Anda di halaman 1dari 7

Nama : Savira Adelia Kusnadi

NPM : 1814131012
Post Test

1. 2 jenis partisipasi warga dalam pembangunan dan cirinya


a. Partisipasi yang bersifat transformasional, dicirikan dengan adanya
partisipasi sebagai tujuan, munculnya swadaya, berkelanjutan, dan
terjadinya perubahan pola pikir dari masyarakat.
b. Partisipasi yang bersifat instrumental, dicirikan dengan partisipasi warga
sebagai alat mengembangkan diri, pencapaian target atau tujuan, dan
pembangunan.

2. Rapid Rural Appraisal (RRA) adalah metode kegiatan yang mempelalajari


pedesaan secara cepat dan intensif untuk memperoleh informasi yang baru
dalam waktu yang terbatas dan dilakukan oleh kelompok kecil yang
menggunakan beberapa metode, alat, dan teknik tertentu.

Participatory Rural Apprasial (PRA) adalah suatu metode pendekatan dalam


proses pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, yang
mengutamakan pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan
pembangunan dan peningkatan kemandirian maupun kekuatan internal
masyarakat.

3. Kelebihan RRA
a. Waktu cepat, biaya murah dan hasil tidak bias.
b. Dapat melayani policy makers yang ingin memutuskan suatu hal dengan
segera dan mereka memerlukan informasi terakhir sebelum keputusan
tersebut diambil.
c. Mampu memonitor dan mengevaluasi proyek atau program pembangunan.
d. Mampu melakukan identifikasi dan mendiagnosa masalah atau isu baik
dibidang penelitian maupun perencanaan.
e. Mampu memahami suatu permasalahan dengan perspektif lintas disiplin.
Kekurangan dari RRA
a. Metode sampling diabaikan.
b. Reliabilitas dan validitas informasi dikumpulkan secara cepat, yang lebih
menonjol adalah expert judgement peneliti.
c. Tidak mampu mengungkapkan data kuantitatif.
d. Banyak pengambil kebijakan lebih tertarik dengan data konkret, misalnya
suatu tekhnologi telah diadopsi masyarakat sebesar 70%, daripada informasi
tentang adopsi tekhnologi meningkat.
e. Bias dan terbatas.

Kelebihan dari PRA


a. Melibatkan seluruh kelompok masyarakat.
b. Keikutsertaan masyarakat miskin.
c. Rasa tanggung jawab masyarakat akan keberlangsungan program lebih
besar.
d. Melibatkan gender pada program.
e. Cocok diterapkan dimana saja.

Kekurangan PRA
a. Data dan informasi yang diperoleh cenderung bersifat umum kurang
spesifik.
b. Keterlibatan dalam proses belajar secara aktif dan ketajaman analisis
sangat dipengaruhi kemampuan fasilitator.
c. Pada umumnya keterwakilan masyarakat sangat sulit dipenuhi.
d. Membutuhkan waktu pengenalan dan sosialisasi yang cukup untuk
memahami konsep PRA secara komprehensif.
e. Partisipatif yang berkembang seringkali baru sampai pada “partisipasi
pasif” atau “partisipasi informatif.

4. Prinsip RRA
a. Efektivitas dan efisiensi, kaitannya dengan biaya, waktu, dengan perolehan
informasi yang dapat dipercaya yang dapat digunakan dibanding sekadar
jumah dan ketepatan serta relevansi informasi yang dibutuhkan.
b. Hindari bias, melalui: introspeksi, dengarkan, tanyakan secara berulang-
ulang, tanyakan kepada kelompok termiskin.
c. Triangulasi sumber informasi dan libatkan Tim Multi-disiplin untuk
bertanya dalam beragam perspektif.
d. Belajar dari dan bersama masyarakat.
e. Belajar cepat melalui eksplorasi, cross-check, dan jangan terpaku pada
bekuan yang telah disiapkan.

Prinsip PRA
a. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan).
Prinsip ini mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh
kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan
program pembangunan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk
mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang
terdapat di suatu masyarakat, mengutamakan golongan paling miskin agar
kehidupannya meningkat.
b. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
Pendekatan PRA bermuatan peningkatan kemampuan masyarakat,
kemampuan itu ditingkatkan dalam proses pengkajian keadaan,
pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan, sampai pada pemberian
penilaian dan koreksi kepada kegiatan yang berlangsung.
c. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator
PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan pembangunan.
Orang luar juga harus menyadari peranannya sebagai fasilitator. Fasilitator
perlu memiliki sikap rendah hati serta kesediannya belajar dari masyarakat
dan menempatkannya sebagai narasumber utama dalam memahami
keadaan masyarakat itu. Pada tahap awal peranan orang luar lebih besar,
namun seiring dengan berjalannya waktu diusahakan peran itu bisa
berkurang dengan mengalihkan prakarsa kegiatan PRA para masyarakat
itu sendiri.
d. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
Salah satu prinsip dasarnya adalah pengakuan akan pengalaman dan
pengetahuan tradisional masyarakat. Hal ini bukan berarti bahwa
masyarakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah, sehingga
harusnya dilihat bahwa pengalaman dan pengetahuan masyarakat serta
pengetahuan orang luar saling melengkapi dan sama bernilainya, dan
bahwa proses PRA merupakan ajang komunikasi antara kedua sistem
pengetahuan itu agar melahirkan sesuatu yang lebih baik.
e. Prinsip Santai dan informal
Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat luwes,
terbuka, tidak memaksa dan informal. Situasi ini akan menimbulkan
hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota
masyarakat, bukan sebagai tamu asing yang oleh masyarakat harus
disambut secara resmi.
f. Prinsip Triangulasi
Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan menganalisis
data atau informasi secara sistematis bersama masyarakat. Untuk
mendapatkan informasi yang kedalamnnya bisa diandalkan kita dapat
menggunakan Triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan
pemeriksaan ulang (check and recheck) informasi. Triangulasi dilakukan
melalui penganekaragaman keanggotaan tim (keragaman disiplin ilmu atau
pengalaman), penganekaragaman sumber informasi (keragaman latar
belakang golongan masyarakat, keragaman tempat, jenis kelamin) dan
keragaman teknik.
g. Prinsip mengoptimalkan hasil
Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh hasil informasi yang tepat guna
menurut metode PRA adalah lebih baik kita "tidak tahu apa yang tidak
perlu kita ketahui" (ketahui secukupnya saja) dan lebih baik kita "tidak
tahu apakah informasi itu bisa disebut benar seratus persen, tetap
diperkirakan bahwa informasi itu cenderung mendekati kebenaran"
(daripada kita tahu sama sekali)
h. Prinsip orientasi praktis
PRA berorientasi praktis yaitu pengembangan kegiatan. Oleh karena itu
dibutuhkan informasi yang sesuai dan memadai, agar program yang
dikembangkan bisa memecahkan masalah dan meningkatkan kehidupan
masyarakat. Perlu diketahui bahwa PRA hanyalah sebagai alat atau
metode yang dimanfaatkan untuk mengoptimalkan program-program yang
dikembangkan bersama masyarakat.
i. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
Metode PRA bukanlah kegiatan paket yang selesai setelah kegiatan
penggalian informasi dianggap cukup dan orang luar yang memfasilitasi
kegiatan keluar dari desa. PRA merupakan metode yang harus dijiwai dan
dihayati oleh lembaga dan para pelaksana lapangan, agar problem yang
mereka akan kembangkan secara terus menerus berlandaskan pada prinsip-
prinsip dasar PRA yang mencoba menggerakkan potensi masyarakat.
j. Prinsip belajar dari kesalahan
Terjadinya kesalahan dalam kegiatan PRA adalah suatu yang wajar, yang
terpenting bukanlah kesempurnaan dalam penerapan, melainkan penerapan
yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada. Kita belajar dari
kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang terjadi, agar pada kegiatan
berikutnya menjadi lebih baik.
k. Prinsip terbuka
Prinsip terbuka menganggap PRA sebagai metode dan perangkat teknik
yang belum selesai, sempurna dan pasti benar. Diharapkan bahwa teknik
tersebut senantiasa bisa dikembangkan sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan setempat. Sumbangan dari mereka yang menerapkan dan
menjalankannya di lapangan untuk memperbaiki konsep, pemikiran
maupun merancang teknik baru yang akan sangat berguna dalam
mengembangkan metode PRA.
5. Perbedaan RRA DAN PRA
No Kriteria RRA PRA
1 Kurun waktu perkembangan Akhir 1970-an Akhir 1980-an
2 Pihak yang mengembangkan Perguruan Tinggi Organisasi non-
pemerintah
3 Pengguna utama Lembaga Donor, Organisasi non-
Perguruan Tinggi pemerintah, organisasi
lapang pemerintah
4 Potensi sumber informasi Pengetahuan masyarakat Kemampuan masyarakat
setempat
5 Titik berat pengembangan Metodologi Perilaku
6 Titik berat pengguna Elicitif, penggalian Fasilitasi, partisipatif
7 Tujuan utama Belajar melalui orang Pemberdayaan
luar masyarakat setempat
8 Hasil jangka panjang Perencanaan, proyek, Kelembagaan dan
publikasi tindakan masyarakat yang
berkelanjutan
9 Peran orang luar Investigator (lebih Setara, sebagai fasilitator
dominan)

6. 6 Keterlibatan partisipasi dalam proses pembangunan


a. Keterlibatan pada identifikasi masalah, dimana masyarakat bersama-sama
dengan para perencana atau pemegang otoritas kebijakan mengidentifikasi
persoalan, mengidentifikasi peluangm potensi, dan hambatan.
b. Proses perencanaan, dimana masyarakat dilibatkan secara aktif dalam
penyusunan rencana dan strategi berdasar pada hasi laporan sebelumnya.
c. Pelaksanaan proyek pembangunan.
d. Evaluasi yaitu masyarakat dilibatkan untuk menilai pembangunan yang
telah diakukan, apakah pembangunan memberikan manfaat bagi
masyarakat atau justru sebaliknya masyarakat dirugikan dengan proses
yang telah diakukan.
e. Monitoring atau melakukan pengawasan.
f. Mitigasi, yaitu teribat dalam mengukur dan mengurangi dampak negatif
yang diakibatkan oleh proyek yang sedang dilaksanakan.

7. Dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan di Pantai Lakban masyarakat


hanya memiliki kesempatan untuk terlibat sebagai buruh dari pihak ketiga.
Masyarakat juga tidak diberikan kesempatan untuk terlibat sebagai panitia
dalam kegiatan tahunan Kabupaten Minahasa Tenggara, yaitu Festival
Bentenan Lakban. Masyarakat Ratatotok Timur yang bertugas sebagai tenaga
kontrak (petugas kebersihan) di Pantai Lakban juga hanya ada satu orang.
Akan tetapi, masyarakat diberikan kesempatan untuk turut serta menjaga dan
memelihara hasil-hasil pembangunan di Pantai Lakban.

Anda mungkin juga menyukai