Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ONLINE 6

Nama : Resti Aprianti


NIM : 20170102266

1. JELASKAN DINAMIKA DAN TANTANGAN


PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN
BERIKAN CONTOHNYA
Dinamika Pendidikan Pancasila
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara Indonesia
adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk kepadanya,
membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. menurut Ernest Renan:
kehendak untuk bersatu (le desir d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya
dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena
memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia.
. Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan
(indifferentism), tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang
dinyatakan dalam seloka “Bhinneka Tunggal Ika”. Maka Pancasila merupakan intelligent choice
karena mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap
adanya perbedaan

Mengenai hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan: “Negara Pancasila adalah suatu
negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak asasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang
adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan
dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin, memajukan
kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan
kehidupan bangsa (keadilan sosial).”
Tantangan Pendidikan Pancasila
Masih ada sederet fakta empiris yang menunjukkan betapa Pancasila sebagai dasar negara
Republik Indonesia kini tak lebih bagaikan macan kertas. Nilai-nilai ekonomi kerakyatan,
misalnya, sudah mulai ditinggalkan pelan-pelan digantikan sistem ekonomi pro-”kapital”. Pasar-
pasar tradisional digusur digantikan dengan supermarket. Semuanya dilakukan seolah-olah
sebagai hal wajar dan tidak memiliki dampak jangka panjang Akibatnya, rakyat mulai
kehilangan mata pencarian di satu sisi dan di sisi lain bangsa ini mulai kehilangan daya kritisnya
karena bekerja dalam bidang apa pun berada di bawah tekanan global. Nasib buruh semakin
ternistakan karena keserakahan juragannya dan kebijakan pemerintah yang membiarkan praktik
outsourcing yang kerap tak manusiawi.

Elite politik tampak membiarkan dirinya tercebur dalam pusaran arus global tanpa proteksi.
Kebanggaan diri sebagai bangsa bukan lagi menjadi acuan. Orientasi hidup hanya mencari
popularitas, maka munculnya fenomena ”mengiklankan diri sendiri” tanpa memerhatikan aspek
penderitaan rakyat. Pemerintah sulit menjadikan rasa empati sebagai bahan pertimbangan utama
merancang kebijakan, yang di luar terlihat populis tetapi substansinya sebenarnya menindas.

Pancasila kita sedang menghadapi krisis multidimensional. Pancasila kita sedang berhadapan
dengan pola perilaku elite yang tidak lagi peka terhadap rakyatnya. Pancasila kita juga sedang
menghadapi tantangan bagaimana membuat orang-orang beragama lebih toleran terhadap
lainnya. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa harus dimaknai bersama-sama dengan sila-sila lainnya.
Sebagai bangsa yang bertuhan, meyakini kebenaran Tuhan tidak boleh dilakukan dengan cara
menegasikan kemanusiaan. Kemanusiaan harus tetap dijunjung sehingga tercipta suasana adil
dan beradab. Untuk bisa menciptakan kemanusiaan yang adil dan beradab, kebijakan sosial-
politik-ekonomi harus berlandaskan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika kita gagal
menerapkan Pancasila dalam makna sesungguhnya, sebenarnya Pancasila tak sakti lagi.

Tantangan dari dalam di antaranya berupa berbagai gerakan separatis yang hendak memisahkan
diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Apa yang terjadi di Aceh, Maluku, dan
Papua merupakan sebagian contoh di dalamnya. Penanganan yang tidak tepat dan tegas dalam
menghadapi gerakan-gerakan tersebut akan menjadi ancaman serius bagi tetap eksisnya keutuhan
Bangsa Indonesia dan pancasila.. satu tantangan terbesar yang perlu segera dijawab bangsa yang
besar ini, khususnya oleh para pemegang kekuasaan, adalah menjawab tantangan atas lemahnya
kesejahteraan rakyat dan penegakkan keadilan. Ketimpangan kesejahteraan antara kota dan desa,
terlebih Jawa dan luar Jawa merupakan salah satu permasalahan besar yang harus segera dijawab
oleh bangsa ini. Terasa sesak bagi kita semua bila mengingat bahwa dialam sejarah dewasa ini
masih ada bagian dari bangsa ini yang secara mengenaskan masih hidup di alam prasejarah!
Masalah penegakkan keadilan juga menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius para
pengambil kebijakan. Keadilan sosial yang telah lama digariskan para pendiri negeri ini sering
menjadi kontraproduktif manakala hendak ditegakkan di kalangan para penguasa dan pemilik
uang. Jadilah hingga sekarang ini pisau keadilan yang dimiliki bangsa ini masih merupakan pisau
keadilan bermata ganda, tajam manakala diarahkan kepada rakyat kebanyakan, dan tumpul atau
bahkan kehilangan ketajamannya sama sekali manakala dihadapkan dengan para pemegang
kekuasaan atau pemilik sumber-sumber ekonomi.

Globalisasi yang berbasiskan pada perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan


transportasi, secara drastis mentransendensi batas-batas etnis bahkan bangsa. Jadilah Indonesia
kini, tanpa bisa dihindari dan menghindari, menjadi bagian dari arus besar berbagai perubahan
yang terjadi di dunia. Sekecil apapun perubahan yang terjadi di belahan dunia lain akan langsung
diketahui atau bahkan dirasakan akibatnya oleh Indonesia. Sebaliknya, sekecil apaun peristiwa
yang terjadi di Indonesia secara cepat akan menjadi bagian dari konsumsi informasi masyarakat
dunia. Pengaruh dari globalisasi ini dengan demikian begitu cepat dan mendalam.

Tantangan yang paling berat dan utama, adalah masalah ekonomi dan budaya yang menggilas
bangsa ini tanpa ampun. Sebab, ajaran Pancasila yang hakiki sama sekali tidak sesuai dengan
arus modernisasi yang masuk ke bumi tercinta, Indonesia.

2. BAGAIMANA HUBUNGAN PANCASILA DENGAN


PEMBUKAAN UUD 1945
Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 bersama sama dengan Undang – undang dasar 1945 dituangkan dalam
berita Republik Indonesia tahun II No,7, ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Inti dari
pembukaan UUD 1945, pada hakikatnya adalah terdapat IV alinea. Sebab segala aspek
penyelenggaraan pemerintahan negara yang berdasarkan Pancasila terdapat dalam pembukaan
alinea IV.

Oleh karena itu justru dalam pembukaan itulah secara formal  yuridis pancasila ditetapkan
sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Maka hubungan antara pembukaan UUD 1945
adalah secara timbal balik sebagai berikut:

Hubungan Secara Formal


Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945, maka
pancasila memperoleh kedudukan sebagai dasar hukum positif. Dengan demikian tata kehidupan 
bernegara tidak hanya bertopang pada asas asas sosial, ekonomi, politik akan tetapi dalam
perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas
kultural, religius dan asas asas kenegaraan yang unsurya terdapat pada pancasila. Jadi
berdasarkan terdapatnya Pancasila secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut:

 Bahwa Rumusan Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti  yang
tercamtum dalam  pembukaan UUD 1945 alinea IV.
 Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan pokok kaidah  Negara
yang Fundamental dan terhadap tertib hukum indonesia mempunyai dua mcama kedudukan
yaitu:

1. Sebagai dasarnya, karena Pembukaan UUD 1945 itulah yang memberikan faktor faktor mutlak
bagi adanya tertib hukum di Indonesia
2. Memasukkan dirinya di dalam tertib hukum  tersebut sebagai tertib hukum tertinggi.

 Bahwa dengan demikian  Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi, selain sebagai
Mukadimah dari UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, juga berkedudukan
sebagai suatu yang bereksistensi sendiri yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan
pasal pasalnya. karena  Pembukaan UUD 1945 yang intinya Pancasila adalah tidak tergantung
pada  pada Batang Tubuh (Pasal pasal) UUD 1945, bahkan sebagai sumbernya.
 Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat, sifat, kedudukan, dan
fungsi sebagai  Pokok Kaidah Negara yang Fundamental, yang menjalankan dirinya sebagai dasar
kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia yang diprolamirkan pada 17 Agustus 1945.
 Bahwa Pancasila sebagai inti pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempunyai kedudukan
yang kuat tetap dan tidak dapat diubah dan terlekat pada kelangsungan hidup Negara Republik
Indonesia. Dengan demikian kedudukan formal yuridis dalam pembukaan, sehingga baik
rumusan maupun yuridiksinya sebagai dasar negara adalah sebagaimana terdapat  dalam UUD
1945. Maka perumusan  yang menyimpang dari pembukaan tersebut adalah sama halnya
dengan mengubah secara tidak sah Pembukaan  UUD 1945, bahkan berdasarkan  hukum positif 
sekalipun dan hal ini dalam sejarah ini telah ditentukan dalam ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1996.

Hubungan Secara Meterial


Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan bersifat formal,
sebagaimana dijelaskan di atas juga hubungan secara material  sebagai berikut. Bila kita kembali
ke proses perumusan  Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, maka secara kronologis, materi
yang dibahas oleh BPUPK yang pertama tama adalah dasar filsafat pancasila baru kemudian 
Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang pertama pembukaan UUD 1945 BPUPK
membicarakan dasar filsafat negara Pancasila berikutnya tersusunlah  Piagam Jakarta yang
disusun oleh Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan UUD 1945.

Jadi berdasarkan urut-urutan tertib hukum indonesia  pembukaan UUD 1945 adalah sebagai
tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum indonesia bersumberkan pancasila, atau
dengan perkataan lain sebagai sumber tertib hukum indonesia. Hal ini berarti  secara material 
hukum indonesia dijabarkan  dari nilai nilai yang terkandung dalam pancasila,  pancasila sebagai
sebagai sumber tertib hukum indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan
sifat.

Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD 1945 sebagai
Pokok Kaidah Negara yang Fundamental, maka sebenarnya secara material, yang merupakan
esensi atau inti sari dari  Pokok Kaidah negara yang Fundamental tersebut tidak lain adalah
Pancasila  (Notonagoro, tanpa tahun: 40)

Anda mungkin juga menyukai