Oleh :
HALIMATUSSYADIAH
( 2017.C.09a.0889 )
Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan
yangberjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.P Dengan
Diagnosa Medis Post Op Laparatomy Indikasi Peritonitis Diruang ICU RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi kasus
ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners Selaku Koordinator PPK III.
4. Ibu Nia Pristina, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian asuhan
keperawatan dan laporan pendahuluan ini.
5. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
6. Kepada keluarga Ny.P yang telah bersedia mengizinkan pasien sebagai kelolaan
dalam asuhan keperawatan.
7. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi kasus
ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan penulisan studi kasus
ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan studi kasus ini
bermanfaat bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit ...............................................................................3
2.1.1 Definisi Peritonitis ..............................................................................3
2.1.2 Etiologi Peritonitis...............................................................................4
2.1.3 Klasifikasi Peritonitis...........................................................................5
2.1.4 Patofisiologi Peritonitis.......................................................................5
2.1.5 Manifestasi Peritonitis.........................................................................9
2.1.6 Komplikasi Peritonitis.........................................................................9
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Peritonitis....................................................10
2.1.8 Penalaksanaan Medis Peritonitis.......................................................12
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ...........................................................12
2.2.1 Pengkajian .........................................................................................12
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .....................................................................16
2.2.3 Intervensi ..........................................................................................17
2.2.4 Implementasi .....................................................................................24
2.2.5 Evaluasi .............................................................................................24
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian .............................................................................................26
3.2 Diagnosa Keperawatan .........................................................................31
3.3 Intervensi ...............................................................................................32
3.4 Implementasi .........................................................................................33
3.5 Evaluasi .................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.2 Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparaomi adalah karena disebabkan oleh
beberapa hal (Smeltzer,2015)
1.1.2.1 Trauma abdomen (Tumpul atau tajam )
1.1.2.2 Peritonitis
1.1.2.3 Pendarahan saluran cerna
1.1.2.4 Sumbatan pada usus halus dan usus besar
1.1.2.5 Massa pada abdomen
1.1.4 Patofisiologi
Trauma adalah ceder/ruda paksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland,2016). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker,2015). Penyalahgunaan alkohol dan
obat telah menjadi faktor komplikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma
yang disengaja atau tidak disengaja (Smezelt,2016). Trauma abdomen adalah cedera
pada abdomen ,dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja
atau tidak disengaja, (Smezelt,2016).
Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan
atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih
berisfat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi. Tususkan
/tembakan,pukulan ,benturan ledakan,sedelarasi,kompresi atau sabuk pengaman (set-
belt) dapat mengkibatkan terjadinya trauma abdomen sehingga harus dilakukan
laparatomy (Arif Muttaqin,2017).
Patway
Post Op Laparatomy
Insisi Bedah
Merangsang Adanya
pengeluaraan peningkatan
histamin
Leukosit
1.1.6 Komplikasi
1.1.6.1 Gangguan perfusi jaringan sehubung dengan tromboplebitis. Tromboplebitis
post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi bahaya besar
Tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah
vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru- paru,hati dan otak.
1.1.6.2 Infeksi ,infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi. Organisme
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens,organisme
gram positif.stapilococus mengakibatkan pendarahan.Untuk menghindari
infeksi luka yang paling penting adalah perawatan luka dengan
memperhatikan aseptik dan antiseptik.
1.1.6.3 Kerusakan intergritas kulit sehubung dengan dehisensi luka atau eviserasi.
1.1.6.4 Ventilasi paru tidak adekuat
1.1.6.5 Gangguan kardivaskuler:hipertensi,aritmia jantung
1.1.6.6 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
1.1.6.7 Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan (Arif Mansjoer,2016)
1.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan post laparatomy adalah bentuk bentuk pelayanan perawatan
yang diberikan kepada pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut
.tujuannya perawatanya antara lain :
1.1.8.1 mengurangi kkomplikasi akibat pendarahan
1.1.8.2 mempercepat penyembuhan
1.1.8.3 mengembalikan funsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi
1.1.8.4 mempertahankan konsep diri
1.1.8.5 mempersiapkan pasien pulang (Jitowiyoni,2016).
Peritoneum terdiri dari dua bagian yaitu peritoneum paretal yang melapisi
dinding rongga abdomen dan peritoneum visceral yang melapisi semua organ yang
berada dalam rongga abdomen.Ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini disebut
ruang peritoneal atau kantong peritoneum.Pada laki-laki berupa kantong tertutup dan
pada perempuan merupakan saluran telur yang terbuka masuk ke dalam rongga
peritoneum, di dalam peritoneum banyak terdapat lipatan atau kantong. Lipatan besar
(omentum mayor) banyak terdapat lemak yang terdapat disebelah depan lambung.
Lipatan kecil (omentum minor) meliputi hati, kurvaturan minor, dan lambung
berjalan keatas dinding abdomen dan membentuk mesenterium usus halus.
a. Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika serosa).
b. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis.
c. Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis.
Fungsi peritoneum:
1.2.3 Etiologi
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus alpha dan beta
hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah
clostridium wechii.
Terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar molekul komponen asites
pathogen yang paling sering menyebabkan infeksi adalah bakteri gram negative E.
Coli 40%, Klebsiella pneumoniae 7%, spesies Pseudomonas, Proteus dan gram
lainnya 20% dan bakteri gram positif yaitu Streptococcus pnemuminae 15%, jenis
Streptococcus lain 15%, dan golongan Staphylococcus 3%, selain itu juga terdapat
anaerob dan infeksi campur bakteri.
Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau
nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga
peritoneal terutama disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna
bagian atas.
Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga dapat memperberat suatu
peritonitis. Kuman dapat berasal dari:
1.2.5 Patofisiologi
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa,
yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi
infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat
menetap sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran
mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif,
maka dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti
misalnya interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius, sehingga membawa
ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ. Karena tubuh mencoba
untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk
buangan juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi
ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia.Organ-organ didalam cavum peritoneum
termasuk dinding abdomen mengalami oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas
pembuluh darah kapiler organ-organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan didalam
rongga peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ intra peritoneal
dan oedem dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan
hipovolemia. Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang
tidak ada, serta muntah.
Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut
meningkatkan tekana intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit
dan menimbulkan penurunan perfusi. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis
umum.Dengan perkembangan peritonitis umum, aktivitas peristaltik berkurang
sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan meregang.Cairan dan
elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan
sirkulasi dan oliguria.Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang
meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan
obstruksi usus.
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan ileus
karena adanya gangguan mekanik (sumbatan) maka terjadi peningkatan peristaltik
usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat berupa ileus sederhana
yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat
total atau parsial, pada ileus stangulasi obstruksi disertai terjepitnya pembuluh darah
sehingga terjadi iskemi yang akan berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan
akhirnya terjadi perforasi usus dan karena penyebaran bakteri pada rongga abdomen
sehingga dapat terjadi peritonitis.(Ardi.2017)
WOC PERITONITIS
Tukak Lambung
Kerusakan mukosa
lambung Appendikstis
Mikroorganisme(Ex:E.coli,
Streptococcus,pneumonia,
Staphyloccus) Pengeluaraan Penghambat aliran
histamin limfe
Masuk melalui aliran
darah atau getah bening Merangsang Peningkatan produksi Edema
pengeluaran HCI pepsinogen
pendarahan
perforsi
Invasi bakteri ke
kavum peritoneum
Inflamasi pada
peritoneum
Peritonitis
Adalah inflamasi peritoneum lapisan
membrane serosa rongga abdomen
B1 Breathing B2 Blood B3 Brain B4 Bladder B5 Bowel B6 Bone
Permeabilitas
Pergerakan abdomen Gangguan Merangsang Cairan dicavum Post Operasi
Pembuluh darah
tidak maksimal metabolisme aktivitas peritoneum
kapiler meningkat
parasimpatik
Luka insisi
Pernafasan tidak teratur Respon sistemik Respon psikologis Tekanan intra
absorpsi abdomen
Menuju Dilakukan
Takipnea Kegagalan Mual
hipotalamus Peningkatan heacting pada
mekanisme
tekanan vena regulasi daerah insisi
Mengganggu
Sekresi yang termoregulasi anoreksia
tertahan MK:
Refleks neurologi Kekurangan Gangguan
Suhu tubuh terganggu intake cairan Integritas
meningkat MK:Defisit kulit
MK: Bersihan jalan Nutrisi
napas tidak efektif
Mk: MK: penurunan MK:
- Hipertemi kapasitas adaptif Hipovolemia
intrakranial
1.2.6 Manifestasi Klinis
Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tanda-
tanda rangsangan peritonium. Rangsangan peritonium menimbulkan nyeri tekan dan
defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma.
Peristaltik usus menurun sampai hilang akibat kelumpuhan sementara usus. Bila telah
terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia,
hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok. Rangsangan ini menimbulkan nyeri
pada setiap gerakan yang menyebabkan pergeseran peritonium dengan
peritonium.Nyeri subjektif berupa nyeri waktu penderita bergerak seperti jalan,
bernafas, batuk, atau mengejan.Nyeri objektif berupa nyeri jika digerakkan seperti
palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas, atau tes lainnya.
Diagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen
(akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya
(peritoneum visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal).
Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau
pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi
hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat
tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme
antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang
menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum.
Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan
nyeri akibat pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa
jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes
berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan
kesadaran (misalnya trauma cranial,ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan
analgesic), penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric.(Ardi.2017)
1.2.7 Komplikasi
1.2.9 Penatalaksanaan
1. Therapy umum
a. Istirahat
- Tirah baring dengan posisi fowler
- Penghisapan nasogastrik, kateter
b. Diet
- Cair → nasi
- Diet peroral dilarang
c. Medikamentosa
- Obat pertama
Cairan infus cukup dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
- Obat alternatif
Narkotika untuk mengurangi penderitaan pasien
2. Therapy Komplikasi
Intervensi bedah untuk menutup perforasi dan menghilangkan sumber infeksi.
Prinsip umum pengobatan adalah pemberian antibiotik yang sesuai dekompresi
saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik atau intestinal penggantian cairan dan
elektrolit yang dilakukan secara intravena, pembuangan fokus septik (appendiks dsb)
atau penyebab radang lainnya bila mungkin dengan mengalirkan nanah keluar dan
tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.
1. Kontrol sumber infeksi, dilakukan sesuai dengan sumber infeksi. Tipe dan luas
dari pembedahan tergantung dari proses dasar penyakit dan keparahan infeksinya.
2. Pencucian ronga peritoneum: dilakukan dengan debridement, suctioning,kain
kassa, lavase, irigasi intra operatif. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan pus,
darah, dan jaringan yang nekrosis.
3. Debridemen : mengambil jaringan yang nekrosis, pus dan fibrin.
4. Irigasi kontinyu pasca operasi.
1. Pemberian cairan I.V, dapat berupa air, cairan elektrolit, dan nutrisi.
2. Pemberian antibiotic
3. Oral-feeding, diberikan bila sudah flatus, produk ngt minimal, peristaltic usus
pulih, dan tidak ada distensi abdomen.
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang
dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi saluran
cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, pembuangan fokus septik
(apendiks, dsb) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin mengalirkan nanah
keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.
Resusitasi hebat dengan larutan saline isotonik adalah penting.Pengembalian
volume intravaskular memperbaiki perfusi jaringan dan pengantaran oksigen, nutrisi,
dan mekanisme pertahanan.Keluaran urine tekanan vena sentral, dan tekanan darah
harus dipantau untuk menilai keadekuatan resusitasi.
Pembuangan fokus septik atau penyebab radang lain dilakukan dengan operasi
laparotomi. Insisi yang dipilih adalah insisi vertikal digaris tengah yang menghasilkan
jalan masuk ke seluruh abdomen dan mudah dibuka serta ditutup.Jika peritonitis
terlokalisasi, insisi ditujukan diatas tempat inflamasi.Tehnik operasi yang digunakan
untuk mengendalikan kontaminasi tergantung pada lokasi dan sifat patologis dari
saluran gastrointestinal.Pada umumnya, kontaminasi peritoneum yang terus menerus
dapat dicegah dengan menutup, mengeksklusi, atau mereseksi viskus yang perforasi.
Hipovolemia Berhubungan Dengan Setelah Diberikan Asuhan Keperawatan 1x Resiko Ketidakseimbangan Cairan Hal:507/Manajemen Cairan I:03098
Kehilangan Volume Cairan Aktif. (SDKI 7 Jam Diharapkan Resiko Observasi
Ketidakseimbangan Volume Cairan Dalam 1. Monitor Status Hidrasi (Mis,Frekuensi Nadi, Kekuatan Nadi ,Akral
D.0036) Hal:87 Batas Normal . Pengisian Kapiler ,Kelembapan Mukosa ,Turgor Kulit ,Tekanan Darah)
Kriteria Hasil: 2. Monitor Berat Badan Harian
SLKI Hal:185 3. Monitor Berat Badan Sebelum Dan Sesudah Dialisis
1. Keseimbangan Elektrolit L: 03021 4. Monitor Hasil Pemeriksaan Labarotrium(Mis,Hematokrit ,Na,K,CI Berat
Ekspetasi : Meningkat (5) Jenis Urine,BUN)
KH: Serum Natrium 5. Monitor Status Hemodinamik (Mis,MAP,CVP,PAP,PCWP Jika Tersedia)
2. Eliminasi Fekal L: 02033 Terapeutik
Ekspetasi : Membaik (5) 1. Catat Intake –Output Dan Hitung Balans Cairan 24 Jam
KH: Kontrol Pengeluaraan Feses 2. Berikan Asupan Cairan,Sesuai Kebutuhan
3. Fungsi Gastrointestinal L:03019 3. Berikan Cairan Intravena,Jika Perlu
Ekspetasi : Membaik (5) Kolaborasi
KH: Toleransi Terhadap Makanan 1. Kolaborasi Pemberian Diuretik,Jika Perlu
4. Keseimbangan Cairan L:03020
Ekspetasi : Meningkat (5)
KH: Asupan Cairan
5. Penyembuhan Luka L:14130
Ekspetasi : Meningkat (5)
Gangguan integritas kulit Setelah Diberikan Asuhan Keperawatan 1x Perawatan integritas kulit I.11343 Hal :316
7 Jam Diharapkan Gangguan integritas 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
berhubungan dengan kerusakan
kulit kembali normal , 2. ubah posisi 2 jam jika tirah baring
jaringan kulit (D:0129) Hal :282 Kriteria Hasil: SLKI Hal: 158 L:14125 3. lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang,jika perlu
1. Integritas kulit dan jaringan (5) 4. gunakan produk berbahan ringan /alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
2. Pemulihan pasca bedah (5) 5. anjurkan menggunakan pelembab
3. Penyembuhan luka (5) 6. anjurkan minum air yang cukup
4. Perfusi perifer (5) 7. anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5. Respon alergi lokal (5) 8. anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
1.2.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan yang telah ditetapkan meliputi tindakan
independent, depedent, interdependent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencan keperawatan, mendokumentasikan
rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : TN.P
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl.Wortel.No.09
Tgl MRS : 10 Desember 2020
Diagnosa Medis :Post Op Laparatomy + Peritonitis
GENOGRAM KELUARGA :
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Tingkat kesadaran GCS pasien, E (Eye): 2, V (Verbal): 1, M (Motorik): 3, Total Nilai GCS adalah 6 (Sopor),)Klien tampak
lemah dan sakit,klien terpasang infus aminofluid 500 ml ditangan kanan,terpasang oksigen face mask 5 lpm
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : GCS pasien, E (Eye): 2, V (Verbal): 1, M (Motorik): 3, Total Nilai GCS adalah 6 (Sopor)
b. Ekspresi wajah : Pucat
c. Bentuk badan : kurus
d. Cara berbaring/bergerak : Terlentang
e. Berbicara : kurang jelas
f. Suasana hati : gelisah
g. Penampilan : cukup rapi
h. Fungsi kognitif :
Orientasi waktu : pasien tidak dapat membedakan antara pagi,siang,malam
Orientasi Orang : pasien tidak dapat mengenali keluarga dan perawat
Orientasi Tempat : pasien tidak mengetahui bahwa sedang berada dirumah sakit
i. Halusinasi : Dengar/Akustic Lihat/Visual Lainnya
j. Proses berpikir : Blocking Circumstansial Flight oh ideas
Lainnya
k. Insight : Baik Mengingkari Menyalahkan orang lain
m. Mekanisme pertahanan diri : Adaptif Maladaptif
n. Keluhan lainnya : Tidak Ada
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 38,50C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR :103 x/mt
c. Pernapasan/RR : 28 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 140/90 mm Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : simetris
Kebiasaan merokok : Batang/hari
Batuk, sejak 4 hari yang lalu
Batuk darah, sejak tidak ada
Sputum, warna bening berlendir
Sianosis
Nyeri dada
Dyspnoe nyeri dada Orthopnoe Lainnya …….………..
Sesak nafas saat inspirasi Saat aktivitas Saat istirahat
Type Pernafasan Dada Perut Dada dan perut
Kusmaul Cheyne-stokes Biot
Lainnya
Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur
Suara Nafas Vesukuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya……………
Keluhan lainnya :
Sesak Nafas
Masalah Keperawatan :
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Nyeri dada Kram kaki Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit Kepala Palpitasi Pingsan
Capillary refill > 2 detik < 2 detik
Oedema : Wajah Ekstrimitas atas
Anasarka Ekstrimitas bawah
Asites, lingkar perut ……………………. cm
Ictus Cordis Terlihat Tidak melihat
Vena jugularis Tidak meningkat Meningkat
Suara jantung Normal S1 S2 lub dub.
Ada kelainan
Keluhan lainnya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E : E (Eye): 2
V : V (Verbal): 1
M : M (Motorik): 3
Total Nilai GCS : 6 (Soporus)
Kesadaran : Compos Menthis Somnolent Delirium
Apatis Soporus Coma
Pupil : Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis
Refleks Cahaya : Kanan Positif Negatif
Kiri Positif Negatif
Nyeri, lokasi tidak ada
Vertigo Gelisah Aphasia Kesemutan
Bingung Disarthria Kejang Trernor
Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : (olfaktoris) Pasien tidak dapat mencium aroma minyak kayu putih
Nervus Kranial II : (optikus)pasien tidak mampu melihat orang orang disekitarnya dengan baik
Nervus Kranial III : ( okulomotorius) pupil pasien tidak dapat berkontraksi saat melihat cahaya
Nervus Kranial IV : ( trochlear) pasien tidak mampu menggerakkan bola mata,ke atas dan kebawah
Nervus Kranial V : (trigeminus) pasien tidak dapat mengunyah nasi,buah,dan ikan.
Nervus Kranial VI : (abdusen) pasien tidak dapat melihat benda sekitar,syaraf kranial
Nervus Kranial VII : (fasialis) pasien tidak mampu menggerutkan dahi dan menaikan alis secara simetris
Nervus Kranial VIII : (vestibulokhlearis) pasien tidak mampu mendengarkan dengan jelas
Nervus Kranial IX : glosofaringeus) pasien tidak mampu membedakan rasa pahit ,manis,asam,asin
Nervus Kranial X : (vagus) pasien tidak dapat berbicara dengan jelas
Nervus Kranial XI : ( assesorius) pasien tidak mampu menoleh kekiri dan kekanan.
Nervus Kranial XII : (hipoglosus) : pasien tidak mampu mengerakkan lidahnya dengan baik.
Uji Koordinasi :
Ekstrimitas Atas : Jari ke jari Positif Negatif
Jari ke hidung Positif Negatif
Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempul kaki Positif Negatif
Uji Kestabilan Tubuh : Positif Negatif
Refleks :
Bisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala…………. Trisep : Kanan +/-
Kiri +/- Skala…………. Brakioradialis : Kanan +/- Kiri +/- Skala…………. Patella
: Kanan +/- Kiri +/- Skala…………. Akhiles : Kanan +/-
Kiri +/- Skala…………. Refleks Babinski Kanan +/- Kiri +/-
Refleks lainnya : ..........................................................................................
Uji sensasi : ..........................................................................................
..........................................................................................
Keluhan lainnya :
Masalah Keperawatan :
Penurunan kapasitas adaptif intrakranial
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi Urine : 2.500 ml 24 jam
Warna : Kekuningan
Bau : Amoniak
Tidak ada masalah/lancer Menetes Inkotinen
Oliguri Nyeri Retensi
Poliuri Panas Hematuri
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
Keluhan Lainnya :
Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah
8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :
Mulut dan Faring
Bibir : kering
Gigi : lengkap
Gusi : kemerahan
Lidah : tidak ada peradangan
Mukosa : baik
Tonsil : tidak ada peradangan
Rectum : tidak ada benjolan
Haemoroid : normal
BAB : 2x/hr Warna kuning Konsistensi : lunak
Tidak ada masalah Diare Konstipasi Kembung
Feaces berdarah Melena Obat pencahar Lavement
Bising usus :
Nyeri tekan, lokasi : tidak ada
Benjolan, lokasi : tidak ada
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah
b. Telinga / Pendengaran :
Fungsi pendengaran : Berkurang Berdengung Tuli
c. Hidung / Penciuman:
Bentuk : Simetris Asimetris
Lesi
Patensi
Obstruksi
Nyeri tekan sinus
Transluminasi
Cavum Nasal Warna………………….. Integritas……………..
Septum nasal Deviasi Perforasi Peradarahan
Sekresi, warna ………………………
Polip Kanan Kiri Kanan dan Kiri
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE
Massa Ya Tidak
Jaringan Parut Ya Tidak
Kelenjar Limfe Teraba Tidak teraba
Kelenjar Tyroid Teraba Tidak teraba
Mobilitas leher Bebas Terbatas
13. SISTEM REPRODUKSI
a. Reproduksi Pria
Kemerahan, Lokasi tidak ada
Gatal-gatal, Lokasi tidak ada
Gland Penis tidak ada
Maetus Uretra tidak ada
Discharge, warna tidak ada
Srotum tidak ada
Hernia tidak ada
Kelainan tidak ada
Keluhan lain tidak ada
a. Reproduksi Wanita
Kemerahan, Lokasi......................................................
Gatal-gatal, Lokasi.......................................................
Perdarahan .................................................................
Flour Albus ..............................................................
Clitoris .......................................................................
Labis ....................................................................
Uretra ....................................................................
Kebersihan : Baik Cukup Kurang
Kehamilan : ……………………………………
Tafsiran partus : ……………………………………
Keluhan lain......................................................................................................
...........................................................................................................................
Payudara :
Simetris Asimetris
Sear Lesi
Pembengkakan Nyeri tekan
Puting : Menonjol Datar Lecet Mastitis
Warna areola ....................................................................................................
ASI Lancar Sedikit Tidak keluar
Keluhan lainnya.................................................................................................
...........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
..........................................................................................................................
D. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Keluarga mengatakan ingin pasien cepat sembuh agar bisa cepat pulang kerumah dan bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 158 Cm
BB sekarang : 55 Kg
BB Sebelum sakit : 60 Kg
Diet :
Biasa Cair Saring Lunak
Diet Khusus :
Rendah garam Rendah kalori TKTP
Rendah Lemak Rendah Purin Lainnya……….
Mual
Muntah…………….kali/hari
Kesukaran menelan Ya Tidak
Rasa haus
Keluhan lainnya.....................................................................................................
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari
Frekuensi/hari 3x/hari 3x/hari
Porsi 1 2
Nafsu makan Kurang Baik
Jenis Makanan Susu bubuk Nasi,ikan,sayur
Jenis Minuman Air putih Air putih ,teh
Jumlah minuman/cc/24 750 cc 1.500 cc
jam
Kebiasaan makan Pagi,siang,malam Pagi,siang ,malam
Keluhan/masalah Kurang nafsu makan Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan
Defisiti Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah
6. Aktivitas Sehari-hari
Keluarga Pasien mengatakan selama dirawat dirumah sakit hanya berbaring karena perutnya masih terasa nyeri dan aktivitas
sehari-harinya dibantu oleh keluarga dan perawat.skala aktifitas 3 : (memerlukan bantuan /pengawasan /bimbingan sederhana)
Masalah Keperawatan
Defisit Perawatan Diri (Makan-Minum)
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Keluarga Pasien mengatakan bila ada masalah pasien bercerita kepada keluarga ,bila ada masalah mengurangi bebam
pikiran dan untuk mendapatkan solusi.
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah
8. Nilai-Pola Keyakinan
Keluarga pasien mengatakan ia percaya penyakit yang diderita sekarang dapat sembuh dan bisa ditangani oleh dokter dan ahli
medis lainnya.
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah
E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien tidak mengeluarkan suara sedikitpun, meski sudah dipanggil atau dirangsang nyeri akibat penurunan kesadaran (GCS 6
– E2V1M3).
2. Bahasa sehari-hari
Keluarga pasien mengatakan pasien dapat menggunakan bahasa Banjar, Dayak dan Indonesia dalam bahasa sehari-harinya.
3. Hubungan dengan keluarga :
Keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dan keluarga baik, tidak ada masalah.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Halimatussyadiah
ANALISA DATA
Data subjektif dan data objektif Kemungkinan Penyebab Masalah
DS : Spasme jalan napas Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif
- keluarga klien mengatakan
klien sesak nafas Hipersekresi jalan nafas
- keluarga klien mengatakan
batuk klien berdahak setelah Sekresi yang tertahan
operasi
Terdapat Sekret
DO :
- Posisi tidur klien Bersihan jalan nafas tidak
terlentang/semi fowler efektif
- Klien tampak batuk
berdahak dengan dahak
jernih dan tidak berdarah
- Bunyi nafas klien kussmaul
- Tipe pernafasan dada dan
perut
- Terdengar bunyi nafas
tambahan (whezzing)
- Menggunakan O2 face
mask 5 lpm
- TD: 140/90 mmHg ,
- N:103x/menit,
- S:38,5ºC,,
- RR:28 x/menit
Dehidrasi
DS : Keluarga klien mengatakan Hipertermia
klien mengalami demam Terpapar lingkungna panas
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan adanya sputum yang
tertahan pada jalan nafas ditandai dengan keluarga klien mengatakan sesak nafas,
keluarga klien mengeluh batuk berdahak setelah operasi, Klien tampak batuk
berdahak dengan dahak jernih dan tidak berdarah Hasil TTV
- TD: 140/90 mmHg ,
- N:103x/menit,
- S:37,2ºC,
- RR:28 x/menit
Diagnosa Medis Post Op Laparatomy Peritonitis.
Hasil TTV
- TD: 140/90 mmHg ,
- N:103x/menit,
- S:37,2ºC,
- RR:28 x/menit
Diagnosa Medis Post Op Laparatomy Peritonitis.
Intervensi Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien: Tn. P
Ruang Rawat : ICU
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
Bersihan jalan napas Setelah dilakuakan asuhan 1. Monitori pola napas 1. Pantau pola napas
tidak efektif keperawatan selama 1 x 7 2. Monitori bunyi napas tambahan 2. Memantau bunyi npas tambahan
berhubungan dengan jam diharapkan pasien 3. Monitor sputum 3. Pantau produksi sputum
Produksi sputum menunjukkan bersihan jalan 4. Posisikan semi fowler atau fowler 4. Mengatur posisi nyaman
meningkat napas kembali normal, 5. Lakukan penghisapan lender 5. Memudahkan pengeluaran
dengan kriteria hasil: kurang dari 15 detik sekret
1. Produksi sputum 6. Berikan oksigen 6. fasilitasi alat oksigen
menurun(Skor :5) 7. Anjurkan asupan caiaran 7. menyarankan banyak untuk
2. Wheezing menurun 2000ml/hari banyak minum
(skor : 5) 8. Berkolaboraasi pemberian 8. bekerja sama untuk pemebrian
3. Gelisah menurun bronkodilator, eksprktoran, bronkodilator, eksprktoran,
(Skor :5) mukolatik. mukolatik.
4. Frekuensi napas
membaik (Skor :5)
5. Pola napas membaik
(Skor:5)
Hipertermi berhubungan Setelah dilakuakan asuhan 1. Identifikasi penyebab hipertermi 1. Mencari tahau penyebab
dengan kejang keperawatan selama 1 x 7 2. Monitor suhu tubuh 2. Pantau suhu tubuh
meningkat jam diharapkan pasien 3. Monitor komplikasi akibta 3. Mencegah penyebab
menunjukkan hipertermi hipertermi hipertermia
menurun dengan kriteria 4. Sediakan lingkungan yang dingin 4. Meminimalisir produksi panas
hasil: 5. Basahi atau kipas permukan tubuh 5. Berikan pasien kompres
1. Menggigil munurun 6. Berikan oksigen 6. Fasilitasi alat oksigen
(skor : 5) 7. Kolaborasi pemberian cairan dan 7. Kerja sama untuk memberikan
2. Kejang menurun (skore : elektrolit cairan dan elektrolit
5)
3. Suhu tubuh membaik
( skor : 5)
4. Tekanan darah membaik
( Skor : 5)
Penurunan Kapasitas Setelah dilakuakan asuhan 1. Identifikasi penyebab peningkatan 1. Mencari tahu penyebab
adaptif intracranial keperawatan selama 1 x 7 TIK meningkatnya TIK
berhubungan penurun jam diharapkan pasien 2. Monitor tanda/gejala peningkatan 2. Memantau tanda/ gejala
kesadaran menunjukkan peningkatan TIK ( Tekanan darah meningkat, meningkatnya ITK (pola nafas
kesadaran dengan kriteria pola nafas ireguler, penurunan ireguler, penurunan kesadaran)
hasil: kesadaran) 3. Memantau pernapasan
1. Tingkat kesadaran 3. Monitori status pernapasan 4. ubah menjadi semi fowler
meningkat ( Skor : 5) 4. Berikan posisi semi fowler 5. hidari terjadi kejang
2. Sakit kepala 5. Cegah terjadinya kejang 6. Upayakan suhu tubuh normal
menurun(Skor :5 ) 6. Pertahankan suhu tubuh normal 7. Berkerja sama memberi sedasi
3. Gelisah 7. Kolaborasi pemberian sedasi dan dan anti konvulsa
menurun( Skor:5) anti konvulsa
4. Muntah menurun (Skor
: 5)
5. Takan darah membaik
(Skor :5)
6. Pola napas
membaik( Skor : 5)
Defisit nutrisi kurang Setelah Dilakukan Tindakan 1. Identifikasi Status Nutrisi 1. Memantau Status Nutrisi
dari kebutuhan tubuh Keperawatan Selama 1x7 2. Identifikasi Alergi Dan Intoleransi 2. Memantau Alergi Dan
berhubungan dengan Jam Untuk Memenuhi Makanan Intoleransi Makanan
faktor psikologis Kebutuhan Metabolisme 3. Identifikasi Makan Yang Disukai 3. Memantau Makan Yang Disukai
Tubuh 4. Monitor Asupan Makanan 4. Memantau Asupan Makanan
Kriteria Hasil : 5. Monitor Berat Badan 5. Memantau Berat Badan
SLKI Hal: 6. Lakukan Oral Hygine Sebelum 6. melakukan Oral Hygine
1. Status Nutrisi (5) Makan ,Jika Perlu Sebelum Makan ,Jika Perlu
2. Eliminasi Fekal (5) 7. Sajikan Makanan Secara Menarik Dan 7. menyajikan Makanan Secara
3. Fungsi Gastrointestina(5) Suhu Yang Sesuai Menarik Dan Suhu Yang Sesuai
4. Nafsu Makan :(5) 8. Berikan Makanan Tinggi Serat Untuk 8. memberikan Makanan Tinggi
5. Perilaku Meningkatkan Mencegah Konstipasi Serat Untuk Mencegah Konstipasi
Berat Badan : (5) 9. Ajarkan Diet Yang Diprogramkan 9..mengajarkan Diet Yang
6. Status Menelan : (5) 10. Kolaborasi Dengan Ahli Gizi Untuk Diprogramkan
7. Tingkat Depresi : (1) Menentukan Jumlah Kalori Dam Jenis 10. bekerja sama Dengan Ahli Gizi
Nutrien Yang Dibutuhkan ,Jika Perlu. Untuk Menentukan Jumlah Kalori
Dam Jenis Nutrien Yang
Dibutuhkan ,Jika Perlu.
Defisit Perawatan diri Setelah dilakuakan asuhan 1. Identifikasi diet yang dianjurkan 1. Menberikan diet yang tepat.
(Makan/Minum) keperawatan selama 1 x 7 2. Monitori kemampuan menelan 2. Pantau kemapuan menelan
berhubungan dengan jam diharapkan pasien 3. Monitori status dehidrasi pasien 3. Pantau asupan cairan
kelemahan menunjukkan Gangguan 4. Atur posisi yang nyaman untuk 4. Merubah posis tempat tidur
eliminasi urin normal makan/minum pasien
dengan kriteria hasil: 5. Lakukan oral hygiene sebelum 5. Bersihkan mulut pasien
1. Kemampuan ke toilet makan sebelum makan
(BAK/BAB) 6. Berikan bantuan saat 6. Bantu klien saat
meniningkat (Skor :5) makan/minum sesuai tingkat makan/makan sesuai
2. Kemampuan makan kemandirian dengan tingkat kemandirian
meningkat (Skor : 5) 7. Kolaborasi pemebrian obat 7. Kerja sama dengan dokter
3. Mempertahankan untuk memberikan obat
kebersihan mulut
meningkat (Skor:5)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien: Tn. P
Ruang Rawat : ICU
Hari/Tanggal, Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Kamis, 10 Bersihan jalan napas tidak efektif S : Keluarga klien mengatakan klien masih
Desember berhubungan dengan Produksi sputum mengalami sesak napas dan masih belum
10.00 WIB meningkat bisa mengeluarkan dahak
1. Mengobservasi pola napas ( frekuensi, O :
kedalaman, usahan napas) 1. Produksi sputum klien menurun
2. Mengobservasi bunyi napas tambahan 2. Klien menggunakan o2 Face
3. Mengobservasi sputum ( jumlah, warnan Mask 5 Lpm
aroma) 3. Wheezing menurun
4. Memposiskan semi fowler atau fowler 4. Frekuensi pernapasan : 28 x/m
5. Melakukan fisioterapi dada 5. Sputum klien berwarna putih
6. Melakukan penghisapan lendir kurang dari A : Masalah teratasi sebagian
15 detik ( Tindakan Section ) P : Lanjutkan Intervensi 1,6,7 Halimatussyadiah
7. Memberikan oksigen ( o2 face mask 5 1. Mengobservasi pola napas
Lpm ) ( frekuensi, kedalaman, usahan
8. Menyarankan asupan caiaran 2000ml/hari napas)
9. Berkolaboraasi pemberian bronkodilator, 2. Melakukan penghisapan lendir
eksprktoran, mukolatik. kurang dari 15 detik ( Tindakan
Section )
3. Memberikan oksigen ( o2 face
mask 5 Lpm )
Kamis, 10 Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh S: keluarga klien mengatakan
Desember berhubungan dengan faktor psikologis masih belum ada selera makan
10.00 WIB 1. Mengidentifikasi Status Nutrisi O:
2. Mengidentifikasi Alergi Dan Intoleransi 1. klien tampak menggunakan
Makanan NGT
3. Mengidentifikasi Makan Yang Disukai 2. klien tampak tidak sadarkan diri
4. Memonitor Asupan Makanan 3. klien hanya mau minum susu
5. Memonitor Berat Badan
dari rumah sakit,
6. Melakukan Oral Hygine Sebelum Makan
,Jika Perlu 4. TTV
7. Menyajikan Makanan Secara Menarik Dan TD : 130/90 mmHg
Suhu Yang Sesuai S : 37,9 0C
8. Memberikan Makanan Tinggi Serat Untuk RR : 28 x/m
Mencegah Konstipasi N : 88 x/m
9. Mengajarkan Diet Yang Diprogramkan A : Masalah teratasi sebagian
10. Berkolaborasi Dengan Ahli Gizi Untuk P: Lanjutkan Intervensi
Menentukan Jumlah Kalori Dam Jenis
Nutrien Yang Dibutuhkan ,Jika Perlu. 2. Mengidentifikasi Alergi Dan
Intoleransi Makanan Halimatussyadiah
3. Mengidentifikasi Makan Yang
Disukai
4. Memonitor Asupan Makanan
5. Memonitor Berat Badan
6. Melakukan Oral Hygine
Sebelum Makan ,Jika Perlu
7. Menyajikan Makanan Secara
Menarik Dan Suhu Yang Sesuai
8. Memberikan Makanan Tinggi
Serat Untuk Mencegah Konstipasi
9. Mengajarkan Diet Yang
Diprogramkan
10. Berkolaborasi Dengan Ahli
Gizi Untuk Menentukan Jumlah
Kalori Dam Jenis Nutrien Yang
Dibutuhkan ,Jika Perlu.
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Jumat,11 Desember Bersihan jalan napas tidak efektif berhungan dengan S : Keluarga klien mengatakan klien
2020 Produksi sputum meningkat masih sesak napas dan masih belum
bisa mengeluarkan dahak Halimatussyadiah
10.00 WIB 1. Mengobservasi pola napas ( frekuensi, O:
kedalaman, usahan napas) 1. Produksi sputum klien
10.05 WIB 2. Mengobservasi bunyi napas tambahan menurun
10.20 WIB 3. Mengobservasi sputum ( jumlah, warnan 2. Klien menggunakan o2 Face
aroma) Mask 5 Lpm
10.30 WIB 4. Memposiskan semi fowler atau fowler 3. Wheezing menurun
10.35 WIB 5. Melakukan fisioterapi dada 4. Frekuensi pernapasan : 28
10.40 WIB 6. Melakukan penghisapan lendir kurang dari x/m
15 detik ( Tindakan Section ) 5. Sputum klien berwarna putih
10.45 WIB 7. Memberikan oksigen ( o2 face mask 5 A : Masalah teratasi sebagian
10.50 WIB Lpm ) P : Lanjutkan Intervensi 1,6,7
10.55 WIB 8. Menyarankan asupan caiaran 2000ml/hari 1. Mengobservasi pola napas
9. Berkolaboraasi pemberian bronkodilator, ( frekuensi, kedalaman,
ekspektoran, mukolatik usahan napas)
2. Melakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
( Tindakan Section )
3. Memberikan oksigen ( o2
face mask 5 Lpm )
Jumat,11 Desember Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju S : Keluarga klien mangatkan klien
2020 metabolisme demam
O:
10.00 WIB 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermi 7. Klien tampak tidak Menggigil
10.05 WIB 2. Mengobservasi suhu tubuh 8. Klien tampak diberi kompres air
10.20 WIB 3. Mengobservasi komplikasi akibta hipertermi hangat
10.30 WIB 4. Menyediakan lingkungan lingkungan yang 9. Kejang klien menurun : < 5
dingin menit
10. Kulit klien tampak tidak merah
10.35 WIB 5. Memhasahi atau kipas permukan tubuh 11. Suhu tubuh membaik
10.40 WIB 6. Memberikan cairan oral 12. Tanda-tanda vital
10.45 WIB 7. Memberikan oksigen TD : 130/90 mmHg
10.50 WIB 8. Berkolaborasi pemberian cairan dan S : 36,5 0C
elektrolit RR : 28 x/m
N : 88 x/m
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 2,5,7,8
5. Mengobservasi suhu tubuh
6. Membasahi atau kipas
permukan tubuh
7. Memberikan oksigen
Berkolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit
Jumat,11 Desember Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh S: keluarga klien mengatakan
2020 berhubungan dengan faktor psikologis masih belum ada selera makan
O:
10.00 WIB 1. Mengidentifikasi Status Nutrisi 1. klien tampak menggunakan
10.15 WIB 2. Mengidentifikasi Alergi Dan Intoleransi Makanan NGT
10.20 WIB 3. Mengidentifikasi Makan Yang Disukai 2. klien tampak tidak sadarkan
10.30 WIB 4. Memonitor Asupan Makanan diri
10.35 WIB 5. Memonitor Berat Badan 3. klien hanya mau minum susu Halimatussyadiah
10.45 WIB 6. Melakukan Oral Hygine Sebelum Makan ,Jika
dari rumah sakit,
10.55 WIB Perlu
10.58 WIB 7. Menyajikan Makanan Secara Menarik Dan Suhu 4. TTV
11.20 WIB Yang Sesuai TD : 130/90 mmHg
11.30 WIB 8. Memberikan Makanan Tinggi Serat Untuk S : 37,9 0C
11.35 WIB Mencegah Konstipasi RR : 28 x/m
11.40 WIB 9. Mengajarkan Diet Yang Diprogramkan N : 88 x/m
11.45 WIB 10. Berkolaborasi Dengan Ahli Gizi Untuk A : Masalah teratasi sebagian
Menentukan Jumlah Kalori Dam Jenis Nutrien Yang P: Lanjutkan Intervensi
Dibutuhkan ,Jika Perlu. 2. Mengidentifikasi Alergi Dan
Intoleransi Makanan
3. Mengidentifikasi Makan
Yang Disukai
4. Memonitor Asupan Makanan
5. Memonitor Berat Badan
6. Melakukan Oral Hygine
Sebelum Makan ,Jika Perlu
7. Menyajikan Makanan Secara
Menarik Dan Suhu Yang Sesuai
8. Memberikan Makanan Tinggi
Serat Untuk Mencegah
Konstipasi
9. Mengajarkan Diet Yang
Diprogramkan
10. Berkolaborasi Dengan Ahli
Gizi Untuk Menentukan Jumlah
Kalori Dam Jenis Nutrien Yang
Dibutuhkan ,Jika Perlu.
Jumat,11 Desember Defisit Perawatan diri ( Makan/Minum) berhungan S : Keluarga klien mengatakan klien di
2020 dengan kelemahan bantu saat makan
O:
10.00 WIB 1. Mengidentifikasi diet yang dianjurkan 1. Klien tampak tidak sadarkan
10.05 WIB 2. Mengobservasi kemampuan menelan diri
10.20 WIB 3. Mengobservasi status dehidrasi pasien 2. Klien dibantu saat makan
10.30 WIB 4. Mengatur posisi yang nyaman untuk 3. Klien diberi diet cair
makan/minum 4. Klien dibantu oleh keluarga
untuk makan melalui selang
5. Melakukan oral hygiene sebelum makan NGT Haliamtussyadiah
10.35 WIB 6. Memberikan bantuan saat makan/minum 5. Total GCS : 6 (sopor)
10.40 WIB sesuai tingkat kemandirian 6. Skala aktifitas : 3
( memerlukan bantuan/
10.45 WIB 7. Berkolaborasi pemebrian obat pengawasan/ bimbingan
sederhana).
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 3,5,7
1. Mengobservasi status dehidrasi
pasien
2. Melakukan oral hygiene
sebelum makan
3. Berkolaborasi pemebrian obat
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Sabtu,12 Desember Bersihan jalan napas tidak efektif berhungan dengan S : Keluarga klien mengatakan klien
2020 Produksi sputum meningkat masih sesak napas dan masih belum
bisa mengeluarkan dahak
10.00 WIB 1. Mengobservasi pola napas ( frekuensi, O :
kedalaman, usahan napas) 1. Produksi sputum klien
menurun Halimatussyadiah
10.05 WIB 2. Mengobservasi bunyi napas tambahan 2. Klien menggunakan o2
10.20 WIB 3. Mengobservasi sputum ( jumlah, warnan aroma) Face Mask 5 Lpm
3. Wheezing menurun
4. Frekuensi pernapasan :
28 x/m
10.30 WIB 4. Memposiskan semi fowler atau fowler 5. Sputum klien berwarna
10.35 WIB 5. Melakukan fisioterapi dada putih
10.40 WIB 6. Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 A : Masalah teratasi sebagian
detik ( Tindakan Section ) P : Lanjutkan Intervensi 1,6,7
1. Mengobservasi pola napas
( frekuensi, kedalaman,
10.45 WIB 7. Memberikan oksigen ( o2 face mask 5 Lpm ) usahan napas)
10.50 WIB 8. Menyarankan asupan caiaran 2000ml/hari 2. Melakukan penghisapan
10.55 WIB 9. Berkolaboraasi pemberian bronkodilator, lendir kurang dari 15 detik
ekspektoran, mukolatik ( Tindakan Section )
3. Memberikan oksigen ( o2
face mask 5 Lpm )
Sabtu,12 Desember Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju S : Keluarga klien mangatkan klien
2020 metabolisme demam
O:
10.00 WIB 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermi 1. Klien tampak tidak Menggigil
10.05 WIB 2. Mengobservasi suhu tubuh 2. Klien tampak diberi kompres air
hangat
10.20 WIB 3. Mengobservasi komplikasi akibta hipertermi 3. Kejang klien menurun : < 5
10.30 WIB 4. Menyediakan lingkungan lingkungan yang menit
dingin 4. Kulit klien tampak tidak merah Halimatussyadiah
5. Suhu tubuh membaik
10.35 WIB 5. Memhasahi atau kipas permukan tubuh 6. Tanda-tanda vital
10.40 WIB 6. Memberikan cairan oral TD : 130/90 mmHg
10.45 WIB 7. Memberikan oksigen S : 36,5 0C
10.50 WIB 8. Berkolaborasi pemberian cairan dan RR : 28 x/m
elektrolit N : 88 x/m
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 2,5,7,8
1. Mengobservasi suhu tubuh
2. Membasahi atau kipas permukan
tubuh
3. Memberikan oksigen
4. Berkolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit
Sabtu,12 Desember Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh S: keluarga klien mengatakan
2020 berhubungan dengan faktor psikologis masih belum ada selera makan
O:
10.00 WIB 1. Mengidentifikasi Status Nutrisi 1. klien tampak menggunakan
10.15 WIB 2. Mengidentifikasi Alergi Dan Intoleransi Makanan NGT
10.20 WIB 3. Mengidentifikasi Makan Yang Disukai 2. klien tampak tidak sadarkan
10.30 WIB 4. Memonitor Asupan Makanan diri
10.35 WIB 5. Memonitor Berat Badan 3. klien hanya mau minum susu
10.45 WIB 6. Melakukan Oral Hygine Sebelum Makan ,Jika dari rumah sakit, Halimatussyadiah
10.55 WIB Perlu
4. TTV
10.58 WIB 7. Menyajikan Makanan Secara Menarik Dan Suhu
TD : 130/90 mmHg
11.20 WIB Yang Sesuai
S : 37,9 0C
11.30 WIB 8. Memberikan Makanan Tinggi Serat Untuk
RR : 28 x/m
11.35 WIB Mencegah Konstipasi
N : 88 x/m
11.40 WIB 9. Mengajarkan Diet Yang Diprogramkan
A : Masalah teratasi sebagian
11.45 WIB 10. Berkolaborasi Dengan Ahli Gizi Untuk
P: Lanjutkan Intervensi
Menentukan Jumlah Kalori Dam Jenis Nutrien Yang
Dibutuhkan ,Jika Perlu.
2. Mengidentifikasi Alergi Dan
Intoleransi Makanan
3. Mengidentifikasi Makan
Yang Disukai
4. Memonitor Asupan Makanan
5. Memonitor Berat Badan
6. Melakukan Oral Hygine
Sebelum Makan ,Jika Perlu
7. Menyajikan Makanan Secara
Menarik Dan Suhu Yang Sesuai
8. Memberikan Makanan Tinggi
Serat Untuk Mencegah
Konstipasi
9. Mengajarkan Diet Yang
Diprogramkan
10. Berkolaborasi Dengan Ahli
Gizi Untuk Menentukan Jumlah
Kalori Dam Jenis Nutrien Yang
Dibutuhkan ,Jika Perlu.
Sabtu,12 Desember Defisit Perawatan diri ( Makan/Minum) berhungan S : Keluarga klien mengatakan klien di
2020 dengan kelemahan bantu saat makan
O:
10.00 WIB 1. Mengidentifikasi diet yang dianjurkan 1. Klien tampak tidak sadarkan
10.05 WIB 2. Mengobservasi kemampuan menelan diri
10.20 WIB 3. Mengobservasi status dehidrasi pasien 2. Klien dibantu saat makan
10.30 WIB 4. Mengatur posisi yang nyaman untuk 3. Klien diberi diet cair
makan/minum 4. Klien dibantu oleh keluarga
untuk makan melalui selang
10.35 WIB 5. Melakukan oral hygiene sebelum makan NGT
10.40 WIB 6. Memberikan bantuan saat makan/minum 5. Total GCS : 6 (sopor)
sesuai tingkat kemandirian 6. Skala aktifitas : 3
10.45 WIB 7. Berkolaborasi pemebrian obat ( memerlukan bantuan/
pengawasan/ bimbingan Haliamtussyadiah
sederhana).
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 3,5,7
4. Mengobservasi status dehidrasi
pasien
5. Melakukan oral hygiene
sebelum makan
6. Berkolaborasi pemebrian obat
KASUS KEPERAWATAN KRITIS
Pasien berinisial TN.P ,jenis kelamin Laki-laki, berusia 33 Tahun, suku
Banjar/Indonesia, beragama Islam, pekerjaan swasta, pendidikan SD, status Menikah,
alamat Jl. Mananggul kalampangan. Masuk Rumah Sakit dr.Doris Sylvanus Palangka
Raya pada tanggal 2 Desember 2020 dengan diagnosa medis Post Op Laparatomy
peritonitis.
Datang ke IGD dr.doris Sylvanus palangkaraya diantar oleh keluarga pasien
dengan keluhan pasien penurunan kesadaran, pasien tidak sadarkan diri ±1 jam
sebelum dibawa kerumah sakit, sakit klien mengalami kecelakaan 4 hari yang lalu
saat bekerja didalam selokan yang tingginya hingga pinggang klien ,kemudian tiba-
tiba dinding tembok selokan roboh menimpa tubuh pasien dari arah belakang ,pasien
terjatuh dan dengan perut membentur tepi selokan . kemudian sebelumnya klien
mengatakan mengalami batuk tidak ada darah terdapat adanya secret dan mengeluh
nyeri perut dibagian sisi kanan bawah,lama kelamaan semua bagian perut terasa
sakit,perut membesar dan tegang tidak ada BAB selama 2 hari dan ada mual dan
muntah,
di IGD dilakukan pemasangan Infus Aminofluid 500 ml/24 jam,20 Tpm dan
terapi oksigen face mask 5 lpm,injeksi ketrolac 30 g,ranitidin 5 ml dan dilakukan
USG abdomen ,kemudian klien dianjurkan rawat inap ke Ruang ICU untuk dilakukan
perawatan intesif.
Keadaan umum klien tampak sakit berat ,penurunan kesadaran,klien tampak
terbaring ditempat tidur,dan terpasang infus NaCl 0,9% ,500 mg ,20 Tpm tangan
sebelah kanan dan terapi oksigen face mask 5 lpm ,terpasang kateter.
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik Tingkat kesadaran pasien GCS pasien,
E (Eye): 2, V (Verbal): 1, M (Motorik): 3, Total Nilai GCS adalah 6 (Sopor) ,ada
memar kebiruan dibagian perut, tidak ada luka dibagian tubuh klien,ekspresi wajah
meringis,bentuk badan kurus,cara berbaring supinasi,berbicara tidak jelas,suasana
hati gelisah,penampilan cukup rapi.hasil tanda tanda vital TD: 140/90 mmHg
,N:103x/menit,S:38,5ºC,RR:28 x/menit Spo2 : 97%
Bentuk dada simetris,kebiasaan merokok tidak ada , mengalami batuk tidak
ada darah terdapat adanya secret ,tidak ada sianosis, ada nyeri dada,type pernafasan
dada dan perut ,irama nafas tidak teratur (kusmaul) ,suara nafas tambahan
whezzing.adanya suara nafas tambahan wheezing.
Pemeriksaan penunjang didapatkan hasil Lab Albumin : 2,58 g/dl , Leukosit :
11,720 mm²,creatinine :3,4 gr/dl,/mm², ureum :290,0 gr/dl,calium 2,15 mmol/l, Laju
Endap Darah: 72 mm, WBC : 9,56x10´3/uL ,RBC : 4,22x10´6/uL,HGB : 12,1 g/dl
,PLT : 254x10´3 uL.
Terapi yang digunakan Infus Aminofluid 500 ml/24 jam, Inj.Ketrolac 30
gram,Inj.Ranitidin 2x50 g, Inj.Meropenem 2x1 gr, Paracetamol 3x500 gr Kapan
perlu.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
pembungkus visera dalam rongga perut.Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih
yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam.Peritonitis yang
Penyebab peritonitis antara lain : penyebaran infeksi dari organ perut yang
terinfeksi, penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan
kegiatan seksual, infeksi dari rahim dan saluran telur, kelainan hati atau gagal
intravena.
b. Terapi antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam
4.2 Saran
klien yang mengalami peritonitis yang sesuai dengan apa yang dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo, D. (2016). 45 Penyakit dan Gangguan Saraf Deteksi Dini & Atasi 45
Penyakit dan Gangguan Saraf-Ed.1. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Elchirri, N. (2017). Isu Kontemporer Mengenai peritonitis. Analyitica Islamica,
Vol. 4, No. 2 377-396.
Fitrah Fauziah, S. M. (2016). Karakteristik Penderita peritonitis .
Kusuma, A. H. (2017). Aplikasi NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action
Publishing.
Mona Pradipta Hardiyanti, R. R. (2017). Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Mobile
Untuk Diagnosis peritonitis. Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer,
5(2),83-88.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1. Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Pediatri, S. (Desember 2018). Kejadian post op laparatomy peritonitis . Anggraini
Alam, Vol. 13, No. 4.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesi (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III)1 ed). Jakarta: DPP PPNI.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN DAN LEAFLET RUANGAN ICU
Oleh :
HALIMATUSSYADIAH
( 2017.C.09a.0889 )
D. Materi : Peritonitis
E. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
F. Media : Poster dan Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Kamis, 10 Desember 2020
2. Pukul : 09.30 - Selesai
3. Alokasi Waktu : 30 menit
Diskusi:
3 10 menit Tanya jawab
Tanya jawab
Penutup:
4 3 menit Mengucapkan terima kasih dan salam Ceramah
penutup
H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Halimatussyadiah
1. Membuka acara penyuluhan.
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok.
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan.
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi.
5. Mengatur jalannya diskusi.
2) Penyaji : Halimatussyadiah
3) Leader : Halimatussyadiah
1. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan.
2. Mengucapkan salam penutup.
4) Fasilitator : Halimatussyadiah
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan.
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir.
Keterangan :
J. RENCANA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Tempat dan Alat sesuai rencana.
b. Peran dan tugas sesuai rencana.
c. Setting tempat sesuai dengan rencana.
2. Evaluasi Proses
a. Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
b. Selama kegiatan semua peserta aktif.
3. Evaluasi Hasil
1. Apa itu Peritonitis
2. Apa Tanda dan Gejala Peritonitis
3. Apa Pencegahan Peritonitis
4. Apa penatalaksaan Peritonitis
5. Apa pemeriksaan penunjang Peritonitis
LEAFLEAT ONIT
PRIT IS
yang menutupi dan 4. Sirosis — j arin
gan parut pada
menyangga organ di
hati karena
dalam kerusakan hati
dalam jangka
perut. panjang
5. Prosedur medis,
Apa penyebab
macam dialysis
peritonitis?
peritonea l — p
Terdapat dua engobatan
kategori utama umum untuk
Oleh : pengidap gagal
penyebab peritonitis. ginjal
HALIMATUSSY
Kategori pertama 6. Cedera atau
ADIAH trauma
( 2017.C.09a.088 adalah peritonitis
9) bakteri spontan
(SBP) yang terkait
YAYASAN EKA dengan sobekan atau
HARAP PALANGKA
infeksi pada cairan
RAYA SEKOLAH
rongga peritoneal,
TINGGI ILMU
KESEHATAN
dan peritonitis
PROGRAM STUDI sekunder karena
SARJANA
infeksi yang telah
KEPERAWATAN
menyebar dari Tanda dan
TAHUN 2020 Gejala ?
saluran pencernaan.
1. Perut nyeri dan
Kondisi di bawah ini
sakit
Apa Defenisi dapat mengakibatkan
Peritonitis? 2. Perasaan
peritonitis:
Peritonitis kenyang
1. Tukak perut
adalah peradangan (distensi) di
terpisah
pada peritoneum dan 2. Pecahnya usus dalam perut
ABSTRAK
ABSTRACT
ARTIKEL PENELITIAN
ABSTRAK
Peritonitis merupakan kasus kegawatdaruratan yang sering ditemui dengan angka mortalitas
tinggi. Sistem skoring diperlukan untuk menilai derajat kesakitan serta prediksi mortalitas
pada kasus peritonitis. Instrumen ini juga digunakan untuk menilai efektivitas berbagai
modalitas terapi yang diberikan dan perawatan yang dilakukan. Skor APACHE II merupakan
instrumen objektif yang didasari penilaian status fisiologis pasien. Skor Mannheim Peritonitis
Index (MPI) merupakan sistem skoring yang mudah dan sederhana didasari oleh faktor-faktor
risiko yang berkorelasi dengan mortalitas peritonitis. Penelitian ini bersifat studi analitik
dengan rancangan penelitian prospektif observasional dengan pendekatan kohort untuk
membandingkan skor MPI dengan skor APACHE II dalam memprediksi mortalitas
peritonitis sekunder akibat perforasi organ berongga. Sebanyak 87 pasien yang memenuhi
dari kriteria inklusi memiliki rerata usia 40,26+ 18,95 tahun. Angka kematian didapatkan
sebesar 13,79%, Nilai AUC (area under the curve) skor APACHE II yang diperoleh dari
kurva ROC adalah sebesar 92,9%, dengan nilai cut off 11,5, sensitivitas 91,7%, spesifitas
86.7%, nilai duga positif (NDP) 52,4% Nilai duga negatif (NDN) 98,5%, dan akurasi sebesar
87,4%. Skor MPI memiliki nilai AUC 93,7% dengan nilai cut off sebesar 30,5, sensitivitas
83,3%, spesifitas 85,3%, NDP 47,6%, NDN 96,9%, dan akurasi sebesar 85,1%. Hasil uji Chi
Square didapatkan perbedaan yang bermakna pada cut-off APACHE II dan MPI dalam
menilai mortalitas pada peritonitis sekunder akibat perforasi organ berongga dengan
P=0,0001. Skor APACHE II memiliki nilai prediktif lebih tinggi dibandingkan dengan skor
MPI dalam memprediksi mortalitas peritonitis sekunder akibat perforasi organ berongga.
Kata kunci: APACHE II, Mannheim Peritonitis Index(MPI), peritonitis.
ABSTRACT
Peritonitis is an emergency case with high mortality rates. Scoring systems are needed to
assess high risk patient and predict mortality in cases of peritonitis. This instrument is also
used to assess the effectiveness of various therapeutic modalities that are given and the
treatments performed. The APACHE II score is an objective instrument based on physiology
state to predict peritonitis mortality. The Mannheim Peritonitis Index (MPI) score is a scoring
system based to correlating factors predicting peritonitis mortality, and it is easy and simple.
This study was an analytical study with a prospective observational analytical with cohort
design to compare MPI scores with APACHE II scores in predicting mortality in secondary
peritonitis due to perforation of hollow viscous. 87 patients who met the inclusion criteria,
average age of 40.26+18.95, with mortality rate of 13.79%, the AUC (area under the curve)
APACHE II score obtained from the ROC curve is 92.9%, with a cut off value of 11.5,
sensitivity of 91.7%, specificity of 86.7%, positive predictive value (PPV) 52.4%, negative
predictive value (NPV) 98.5%, and accuracy to 87.4%. AUC of MPI score is 93.7%, cut off
value of 30.5, sensitivity 83.3%, specificity 85.3%, PPV 47.6%, NPV 96.9%, and accuracy
of
85.1%. Chi Square test found significant difference between cut off APACHE II and MPI to
Mortality P=0,0001. The APACHE II score had a higher predictive point then the MPI score
in predicting mortality of peritonitis secondary to perforation of hollow viscous.
Keywords: APACHE II, Mannheim Peritonitis Index(MPI),
peritonitis.
Usia (tahun)
Rerata±Std 40,26+ 18,95
Median 65,50
Range (min-max) 18-80
Etiologi
Perforasi Appendiks 48(55,2%)
Perforasi Ulkus Peptikum 16 (18,4%)
Trauma Tumpul Abdomen 8 (9,3%)
Perforasi Tumor 6 (6,9%)
Perforasi Thypoid 5 (5,8%)
Perforasi Divertikel 1 (1,1%)
Perforasi Volvulus 1 (1,1%)
Hernia Strangulata 1 (1,1%)
Perforasi Colitis 1 (1,1%)
Luaran
Hidup 75 (86, 21%)
Meninggal 12 (13,79%)
Pada penelitian ini etiologi peritonitis ini sesuai dengan literatur dimana pada
sekunder yang terjadi adalah akibat negara berkembang, etiologi peritonitis
kontaminasi dari traktus gastrointestinal, sekunder yang paling umum, antara lain
dan tidak didapatkan kasus dengan apendisitis perforasi, perforasi ulkus
kontaminasi dari traktus urogenital. Hal peptikum, dan perforasi tifoid.2,3,4,5 Hasil
perbandingan antara Skor APACHE II penelitian ini tampak pada Tabel 2.
dengan hasil luaran yang didapatkan pada
Skor Luaran
APACHE II Hidup Meninggal Nilai P
N=75 N=12
Mean±Std 7,57±3,317 14,66±2,741 0,0001**
Median 7,00 15.00
Range (min-max) 3,00-16,00 7,00-17,00
Pada Tabel 2 didapatkan rerata skor didapatkan P = 0,0001 (nilai P<0.05) yang
APACHE II untuk luaran pasien hidup, berarti signifikan atau bermakna secara
sebesar 7,57 ± 3,317. Pada luaran pasien statistik dengan demikian dapat dijelaskan
meninggal, didapatkan rerata skor bahwa terdapat perbedaan proporsi yang
APACHE II adalah 14,66 ± 27,41. Rerata signifikan secara statistik antara variabel
ini lebih rendah dari penelitian Kumar dkk Skor MPI pada kelompok luaran yaitu
,yang mendapatkan rerata skor APACHE mortalitas. Grafik 1 menunjukkan cut-off
II pada pasien hidup adalah 8,66, dan untuk skor APACHE II. Berdasarkan
rerata pada kelompok yang meninggal perhitungan dari kurva ROC sesuai grafik
adalah 14,67. Rerata skor APACHE II 1 didapatkan cut-off untuk skor Skor
terhadap luaran mortalitas diuji dengan APACHE II adalah 11,5.
menggunakan uji Chi-Square dan
Pada Tabel 3 hasil analisis data cut- yang sangat lemah secara statistik
off APACHE II terhadap hasil luaran sedangkan Nilai Duga Negatif (NDN)
dengan menggunakan uji Chi-Square sangat kuat yaitu sebesar 98.5% pada uji
didapatkan nilai P = 0,0001 (nilai P<0.05) diagnostik ini. Nilai akurasi sebesar 87.4%
yang berarti signifikan atau bermakna menunjukkan tingkat nilai akurasi yang
secara statistik dengan demikian dapat kuat secara statistik. Pada penelitian
dijelaskan bahwa terdapat perbedaan terdahulu Dino dkk menyebutkan
proporsi yang signifikan secara statistik sensitivitas APACHE II sebesar 82,5%
antara variabel Skor APACHE II pada Spesifitas sebesar 55,2% Nilai Duga
kelompok pasien Meninggal dan pasien Positif (NDP) sebesar 54,7% Nilai Duga
Hidup. Negatif (NDN) sebesar 82,8% Nilai
Pada penelitian ini untuk skor akurasi sebesar 66%, sementara Das dkk,
APACHE II didapatkan Nilai Sensitivitas menyebutkan Sensitivitas APACHE II
91,7 % dimana ini menunjukkan nilai sebesar 100% Nilai Spesifitas sebesar
Sensitivitas yang Sangat kuat secara 85%.8,11 Skor MPI rerata ditunjukkan pada
statistik, sedangkan Nilai Spesifitas sebesar tabel 4. Pada Tabel 4 Skor MPI memiliki
86,7% menunjukkan nilai Spesifitas yang rerata 21,70±6,055 untuk hasil luaran
kuat secara statistik. Untuk Nilai Duga hidup dan 35,25±5,941 untuk hasil luaran
Positif (NDP) di atas yaitu sebesar 52.4% meninggal.
menunjukkan nilai Duga Positif (NDP)
Tabel 4 Perbandingan antara Skor MPI dengan Hasil Luaran
Luaran
Skor MPI Hidup Meninggal Nilai P
N=75 N=12
Mean±Std 21,70±6.055 35,25±5,941 0,0001
Median 21,00 34,50
Range (min-max) 14,00-34,00 26,00-43,00
Uji Mann Whitney pada kelompok Pasien meninggal dan pasien hidup.
penelitian di atas diperoleh informasi nilai Kemampuan diskriminasi dari sistem skor
P = 0,0001 (nilai P<0,05) yang berarti MPI dalam memprediksi mortalitas
terdapat perbedaan rerata yang signifikan ditampilkan dalam Grafik 2.
antara variabel Skor MPI pada kelompok
Berdasarkan hasil Analisis Kurva 30,5. Tabel 5 memperlihatkan cut off untuk
ROC pada Grafik 2, kemampuan skor Skor MPI adalah 30,5 . Hasil analisis
diskriminasi dari sistem skor MPI dalam data cut off MPI terhadap hasil luaran
memprediksi mortalitas adalah sebesar dengan menggunakan uji Chi-Square
93,7 % dengan p= 0,0001. Dari hasil didapatkan nilai P=0,0001 yang berarti
analisis kurva ROC skor MPI terhadap signifikan atau bermakna secara statistik.
mortalitas diperoleh nilai cut-off sebesar
Tabel 5. Perbandingan cut off Skor MPI terhadap hasil luaran
Kelompok
Skor MPI Meninggal Pasien Hidup Nilai P
N=12 N=75
> 30,5 10(83,3%) 11(14,7%) 0,0001
< 30,5 2(16,7%) 64(85,3%)
Supono
ABSTRA
K
Continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) adalah dialisis yang dilakukan melalui rongga
peritonium (rongga perut) dengan selaput atau membran perutonium berfungsi sebagai filter. Tindakan
CAPD dilakukan dengan insisi kecil pada dinding abdomen untuk pemasangan kateter, risiko
komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi pada peritonium (peritonitis). Tujuan penelitian untuk
mengetahui hubungan faktor-faktor yang berkontribusi terjadinya peritonitis pada pasien CAPD di
Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang Jawa Timur. Jenis penelitian deskkriptif korelasi dengan
rancangan cross sectional study. Jumlah sampel penelitian 22 pasien peritonitis CAPD dan 13 perawat
dialisis, dengan tehnik pengambilan sample menggunakan total sampling. Hasil penelitian menunjukan
ada hubungan yang signifikan antara status nutrisi (p = 0,032), kemampuan perawatan (p = 0,024)
dengan kejadian peritonitis pada pasien CAPD. Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur (p =
0,702), jenis kelamin (p = 0,669), tingkat pendidikan (p
= 0,771), penghasilan (p = 1,000), personal hygine (p = 0,387), support system (p = 1,000), fasilitas
perawatan (p = 0,088), standar struktur (p = 0,203), standar proses (p = 0,559) dengan kejadian peritonitis
pada pasien CAPD. Rekomendasi untuk perawat meningkatkan kunjungan rumah untuk memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan dialisis dan pengeloaan nutrisi seimbang. Saran untuk pasien
diharapkan mengikuti prosedur standar perawatan yang telah diajarkan.
ABSTRAC
T
Fa ktor-Fa ktor Ya ng Berk ontribusi Terjadinya Peritonitis pada Pa sien Co ntinuo us Amb ula tory Pe ritone al Dia 181
lys is
(CAPD) di Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar Malang
yang dilakukan melalui rongga peritonitis.
peritoneum (rongga perut) yang Peritonitis adalah inflamasi
berfungsi sebagai filter adalah selaput peritoneum lapisan membran serosa
atau membran peritoneum (selaput rongga abdomen dan meliputi visera
rongga perut), sehingga CAPD sering (Smeltzer & Bare, 2008), peritonitis ini
disebut “cuci darah” melalui perut terjadi juga dihubungkan dengan proses
(Anonim, 2007). Thomas (2003, dalam bedah abdominal dan dialisis peritoneal
Yetti, (Sudoyo, 2006). Peritonitis disebabkan
2007) mengemukakan bahwa CAPD oleh kebocoran isi dari organ abdomen
sebagai salah satu alternatif terapi ke dalam rongga abdomen akibat dari
pengganti pada penyakit ginjal tahap infeksi, iskemik, trauma atau perforasi.
akhir (PGTA) telah diinstruksikan sejak Peritonitis pada CAPD
tahun 1974 oleh Popovich dan
Moncrief.
Terapi CAPD semakin meluas
termasuk di Indonesia. Rumah Sakit
PGI Cikini Jakarta sejak awal tahun
1980 telah dilakukan terapi CAPD
secara insidentil (Tambunan, 2008) dan
pada tahun 2004 tercatat 618 pasien
menda p a t ka n p ela ya na n t er a p
i C AP D (S it u mor a ng , 2 0 0 8 ) .
S a mp a i s a a t ini permasalahan
komplikasi pada terapi CAPD ma sih
ditemukan diant ar anya mekanik,
medi ka l da n infeks i (DeVor e, 2
0 0 8 ). Komplika si infeks i yang s er
ing a da la h peritonitis mencapai 60-
80% (Smeltzer & Bare, 2008), tunnel
infections, exit site (MacDougall,
2007). Studi pendahuluan yang
dulakukan peneliti di Rumah Sakit
Umum Dr Saiful Anwar Malang Jawa
Timur, data pelayanan terapi CAPD
dilakukan sejak tahun 2003 hingga
bulan September 2008 jumlah pasien
173 orang, dari jumlah tersebut
82 pasien telah meninggal dunia, 10
pasien pindah terapi HD dan 2 pasien
melakukan transplantasi ginjal, hingga
6 bulan terakhir ini yang mendapatkan
pelayanan CAPD sebanyak 81 pasien.
Dari 81 pasien CAPD di rumah sakit
tersebut sebanyak 22 pasien CAPD
diketahui pernah menderita komplikasi
lebih sering berasal dari kontaminasi enga n ka r a kt er is t ik responden
mikro organisme pada kulit saat meliputi: pasien dengan terapi CAPD,
penggantian cairan dialisat, kontaminasi pernah at au s edang menga la mi
saat penggantian kateter, kolonisasi peritonitis, kesadaran pasien
bakteri pada exit site dan tunnel i n f composmentis, pasien yang telah
ect i o n s . P r ol ifer a s i b a kt er i menjalani rawat jalan, dan bersedia
a ka n mengakibatkan terjadinya edema menjadi responden. Karakteristik
jaringan perit oneal, dalam waktu perawat meliputi: perawat, perawat
singkat terjadi eks uda s i cair a n. Ca tetap yang bekerja di ruang dialisis,
ir a n da la m r ongga p er i t onea l tidak berstatus
menja di ker u h denga n
meningkatnya jumlah protein, sel darah
putih, debris seluler dan darah. Reaksi
dari kondisi tersebut meningkatkan
motilitas usus yang diikut i illeus p ar
alit ik s ehingga terjadi akumulasi
udara dan cairan dalam usus.
Penanganan tindakan dialisis
merupakan s u a t u p r os es ya ng
dig u na ka n u nt u k mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam
tubuh ketika ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut (Smeltzer
& Bare, 2008). Pada saat dialisis
molekul solut berdifusi lewat membran
semipermeabel dengan cara mengalir
dari sisi cairan yang lebih pekat
(konsentrasi solut lebih tinggi) ke cairan
yang lebih encer (konsentrasi solut lebih
rendah) (Gutch, Stoner & Corea, 1999).
Ada tiga cara terapi pengganti ginjal
atau renal replacement therapy (RRT)
salah satu diantaranya adalah CAPD
(Sidabutar, 2006).
METODE