Anda di halaman 1dari 14

Carlos Edoardo Sagala

1851056

1. Preparing instrumens in ETT insertion (beserta gambar alat – alatnya)


2. Applying O2 therapy: (beserta contoh gambar dan penjelasannya)
a. With oxygen canula
b. With simple mask
c. With rebreathing mask
d. With non-rebreathing mask
e. Mask venture mask
3. Interpreting Cardiac Dysrythmias (beserta contoh gambaran EKG dan penjelasannya)
a. Sinus tachycardia
b. Sinus Bradycardia
c. Premature Atrial Contraction
d. Paroxysmal Atrial Tachycardia
e. Atrial Flutter
f. Atrial Fibrilation
g. Premature Ventricular Contraction
h. Ventricular Bigeminy
i. Ventricular Tachycardia
j. Ventricular Fibrillation
k. First Degree A V Block
l. Second-degree AV block
m. Third-degree A V block
1. PROSEDUR PEMASANGAN ENDOTRACHEAL TUBE

PROSEDUR PEMASANGAN INTUBASI ENDOTRACHEAL TUBE


I.PENGERTIAN
Adalah suatu tindakan memasukan pipa khusus ke dalam saluran pernafasan melalui Trachea.

II.TUJUAN
Untuk menegakkan patensi jalan napas
Indikasi
1. Kebutuhan akan ventilasi mekanik
2. Kebutuhan akan hiegine pulmoner
3. Kumungkinan aspirasi
4. Kemungkinan obstruksi jalan napas bagian atas
5. Pemberian anastesi
III.KONTRAINDIKASI
Tidak ada kontraindikasi yang absolut ; namun demikian edema jalan napas bagian atas yang
buruk / fraktur dari wajah dan leher dapat memungkinkan dilakukannya intubasi.
IV.KOMPLIKASI
1. Memar, laserasi, dan abrasi
2. Perdarahn hidung (dengan intubasi nasotrakeal)
3. Obstruksi jalan napas (herniasi manset, tube kaku)
4. Sinusitis (dengan nasotrakeal tube)
5. Ruptur trakeal
6. Fistula trakeoesofageal.
7. Muntah dengan aspirasi, gigi copot atau rusak
8. Distrimia jantung.
V.PERSIAPAN ALAT
1. Endotrakeal (ET) tube dalam berbagai ukuran.
2. Stylet (sejenis kawat yangdimasukkan kedalam
kateter atau kanula dan menjaga kanula tersebut
agar tetap kaku/tegak)
3. Laringoskop, bengkok dan berujung lurus.
4. Forsep macgill ( hanya untuk intubasi nasotrakeal )
5. Jelli
6. Spuit 10 cc
7. Jalan napas orofaringeal
8. Resusitasi bag dengan adafter dan masker yang dihubungkan dengan tabung oksigen
dan flowmeter.
9. Peralatan penghisap lendir
10. Kanul penghisap dengan sarung tangan.
11. Ujung penghisap tonsil Yankauer.
12. Plester 1 cm.
13. Ventilator atau set oksigen.
14. Restrain.
15. Mesin monitor jantung/ EKG.
16. Stetoscope
17. Ambubag / Bag valf mask /Bagging
18. Alat resusitasi jantung paru
VI.PROSEDUR
1.
Ingatkan
ahli
terapi

pernapasan, dan siapkan alat


ventilator atau set oksigen seperti yang
dianjurkan oleh dokter.
2. Jelaskan prosedur pada pasien, jika mungkin.
Pasang restrain jika diperlukan.
3. Yakinkan bahwa pasien mendapat terapi intravena yang stabil.
4. Tempatkan peralatan henti jantung disi tempat tidur.
5. Periksa untuk meyakinkan bahwa peralatan penghisap (suction) dan ambubag sudah
tersedia dan berfungsi dengan baik, hubungkan ujung penghisap Yankauer dan
sumbernya.
6. Jika pasien tidak dalam monitor jantung, hubungkan pada monitor atau EKG.
7. Pidahkan alas kepala dan tempatka pasien sedekat mungkin dengan bagian atas tempat
tidur. Pasien harus dalam posisi sniffing, leher dalam keadaan fleksi dengan kepala
ekstensi. Hal ini dapat dicapai dengan menempatkan 2-4 inchi alas kepala di leher
belakang bagian bawah.
8. Siapkan ET tube, dan kembangkan manset/balonnya untuk mengetahui adanya
kebocoran dan pengembangan yang simetris.
9. Basahi ujung distal dari ET tube dengan jeli anestetik.
10. Masukkan stylet ke dalam tube, yakinkan untuk tidak menonjol keluar dari ujung ET
tube.
11. Persiapkan untuk memberikan obat-obatan intravena (suksinil-kholin atau diazepam).
12. Pegang ET tube dengan bagian probe dan stylet pada tempatnya, laringoskop , jalan
napas orofaringeal ke arah dokter.
13. Setelah ET tube pada tempatnya, kembangkan manset dengan isi yang minimal sebagai
berikut : Selama inspirasi (bag resusitasi manual / ventilator), masukan dengan perlahan
udara ke garis manset. Tahan manset yang sudah dikembangkan selama siklus ekspirasi
–> Ulangi dengan perlahan pengembangan manset selama siklus inspirasi tambahan –>
Akhiri mengembangkan manset bila kebocoran sudah terhenti.
14. Lakukan penghisapan dan ventilasi.
15. Untuk memeriksa posisi ET tube, ventilasi dengan bag dan lakukan auskultasi bunyi
napas. Observasi penyimpangan bilateral dada.
16. Fiksasi ETT pada tempatnya dengan langkah sebagai berikut: Bagi pasien dengan
intubasi oral yang bergigi lengmanset, ( jika jalan napas oral-faringeal yang digunakan,
ini harus dipendekkan sehinggga tidak masuk kedalam faring posterior) –> Bagi dua
lembar plester, sebuah dengan panjang hampir 20-24 cm dan yang lain sekitar 14-16 cm
(cukup untuk mengelilingi kepala pasien dan melingkari sekitar ETT beberapa waktu) –>
Letakkkan plester dengan panjang 20-24 cm pada daerah yang rata, tegakkan sisinya
keatas, dan balikkan kearah plester dengan panjang 14-16 cm –> Oleskan kapur harus
pada daerah sekitar mulut –> Tempatkan plester disamping leher pasien — > Letakkan
satu ujung plester menyilang diatas bibir, kemudian ujungnya mengitari ETT pada titik
kearah mulut –> Letakkan ujung yang lain dibawah bibir bawah menyilang dagu,
kemudian ujungnya mengitari ETT pada titik masuk ke mulut –> Lakukan auskultasi dada
bilateral.
VII.TINDAK LANJUT
1. Pastikan bahwa ETT telah terfiksasi dengan baik dan pasien mendapatkan ventilasi yang
adekuat.
2. Kaji sumber oksigen atau ventilator.
3. Instruksikan untuk melakukan rontgen dada portable untuk memeriksa letak ETT
4. Yakinkan dan beri srasa nyaman pasien.
VIII.SUMBER
MANCINI, Mary E. Pedoman praktis prosedur keperawatan darurat = Pocket manual of
emergency
nursing procedures / Mary E. Mancini R. N.

2. Applying O2 therapy: (beserta contoh gambar dan penjelasannya)

a. Nasal Kanula

Nasal kanul dan nasal kateter merupakan alat terapi oksigen (O2) dengan sistem arus
rendah yang digunakan secara luas. Nasal kanul terdiri dari sepasang tube dengan
panjang + dua cm yang dipasangkan pada lubang hidung pasien dan tube dihubungkan
secara langsung menuju oxygen flow meter. Alat ini dapat menjadi alternatif bila tidak
terdapat sungkup muka, terutama bagi pasien yang membutuhkan konsentrasi oksigen
(O2) rendah oleh karena tergolong sebagai alat yang sederhana, murah dan mudah
dalam pemakaiannya. Nasal kanul arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring
dengan aliran 1-6 liter/ menit dengan fraksi oksigen (O2) (Fi-O2) 18 antara 24-44%.
Aliran yang lebih tinggi tidak meningkatkan fraksi oksigen (O2) (FiO2) secara bermakna
diatas 44% dan dapat mengakibatkan mukosa membran menjadi kering. Adapun
keuntungan dari nasal kanul yaitu pemberian oksigen (O2) yang stabil serta
pemasangannya mudah dan nyaman oleh karena pasien masih dapat makan, minum,
bergerak dan berbicara. Walaupun nasal kanul nyaman digunakan tetapi pemasangan
nasal kanul dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada mukosa hidung, mudah lepas,
tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen (O2) lebih dari 44% dan tidak dapat
digunakan pada pasien dengan obstruksi nasal.3,4,9 Nasal kateter mirip dengan nasal
kanul di mana sama-sama memi-liki sifat yang sederhana, murah dan mudah dalam
pemakaiannya serta tersedia dalam berbagai ukuran sesuai dengan usia dan jenis
kelamin pasien. Untuk pasien anak-anak digunakan kateter nomor 8-10 F, untuk wanita
digunakan kateter nomor 10-12 F dan untuk pria digunakan kateter nomor 12-14 F.
Fraksi oksigen (O2) (FiO2) yang dihasilkan sama dengan nasal kanul.

b. Simple mask
Sungkup muka tanpa kantong penampung merupakan alat terapi oksigen (O2) yang
terbuat dari bahan plastik di mana penggunaannya dilakukan dengan cara diikatkan
pada wajah pasien deGambar 2.1. Nasal Kanul Gambar 2.2. Nasal Kateter 19 ngan ikat
kepala elastis yang berfungsi untuk menutupi hidung dan mulut. Tubuh sungkup
berfungsi sebagai penampung untuk oksi-gen (O2) dan karbon dioksida (CO2) hasil
ekspirasi. Alat ini mam-pu menyediakan fraksi oksigen (O2) (FiO2) sekitar 40-60%
dengan aliran sekitar 5-10 liter/ menit. Pada penggunaan alat ini, direkomendasikan
agar aliran oksigen (O2) dapat tetap dipertahankan sekitar 5 liter/ menit atau lebih yang
bertujuan untuk mencegah karbon dioksida (CO2) yang telah dikeluarkan dan tertahan
pada sungkup untuk terhirup kembali. Adapun keuntungan dari penggunaan sungkup
muka tanpa kantong penampung adalah alat ini mampu memberikan fraksi oksigen (O2)
(FiO2) yang lebih tinggi daripada nasal kanul ataupun nasal kateter dan sistem
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang besar sedangkan
kerugian dari alat ini yaitu tidak dapat memberikan fraksi oksigen (O2) (FiO2) kurang
dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan kar bon dioksida (CO2) jika aliran oksigen
(O2) rendah dan oleh karena penggunaannya menutupi mulut, pasien seringkali
kesulitan untuk makan dan minum serta suara pasien akan teredam. Sungkup muka
tanpa kantong penampung paling cocok untuk pasien yang membutuhkan fraksi oksigen
(O2) (FiO2) yang lebih tinggi daripada nasal kanul ataupun nasal kateter dalam jangka
waktu yang singkat, seperti terapi oksigen (O2) pada unit perawatan pasca anestesi.
Sungkup muka tanpa kantong penampung sebaiknya juga tidak diguna kan pada pasien
yang tidak mampu untuk melindungi jalan napas mereka dari resiko aspirasi.

c. Rebreathing mask & non-rebreathing


arah antara sungkup dan kantong penampung sehingga pasien hanya dapat menghirup
udara yang terdapat pada kantong penam-pung dan menghembuskannya melalui katup
terpisah yang terletak pada sisi tubuh sungkup.5 Sungkup muka dengan kantong
penam-pung .Sungkup Muka Partial Rebreathing Gambar 2.5. Sungkup Muka
Nonrebreathing 21 dapat mengantarkan oksigen (O2) sebanyak 10-15 liter/ menit
dengan fraksi oksigen (O2) (FiO2) sebesar 80-85% pada sungkup muka partial
rebreathing bahkan hingga 100% pada sungkup muka nonrebreathing. 5,9 Kedua jenis
sungkup muka ini sangat dianjurkan penggunaannya pada pasien-pasien yang
membutuhkan terapi oksigen (O2) oleh karena infark miokard dan keracunan karbon
monoksida (CO)

d. Ventury Mask

Venturi mask merupakan metode pemberian oksigen yang paling akurat dan dapat
diandalkan untuk konsentrasi oksigen yang tepat melalui cara non invasif. Masker dibuat
sedemikian rupa sehingga memungkinkan udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen
yang telah ditetapkan. Masker ini digunakan terutama bagi pasien PPOM karena memberikan
suplemen oksigen tingkat rendah, sehingga menghindari resiko dorongan hipoksik.
Venturi mask menerapkan prinsip entrainmen udara (menjebak udara seperti vakum), yang
memberikan aliran udara yang tinggi dengan pengayaan oksigen terkontrol. Prinsip pemberian
O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian
akan dihimpit untuk mengatur suplai oksigen  sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya
udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak.
Kelebihan gas keluar masker melalui cuff perforasi, membawa gas tersebut bersama
karbondioksida yang dihembuskan. Metode ini memungkinkan konsentrasi oksigen yang
konstan untuk dihirup yang tidak tergantung pada kedalaman dan kecepatan pernafasan.
Masker harus terpasang dengan pas, untuk mencegah oksigen mengalir ke dalam mata,dan
kulit pasien diperiksa terhadap iritasi. Prinsip pemberian oksigen dengan alat ini yaitu gas yg
dialirkan dari tabung akan menuju ke masker yg kemudian akan dihimpit utk mengatur suplai
oksigen sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara
yg dihasilkan lebih banyak.
Venturi mask dapat memberikan aliran yg bervariasi : 4–14 liter/menit dgn konsentrasi 24–
50%. Dipakai pd pasien dg tipe ventilasi tidak teratur. (FIO2 24%–28%).

3. Interpreting Cardiac Dysrythmias

A. Takikardia adalah keadaan di mana detak jantung melebihi 100 kali per menit. Dalam
keadaan normal, jantung berdetak sebanyak 60 hingga 100 kali per menit.  Kondisi
percepatan detak jantung tersebut normal terjadi saat seseorang sedang berolahraga,
atau merupakan respon tubuh terhadap stress, trauma, serta penyakit. Keadaan ini
disebut sinus takikardia.
B. Bradikardia adalah kondisi di mana jantung berdetak lebih lambat dari biasanya.
Melambatnya detak jantung seseorang umumnya tidak menimbulkan gejala. Namun,
jika melambatnya detak jantung sering terjadi dan disertai gangguan irama jantung, hal
itu akan berdampak pada organ dan jaringan tubuh lain yang tidak terpenuhi pasokan
darahnya Detak jantung normal seseorang berbeda-beda, tergantung usia.

C. Atrial premature complexes (APCs) adalah jenis dari aritmia jantung yang ditandai
dengan denyut jantung prematur yang berasal dari atrium. Nama lain untuk Atrial
premature complexes adalah kontraksi atrium prematur.
D. Supraventricular tachycardia (SVT) adalah kondisi di mana jantung berdetak terlalu
cepat. Jadi, darah tidak sepenuhnya masuk ke dalamnya. SVT biasa terjadi saat jantung
berdetak 150-250 beat per minute (bpm), dibandingkan detak normalnya yang 60-100
bpm. Gangguan SVT meliputi aritmia dari atrial fibrillation kronis (AFIB) hingga
paroxysmal sinus tachycardia.

E. Atrial flutter adalah gangguan irama jantung yang mirip dengan atrial fibrilasi. Atrial
flutter terjadi ketika jantung Anda berdetak dengan cepat karena terlalu banyak impuls
listrik yang tidak biasa. Atrial bergetar ketika mereka mencoba untuk bersentuhan,
tetapi kontraksi terjadi terlalu cepat.
F. Atrial fibrilasi adalah kondisi jantung di mana denyut jantung tidak beraturan dan sering
kali cepat. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko stroke, gagal jantung, dan komplikasi
terkait penyakit jantung lainnya.

G. Kontraksi ventrikel prematur adalah gangguan detak jantung yang menyebabkan


jantung berdetak secara tidak biasa. Kontraksi ventrikel prematur (PVC) terjadi saat ada
denyut jantung tambahan yang tidak normal dalam ventrikel yang menyebabkan irama
detak jantung yang terlalu dini. Detak jantung ini tidak bekerja dengan baik dalam
memompa darah ke seluruh tubuh.
H. Ventricular tachycardia atau ventrikel takikardi adalah kondisi di mana ventrikel (bilik)
jantung berdetak terlalu cepat. Hal ini disebabkan oleh gangguan aliran listrik jantung
dengan penyebab yang bervariasi.

I. Ventricular tachycardia atau ventrikel takikardi adalah kondisi di mana ventrikel (bilik)
jantung berdetak terlalu cepat. Hal ini disebabkan oleh gangguan aliran listrik jantung
dengan penyebab yang bervariasi

J. Ventricular fibrillation atau ventrikel fibrilasi adalah salah satu jenis gangguan irama
jantung. Bilik jantung yang seharusnya berdenyut, menjadi hanya bergetar saat terjadi
ventrikel fibrilasi. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan aliran listrik pada jantung.
K. First Degree A V Block adalah semua impuls dari atria yang mencapai ventrikel sedikit
lebih lambat dari biasanya. Ini adalah tingkat paling ringan yang tidak membutuhkan
campur tangan dokter.

L. Second-degree AV block adalah impuls listrik dari atria yang tidak sampai ke ventrikel
menyebabkan detak jantung tidak teratur atau kehilangan ritme.
M. Third-degree A V block adalah tidak ada impuls listrik dari atria yang mencapai ventrikel
menyebabkan atria dan ventrikel kontraksi total.

Sumber

WWW.alodokter.com
WWW.hellosehat.com
https://www.honestdocs.id/atrial-premature-complexes#:~:text=Atrial%20premature
%20complexes%20(APCs)%20adalah,complexes%20adalah%20kontraksi%20atrium
%20prematur.

Anda mungkin juga menyukai