), pada siklus II
jumlah siswa yang sudah mencapai nilai ≥ 70 ada 18 orang siswa (82%). Hal
ini menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan, karena keberhasilan siswa
(82%) sudah memenuhi target yang ditetapkan oleh Departement Pendidikan
dan Kebudayaan serta Kriteria Ketuntasan Minimal telah tercapai. Kesimpulan
peneliti pokok bahasan menyusun paragraf tidak perlu diulang pada siklus
berikutmya.

38
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan
untuk meningkatkan kemampuan menyusun paragraf siswa di SD Negeri I
Muara Beliti dengan menggunakan model Picture and Picture telah mampu
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf.
Hal ini dapat dilihat dari hasil tes, yang dilakukan peneliti dan
pengamatan oleh teman sejawat tehadap aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dari setiap siklus.
Hasil tes dan aktifitas tersebut sebagai berkut:
1. Siklus pertama
Siswa yang telah mencapai ketuntasan berdasarkan data, bahwa
dari 22 orang siswa 12 orang (55%), telah mencapaidengan nilai ≥ 70
dan siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran mencapai 59%. Hal
ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dari sebelum perbaikan yaitu
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan hanya 4 orang (18%)
2. Siklus kedua
Peningkatan hasil tes dan keaktifan siswa pada siklus kedua
semakin tinggi, hal ini dapat dilihat dari data berikut:
Pada siklus II yang merupakan perbaikan dari siklus I peneliti
masih menggunakan model pemebelajaran picture and picture namun
didalam gambar berserinya lebih sederhana dan lebih menarik ini
untuk memicu sswa dalam kegiatan belajar mengajar tidak jenuh dan
guru dalam menjelaskan cara menemukan kalimat atau ide-ide yang
akan dituangkan dalam paragraf menggunakan metode tanya jawab hal
ini agar siswa lebih mudah memahami cara menemukan kalimat serta
cara penggunaan ejaan yang tepat.
Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada tindakan siklus II ini
sebesar 75,18 (82%). Tarap penguasaan siswa dalam menyusun
paragraf juga meningkat. Skor minimal yang diperoleh siswa 60, dari

39
jumlah 22 siswa hanya 4 orang siswa saja yang memperoleh nilai
minimal 60 (19%) atau dengan kata lain siswa yang tidak aktif dalam
mengikuti pelajaran.
Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa
sangat signifikan. Peneliti berkesimpulan bahwa pembelajaran Bahasa
Indonesia pada pokok bahasan menyusun paragraf pada buku Bahasa
Indonesia kelas III tidak perlu dibahas kembali.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka perlu kiranya penerapan
model pembelajaran picture and picture sebagai model pembelajaran
digunakan di sekolah-sekolah untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa
khususnya menyusun paragraf pada gambar berseri di kelas III Sekolah Dasar.
Saran-saran bagi :
a. Guru
Untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis siswa terutama pada
pokok bahasan menyusun paragraf pada gambar berseri hendaknya guru-
guru menggunakan model pembelajaran picture and picture
b. Siswa
Hendaknnya penggunaan model picture and picture dapat meningkatakan
kemampuan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran menyusun
paragraf.

40
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.


Jakarta: Rineka Cipta.

__________. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumu Aksara.

Djamarah, Saifl Bahri, 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Ahmadi, M. 1988. Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia.


Jakarta: Depdikbud.

Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. 1989. Pembinaan Kemampuan
Menu-lis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.


Jakarta: Depdikbud-Dikti

Kosasih, E. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia.


Bandung: Yrama Widya.

Musaba, Z. 1994. Terampil Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Benar.


Banjarmasin: Sarjana Indonesia.

Saminanto, 2010. Ayo Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rasail


Media Group

Soedjito dan Hasan, M. 1986. Seri Membina Keterampilan Menulis Paragraf.


Malang: Tanpa Penerbit

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suparno. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Depdiknas-UT

Syafi’ie, I. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, H.G. 1987. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa.
Wardani, Dkk. 2013. Perspektif Pendidikan SD. Jakarta: Jakarta: Depdiknas-UT

41

Anda mungkin juga menyukai