Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
M DENGAN
DIAGNOSA
MEDIS OPEN FRAKTUR HUMERUS DEXTRA
IGD RSUD DR.DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
Oleh :
1.1.4 PATOFISIOLOGI
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun
tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka
volume darah menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut
saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat
mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak
sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai
jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan
udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas
kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolic, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada umumnya pada
pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan imobilitas yang bertujuan
untuk mempertahanakan fragmen yang telah dihubungkan, tetap pada tempatnya
sampai sembuh. (Sylvia, 2010 :1183).
Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya
pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan. Respon
dini terhadap kehilangan darah adalah kompensasi tubuh, sebagai contoh
vasokontriksi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi visceral. Karena ada cedera,
respon terhadap berkurangnya volume darah yang akut adalah peningkatan detah
jantung sebagai usaha untuk menjaga output jantung, pelepasan katekolamin-
katekolamin endogen meningkatkan tahanan pembuluh perifer. Hal ini akan
meningkatkan tekanan darah diastolik dan mengurangi tekanan nadi (pulse
pressure), tetapi hanya sedikit membantu peningkatan perfusi organ. Hormon-
hormon lain yang bersifat vasoaktif juga dilepaskan ke dalam sirkulasi sewaktu
terjadinya syok, termasuk histamin, bradikinin beta-endorpin dan sejumlah besar
prostanoid dan sitokin-sitokin lain. Substansi ini berdampak besar pada mikro-
sirkulasi dan permeabilitas pembuluh darah. Pada syok perdarahan yang masih
dini, mekanisme kompensasi sedikit mengatur pengembalian darah (venous
return) dengan cara kontraksi volume darah didalam system vena sistemik. Cara
yng paling efektif untuk memulihkan krdiak pada tingkat seluler, sel dengan
perfusi dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substrat esensial yang sangat
diperlukan untuk metabolisme aerobik normal dan produksi energi. Pada keadaan
awal terjadi kompensasi dengan berpindah ke metabolisme anaerobik,
mengakibatkan pembentukan asam laknat dan berkembangnya asidosis metabolik.
Bila syoknya berkepanjangan dan penyampaian substrat untuk pembentukan ATP
(adenosine triphosphat) tidak memadai, maka membrane sel tidak dapat lagi
mempertahankan integritasnya dan gradientnya elektrik normal hilang.
Pembengkakan reticulum endoplasmic merupakan tanda ultra struktural pertama
dari hipoksia seluler setelah itu tidak lama lagi akan cedera mitokondrial.
Lisosom pecah dan melepaskan enzim yang mencernakan struktur intra-seluler.
Bila proses ini berjalan terus, terjadilah pembengkakan sel . juga terjadi
penumpukan kalsium intra-seluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah cedera
seluler yang progresif, penambahan edema jaringan dan kematian sel. Proses ini
memperberat dampak kehilangan darah dan hipoperfusi.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan
kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur.
Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi sehingga menyebabkan
peningkatan aliran darah ketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-
sisa sel mati dimulai. Ditempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan
berfungsi sebagai jala-jala untuk melakukan aktivitas astoeblast terangsang dan
terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan
sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati.
Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan
dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah
ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah
total dapat berakibat anoreksia jaringan yang mengakibatkan rusaknya serabut
saraf meupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak
seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot,
ligament dan pembuluh darah. Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang
akan menderita komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan,
hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh
di imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan prawatan diri
(Carpenito, 2007). Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen- fragmen
tulang di pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun pembedahan
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Pembedahan itu sendiri
merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak
mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama
tindakan operasi (Price dan Wilson, 2006).
Trauma Gerakan pintir mendadak Kontraksi otot ekstem Keadaan patologis
BI B2 B3 B4 B6
Perubahan jaringan Perubahan jaringan Pergeseran fragmen Perubahan jaringan Perubahan jaringan Perubahan jaringan
sekitar sekitar tulang sekitar sekitar sekitar
1) Kaji kerusakan jaringan lunak yang 1. Menjadi data dasar untuk memberikan
terjadi pada pasien. informasi intervensi perawatan luka,
2) Lakukan perawatan luka : alat apa yang akan dipakai, dan jenis
a) Lakukan perawatan luka dengan larutan apa yang akam dilakukan
teknik steril. Meningkatkan partisipasi dan
b) Kaji keadaan luka dengan teknik kemandirian klien dalam perencanaan
membuka balutan, mengurangi dan pelaksanaan program terapi fisik.
stimulus nyeri. Jika perban melekat 2. Perawatan luka dengan teknik steril
kuat, diguyur dengan NaCl. dapat mengurangi kontaminasi kuman
3) Evaluasi kerusakan jaringan dan langsung kearea luka
perkembangan pertumbuhan Manajemen membuka luka dengan
jaringan. mengguyur larutan NaCl ke kasa
4) Kolaborasi:Kolaborasi dengan tim dapat mengurangi stimulus nyeri dan
bedah untuk dilakukan bedah padat menghindari terjadinya
perbaikan pada kerusakan jaringan perdarahan pada luka osteomielitis
agar tingkat kesembuhan dapat kronis akibat kasa yang kering karena
dipercepat. ikut mengering bersama pus.
3. apa bila masih belum tercapai kriteria
evaluasi, sebaiknya perlu dikaji ulang
faktor-faktor apa yang menghambat
pertumbuhan jaringan luka.
4. Bedah perbaikan dilakukan terutama
pada pasien fraktur terbuka dengan
luka yang luas yang dapat menjadi
pintu masuk kuman yang ideal.
h. Resiko tinggi syok hipovolemik yang berhubungan dengan
hilangnya darah dari luka terbuka, kerusakan vaskuler, dan cidera pada
pembuluh darah.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam, resiko syok hipovolemik tidak terjadi.
Kriteria hasil: Pasien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembab, turgor
kulit normal, TTV dalam batas nomal, CRT <3 detik, urine >600 ml/hari.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pantau status cairan (turgor kulit, 1. Jumlah dan tipe cairan pengganti
membran mukosa, haluaran urine). ditentukan oleh keadaan status cairan.
2. Kaji sumber kehilangan cairan. Penurunan volume cairan mengakibatkan
3. Auskultasi tekanan darah. menurunnya produksi urine, pemantauan
Bandingkan kedua lengan.\ yang ketat pada produksi urine < 600 ml/
hari merupakan tanda-tanda terjadinya
4. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi
syok kardiogenik.
perifer, dan diaforesis secara teratur.
2. Kehilangan cairan dapat berasal dari
5. Pantau frekuensi dan irama jantung.
faktor ginjal dan diluar ginjal. Penyakit
6. Kolaborasi :Pertahankan pemberian yang mendasari terjadinya kekurangan
cairan melalui intravena. volume cairan ini juga haris diarasi.
Perdarahan harus dikendalikan.
3. Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemia
yang menunjukkan terlibatnya sistem
kardiovaskuler untuk melakukan
kompensasi mempertahankan tekanan
darah.
4. Mengetahui adanya pengaruh
peningkatan tahanan perifer.
5. Perubahan frekuensi dan irama jantung
menunjukankomplikasi disritmia.
6. Jalur yang paten penting untuk pemberian
cairan cepat dan memudahkan perawat
dalam melakukan kontrol asupan dan
haluaran cairan.
1.2.3 IMPLEMENTASI
Implementasi adalah suatu perencanaan dimasukkan dalam tindakan, selama
fase implementasi ini merupakan fase kerja aktual dari proses keperawatan.
Rangkaian rencana yang telah disusun harus diwujudkan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan. Pelaksanaan dapat dilakukan oleh perawat yang bertugas
merawat klien tersebut atau perawat lain dengan cara didelegasikan pada saat
pelaksanaan kegiatan maka perawat harus menyesuaikan rencana yang telah
dibuat sesuai dengan kondisi klien maka validasi kembali tentang keadaan klien
perlu dilakukan sebelumnya.
1.2.4 EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan untuk mengukur
keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien Bila
masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, maka perawat harus berusaha
untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah dengan meninjau kembali
rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali terhadap keadaan masalah yang
ada.
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
2) EKG
Tidak ada dilakukan pemeriksaan EKG.
ANALISIS DATA
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,
cedera, fraktur terbuka ditandai dengan terdapat luka robek, panjang 10cm
,fraktur humerus dextra, tidak terdapat pendarahan.klien berteriak kesakitan,
wajah klien tampak meringis, p : nyeri karena patah tulang, q : nyeri seperti di
tusuk-tusuk, r : nyeri bagian tangan kanan, s : skala nyeri 8, t : nyeri
dirasakan terus menerus.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan
lunak ditandai dengan terdapat luka robek, panjang 10cm, fraktur humerus
dextra ( patah tulang bagian tangan kanan), luka terbuka.
3. Resiko perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan penurunan sirkulasi
darah. TTV : TD = 100/70 mmHg, N = 84x/menit, RR: 22 x/menit, S = 36.3
o
c, akral klien teraba dingin, nadi teraba lemah, warna kulit pucat CRT > 2
detik, Klien tampak lemah.
4. Ganguan mobilitas fisik kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi) ditandai dengan Klien tampak selalu di bantu oleh
keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas, Open fraktur bagian tangan
kanan (open fraktur humerus dextra), Skala aktivitas 3, Tindakan fiksasi
(bidai), Kekuatan otot ekstremitas atas 1
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. M
Ruang Rawat : IGD
Diagnosa Keperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan 1. Mengurangi nyeri dan
dengan spasme otot, keperawatan selama 1x2 jam tirah baring, gips, bebat dan atau traksi mencegah malformasi.
gerakan fragmen tulang, diharapkan bersihan jalan 2. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena. 2. Meningkatkan aliran balik
edema, cedera, fraktur napas nyeri berkurang dengan 3. Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif. vena, mengurangi
terbuka ditandai dengan Kriteria Hasil: 4. Lakukan tindakan untuk meningkatkan edema/nyeri.
terdapat luka robek, kenyamanan (masase, perubahan posisi) 3. Mempertaha
panjang 10cm ,fraktur 1. Secara subjektif, pasien 5. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri nkan
humerus dextra, tidak melaporkan nyeri berkurang (latihan napas dalam, imajinasi visual, aktivitas kekuatan
terdapat pendarahan klien atau dapat diadaptasi, dipersional) otot dan
berteriak kesakitan, wajah 2. Dapat mengindentifikasikan 6. Lakukan kompres dingin selama fase akut (24-48 meningkatka
klien tampak meringis, p : aktifitas yang meningkatkan jam pertama) sesuai keperluan. n sirkulasi
nyeri karena patah tulang, q atau menurunkan nyeri, 7. Observasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal vaskuler.
: nyeri seperti di tusuk- 3. Pasien tidak gelisah, skala dan non verval, perubahan tanda-tanda vital) 4. Meningkatkan sirkulasi
tusuk, r : nyeri bagian nyeri 0-1 atau teradaptasi 8. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi. umum, menurunakan area
tangan kanan, s : skala 4. Pasien rileks tekanan lokal dan kelelahan
nyeri 8, t : nyeri dirasakan otot.
terus menerus. 5. Mengalihkan perhatian
terhadap nyeri,
meningkatkan kontrol
terhadap nyeri yang
mungkin berlangsung lama.
6. Menurunkan edema dan
mengurangi rasa nyeri.
7.
8. Menilai perkembangan
masalah klien
9. Menurunkan nyeri melalui
mekanisme penghambatan
rangsang nyeri baik secara
sentral maupun perifer.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. M
Ruang Rawat : IGD
DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Mengevaluasi perkembangan masalah klien.
berhubungan dengan keperawatan selama 1x2 jam dan tanda-tanda peradangan 2. Mencegah infeksi sekunderdan mempercepat
fraktur terbuka dan diharapkan resiko infeksi dapat lokal pada luka penyembuhan luka.
kerusakan jaringan diatasi dengan Krtiteria Hasil: 2. Lakukan perawatan pen steril 3. Leukositosis biasanya terjadi pada proses
lunak ditandai dengan dan perawatan luka sesuai infeksi, anemia dan peningkatan LED dapat
terdapat luka robek, 1. Tidak ada tanda dan gejala protocol terjadi pada osteomielitis.
panjang 10cm, fraktur infeksi 3. Analisa hasil pemeriksaan 4. Meminimalkan kontaminasi.
humerus dextra 2. Pengangkatan jahitan pasca laboratorium (Hitung darah 5. Antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat
( patah tulang bagian bedah ORIF/ OREF dapat lengkap, LED, Kultur dan digunakan secara profilaksis, mencegah atau
tangan kanan), luka dilakukan pada hari ke-10. sensitivitas luka/serum/tulang) mengatasi infeksi. Toksoid tetanus untuk mencegah
terbuka. 3. Jumlah leukosit normal 4. Ajarkan klien untuk infeksi tetanus.
mempertahankan sterilitas
insersi pen.
5. Kolaborasi pemberian
antibiotika dan toksoid tetanus
sesuai indikasi.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. M
Ruang Rawat : IGD
DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional
3. Resiko perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi tanda vital. Perhatikan 1. Ketidakadekuatan volume sirkulasi
tidak efektif berhubungan keperawatan selama 1x2 jam tanda-tanda pucat atau sianosis akan mempengaruhi sistim perfusi
dengan penurunan diharapkan gangguan perfusi umum, kulit dingin, perubahan jaringan.
sirkulasi darah ditandai jaringan dapat berkurang. 2. Dapat membendung sirkulasi bila
dengan TTV : TD = Kriteria hasil: mental terjadi edema.
100/70 mmHg, N = 1. Akral teraba hangat 2. Lepaskan perhiasan dari 3. Kembalinya warna harus cepat (3-5
84x/menit, RR: 22 2. Tanda-tanda vital ekstremitas yang sakit detik), warna kulit putih
x/menit, S = 36.3 oc, akral Tekanan darah: 120/80 3. Kaji aliran kapiler, warna kulit menunjukkan gangguan arterial,
klien teraba dingin, nadi mmHg, nadi: 60-80 dan kehangatan distal pada sianosis diduga adanya gangguan
teraba lemah, warna kulit kali/menit, respirasi 16-20 fraktur vena
pucat crt > 2 detik, Klien kali/ menit, suhu : 36 0C- 4. Awasi posisi atau lokasi cincin 4. Alat traksi dapat menyebabkan
tampak lemah. 37.5 0C. penyokong bebat. tekanan pada pembuluh darah atau
3. CRT < 2 detik. 5. Ambulasi sesegera mungkin. saraf, terutama pada aksila dan lipat
4. SpO2 tidak mengalami 6. Berikan kompres es di sekitar paha, mengakibatkan iskemia dan
penurunan bahkan fraktur sesuai indikasi kerusakan saraf permanen
mencapai 98-100%. 5. Meningkatkan sirkulasi dan
5. Nadi teraba kuat dan menurunkan pengumpulan darah,
teratur. khususnya pada ekstremitas bawah.
6. Menurunkan edema atau
pembentukan hematoma yang dapat
mengganggu sirkulasi.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. M
Ruang Rawat : IGD
DiagnosaKeperawatan Tujuan (KriteriaHasil) Intervensi Rasional
4. Ganguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan pelaksanaan 1. Memfokuskan perhatian,
kerusakan rangka keperawatan selama 1x2 jam aktivitas rekreasi terapeutik meningkatakan rasa kontrol diri/harga
neuromuskuler, nyeri, diharapkan mobilitas fisik dapat (radio, koran, kunjungan diri, membantu menurunkan isolasi
terapi restriktif diatasi. teman/keluarga) sesuai keadaan sosial.
(imobilisasi) ditandai Kriteria hasil: klien. 2. Meningkatkan sirkulasi darah
dengan Klien tampak 1. Pasien meningkat aktivitas 2. Bantu latihan rentang gerak muskuloskeletal, mempertahankan
selalu di bantu oleh fisik. pasif aktif pada ekstremitas tonus otot, mempertahakan gerak
keluarga dan perawat 2. Mengerti tujuan peningkatan yang sakit maupun yang sehat sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan
dalam melakukan mobilitas sesuai keadaan klien. mencegah reabsorbsi kalsium karena
aktivitas, Open fraktur 3. Berikan papan penyangga kaki, imobilisasi.
bagian tangan kanan gulungan trokanter/tangan 3. Mempertahankan posis fungsional
(open fraktur humerus sesuai indikasi atau lakukan ekstremitas.
dextra), Skala aktivitas 3, tindakan OREF. 4. Meningkatkan kemandirian klien
Tindakan fiksasi (bidai), 4. Bantu dan dorong perawatan dalam perawatan diri sesuai kondisi
Kekuatan otot ekstremitas diri (kebersihan/eliminasi) keterbatasan klien.
atas 1│5. sesuai keadaan klien. 5. Menurunkan insiden komplikasi kulit
5. Ubah posisi secara periodik dan pernapasan (dekubitus,
sesuai keadaan klien. atelektasis, penumonia)
6. Kolaborasi pelaksanaan 6. Mempertahankan hidrasi adekuat,
fisioterapi sesuai indikasi men-cegah komplikasi urinarius dan
7. Evaluasi kemampuan mobilisasi konstipasi.
klien dan program imobilisasi. 7. Kerjasama dengan fisioterapis perlu
untuk menyusun program aktivitas
fisik secara individual.
Menilai perkembangan masalah klien.
Diagnosa 2
Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan lunak ditandai dengan terdapat luka robek, panjang 10cm,
fraktur humerus dextra ( patah tulang bagian tangan kanan), luka terbuka.
Tanda tangan
Hari/Tanggal,
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
14 Desember 1. Mengobservasi tanda-tanda vital dan Jam 13.00 WIB
2020 tanda-tanda peradangan lokal pada luka Yohanes Gerry
3. Melakukan perawatan pen steril dan S : -
13. 00 WIB O:
perawatan luka sesuai protocol
4. Menganalisa hasil pemeriksaan 1. TD:100/70mmHg, N: 80x/menit, RR:
laboratorium (Hitung darah lengkap, LED, 20x/menit, S: 36oC
Kultur dan sensitivitas luka/serum/tulang) 2. Luka terbuka ditangan kanan
5. Mengajarkan klien untuk mempertahankan 3. Luka robek dengan panjang 10 cm
sterilitas insersi pen. 4. Dilakukan perawatan luka sesuai protocol
3
6. Berkolaborasi pemberian antibiotika dan 5. Hasil lab WBC 8,56 x10 /uL
toksoid tetanus sesuai indikasi. 6. Pemberian antibiotic cefotaxime 2x1 gr
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,dan 5
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa 3
Resiko perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah ditandai dengan TTV : TD = 100/70 mmHg, N = 84x/menit,
RR: 22 x/menit, S = 36.3 oc, akral klien teraba dingin, nadi teraba lemah, warna kulit pucat crt > 2 detik, Klien tampak lemah.
Tanda tangan
Hari/Tanggal,
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
14 Desember 1. Mengawasi tanda vital. Perhatikan tanda- Jam 13.00 WIB
2020 tanda pucat atau sianosis umum, kulit Yohanes Gerry
dingin, perubahan mental S:-
13.00 WIB
2. Melepaskan perhiasan dari ekstremitas O :
yang sakit 1. Warna kulit sudah tidak pucat
3. Mengkaji aliran kapiler, warna kulit dan 2. Perhiasan dan barang dilepas
kehangatan distal pada fraktur 3. Akral hangat
4. Mengawasi posisi atau lokasi cincin 4. Dikompres dingin
penyokong bebat. A : Masalah sebagian teratasi
5. Mengambulasi sesegera mungkin. P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,dan 5
6. Meberikan kompres es di sekitar fraktur
sesumai indikasi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa 4
Ganguan mobilitas fisik kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi) ditandai dengan Klien tampak selalu di bantu
oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas, Open fraktur bagian tangan kanan (open fraktur humerus dextra), Skala aktivitas 3,
Tindakan fiksasi (bidai), Kekuatan otot ekstremitas atas 1│5.
Tanda tangan
Hari/Tanggal,
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
14 Desember 1. Mempertahankan pelaksanaan aktivitas Jam 13.00 WIB
2020 rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan Yohanes Gerry
teman/keluarga) sesuai keadaan klien. S : Klien mengatakan aktivitas klien dibantu oleh
13.00 WIB
2. Membantu latihan rentang gerak pasif aktif keluarganya.
pada ekstremitas yang sakit maupun yang
sehat sesuai keadaan klien. O:
3. Memberikan papan penyangga kaki, 1. Membantu pasien melakukan rentan gerak
gulungan trokanter/tangan sesuai indikasi pasie aktif pada ekstremitas yang sakit
atau rencanakan OREF Open Reduction 2. Dilakukan pembidaian pada tangan yan patah
Eksternal Fixation (luar). atau lakukan tindakan OREF Open Reduction
4. Membantu dan dorong perawatan diri Eksternal Fixation (luar).
(kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien. 3. Mendorong klien untuk merawat diri
5. Mengubah posisi secara periodik sesuai 4. Mengubah posisi klien secara periodic
keadaan klien. 5. Melakukan fisioterapi secara bertahap
6. Berkolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai A : Masalah sebagian teratasi
indikasi P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,dan 5
7. Mengevaluasi kemampuan mobilisasi klien
dan program imobilisasi.
DAFTAR PUSTAKA