Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN R

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ABSES HEPAR DI


RUANG OK RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

OLEH :

Halimatussyadiah
(2017.C.09a.0889)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI
SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini di susun oleh :
Nama : Halimatussyadiah
NIM : 2017.C.09a.0889
Program Studi : Sarjana Keperawatan Tingkat 4B
Judul : Laporan dan Asuhan Keperawatan Pada dengan Tn.R Diagnosa Medis
Abses Hepar P di Ruang OK RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya
Telah melakukan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Praktik
Praklinik Keperawatan 3 Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah di setujui oleh :

Pembimbing Akademik

Meida Sinta Araini,S.Kep.,Ners

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yangberjudul
“Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.R Dengan Diagnosa Medis
Abses Hepar Diruang OK RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi kasus ini
tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners Selaku Koordinator PPK III.
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian asuhan
keperawatan dan laporan pendahuluan ini.
5. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
6. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan studi
kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan penulisan studi kasus ini. Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan studi kasus ini bermanfaat
bagi kita semua.

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB 1 TINJAUAN PUSTKA
1.1 Konsep Penyakit...............................................................................................................1
1.1.1 Definisi............................................................................................................................2
1.1.2 Anatomi dan Fisiologi.....................................................................................................4
1.1.3 Etiologi............................................................................................................................5
1.1.4 Klasifikasi.......................................................................................................................5
1.1.5 Patofisiologi....................................................................................................................7
1.1.6 Manifestasi Klinis............................................................................................................7
1.1.7 Komplikasi......................................................................................................................9
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................10
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.................................................................................11
1.2.1 Pengkajian.....................................................................................................................15
1.2.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................20
1.2.3 Intervensi.......................................................................................................................25
1.2.4 Implementasi.................................................................................................................27
1.2.5 Evaluasi.........................................................................................................................30
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Anamesa.........................................................................................................................32
2.2 Pemeriksaan Fisik...........................................................................................................33
2.3 Analisis Data..................................................................................................................35
2.4 Prioritas Masalah............................................................................................................37
2.5 Implementasi dan Evaluasi.............................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definis
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan
disebabkan oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses dapat
terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ tubuh seperti hati, paru-paru, bahkan otak,
area yang terjadi abses berwarna merah dan menggembung, biasanya terdapat
sensasi nyeri dan panas setempat (Microsoft Encarta Reference Library, 2017).
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri,
parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal
yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam
parenkim hati (Sudoyo, 2016).
Abses pada hepar timbul sebagai infeksi sekunder yang muncul di bagian
tubuh yang lain kemudian dibawa ke hepar melalui system bilier, system vaskuler,
atau system limfatik. Organisme piogenik juga masuk ke dalam hepar melalui
luka tusuk yang mengenai hepar. Abses karena amuba dapat berasal dari
gastrointestinal kemudian masuk ke dalam hepar melalui vena porta. Abses pada
hepar akan mengganggu fungsi hepar. Selain itu, perforasi abses dapat
menyebabkan isi abses masuk ke dalam celah pleura, celah pericardial, atau celah
peritoneal (Baradero, 2016).
1.1.2 Anatomi Fisiologi
Hepar merupakan organ berbentuk biji dalam tubuh kita dengan berat 1,5
kg pada orang dewasa. Letaknya, terdapat pada bagian atas dalam rongga
abdomen disebelah kanan bawah diafragma. Hati secara luas dilindungi tulang
iga. Hepar terbagi atas dua lapisan utama; pertama, permukaan atas berbentuk
tembung, terletak di bawah diafragma, kedua, permukaan bawah tidak rata dan
memperhatikan lekukan fisura transfersus. Fisura longitudional memisahkan
belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati dibagi empat belahan;
lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata, dan lobus quadratus. Hati mempunyai 2
jenis peredaran darah yaitu Arteri hepatica dan Vena porta. Vena hepatica, keluar
dari aorta dan memberikan 1/5 darah dalam hati, darah ini mempunyai kejenuhan
95-100 % masuk ke hati akan membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan
kapiler Vena, akhirnya keluar sebagai Vena hepatica.
Vena porta terbentuk dari lienalis dan Vena mesentrika superior
menghantarkan 4/5 darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70% sebab
beberapa O2 telah diambil oleh limfe dan usus, guna darah ini membawa zat
makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Hati dapat
dianggap sebagai sebuah pabrik kimia yang membuat, menyimpan, mengubah dan
mengekskresikan sejumlah besar substansi yang terlibat dalam metabolisme.
Lokasi hati sangat penting dalam pelaksanaan fungsi ini karena hati menerima
darah yang kaya nutrien langsung dari traktus gastrointestinal; kemudian hati akan
menyimpan atau mentransformasikan semua nutrient ini menjadi zat-zat kimia
yang digunakan dibagian lain dalam tubuh untuk keperluan metabolik. Hati
merupakan organ yang penting khususnya dalam pengaturan metabolisme glukosa
dan protein. Hati membuat dan mengekresikan empedu yang memegang peran
uatama dalam proses pencernaan serta penyerapan lemak dalam tractus
gastrointestinal. Organ ini mengeluarkan limbah produk dari dalam aliran darah
dan mensekresikannya ke dalam empedu.
Fungsi metabolik hati terdiri dari mengubah zat makanan yang diabsorpsi
dari usus dan yang disimpan di suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkannnya sesuai
dengan pemakaiannya dalam jaringan. Kedua yaitu mengeluarkan zat buangan
dan bahan racun untuk diekresikan dalam empedu dan urin. Ketiga yaitu
menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen. Keempat yaitu sekresi
empedu garam empedu dibuat di hati di bentuk dalam system retikula
endothelium dialirkan ke empedu. Kelima yaitu pembentukan ureum, hati
menerima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan dari darah oleh ginjal
dalam bentuk urin. Keenam yaitu menyimpan lemak untuk pemecahan berakhir
asam karbonat dan air. Selain itu hati juga berfungsi sebagai penyimpan dan
penyebaran berbagai bahan, termasuk glikogen, lemak, vitamin, dan besi, vitamin
A dan D yang dapat larut dalam lemak disimpan di dalam hati. Hati juga
membantu mempertahankan suhu tubuh secara luasnya organ ini dan banyaknya
kegiatan metabolisme yang berlangsung mengakibatkan darah banyak mengalir
melalui organ ini sehingga menaikkan suhu tubuh (Smeltzer, 2017).

1.1.3 Etiologi
Penyebab utama abses hepar adalah adanya infeksi bakteri pada organ
hepar. Bakteri dapat masuk ke dalam organ hepar melalui beberapa cara sebagai
berikut: (Schoonmaker, 2016)
1.1.3.1 Kandung kemih yang terinfeksi
1.1.3.2 Luka tusuk atau luka tembus
1.1.3.3 Infeksi di dalam perut
1.1.3.4 Infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah
1.1.4 Patofisiologi
Hati menerima darah dari sirkulasi sistemik dan sistem porta. Adanya
infeksi dari organ-organ lain di tubuh akan meningkatkan pemaparan hati
terhadap bakteri. Tetapi hati mempunyai sel-sel Kuppfer yang terlatak sepanjang
sinusoid-sinusoidnya yang berfungsi sebagai pembunuh bakteri, sehingga akan
sulit untuk terjadi infeksi.
Ada banyak faktor yang berperan sampai dapat terjadinya abses pada hati.
1) Abses piogenik pada hepar merupakan akibat dari asending dari infeksi
biliaris
2) Penyebaran hematogen lewat sistem portal
3) Septikemia generalisata yang melibatkan hepar lewat sirkulasi arteri
hepatika
4) Penyebaran langsung dari infeksi organ-organ intraperitoneal
5) Penyebab lainnya, disini termasuk trauma pada hepar.
Penyakit traktus biliaris (kolangitis, kolesistitis) merupakan penyebab
tersering dari abses hepar (60 % kasus). Tersumbatnya aliran empedu
menyebabkan proliferasi dari bakteri. Penyebab tersering yang kedua adalah
septikemia generalisata, diikuti oleh appendisitis akut/perforasi dan divertikulitis.
Trauma tajam dengan penetrasi ke hepar dapat langsung memasukkan bakteri ke
parenkim hepar dan menyebabkan abses. Sedangkan trauma tumpul pada hepar
dapat meyebabkan nekrosis jaringan hepar, perdarahan intrahepatik dan keluarnya
asam empedu akibat robekan dari kanalikuli. Lesi yang terjadi pada kasus seperti
ini biasanya soliter. Abses dapat bersifat multipel atau soliter, biasanya yang
berasal dari infeksi organ lain yang lewat aliran darah akan menjadi abses yang
multipel. Lesi akan memberikan gambaran jaringan hati yang pucat. Ukuran
rongga abses biasanya bermacam-macam dan umumnya bergabung, pada kasus-
kasus yang lanjut akan tampak gambaran “honeycomb” yang mengandung sel-sel
PMN dan jaringan hati yang nekrosis. Kebanyakan lesi akan terjadi pada lobus
dekstra dari hepar (Price, 2017).
WOC ABSES HEPAR
Faktor abses hati disebabkan oleh infeksi yang diakibatkan oleh bakteri,parasit jamur maupun
nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointenal yang ditandai dengan adanya proses
supurasi dengan pembentukan pus didalam parenkim hati

Peradangan jaringan /infeksi

Abses Hati Piogenik Abses Hati Amoebik


Hepar

B4 B5
B6
B1 B2 B3

Menyebar Trauma jaringan Mengalami


Suplai darah Infeksi kuman kerusakan hepar
Ketidakseimbangan melalui dan refleks spasme menurun masuk kedalam
antara supalai O2 infeksi otot
dan kebutuhan tubuh (Sistem
Pencernaan)

Menuju hati dan Sekresi protein abses


saluran empedu Stimulus terganggu
Aliran O2
mediator kimia
menurun Vena porta
PG
,system
bilier,system Metabolisme
Uremia arterial hepatic nutrisi menurun
Pola nafas tidak Penurunan
efektif kemampuan untuk Medula spinalis
berkeringat
Vena porta
Hipertermi Korteks serebri Gangguan ,system Peradangan
eliminasi bilier,system /inflamasi hepar
urine arterial hepatic

Gangguan
Kenyamanan Produksi energy
Hepar menurun
(nyeri)

Mengalami Intoleransi
kerusakan jaringan aktivitas
hepar

Peradangan
/inflamasi hepar

Ditransmisikan ke
korteks serebri
bagian thalamus

Implus nyeri
SUMBER: Price,S.A dan Wilson,L.M 2016 Patofisiolofi : Konsep Klinis Proses-proses dipersepsikan
Penyakit Abses Hepar

Nyeri Akut
1.1.5 Klasifikasi
Abses hepar dibagi atas dua secara umum berdasarkan penyebabnya, yaitu
abses hepar amoeba dan abses hepar piogenik.
1.1.5.1 Abses hepar amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebgai parasit non
patogen dalam mulut dan usus, tapi hanya Enteremoeba histolytica yang dapat
menyebabkan penyakit. Hanya sebagian individu yang terinfeksi Enteremoeba
histolytica yang memberi gejala invasif, sehingga di duga ada dua jenis E.
Histolytica yaitu starin patogen dan non patogen. Bervariasinya virulensi strain ini
berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar. E.histolytica
di dalam feces dapat ditemukan dalam dua bentuk vegetatif atau tropozoit dan
bentuk kista yang bisa bertahan hidup di luar tuibuh manusia. Kista dewasa
berukuran 10-20 mikron, resisten terhadap suasana kering dan asam. Bentuk
tropozoit akan mati dalam suasana kering dan asam. Trofozoit besar sangat aktif
bergerak, mampu memangsa eritrosit, mengandung protease yaitu hialuronidase
dan mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan destruksi jaringan (Sudoyo,
2006).
1.1.5.2 Abses hepar piogenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan penyebab yang
terbanyak adalah E.coli. Selain itu, penyebabnya juga adalah Streptococcus
faecalis, Proteus vulgaris, dan Salmonellla typhii. Dapat pula bakteri anaerob
seperti Bakteroides, Aerobakteria, Akttinomesis, dan Streptococcus anaerob.
Untuk penetapannya perlu dilakukan biakan darah, pus, empedu, dan swab secara
anaerob maupun aerob (Sudoyo, 2006).
1.1.6 Manifestasi Klinis
Keluhan awal yaitu demam/menggigil, nyeri abdomen, anokresia/malaise,
mual/muntah, penurunan berat badan, keringan malam, diare, demam (suhu tubuh
>38°C), hepatomegali, nyeri tekan kuadran kanan atas, ikterus, asites, serta sepsis
yang menyebabkan kematian (Cameron, 2015). Dicurigai adanya AHP apabila
ditemukan sindrom klinis klasik berupa nyeri spontan perut kanan atas, yang di
tandai dengan jalan membungkuk ke depan dengan kedua tangan diletakan di
atasnya. Demam/panas tinggi merupakan keluhan yang paling utama, keluhan lain
yaitu nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok.
Apabila AHP letaknya dekat digfragma, maka akan terjadi iritasi diagfragma
sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektesis,
rasa mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan
yang unintentional (Mansjoer, 2017).

1.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering adalah berupa ruptur abses sebesar 5 –
15,6%, perforasi abses ke berbagai organ tubuh seperti ke pleura, paru,
perikardium, usus, intraperitoneal atau kulit. Kadang-kadang dapat terjadi
superinfeksi, terutama setelah aspirasi atau drainase (Julius, 2017). Prognosis dari
abses hepar ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
1.1.7.1 Virulensi parasit
1.1.7.2 Status imunitas dan keadaan nutrisi penderita
1.1.7.3 Usia penderita, lebih buruk pada usia tua
1.1.7.4 Cara timbulnya penyakit, tipe akut mempunyai prognosa lebih buruk letak
dan jumlah abses, prognosis lebih buruk bila abses di lobus kiri atau
multiple. Sejak digunakan pemberian obat seperti emetine, metronidazole,
dan kloroquin, mortalitas menurun secara tajam. Sebab kematian biasanya
karena sepsis atau sindrom hepatorenal.
1.1.8 Penatalaksanaan Medis
1.1.8.1 Medikamentosa
Derivat nitroimidazole dapat memberantas tropozoit
intestinal/ekstraintestinal atau kista. Obat ini dapat diberikan secara oral atau
intravena.
1) Secara singkat pengobatan amoebiasis hati sebagai berikut:
2) Metronidazole: 3x750 mg selama 5-10 hari dan ditambah dengan;
3) Kloroquin fosfat: 1 g/hr selama 2 hari dan diikuti 500/hr selama 20
hari, ditambah;
4) Dehydroemetine: 1-1,5 mg/kg BB/hari intramuskular (maksimum 99
mg/hr) selama 10 hari.
1.1.8.2 Tindakan aspirasi terapeutik
1) Abses yang dikhawatirkan akan pecah
2) Respon terhadap medikamentosa setelah 5 hari tidak adabses di lobus
kiri karena abses di sini mudah pecah ke rongga perikardium atau
peritoneum.
1.1.8.3 Tindakan pembedahan
Pembedahan dilakukan bila:
1) Abses disertai komplikasi infeksi sekunder.
2) Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang interkostal.
3) Bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil.
4) Ruptur abses ke dalam rongga intra peritoneal/pleural/pericardial
5) (Mansjoer, 2017).

1.1.9 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Julius (2016) pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
penegakan diagnosa abses hepar antara lain:
1.1.9.1 Laboratorium Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain
hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan faal hati.
1.1.9.2 Foto dada Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya
pergerakkan diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
1.1.9.3 Foto polos abdomen Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran
ileus, gambaran udara bebas diatas hati.
1.1.9.4 Ultrasonografi Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
1.1.9.5 Tomografi Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak
dapat melihat integritas diafragma.
1.1.9.6 Pemeriksaan serologi Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap
kuman.
1.1.9.7 Abdominal CT Scan Pada abdominal CT Scan abses hepar dapat
ditemukan keadaan sebagai beriku
1.2 Manajemen asuhan keperawatan
1.2.1 Pengkajian Keperawatan
1) Identitas pasien
Meliputi nama, jenis jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan,
golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis
medis.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara umum
mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung
terjadinya abses hepar seperti infeksi bakteri di dalam perut, luka tusuk
yang mengenai hepar, infeksi dari bagian tubuh lain yang terbawa oleh
aliran darah.
4) Kaji keluhan pasien sekarang
Pada umumnya keluhan utama pada kasus abses hepar adalah lelah,
penurunan kemampuan aktivitas, tidak nafsu makan, mual dan muntah,
nyeri perut di bagian kanan atas, nyeri padabahu sebelah kanan, demam.
5) Riwayat penyakit keluarg
Dilakukan pengkajian pada anggota keluarga apakah pernah menderita
penyakit yang sama atau tidak.
6) Pengkajian Data Dasar
a) Aktivitas/istirahatm Menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan,
terlalu lemah, latergi, penurunan masa otot/tonus.
b) Sirkulasim Menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker,
distritmia, bunyi jantung ekstra, distensi vena abdomen.
c) Eliminasi Diare, keringat pada malam hari menunjukkan adanya
flatus, distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus, feses warna
tanah liat, melena, urine gelap pekat.
d) Makanan/cairan Menunjukkan adanya anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan/tidak dapat mencerna, mual/muntah, penurunan
berat badan dan peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk,
ikterik.
e) Neurosensor Menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi,
koma, bicara tidak jelas.
f) Nyeri/kenyamanan Menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran
kanan atas, pruritas, sepsi perilaku berhati-hati/distraksi, fokus pada
diri sendiri.
g) Pernapasan Menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasan
dangkal, bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas, asites,
hipoksia.
h) Keamanan Menunjukkan adanya pruritas, demam, ikterik, ekimosis,
patekis, angioma spider, eritema.
i) Seksualitas Menunjukkan adanya gangguan menstruasi, impotent,
atrofi testis (Doenges, 2017).

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


1.1.2.1 Pola napas tidak efektif
1.1.2.2 Risiko ketidakseimbangan cairan
1.1.2.3 Hiportermi
1.1.2.4 Gangguan eliminasi urin
1.1.2.5 Intoleransi aktivitas
1.1.2.6 Defisit Nutrisi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitori pola napas
selama 1 x 7 jam diharapkan pola napas 2. Monitori bunyi naps tambahan
klien kembali normal dengan kriteria 3. Monitori sputum
hasil: 4. Posisikan semi fowler
1. Ventilasi semenit meningkat 5. Lakukan penghisapan lendir kurang lebih 15
2. Dyspnea menurun menit
3. Penggunaan otot bantu nafas 6. Berikan oksigen
menurun 7. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
4. Frekuensi napas membaik 8. Kolaborasi pemeberian bronkodilator
Hipotermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor suhu tubuh
selama 1 x 7 jam diharapkan klien tidak 2. Identifikasi penyebab hipotermia
merasa dingin lagi dengan kriteria hasil: 3. Monitori tanda dan gejala hipotermia
1. Menggigil menurun 4. Sediakan lingkungan yang hangat
2. Kulit mrah menurun 5. Ganti pakian atau linen yang basah
3. Suhu tubuh membaik 6. Lakukan penghangatan pasif
4. Tekanan darah membaik 7. Anjurkan makan atau minum hangat

Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi masukan makanan/ minuman dan
dengan kurang dari selama 1 x 7 jam terjadi keseimbangan hitung kalori harian secara tepat
kebutuhan tubuh pemasukan nutrisi dengan kriteria hasil: 2. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah
berhubungan dengan 1. Pemasukan nutrisi yang adekuat makan
penurunan intake nutrisi 2. Pasien mampu menghabiskan diet 3. Berikan diet makanan tinggi kalori dan tinggi
yang dihidangkan protein
3. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 4. Observasi hasil labioratorium: protein, albumin,
4. Nilai laboratorim normal (protein globulin, Hb
total 8-8 gr%, albumin 3,5-5,4 gr 5. Jauhkan benda-benda yang kurang enak untuk
%, globulin 1,8-3,6 gr%, Hb tidak dipandang seperti urinal, kotak drainase, bebat
kurang dari 10 gr %), dan pispot dari pandangan pasien
5. Membran mukosa lembab dan 6. Sajikan makanan hangat dengan variasi yang
konjungtiva tidak pucat menarik
7. Kaloborasi dengan ahli gizi terkait penyajian
diet sesuai dengan kebutuhan pasien
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas
berhubungan dengan selama 1 x 7 jam masalah intoleransi yang mampu dilakukan klien
kelemahan fisik akibat aktifitas klien teratasi dengan kriteria 2. Monitor tanda-tanda vital klien
penurunan produksi energi. hasil : 3. Bantu klien dalam ADL
1. Klien mampu berpartisipasi dalam 4. Dekatkan keperluan klien
aktifitas fisik tanpa disertai
peningktan tekanan darah, nadi dan
RR
2. Mampu melakukan aktifitas sehari-
hari (ADL) secara mandiri
3. Skala aktifitas 1 (dengan alat) atau
0 (mandiri)
Risiko ketidak seimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5. Monitori status hidrasi
cairan selama 1 x 7 jam di harapkan cairan 6. Monitori berat badan harian
tubuh pasien terpenuhi dengan kriteria 7. Monitori hasil pemeriksaan laboratorium
hasil: 8. Catat intake-output dan hitung balans cairan
1. Asupan cairan meningkat 24 jam
2. Dehidrasi menurun 9. Berikan asupan cairan
3. Tekanan darah membaik 10. Berikan cairan intravena
4. Turgor kulit membaik Kolaborasi pemeberian diuretic
1.1.3 Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksananakan: melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien Agar implementasi
perencaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus
mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawtan telah
dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi
dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedian perawatan lainnya
kemudian dengan menggunakan data dapat mengevaluasi dan merevisi rencana
perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya.

1.1.4 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap
ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat
berhasil atau gagal.(Alfaro-LeFevre, 2015). Perawat menemukan reaksi klien
terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang
menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima.Perencanaan merupakan
dasar yang mendukung suatu evaluasi. Menetapkan kembali informasi baru yang
diberikan kepada klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan,
tujuan, atau intervensi keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang ingin
dicapai adalah keputusan bersama antara perawat dank lien (Yura & Walsh, 2015)
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus :
Tn R, Usia 40 tahun, Sebelum masuk Rumah Sakit pada tanggal 17 Desember
2020, pasien mengatakan sakit dibagian perut sebelah kanan, pasien juga
mengatakan tidak pernah dioperasi sebelumnnya.Pada saat pengkajian didapati
tanda-tanda vital TD:110/80 mmHg, N : 90 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 34,8 oC.
Keadaan Umum Tn R kesadaran composmentis, terpasang oksigen nasal canul 3
lpm, terpasang infus Nacl disebalah tangan kanan (20tpm), terpasang
kateter.Untuk tindakan lebih lanjut klien disarankan untuk di rawat inap.
2.1 Pengkajian
2.1.1 Pre Operasi/Pre Medikasi
1. Serah terima pasien
Pasien tampak composmentis (GCS :15), E : 4 (Pasien dapat membuka
mata spontan), V : 5 (pasien dapat berbicara), M : 6 (pasien dapat
mengerakan tubuhnya) GCS :15), menggunakan Nasal Canule (volume
oksigen 3 liter), terpasang infus Nacl disebalah tangan kanan (20tpm ),
terpasang kateter
2. Identitas Pasien
Nama : Tn R
Umur : 40 Tahun
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl.Bangas Permai No.09
Diagnosa Medik : Abses Hepar
Tindakan Op. : Laparatomi
Tgl MRS : 17 Desember 2020
3. Pemeriksaan Fisik/Psikologi
TT : Tekanan darah : 110/80 mmHg, Nadi 82 x/menit dan teraba kuat,
suara jantung normal, suhu 34,8 º C, CRT < 2 detik, tidak sianosis, akral
dingin
Reaksi Fisik : pasien tampak pucat dan lemas
Reaksi Psikologi : pasien tampak cemas
Persiapan Operasi : Informed Concent/Ijin Anestesi 
Puasa  Cukur 
Pemeriksaan penunjang  Radiologi  EKG
USG Abdomen ( 17 Desember 2020 ) Hasil : hepatomegali disertai abses
pada hepar lobus kananbThorax (17 Desember 2020) Hasil: tidak tampak
kelainan radiologis pada jantung dan paru
Hasil Laboratorium (17 Desember 2020)

2.1.2 Pre medikasi


1)  Ranitidine 50mg IV (17 Desember 2020 pukul 07.00)
2)    Lactulac 10mg IV (17 Desember 2020 pukul 07.00)

2.1.3 INTRA OPERASI


1. Kelengkapan Tim Operasi
2. Bedah :Laparatomi
3. Anestesi : Jenis Anestesi General
4. Tanda daerah operasi: Lokasi perut sebelah kanan
5. Kelengkapan Anestesi: IV Line: Pasien terpasang cairan infuse Nacl
0,9%20 tts / menit

Obat-obatan:
Tgl/jam Nama Obat Dosis Rute
(17 Desember Propofol 350 mcg Injeksi IV
2020 jam : 13.00
WIB)
(17 Desember Fentanyl 150 mg Injeksi IV
2020 jam : 13.00
WIB)
(17 Desember Atracurium 140 mg Injeksi IV
2020 jam : 13.00
WIB)
(17 Desember Sefofluran 2% Inhalasi
2020 jam : 13.00
WIB)
6. Riwayat asma/alergi:Pasien tidak memiliki riwayat alergi dan asm

7. Posisi operasi: Terlentang

8. Rencana dilakukan tindakan: 17 Desember 2020

9. Observasi tindakan operasi


Pasien telah masuk ruang operasi pada pukul 12.45 terpasang iv line dua jalur
di tangan kanan dan kiri dan terpasang CVC pada jalur kanan, pasien terpasang
kateter, monitor, dan ETT. Kemudian pasien di pindahkan ke kamar operasi pada
pukul 13.05 lalu dilakukan pemasangan warm blanket. Dokter anestesi melakukan
tindakan induksi pada pukul 13.30 posisi pasien supine. Operator, asisten, dan
perawat instrumen melakukan scrubbing, gaunning, dan gloving. Kemudian perawat
instrumen menyusun set laparatomi, asisten operator melakukan aseptik area operasi
dan drapping area operasi. Perawat sirkuler memulai time out pada pukul 14.00 dan
pada pukul 14.02 operator memulai insisi mid line menembus kutis, subkutis, dan
otot, hingga peritoneum. Ketika peritoneum dibuka, tidak ada pus yang keluar.
Tampak hepar ukuran membesar memenuhi aper kuadran kanan, abdomen hingga
diafragma kanan ke arah atas. Permukaan hepar urai, pada segmen empat hepar
tampak bagian yang bulding dan fluktuatif, dilakukan insisi pada bagiang yang
paling fluktuatif. Keluar pus kekuningan sebanyak 1300 ml. Pus di suction hingga
bersih lalu daerah abses yang terbuka dan rongga abdomen di cuci hingga bersih
dengan cairan NACL 0,9% sebanyak 4000cc. Di pasang drain subhepatik dan pelvic
floor, difikasasi kedinding abdomen. Kemudian sirkuler melakukan sign out pada
pukul 17.45. Operasi di tutup lapis demi lapis dan dilakukan dressing. Operasi
selesai pukul 18.30 . Perdarahan 50 ml, urin 400 cc. Infus Asering 1.550 cc .
7. Observasi tindakan anestesi
a.  Pemberian oksigen
b. Pemasangan drain
8. Pemeriksaan kelengkapan Kasa: Kasa Basah dan Kasa Kering ( Kasa Steril)
jarum: Gunting jaringan, pisau bedah, klem, pinset, dan kom kecil Instrumen:
9. Pemeriksaan cairan/jaringan tubuh:  ada tidak ada
2. Post Operasi/Pasca Anestesi
1) Air way : Tidak ditemukan adanya sumbatan jalan nafas, tidak ada lendir/dahak menutupi
jalan nafas dan lidah tidak menutupi jalan nafas.
2) Breathing: Pasien tidak tampak sesak Respiration rate : 20x/menit, irama teratur, tidak ada
suara nafas tambahan, tipe pernafasan dada dan perut.
3) Cirkulasi :Tekanan Darah 100/ 80 mmHg, Nadi : 90x/menit, Suhu: 35,8 oC, Sp O2: 99% Pasien
DPO (dalam pengaruh obat), akral dingin,
4) Observasi RR

Steward Scor Aldrete Scor Bromage Scor

No Criteria Skor Skor


Saat selesai operasi jam 18.30
1 Warna kulit 1
          Kemerahan 2
          Pucat 1
          Sianosis 0
2 Aktivitas motoric 1
          Gerak 4 anggota tubuh 2
          Gerak 2 anggota tubuh 1
          Tidak ada gerakan 0
3 Pernapasan 1
          Napas dalam, batuk dan kuat 2
          Nafas dangkal dan kuat 1
          Apnea atau nafas tidak 0
adekuat
4 Tekanan darah
          ± 20 mmhg 2 1
dari pre operasi 1
          20-50 mmhg dari pre operasi 0
          ± 50 mmhg dari pre operasi
5 Kesadaran
          Sadar penuh mudah 2 0
dipanggil 1
          Bangun jika dipanggil 0
          Tidak ada respon
Jumlah 4

ii. Serah terima pasien


Pasien masih tampak lemas karena pengaruh anestesi, kesadaran pasien somnolen
Eye: 3 (dengan rangsangan nyeri), verbal: 2 (suara saja ), motorik: 5 (melokalisir nyeri).
Total nilai GCS: 10 ( masih bisa dibangun dengan rangsangan namun cepat kembali
tidur), TTV terakhir setelah observasi N: 90x/menit, RR : 20x/menit, S : 35,8 C,
terpasang infusNacl 20 tpm pasien terpasang oksigen nasal 2lpm, terpasang infu Nacl 20
tpm, terpasang selang kateter, terpasang asaring, terdapat luka post op Laparatomi
4. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


Pre Operasi Keterbatasan kognitif Defisit Pengetahuan

DS :
- Klien bertanya -tanya Gangguan fungsi kognitif

masalah penyakit yang di alaminya


Kekeliruan meningkat anjuran
DO :
- Klien tampak menunjukan
Kurang terpapar informasi
persepsi yang keliru terhadap
masalah
Ketdaktahuan menemukan
- Klien tampak menjalani
sumber informasi
pemeriksaan yang tidak tepat
- Klien menunjukan perilaku
berlebihan
Intra Operasi Pre operatif Risiko ketidakseimbangan
DS : cairan
DO : Prosedur pembedahan mayor
- Pasien terpasang IV line
- Pasien terpasang CVC Trauma/Pendarahan
- Pembedahan 4 jam
- Output cairan : Luka Bakar
- Perdarahan ±50 cc
- Urin output ±400 cc Asites
- Pus abdomen ±1300 cc
- IWL: 15 x 60kg= 900 cc/24 jam= Penyakit ginjal dan kelenjar
3,75 x 4jam= 15 cc
- Intake cairan
Infus asering 1500 cc selama
pembedahan
Cairan obat : ±50cc
- Balance cairan =  intake – output =
(1550+50)- (50+400+1300+15) =
1.600 - 1.765= - 165cc
Post Operasi Post operatif Hipotermia
DS :
DO : Kerusakan Hipotalamus
- Kulit klien teraba dingin
- Klien tampak menggigil Berat Badan Ekstrim
- Suhu tubuh klien dibawah normal
: 34,7 oC Terpapar Suhu Lingkungan
- Suhu lingkungan operasi : 20 oC Rendah
- Pasien masih dalam pengaruh
anestesi umum dalam pem Malnutrisi
bedahan
Pemakian Pakain Tipis
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn R
Ruang Rawat : OK

DIAGNOSA RASIONAL
TUJUAN (KRITERIA HASIL ) INTERVENSI
Pre Operasi Setelah dilakukan tindakan Pre Operasi Pre Operasi
keperawatan selama 1 x 1
Defisit pengetahuann jam diharapkan kecemasan
1. Informasi yang tepat dari tenaga
berhubungan dengan pasien berkurang dengan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
kriteria hasil: kesehatan akan akan membuat klien
ketidaktahuan tentang 1. Klien tampak tenang menerima informasi
merasa dirinya memiliki sumber
penyakit kronis yang 2. Klien mengatakan 2. Identifikasi factor-faktor yang dapat
informasi yang terpercaya
dialami klien cemasnya berkurang meningkatkan dan menurunkan motivasi
2. Meningkatkan pengetahuan dan
3. Klien mengatakan perilaku hidup bersih dan sehat
mengurangi cemas
siap untuk dioperasi 3. Sediakan materi dan media pendidikan
3. Membantu menentukan dan
kesehatan
menentukan pengobatan jangka
4. Jelaskan factor risiko yang dapat
panjang
mempengaruhi kesehatan
4. Kadang kala klien merasa tidak
5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
berani untuk bertanya karena belum
terbina hubungan dekat dengan
penyedia layanan kesehatan
5. Menjelaskan pada klien faktor
resiko yang mempengaruhi
Intra Operasi Intra Operasi Intra Operasi Intra Operasi
Risiko Setelah dilakukan tindakan 1. Monitori status hidrasi 1. Pantau apak klien mengalami
Ketidakseimbangan keperawatan selama 1 x 7 jam di 2. Monitori berat badan harian dehidrasi
2. Pantau berat badan klien
Cairan berhubungan harapkan cairan tubuh pasien 3. Monitori hasil pemeriksaan laboratorium
3. Cek hasil pemeriksaan
dengan prosedur terpenuhi dengan kriteria hasil: 4. Catat intake-output dan hitung balans laboratorium
pembedahn mayor 1. Asupan cairan cairan 24 jam 4. Buat catatan intek-output dan
hitung balans cairan selama 24 jam
meningkat 5. Berikan asupan cairan 5. Fasilitasi alat pemberian cairan
2. Dehidrasi menurun 6. Berikan cairan intravena 6. Pasang infus klien
7. Kerja sama untuk pemberian obat
3. Tekanan darah 7. Kolaborasi pemeberian diuretic diuretil
membaik
4. Turgor kulit membaik
Post Operasi Post Operasi Post Operasi Post Operasi
Hipotermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh 1. Pantau suhu tubuh klien
dengan suhu tubuh berada keperawatan selama 1 x 7 jam 2. Identifikasi penyebab hipotermia 2. Mencari tahu penyebab
dibawah normal dan klien diharapkan klien tidak merasa 3. Monitori tanda dan gejala hipotermia hipotermia
menggigil dingin lagi dengan kriteria hasil: 4. Sediakan lingkungan yang hangat 3. Pantau tanda dan gejala
1. Menggigil menurun 5. Ganti pakian atau linen yang basah hipotermia
2. Kulit teraba menurun 6. Lakukan penghangatan pasif 4. Fasilitasi ruangan yang hagat
3. Suhu tubuh membaik 7. Anjurkan makan atau minum hangat dan nyaman
4. Tekanan darah membaik 5. Menganti pakian klien yang
basah oleh keringat
6. Fasilitasi selimut dan baju yang
bersih
7. Menyarankan makan makanan
yang hangat dan berkuah
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPARAWATAN

Nama Pasien : Tn R
Ruang Rawat : OK
Hari/Tangga Tanda tangan
l Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam Nama Perawat
17 Desember Pre Operasi Pre Operasi
1. Identifikasi
2020 S:
kesiapan dan
10.00 WIB kemampuan O:
menerima informasi
1. Pasien tampak tenang
2. Identifikasi factor-
faktor yang dapat 2. Pasien tampak tidak
meningkatkan dan
bingung dengan yang di
menurunkan
motivasi perilaku sampaikan perawat
Halimatussyadia
hidup bersih dan
3. Pasien tampak sudah tidak
sehat h
3. Sediakan materi sering bertanya
dan media
pendidikan
kesehatan A : Masalah teratasi
4. Jelaskan factor
risiko yang dapat P : Intervensi di hentikan
mempengaruhi
kesehatan
5. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
17 Desember Intra Operasi Intra Operasi
1. Mengobservasi
2020 S:
status hidrasi
2. Mengobservasi O:
10.00 WIB
berat badan harian
1. Pasien tampak lemas
3. Mengobservasi
hasil pemeriksaan 2. Tampak pucat
laboratorium
3. Terpasang cairan infus
4. Mencatat intake-
Halimatussyadia
output dan hitung klien
balans cairan 24 h
4. Output cairan :
jam
5. Memberikan asupan - Perdarahan ±50 cc
cairan
- Urin output ±400
6. Memberikan cairan
intravena cc
7. Berkolaborasi - Pus abdomen
pemeberian diuretic
±1300 cc
- IWL: 15 x 60kg=
900 cc/24 jam=
3,75 x 4jam= 15 cc
5. Intake cairan
Infus asering 1500 cc
selama pembedahan
Cairan obat : ±50cc
6. Balance cairan =  intake –
output = (1550+50)-
(50+400+1300+15) =
1.600 - 1.765= - 165cc
A : Masalah belum teratasi
sebagaian

P : Lanjutkan intervensi 4,5,6


17 Desember Post Operasi Post Operasi
1. Mengobservasi
2020 S :
suhu tubuh
2. Mengidentifikasi O:
10.00 WIB
penyebab 1. Pasien tampak lemas
hipotermia
3. Mengobservasi 2. Cairan pasien dibatasi
tanda dan gejala 3. Kulit pasien teraba dingin
hipotermia
4. Menyediakan 4. Suhu 34,8 oc
lingkungan yang 5. Terpasang o2 nasal canul Halimatussyadia
hangat
5. Menganti pakian 2lpm h
atau linen yang A : Masalah belum teratasi
basah
6. Melakukan P : Lanjutkan intervensi 1, 4, 5
penghangatan pasif
7. Menganjurkan
makan atau minum
hangat
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2017. Seri Asuhan Keperawatan: Klien Gangguan Hati. Jakarta:
EGC.(Diakses pada tanggal 5 Januari 2020)

Microsoft encarta reference Library 2017. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam.


Jakarta: Binarupa Aksara.

NANDA. 2016. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC. .(Diakses pada tanggal 5


Januari 2020)

Price, Sylvia A. 2016. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC. .(Diakses pada tanggal 5 Januari) .(Diakses pada tanggal 5
Januari 2020)

Sudoyo., Moorhouse, MF dan Geissler, A. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan.


Jakarta: EGC. .(Diakses pada tanggal 5 Januari 2020)
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN DAN LEAFLET RUANGAN O.K

Oleh :
Halimatussyadiah
( 2017.C.09a.0889 )

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN PRODI SERJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik : Pendidikan Kesehatan Pada keluarga pasien di Ruang


O.K RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
B. Sasaran
1. Program : RSUD dr.Sylvanus Palangka Raya
2. Penyuluhan : Perawatan Pre Operasi
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan semua
keluarga pasien mampu memahami tentang Abses Hepar
2. Tujuan Khusus : Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit
diharapkan keluarga pasien memahami tentang :
a. Apa itu Perawatan Pre Operasi
b. Apa Tanda dan Gejala Perawatan Pre Operasi
c. Apa Pencegahan Perawatan Pre Operasi
d. Apa penatalaksaan Perawatan Pre Operasi
e. Apa pemeriksaan penunjang Perawatan Pre Operasi
D. Materi : Perawatan Pre Operasi
E. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
F. Media : Poster dan Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Kamis, 17 Desember 2020
2. Pukul : 09.30 - Selesai
3. Alokasi Waktu : 30 menit

No Waktu Kegiatan penyuluhan Metode


Pembukaan:
 Membuka kegiatan dengan mengucap
1 2 menit salam Ceramah
 Memperkenalkan diri dan Tim
 Menjelaskan tujuan
2 15 menit Pelaksanaan: Ceramah
 Apa itu pre operasi
 Apa itu anastesi
 Bagaimana cara penanganan anastesi
 Bagaimana cara persiapan operasi
Diskusi:
3 10 menit Tanya jawab
 Tanya jawab
Penutup:
4 3 menit  Mengucapkan terima kasih dan salam Ceramah
penutup

H. Tugas Pengorganisasian
1) Moderator : Halimatussyadiah
1. Membuka acara penyuluhan.
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok.
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan.
2) Fasilitator : Halimatussyadiah
3) Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi.
4) Mengatur jalannya diskusi.
5) Penyaji : Halimatussyadiah
6) Leader : Halimatussyadiah
1. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan.
2. Mengucapkan salam penutup.

1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan.


2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan mengedarkan absen peserta penyuluhan.
4. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.
5. Membagikan konsumsi.
I. TEMPAT
1. Setting Tempat :

Keterangan :

: Moderator dan Leader

: Peserta
J. RENCANA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Tempat dan Alat sesuai rencana.
b. Peran dan tugas sesuai rencana.
c. Setting tempat sesuai dengan rencana.
2. Evaluasi Proses
a. Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
b. Selama kegiatan semua peserta aktif.
3. Evaluasi Hasil
a. Apa itu pre operasi
b. Apa itu anastesi
c. Bagaimana cara penanganan anastesi
d. Bagaimana cara persiapan operasi

PERAWAT
AN Oleh :
SEBELUM Halimatussyadiah
OPERASI ( 2017.C.09a.0
889 )
penunjang, Persiapan pengalaman baru,
khusus : icu, termasuk pada
YAYASAN EKA pasien yang akan
HARAP PALANGKA ketersediaan darah
RAYA SEKOLAH
mengalami
TINGGI ILMU 2. Persiapan fisik : tindakan invasif
KESEHATAN Status nutrisi dan seperti pembedahan
PROGRAM STUDI cairan, kebersihan
SARJANA diri, istirahat dan
KEPERAWATAN tidur yang cukup,
TAHUN 2020/2021
puasa 6-8 jam, CARA
obat-obatan.
3. Persiapan
psikologis :
PERAWAT informasi operasi,
dukungan orang
AN PREOP terdekat, kesiapan
mental, teknik
menurunkan
kecemasan. PENANGANA
N ANSIETAS
Suatu
proses 1. Tehnik
perawatan sebelum Relaksasi
operasi,dimulai saat : Tarik
Nafas
klien dan keluarga Dalam
mengambil keputusan Caranya
adalah
untuk dilakukan
dengan
operasi dan berakhir ANSIETAS menghiru
ketika klien ? p udara
dalam-
berpindah atau berada Gangguan alam dalam
di ruang operasi. perasaan yang melalui
ditandai dengan hidung
perasaan ketakutan lalu
atau kekhawatiran menahann
PERSIAPA yang mendalam dan ya 3 detik
N PRE OP : berkelanjutan kemudian
disertai berbagai mengeluar
keluhan fisik kannya
1. Persiapan karena melalui
administrasi :
adanya mulut.
Aktivitas
Form persetujuan,
ini
Hasil pemeriksaan otomatis
membuat mengandung
Anda Pola makan
lebih Tindakan kaya buah,
santai dan pembedahan sayuran, dan
1. Pankreatikoduode serat makanan.
mencegah
nektomi (prosedur 2. Sayuran:
dan Whipple) wortel,
menguran 2. Total tomat,
gi pancreatectomy. brokoli.
serangan 3. pancreatectomy 3. Buah: pisang,
rasa distal. pir matang,
cemas 4. Radiasi dan kiwi,
2. Tehnik kemoterap 4. jeruk, lemon,
Distraksi : Cara melakukan jeruk,
Membaca batuk efektif semangka,
Majalah, 1. Anjurkan klien delima,
Mendengar untuk minum air stroberi, ceri.
kan Musik hangat 5. Hindari
3. Tehnik ini 2. Tarik nafas dalam makanan
dilakukan 4-5 kali yang
untuk 3. Tarikan 6. menimbulkan
mengalihk selanjutnya nafas gas seperti
ditahan selama 1- ubi, kacang
an rasa
2 detik merah, kol,
cemas 4. Angkat bahu dan sawi,
yang dada dilonggarkan ketimun,
terjadi. serta batukan durian,
4. Berdo’a dengan 7. Bumbu dapur
5. Dengan kuat, : cabe,
Berdo’a bawang,
kita bisa merica, cuka.
menyerahk 8. Berat badan
an semua yang sehat dan
kecemasan Lakukan empat gaya hidup
kita kali setiap  batuk sehat
kepadaNya efektif, frekuensi 9. (Menghindari
. disesuaikan alkohol, kopi,
Percayalah dengan kebutuhan bersoda, dan
semuanya Diet penderita ca alkohol
akan baik- pankreas
baik saja 1. Mengurangi
karena ada lemak Hindari
Tuhan makanan
yang selalu berminyak/di
menjaga goreng,
kita. daging tinggi
lemak, susu
tinggi lemak,
PERSIAPAN makanan
OPERASI yang

Anda mungkin juga menyukai