Modul Praktikum Kimia Dasar
Modul Praktikum Kimia Dasar
KIMIA DASAR
oleh:
TIM PENGAMPU MATA KULIAH KIMIA DASAR
1. Mahasiswa yang boleh mengikuti praktikum Kimia Dasar adalah mahasiswa yang telah
mengambil atau sedang menempuh mata kuliah Kimia Dasar serta telah mengisi KRS
untuk mata kuliah Praktikum Kimia Dasar.
2. Setiap peserta harus hadir tepat waktu pada waktu yang telah ditentukan. Apabila
peserta terlambat 15 menit dari waktu yang ditentukan, maka tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.
3. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai jas praktikum yang bersih dan
dikancingkan dengan rapi dan memakai sepatu tertutup.
4. Setiap peserta wajib memiliki buku catatan/jurnal praktikum sesuai dengan format
yang sudah ditentukan oleh dosen/pemimpin praktikum.
5. Setiap peserta harus memeriksa alat praktikum sebelum dan sesudah praktikum
kemudian mengembalikan alat yang telah dipakai dalam keadaan bersih dan kering.
Botol bahan kimia yang telah selesai digunakan harus ditutup rapat dan dikembalikan
ke tempat semula. Tutup botol harus sesuai. Peserta/kelompok praktikum yang
memecahkan alat gelas wajib mengganti.
6. Peserta praktikum dilarang makan dan minum di dalam laboratorium/ruang praktikum.
7. Setiap peserta harus menjaga kebersihan laboratorium, bekerja dengan tertib, tenang
dan teratur. Selama praktikum, peserta harus bersikap sopan.
8. Setiap peserta harus mematuhi budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan
memakai APD (Alat Pelindung Diri) yang diperlukan dan membuang limbah
praktikum sesuai dengan kategorinya.
9. Apabila peserta praktikum melanggar hal yang telah diatur di atas, maka peserta akan
dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan melanjutkan praktikum pada
hari itu.
10. Hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran praktikum akan
diatur kemudian.
2
DAFTAR ISI
Percobaan 3 : Termokimia................................................................................ 17
3
PENGENALAN LABORATORIUM KIMIA DASAR
A. Aturan Umum
Praktikum Kimia Dasar dimulai tepat pukul 07.00 (sesi pagi) atau pukul 13.00 (sesi
siang) di laboratorium Kimia Dasar Gedung B Politeknik STMI Jakarta.
- Praktikan dipersilakan masuk laboratorium dengan tertib, tidak memakai sandal,
memakai sepatu tertutup, tidak memakai kaos oblong, dan memakai jas
laboratorium.
- Praktikan menandatangani daftar hadir yang telah disediakan.
- Setiap praktikan mempunyai buku catatan praktikum (jurnal) sendiri. Buku catatan
disimpan di atas meja kerja tetapi aman, tidak tersiram zat.
- Setiap percobaan terdiri dari: judul percobaan, tujuan, teori dasar (1/2 halaman),
alat dan bahan, cara kerja, data pengamatan dan perhitungan, serta diskusi.
4
- Buret, sama seperti pipet berukuran. Karena buret mempunyai kran untuk mengatur
keluarnya cairan, kita tidak perlu membaca setiap waktu. Alat ini digunakan untuk
melakukan titrasi.
- Tabung reaksi (test tube), digunakan untuk melakukan reaksi kimia dalam jumlah
sedikit.
- Kaca arloji (watch glass), digunakan untuk reaksi atau penguapan sederhana atau
untuk melakukan penimbangan.
- Corong (funnel), terbuat dari kaca atau porselen, digunakan untuk menyaring secara
gravitasi, ada corong tangkai panjang dan pendek.
- Corong buchner, digunakan untuk penyaringan cepat dengan cara penyedotan
melalui penghisap vakum.
- Corong pisah (separating funnel), digunakan untuk memisahkan dua lapisan cairan
atau lebih dengan prinsip ekstraksi.
- Cawan penguapan (evaporating dish), digunakan untuk menguapkan larutan.
- Cawan krus (crucible), digunakan untuk menguapkan dilanjutkan dengan pemijaran
zat padatnya.
- Spatula, terbuat dari baja atau gelas, digunakan untuk mengambil zat padat.
- Batang pengaduk, terbuat dari kaca, digunakan untuk mengaduk larutan.
- Hotplate, menggunakan listrik, digunakan untuk memanaskan larutan.
- Bola hisap (rubber bulb), digunakan untuk menghisap larutan ke dalam pipet.
5
PERCOBAAN I
LARUTAN ASAM – BASA
I. TUJUAN
1. Mempelajari sifat indikator asam – basa
2. Menentukan trayek pH dari indikator asam – basa
3. Mempelajari proses difusi gas dengan percobaan asam – basa
Suatu larutan dapat digolongkan menjadi asam, basa, atau netral. Untuk
mengidentifikasi suatu larutan bersifat asam, basa, atau netral dapat digunakan
indikator asam basa. Indikator asam basa adalah suatu zat kimia yang memiliki
warna yang berbeda jika dimasukkan dalam larutan asam dan basa. Batas-batas
ketika indikator mengalami perubahan warna disebut trayek perubahan warna, trayek
pH, atau trayek indikator. Contoh indikator asam basa adalah kertas lakmus. Kertas
lakmus ada dua macam yaitu kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Kertas
lakmus merah akan berubah menjadi biru pada suasana basa, demikian pula
sebaliknya.
Berdasarkan kekuatan ionisasinya, dikenal istilah asam-basa kuat dan lemah. Asam
kuat di dalam air akan terurai secara sempurna menjadi ion-ionnya. Tidak demikian
halnya dengan asam lemah, hanya sebagian kecil molekulnya yang terionisasi. Basa
kuat adalah basa yang dalam pelarut air menghasilkan ion hidroksida secara
sempurna, demikian sebaliknya untuk basa lemah. Jadi kekuatan asam basa
ditentukan oleh sejauh mana ionisasinya dalam air, secara total atau sebagian.
Derajat kekuatan asam atau keasaman dapat ditentukan dengan indikator universal
maupun dengan alat pH-meter. Derajat keasaman menggambarkan hubungan antara
jumlah ion hidrogen (H+) dan diekspresikan dalam rumus:
pH = - log [H+]
Pada suhu kamar larutan asam memiliki pH kurang dari 7 (tujuh), larutan basa pH-
nya lebih dari 7 (tujuh), sedangkan larutan netral mempunyai pH tepat sama dengan
7 (tujuh).
6
B. Difusi Gas
Difusi gas adalah peristiwa berpindahnya suatu zat gas dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi
yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi
hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan
kesetimbangan saat perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan
konsentrasi. Contoh adalah pewangi ruangan yang berdifusi dalam udara dari satu
tempat ke seluruh bagian ruangan. Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi
molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer)
molekul yang diam dari solid atau fluida. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kecepatan difusi, yaitu:
1. ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak,
sehinggak kecepatan difusi semakin tinggi.
2. luas area difusi
Semakin besar luas area difusi, semakin cepat kecepatan difusinya.
3. jarak
Semakin besar jarak antara dua konsentrasi yang berbeda, semakin lambat
kecepatan difusinya.
4. suhu
Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak lebih cepat
maka semakin cepat pula kecepatan difusinya.
5. ketebalan membran
Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
Hukum difusi (efusi) Graham menyatakan bahwa gas dengan kerapatan tinggi akan
berdifusi lebih lambat daripada gas berkerapatan rendah. Dalam persamaan: “laju
difusi gas berbanding terbalik dengan akar kuadrat dari massa molekulnya“.
B. Bahan
1. mahkota bunga
2. Aquabides
3. Etanol 95%
4. larutan standar pH 1, 3, 5, 7, 9, 11, dan 13
5. indikator fenolftalein (pp), metil merah (mm), atau metil jingga (mo)
6. indikator universal
7. amonia, NH3 0,1 M
8. NaOH 0,1 M
9. asam cuka, CH3COOH 0,1 M
10. asam klorida, HCl 0,1 M
11. plastik bening
7
IV. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan indikator asam-basa
1. Dengan tangan atau alat potong, potong kecil-kecil mahkota bunga dari spesies
yang sama, masukkan ke dalam gelas kimia 50 ml.
2. Tambahkan etanol sebanyak kurang lebih 10 ml kemudian aduk dengan batang
pengaduk hingga mahkota bunga menjadi layu pertanda zat warna telah
terekstrak.
3. Cucilah pelat keramik dengan air hingga bersih.
4. Ke dalam lubang-lubang pelat keramik yang berbeda masukkan masing-masing 2-
3 tetes larutan standar pH 1, 3, 5, 7, 9, 11, dan 13 secara berurutan.
5. Tambahkan 2-3 tetes ekstrak mahkota bunga ke dalam tiap-tiap lubang yang telah
diberi larutan standar.
6. Catat perubahan warna pada tiap lubang.
C. Difusi gas
1. Tuangkan akuabides atau aqua dm ke dalam gelas kimia 50 ml.
8
8. Teteskan masing-masing 10 (sepuluh) tetes larutan NaOH 0,1 M ke dalam lubang
C12.
9. Dengan plastik bening, bungkus pelat mikro perlahan-lahan. Jaga agar tidak ada
cairan yang tertumpah.
10. Amati setelah terjadi perubahan warna cairan pada tiap lubang, kira-kira setelah
10 menit. Catat perubahan warna pada bagian pengamatan.
C. Difusi gas
warna larutan dan indikator setelah terjadi difusi gas:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A
B
C
VI. DISKUSI
1. Apa ciri khas dari indikator asam – basa?
2. Apa yang dimaksud dengan trayek pH indikator asam – basa?
3. Bagaimana menentukan trayek pH indikator asam – basa?
4. Berdasarkan percobaan yang telah Anda lakukan, berapa trayek pH dari indikator
alami?
5. Berdasarkan percobaan yang telah Anda lakukan, berapa trayek pH dari indikator
sintetik?
6. Apa perbedaan antara difusi dan efusi?
9
7. Bagaimana menentukan terjadinya difusi gas dari percobaan yang telah Anda
lakukan?
8. Di antara kedua asam, manakah yang lebih cepat berdifusi? Mengapa?
9. Di antara kedua basa, manakah yang lebih cepat berdifusi? Mengapa?
5.
10
PERCOBAAN 2
TITRASI ASIDI – ALKALIMETRI
I. TUJUAN
1. Membuat larutan standar NaOH
2. Menentukan konsentrasi larutan NaOH
3. Menentukan konsentrasi larutan asam klorida
4. Menentukan konsentrasi larutan asam asetat
B. Larutan Standar/Baku
Larutan standar adalah larutan yang mengandung suatu zat dengan berat ekivalen
tertentu dalam volume tertentu; dengan kata lain konsentrasinya telah diketahui
dengan tepat. Konsentrasi larutan standar dapat dinyatakan dalam molar (M) atau
normal (N). Larutan dengan konsentrasi satu normal (1 N) adalah larutan yang
mengandung 1 grek (gram ekivalen) suatu zat tertentu dalam volume 1 liter.
Larutan standar primer merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara
pasti melalui pembuatan langsung. Larutan standar primer berfungsi untuk
11
menstandardisasi atau membakukan atau memastikan konsentrasi larutan tertentu,
yaitu larutan yang konsentrasinya belum diketahui secara pasti (larutan standar
sekunder). Larutan standar sekunder biasanya ditempatkan pada buret yang
kemudian ditambahkan ke dalam larutan standar primer. Proses penambahan larutan
standar ke dalam larutan yang akan ditentukan sampai terjadi reaksi sempurna
disebut titrasi. Saat reaksi terjadi secara sempurna atau jumlah ekivalen asam sama
dengan ekivalen basa, disebut titik ekivalen. Sedangkan saat indikator mengalami
perubahan warna atau timbul endapan disebut titik akhir titrasi. Untuk itu pada
proses titrasi perlu ditambahkan indikator ke dalam larutan standar primer untuk
mengetahui perubahan warna sebagai indikasi bahwa titik ekivalen titrasi telah
tercapai.
Larutan standar primer adalah larutan standar yang terbuat dari zat padat yang
kemurniannya tinggi, contoh: Na2CO3, Na2C2O4.2H2O, K2Cr2O7, dan Na2B4O7.10
H2O. Zat yang dijadikan larutan standar primer harus memenuhi syarat berikut:
1. kemurniannya tinggi,
2. padatannya bersifat stabil (tidak mudah menyerap H2O atau CO2, tidak bereaksi
dengan udara, tidak mudah menguap, tidak terurai, dan massanya tidak berubah
saat pengeringan)
3. memiliki massa molekul relatif, Mr yang tinggi, dan
4. larutannya bersifat stabil.
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang terbuat dari zat padat yang
kemurniannya rendah. Konsentrasi larutan sekunder ditentukan dengan membakukan
larutan tersebut dengan larutan standar primer. Contoh larutan standar sekunder:
NaOH, Ba(OH)2, KMnO4, Na2S2O3, dsb.
C. Pembuatan Larutan
1. pembuatan larutan dari padatan/kristal (misalnya NaOH): padatan ditimbang
kemudian dilarutkan dengan akuades atau aqua dm hingga volume tertentu
menggunakan persamaan di bawah.
m 1000
M
Mr V
keterangan:
M = konsentrasi larutan, Molar
m = massa padatan, gram
Mr = massa molekul relatif, gram/mol
V = volume larutan, ml
2. pembuatan larutan dari larutan pekat (misalnya H2SO4): larutan pekat diketahui
konsentrasinya dalam satuan persen berat, konsentrasi dalam molar dihitung
dengan persamaan di bawah.
% 10
M
Mr
keterangan:
M = konsentrasi larutan, Molar
% = konsentrasi dalam persen berat, %
ρ = berat jenis, gram/ml
Mr = massa molekul relatif, gram/mol
12
Selanjutnya, larutan pekat diencerkan dengan menambahkan akuades atau aqua
dm hingga volume tertentu menggunakan persamaan di bawah.
M1V1 = M2V2
keterangan:
V1 = volume larutan yang akan diencerkan
M1 = konsentrasi larutan yang akan diencerkan
V2 = volume larutan hasil pengenceran
M2 = konsentrasi larutan hasil pengenceran
B. Bahan
1. larutan standar primer H2C2O4.2H2O
2. padatan NaOH
3. larutan HCl protitrasi
4. larutan asam asetat komersial
5. indikator fenolftalein (pp)
6. indikator metil merah
7. aqua dm
13
C. Standardisasi Larutan NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
1. Dengan menggunakan corong, tuangkan larutan NaOH dari gelas kimia 100 ml ke
dalam buret. Pastikan tidak ada gelembung udara dari ujung atas hingga ujung
bawah buret. Catat skala awal.
2. Dengan menggunakan pipet volumetrik, pindahkan masing-masing 25 ml larutan
standar primer asam oksalat ke dalam dua buah labu erlenmeyer. Teteskan 2 – 3
tetes indikator pp.
3. Titrasi larutan asam oksalat dengan larutan NaOH. Catat skala akhir buret saat
terjadi perubahan warna yang stabil.
4. Lakukan duplo.
14
B. Penentuan Konsentrasi Asam Klorida Protitrasi
Volume asam :
Titrasi I Titrasi II
Skala awal buret : Skala awal buret :
Skala akhir buret : Skala akhir buret :
Volume basa 1 : Volume basa 2 :
D. Perhitungan
1. Standardisasi Larutan NaOH
Persamaan reaksi: H2C2O4 + 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O
Saat titik ekivalen tercapai (yang didekati dengan titik akhir) berlaku persamaan:
mol ekivalen asam = mol ekivalen basa
M1V1e1 = M2V2e2
keterangan :
M1 = konsentrasi asam
V1 = volume asam
e1 = ekivalen asam
M2 = konsentrasi basa
V2 = volume basa rata-rata
e2 = ekivalen basa
M Ve
M2 1 1 1
maka konsentrasi NaOH, V2 e2 = …
Saat titik ekivalen tercapai (yang didekati dengan titik akhir) berlaku persamaan:
mol ekivalen asam = mol ekivalen basa
M1V1e1 = M2V2e2
M2 V2 e2
M1
konsentrasi HCl yang dititrasi, V1e1 = …
15
Persamaan reaksi: CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
Saat titik ekivalen tercapai (yang didekati dengan titik akhir) berlaku persamaan:
mol ekivalen asam = mol ekivalen basa
M1V1e1 = M2V2e2
M2 V2 e2
M1
konsentrasi asam asetat yang dititrasi, V1e1 = …
VI. DISKUSI
1. Cara-cara apa saja yang perlu dilakukan untuk memperkecil kesalahan titrasi
(membuat titik ekivalen tidak jauh dengan titik akhir titrasi?
2. Dari konsentrasi NaOH dan HCl protitrasi di atas, tentukan pH dari masing-
masing larutan. Ingat bahwa keduanya merupakan basa kuat dan asam kuat.
3. Dari konsentrasi asam asetat komersial di atas, tentukan pH-nya. Ingat bahwa
asam asetat merupakan asam lemah.
16
PERCOBAAN 3
TERMOKIMIA
I. TUJUAN
1. Menentukan tetapan kalorimeter
2. Menentukan kalor penetralan antara basa kuat dan asam kuat
3. Menentukan kalor penetralan antara basa kuat dan asam lemah
Perubahan energi yang terjadi bersifat kekal, artinya tidak ada energi yang hilang
selama reaksi berlangsung melainkan berubah bentuk dari satu bentuk energi ke
bentuk energi yang lain. Adanya hukum kekekalan energi ini ditunjukan oleh selisih
penyerapan dan pelepasan energi yang disebut sebagai energi dalam. Jika pada suatu
sistem diberikan sejumlah energi dalam bentuk kalor (q), maka sistem akan
melakukan kerja (w) sebesar w = P × ΔV. Setelah melakukan kerja sistem masih
menyimpan sejumlah energi yang disebut sebagai energi dalam (U). Dalam bentuk
persamaan, ΔU = q + w.
Dalam percobaan akan ditentukan kalor reaksi yang menyertai suatu reaksi kimia
pada tekanan tetap (qP). Perubahan kalor yang terjadi pada tekanan tetap disebut
perubahan entalpi (ΔH). Karena sistem yang diukur hanya melibatkan zat padat dan
zat cair yang perubahan volumenya kecil (ΔV→0) maka besaran kerja yang
dilakukan sistem dapat diabaikan (w = P × ΔV = 0). Dengan demikian ΔU = ΔH.
Besarnya kalor yang terlibat dalam reaksi kimia dapat diukur dengan alat yang
disebut kalorimeter. Besarnya kalor yang diserap oleh kalorimeter untuk menaikkan
suhu kalorimeter sebesar satu derajat dinamakan tetapan kalorimeter dengan
satuan J/K.
B. Bahan
1. aqua dm
2. larutan NaOH 0,1 M
3. larutan HCl 0,1 M
4. larutan asam asetat 0,1 M
17
IV. PROSEDUR KERJA
A. Penentuan Tetapan Kalorimeter
1. Dengan menggunakan gelas ukur 100 ml, masukkan 50 ml aqua dm ke dalam
kalorimeter. Catat suhunya.
2. Dengan menggunakan gelas ukur 100 ml, masukkan 50 ml aqua dm ke dalam
gelas kimia 100 ml. Panaskan di atas hotplate hingga suhu air kira-kira 35C.
3. Turunkan gelas kimia dari hotplate dan catat suhu stabilnya.
4. Masukkan air panas ke dalam kalorimeter. Aduk campuran beberapa saat. Catat
suhunya mengikuti tabel pada bagian pengamatan.
t (menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
T (C)
keterangan:
m = massa air, gunakan ρ air = 1 g/ml
c = kalor jenis air = 4,2 J/gC = 4,2 J/gK
ΔTa = perubahan suhu air panas = T2 – T3
ΔTb = perubahan suhu air dingin = T2 – T1
ΔTc = perubahan suhu kalorimeter = ΔTb
k = tetapan kalorimeter
18
B. Penentuan Kalor Penetralan Basa Kuat – Asam Kuat
T basa (T1) =
T asam (T2) =
T rata-rata (T3) =
t (menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
T (C)
q1 = m × c × ΔTa + k × ΔTb
keterangan:
m = massa larutan, gunakan ρ larutan = 1,005 g/ml
c = kalor jenis larutan = 4,205 J/gC = 4,205 J/gK
ΔTa = perubahan suhu larutan = T4 – T3
ΔTb = perubahan suhu kalorimeter = ΔTa
k = tetapan kalorimeter
3. Hitung q1 dalam J.
4. Hitung ΔH reaksi penetralan dengan cara, ΔH = –q1/mol NaCl produk.
T basa (T1) =
T asam (T2) =
T rata-rata (T3) =
t (menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
T (C)
q2 = m × c × ΔTa + k × ΔTb
keterangan:
m = massa larutan, gunakan ρ larutan = 1,005 g/ml
c = kalor jenis larutan = 4,205 J/gC = 4,205 J/gK
ΔTa = perubahan suhu larutan = T4 – T3
ΔTb = perubahan suhu kalorimeter = ΔTa
k = tetapan kalorimeter
3. Hitung q2 dalam J.
4. Hitung ΔH reaksi penetralan dengan cara, ΔH = –q2/mol CH3COONa produk.
19
VI. DISKUSI
1. Jika diketahui tetapan kalorimeter sebesar 20 J/K, apa artinya?
2. Kalor jenis air sebesar 4,2 J/gK. Apa artinya?
3. Berapa nilai entalpi penetralan asam kuat – basa kuat hasil perhitungan? Apa
artinya?
4. Bandingkan nilai entalpi kedua reaksi. Mengapa salah satu nilai lebih besar dari
lainnya?
20
PERCOBAAN 4
KINETIKA KIMIA
I. TUJUAN
1. Menentukan pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi
2. Menentukan pengaruh temperatur terhadap laju reaksi
3. Menentukan pengaruh katalis terhadap laju reaksi
4. Menentukan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
21
Arrhenius yang khas untuk tiap reaksi (faktor frekuensi) dan Ea adalah energi
aktivasi.
4. katalis
Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk mempercepat
jalannya reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan kemudian terbentuk
kembali sebagai zat bebas.
B. Bahan
1. Na2S2O3 0,05 M
2. K2S2O8 0,1 M
3. KI 0,1 M
4. Larutan kanji 1%
5. Aqua dm
6. H2O2 1%
7. Kentang
22
B. Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi
Percobaan berikut didasarkan atas reaksi 2Fe3+ + 2S2O32– → 2Fe2+ + S4O62–
1. Dengan gelas ukur masukkan 2 ml larutan Fe3+ ke dalam tabung reaksi. Ukur
temperaturnya.
2. Dengan gelas ukur masukkan 2 ml larutan S2O32– ke dalam tabung reaksi lain.
3. Campurkan kedua larutan dengan segera. Catat waktu yang diperlukan hingga
terjadi perubahan warna.
4. Dengan gelas ukur masukkan larutan Fe3+ ke dalam tabung reaksi.
5. Dengan gelas ukur masukkan larutan S2O32– ke dalam tabung reaksi lain.
6. Panaskan dengan hotplate ±100 ml air keran di dalam gelas kimia 250 ml untuk
membuat penangas air.
7. Masukkan kedua tabung reaksi ke dalam penangas air tersebut. Tunggu hingga
suhu menjadi ±40C. Catat suhu saat penangas air diturunkan dari hotplate.
8. Campurkan kedua larutan dengan segera. Catat waktu yang diperlukan hingga
terjadi perubahan warna.
23
keterangan:
M1 = konsentrasi sebelum pengenceran = 0,1 M
V1 = volume sebelum pengenceran (sesuai tabel)
M2 = konsentrasi setelah pengenceran
V2 = volume setelah pengenceran = 50 ml
VI. DISKUSI
1. Berdasarkan percobaan di atas, bagaimana pengaruh konsentrasi K2S2O8 dan KI
terhadap laju reaksi?
2. Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi?
3. Bagaimana pengaruh katalis terhadap laju reaksi? (Kentang mengandung enzim
katalase.)
4. Bagaimana pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi?
24