Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Teknik Energi Volume 9 Nomor 1 November 2019 ISSN: 2089-2527

STUDI SISTEM BAHAN BAKAR GAS PADA SUPERHEATER


UNTUK PENGEMBANGAN BAHAN BAKAR ALTERNATIF
Bambang Puguh Manunggal, M.Eng1 , Slameto,M.Eng2

1
Jurusan Teknik Konversi Energi, Politeknik Negeri Bandung
2
Jurusan Teknik Konversi Energi, Politeknik Negeri Bandung

ABSTRAK

Kebutuhan energi di Indonesia terutama penggunaan bahan bakar solar yang semakin
meningkat dan emisi gas buang yang semakin tinggi menyebabkan pemanasan global
merupakan permasalahan yang perlu diatasi. Untuk itu perlu adanya pengembangan bahan
bakar alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak dengan emisi gas buang yang ramah
lingkungan. Penggunaan bahan bakar gas sebagai bahan bakar alternatif untuk proses
pembakaran di Superheater sangat berpeluang diterapkan di Indonesia dengan cadangan gas
yang sangat melimpah. Dalam studi ini, dilakukan pengujian mesin superheater dengan
menggunakan bahan bakar Solar. Data awal yang diperlukan antara lain adalah konsumsi
bahan bakar, kondisi uap sebelum dan sesudah pembakaran. Analisa pengujian bahan bakar
solar meliputi analisa bahan bakar dan aspek ekonomi. Dari hasil analisa tersebut dilakukan
perbandingan jika seperheater beroperasi dengan menggunakan bahan bakar gas. Hasil dari
pemilihan burner gas dengan Heat Output: 18 sd 58 KW, 15.500 sd 50.000 Kcal/h dan Tekanan
Gas sebesar 16 sd 200 mbar, konsumsi bahan bakar LPG sebesar1,63 kg/jam, jauh lebih rendah
dibandingkan konsumsi bahan bakar solar menggunakan oil burner sebesar 3,328 kg/jam
Biaya konsumsi bahan bakar LPG menggunakan gas burner sebesar Rp. 21.135/jam, lebih
hemat dibandingkan biaya konsumsi bahan bakar solar menggunakan oil burner sebesar Rp.
49.000/jam. Efisiensi termal superheater meningkat dari 38,71%. menggunakan oil burner
menjadi 73,51%, dengan menggunakan gas burner

Kata kunci : Bakab bakar alternatif, Superheater, Gas Burner.

I PENDAHULUAN negeri, sehingga peningkatan kebutuhan ini


I.1 Latar Belakang dipenuhi oleh penambahan dari impor.
Energi merupakan salah satu Melihat ketergantungan yang sangat tinggi
kebutuhan penting dalam kehidupan dari minyak impor ini, sudah saatnya
manusia. Seiring berjalannya waktu, Indonesia mengkaji pemanfaatan bahan
permintaan akan energi terutama minyak bakar gas untuk memenuhi kebutuhan di
solar/diesel di Indonesia terus meningkat. sektor industri maupun transportasi, baik
Peningkatan kebutuhan bahan bakar LPG, CNG maupun LNG atau gas hasil
khususnya minyak solar tentunya akan gasifikasi lainnya sebagai energi bahan bakar
diikuti dengan peningkatan dampak yang lebih murah, aman dan ramah
lingkungan yang ditimbulkan dari lingkungan.
pembakaran bahan bakat tersebut. Beberapa penelitian terkait dengan
Disamping pengaruh dampak lingkungan, konversi bahan bakat solar ke gas telah
peningkatan permintaan bahan bakar ini akan banyak dilakukan antara lain oleh Eflita
menguras ketersediaan bahan bakar yang Yohana dan Askhabulyamin (2012) [1],yang
berasal dari minyak bumi. Ketersediaan melakukan yang penelitian terkait dengan
cadangan minyak bumi yang berasal dari konversi bahan bakar dari minyak solar ke
penambangan dalam negeri tidak mampu gas pada boiler dan superheater. Pada
mengimbangi kebutuhan minyak dalam penelitian ini dibahas tentang perbandingan

64
Jurnal Teknik Energi Volume 9 Nomor 1 November 2019 ISSN: 2089-2527

perhitungan biaya yang diperlukan oleh


boiler berbahan bakar solar dengan boiler Jurusan Teknik Konversi Energi memiliki
berbahan bakar gas untuk menghasilkan laboratorium Pembangkit Listrik Tenaga Uap
steam output yang sama. Dari perhitungan, (PLTU) dimana salah satunya terdapat
kebutuhan bahan bakar yang dikeluarkan Superheater yang melayani beberapa kegiatan
untuk boiler dan LNG masing–masing adalah praktikum baik dalam rangka mempelajari
260,79 kg/jam = 0,265 m3/jam dan 21 operasi PLTU hingga melakukan audit kinerja
m3/jam. Sedangkan untuk biaya yang dari PLTU. Selama ini bahan bakar yang
dikeluarkan Rp 1.319.797,00/jam dan Rp digunakan adalah bahan bakar solar. Seiring
27.300,00/jam. Sehingga akan didapat dengan digaungkannya penggunaan energi
penghematan sebesar Rp 1.292.497,00/jam alternatif, maka perlu dilakukan studi
untuk pembelian bahan bakar. Finus Ainun penggunaan bahan bakar alternatif berupa gas
dan Jamaaluddin (2018) melakukan untuk pengoperasinanya.
penelitian perhitungan efisiensi boiler
dengan membandingkan bahan bakar minyak
solar dengan gas [2]. Dengan menggunakan I.2 Tujuan Penelitian
metode langsung didapatkan hasil rata rata Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan
dengan bahan bakar solar adalah 40,7% dan studi penggunaan bahan bakar alternatif
dengan menggunakan bahan bakar gas berupa bahan bakar gas sebagai sarana
berkisar 45,84%. pembakaran pada superheater. Studi
Pengembangan bahan bakar alternatif dilakukan dengan metode pengujian dengan
dengan gas buang yang ramah lingkungan menggunakan bahan bakar solar. Hasil
perlu dilakukan untuk mengatasi perhitungan dan analisa penggunaan bahan
permasalahan dampak lingkungan serta bakar solar selanjutnya dilakukan analisa jika
kelangkaan energi yang berasal dari minyak superheater dioperasikan dengan
bumi tersebut. Dengan melakukan konversi menggunakan bahan bakar gas. Dengan
energi dari bahan bakar solar ke bahan bakar perbandingan nilai kalor bakan bakar gas serta
gas diharapkan dapat menekan pertumbuhan sifat sifat yang dimiliki bahan bakar gas, dapat
ketergantungan akan minyak bumi dan dipresiksi konversi bahan bakar gas yang
digantikan dengan bakan bakar gas. diperlukan serta potensi pengaruh dampak
Dalam penelitian ini akan dilakukan lingkungan yang dapat dikendalikan. Dari
studi pada mesin Superheater di hasil penelitian ini diharapkan akan dilakukan
Laboratorium Pembangkit Energi Termal penelitian lebih lanjut dengan melakukan
sebagai wujut peran serta pengembangan retrofit penasangan burner gas yang sesuai.
energi alternatif. Dengan melakukan uji
konsumsi bahan bakar pada mesin
superheater dapat diprediksi kebutuhan I.3 Rumusan Masalah
bahan bakar solar pada mesin superheater, Superheater merupakan mesin pembakaran
selanjutnya akan dapat diprediksi berapa yang berada pada deretan pembangkit listrik
banyak kebutuhan bahan bakar sebagai tenaga uap. Uap dari hasil kerja boiler
pengganti solar. Disamping itu dapat dialirkan menuju superheater untuk dinaikkan
dihitung potensi pengaruh dampak kwalitas uapnya hingga menjadi uap kering
lingkungan yang dapat dikendalikan dan selanjutnya dialirkan ke turbin uap. Kerja
superheater dengan hasil berupa uap dengan
kondisi uap panas lanjut dilakukan dengan
proses pembakaran menggunakan bahan
bakar solar. Dampak dari pembakaran solar
ini adalah turut menyumbang emisi
lingkungan dari sisa hasil pembakaran.
Dengan melakukan analisa perubahan bahan
bakar menggunakan bahan bakar gas, dapat
Gambar 1. Unit Superheater dan alat uji diketahui besarnya konsumsi bahan bakar gas
emisi gas buang dan biaya operasi.

65
Jurnal Teknik Energi Volume 9 Nomor 1 November 2019 ISSN: 2089-2527

II. DASAR TEORI karbon yang panjang. Akibatnya, bahan bakar


II.1 Superheater solar lebih stabil dibandingkan bahan bakar
Superheater merupakan mesin pembakaran bensin. namun memerlukan temperature yang
yang berada pada deretan pembangkit listrik lebih tinggi untuk menguapkanya. Bahan
tenaga uap. Uap dari hasil kerja boiler bakar solar sebagian besar terdiri dari senyawa
dialirkan menuju superheater untuk dinaikkan hidrokarbon dan non-hidrokarbon yang
kwalitas uapnya hingga menjadi uap kering mengandung senyawa non-logam.
dan selanjutnya digunakan untuk melakukan Bahan bakar solar ini digolongkan
kerja pada turbin atau mesin uap. Dengan berdasarkan jenis putaran mesinnya, yaitu:
menggunakan uap kering untuk kerja pada • Automotive Diesel Oil
turbin, kemungkinan timbulnya bahaya yang (ADO), bahan bakar untuk mesin
disebabkan terjadinya pukulan balik atau back berkecepatan diatas 1000 rpm, bahan
stroke yang diakibatkan mengembunnya uap bakar ini biasanya digunakan untuk
belum pada waktunya sehingga menimbulkan kendaraan bermotor.
vakum di tempat yang tidak semestinya di • Industrial Diesel Oil (IDO),
daerah ekspansi. bahan bakar ini digunakan untuk mesin
Temperatur uap yang dihasilkan superheater berkecepatan kurang dari atau sama
sangat dipengaruhi temperatur gas asap. dengan 1000 rpm, biasanya digunakan
Perbedaan temperatur yang terkecil antara dua untuk kebutuhan industri.
aliran gas asap dengan uap disebut dengan
titik penyempitan (pinch point) a-x dan b-y Untuk menilai kinerja dari bahan bakar solar
(gambar 3) minimum 20oC. Boiler superheater perlu diketahui mengenai karakteristik
memproduksi superheated steam atau kering. minyak solar tersebut. Viskositas tahanan
Uap air ini menyimpan lebih banyak energi aliran yang dimiliki oleh suatu fluida dalam
panas dari pada uap air saturated (uap air pipa kapiler terhadap gaya grafitasi. Pada
basah), ditandai dengan nilai entalpi yang bahan bakar solar yang mempunyai angka
lebih tinggi. Uap air yang diproduksi oleh cetane yang relatif tinggi maka bahan bakar
boiler konvensional umumnya hanya dapat menyala pada temperature yang rendah..
mencapai fase saturated, dan pada boiler Bahan bakar solar adalah bahan bakar minyak
superheater uap air saturated ini akan hasil sulingan dari minyak bumi mentah.
dipanaskan lebih lanjut mencapai fase Bahan bakar ini berwarna kuning coklat yang
superheated. Selain menyimpan energi panas jernih (Pertamina: 2005). Sifat sifat utama
yang lebih besar, uap air superheater juga bahan bakar solar meliputi:
menghilangkan sifat basah dari uap saturated 1. Rumus kimia : C10 – C20
sehingga tidak akan terjadi kondensasi yang 2. Warna kekuningan dan berbau
terlalu cepat di dalam mesin yang 3. Encer dan tidak menguap pada temperatur
menggunakan uap air tersebut. Keuntungan lingkungan
utama menggunakan boiler superheater dapat 4. Mempunyai titik nyala yang tinggi (40°C -
mengurangi konsumsi bahan bakar dan air. 100°C)
5. Terbakar secara spontan pada temperatur
350°C
6. Mempunyai berat jenis sekitar 0.832 kg/L
7. Mempunyai kandungan sulfur yang lebih
besar dari pada bensin
8. Angka Cetana 40-55
9. Nilai kalor bahan bakar (LHV) sebesar
43000 kJ/kg
Gambar 2. Superheater

II.2. Minyak Solar


Bahan bakar solar lebih berat dibandingkan
dengan bahan bakar bensin, karena memiliki Gambar 3. Minyak solar
atom karbon yang banyak dengan rantai

66
Jurnal Teknik Energi Volume 9 Nomor 1 November 2019 ISSN: 2089-2527

Tabel 1. Spesifikasi Bahan Bakar Minyak tetapi biasanya gas tersebut dapat
Jenis Minyak Solar langsung digunakan sebagai
bahan bakar setelah proses
kompresi.
4. CNG ini sebagian besar terdiri
dari hidrogen oleh karena itu
CNG merupakan bahan bakar
yang lebih ringan dari udara.
Maka dari itu CNG sangat aman
digunakan karena jika terjadi
kebocoran dalam sistem maka
gas hanya akan dilepas ke
atmosfer.

Gambar 4. Tabung gas CNG

Tabel 2. Spesifikasi Kandungan CNG


No. Karakteristik CNG

1 Komposisi CH4

2 Densitas 0,6 kg/m3


II.3 CNG
Gas alam terkompresi (Compressed natural 3 17,51
Berat Molekul
gas, CNG), merupakan bahan bakar alternatif kg/kmol
selain bensin atau solar. Komposisi CNG
yaitu hanya terdiri dari gas metana (CH4) yang 4 47476
Nilai Kalori
di kompresi dan di ekstrak dari gas alam. kj/kmol
Biasanya tabung CNG ini berbentuk silinder.
Pengisian CNG dapat dilakukan dari sistem 5 AFR Stoikiometri 16,15
bertekanan rendah maupun tinggi. Untuk 6 Temperatur 521,4oC
penanganan CNG perlu dilakukan secara Penyalaan Minimal
berhati-hati. Adapun sifat dari CNG itu
sendiri yaitu sebagai berikut: 7 Kecepatan Nyala 0,66 m/s

1. CNG pada dasarnya terdiri dari 8 Angka Oktan 130


metana saja.
2. Dari sudut fisik CNG tidak 9 LHV 56328
mencair di bawah tekanan tinggi kj/kg
dan akan tetap dalam bentuk gas,
kecuali didinginkan pada saat II.4 LPG
temperature tertentu. LPG berasal dari hasil pengolahan minyak
3. CNG secara langsung berasal bumi yang telah melewati proses destilasi
dari daerah gas dan proses satu- bertingkat, dan terjadilah pemisahan
satunya yang dapat dilakukan berdasarkan nilai titik didih. Minyak mentah
yaitu hanya menyaring gas, mengalami pemisahan menjadi bahan – bahan

67
Jurnal Teknik Energi Volume 9 Nomor 1 November 2019 ISSN: 2089-2527

yang lainnya. Dan disinilah terbentuknya LPG dan batas bawah akan terjadi nyala api atau
(setelah melalui pengolahan lanjutan). ledakan. Namun bila perbandingan campuran
Komponen utama dari LPG ini merupakan anatara gas dan udara berada di bawah atau di
propane (C3H8) dan butana (C4H10) sebanyak atas batas nyala maka tidak akan terjadi
99% dengan perbandingan komposisi 30:70 pembakaran. Dan nilai batas
dan 1% etana (C2H6) juga pentana (C5H12). nyala (Flammable Range) untuk propan
Reaksi pembakaran gas LPG adalah sebagai adalah antara 2,4% sampai dengan 9,6% dan
berikut : butan antara 1,9% sampai dengan 8,6%.
Propana, C3H8 + 5O2 3CO2 + 4H20
Butana, 2C4H10 + 13O2 8CO2+10H20
LPG, C3H8 + C4H10 + 11,5O2 7CO2 + 9H20 II.5 Penelitian Terkait
Berikut merupakan sifat dari LPG, yaitu: Beberapa penelitian terkait studi
1. Wujud penggunaan bahan bakar gas sebagai
LPG berwujud gas bila dikeluarkan dari pengganti bahan bakar solar antara lain Donal
tabungnya, namun bila di dalam tabung Daniel dan Riza Zulkarnain dari Peneliti dan
sebagian berwujud cair dan sebagian Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi
berwujud uap. Hal ini diakibatkan oleh adanya Kelautan Perikanan pada tahun 2011[3],
perubahan temperature yang diperkecil dan melakukan pengujian dengan Pemanfaatan
tekanan yang diperbesar. Sistem Dual Fuel (Gas LPG-Solar), pengujian
2. Massa Jenis dilakukan dengan cara memodifikasi air
Dilihat dari komposisinya, masa jenis butana intake dengan dipasang mixer agar LPG dapat
lebih besar daripada propane dan massa jenis masuk ke ruang bakar. Pengujian dilakukan
propane lebih besar dari massa jenis udara. dengan variasi putaran dan throttle yang
Berikut besar massa jenis butana, propane dan dibuka penuh. Hasilnya terjadi penurunan
udara yaitu sebesar 2,703 kg/m3, 2,004 kg/m3, daya karena knocking meskipun terjadi
dan 1,293 kg/m3. Karena massa jenis LPG penghematan solar.
lebih besar dari massa jenis udara maka gas Gurski, B & Guarco, J & Nunziante,
LPG cenderung bergerak kebawah. Massa N. pada tahun 2013 melakukan penelitian
jenis LPG ketika dalam fase cair yaitu 582,37 dengan judul A successful conversion solid
kg/m3 dan dalam fase gas yaitu sebesar 18,357 fuel to natural gas boiler and firing system [4].
kg/m3. Pada penelitian ini dilakukan dengan
3. Specific Gravity memodifikasi bahan bakar menggunakan
Specific gravity atau yang bisa disebut bahan bakar gas alam, dari penelitian tersebut
pula massa jenis relative yaitu perbandingan menunjukan emisi gas buang lebih baik
antara massa jenis gas dengan massa jenis dibandingkan menggunakan bahan bakar
udara. LPG mempunyai nilai massa jenis padat.
relatif yang lebih besar dibandingkan dengan Ahlan Zulfakhri dari Asosiasi
udara. Massa jenis dari propana yaitu 1,55 dan Pemuda Maritim Indonesia pada tahun 2013
butana adalah 0,9. Hal ini menyebabkan telah melakukan penelitian mengenai
dalam penyimpanan diharapkan lebih tinggi penggunaan bahan bakar gas untuk kapal
sedikit agar bila terjadi kebocoran gas bisa nelayan [4]. Penelitian ini dilakukan dengan
dengan cepat keluar dan bercampur dengan menggunakan DongFeng ZS-1100 dengan
udara. putaran yang divariasikan. Dalam penelitian
4. Temperatur Nyala ini didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan
Temperatur nyala dari propana adalah LPG pada dual fuel mampu menggantikan
510°C dan temperatur nyala butana adalah konsumsi solar seluruhnya sebesar 71%.
460°C. Yang mana bila terjadi kebocoran Komposisi gas LPG yang dihasilkan
maka gas tidak kana terbakar dengan mencapai 60% dari total pemakaian bahan
sendirinya. Karena untuk menimbulkan nyala bakar saat dual fuel.
pada gas ini dibutuhkan alat penyala. Perusahaan Cummins Inc.
5. Batas Nyala memproduksi mesin dual fuel QSK50. Mesin
Batas nyala merupakan perbandingan ini mampu bekerja dengan 100% solar atau
campuran antara gas dan udara, dimana pada dual fuel (campuran solar dan bahan bakar
batas tertentu yang memiliki nilai batas atas gas) [5]. Cara kerja mesin ketika

68
Jurnal Teknik Energi Volume 9 Nomor 1 November 2019 ISSN: 2089-2527

menggunakan bahan bakar ganda yaitu, gas • Nkbb solar = 44.998,92 kJ/kg
masuk bersama dengan udara ditarik ke dalam Berdasarkan data pada pengambilan data saat
silinder dengan perbandingan udara-bahan 3 menit, maka konsumsi bahan bakar (ṁbb),
bakar yang lebih kecil dibanding saat single efisiensi termal superheater (ɳ), dan biaya
fuel. Bahan bakar diesel masuk saat akhir bahan bakar untuk pengujian oil burner yaitu
tekanan kompresi, dan terjadilah pembakaran. sebagai berikut:
Gas menggantikan diesel dengan tingkat 1. Konsumsi Bahan Bakar (ṁbb)
penggantian 50-70%. Tingkat penggantian V
a. Qbb solar = bb
maksimum yaitu 70% yang dapat dicapai oleh t
0,2 L 60 menit
Cummins Dual Fuel untuk aplikasi dengan = ×
3 menit 1 jam
faktor beban tinggi. Pada rentang nilai tingkat = 4 L/jam
substitusi ini lah, mesin dapat bekerja dengan
baik, dan merupakan pergantian bahan bakar b. ṁbb solar = Qbb solar × ρsolar
diesel menjadi bahan bakar gas maksimal. L kg
=4 × 0,832
jam L
III. HASIL PENELITIAN = 3,328 kg/jam

III.1 Pengujian Oil Burner pada Superheater 2. Efisiensi Termal Superheater (ɳ)
Pengujian oil burner dilakukan berdasarkan a. Entalpi Uap (h)
waktu yaitu per satu menit menggunakan Berdasarkan tabel A-4
stopwatch. Pengujian dilakukan hingga Properties of Saturated Water
temperatur keluar superheater (Pout sup) yang terdapat pada Lampiran B,
mencapai 240°C dan tekanan boiler (Pboiler) didapatkan:
sebesar 4 bar dengan kualitas uap (x) adalah Tsteam in = 146 °C,
0,9. Kualitas uap diukur menggunakan hf = 614,97 kJ/kg
kalorimeter yang bekerja dengan cara hfg = 2.126,46 kJ/kg
memisahkan uap dan air pada uap basah. Uap Berdasarkan tabel A-6
mengalir melalui condenser untuk dicairkan. Properties of Superheated Water
Berdasarkan pengukuran selama 7 menit Vapor yang terdapat pada
untuk mendapatkan kondensat hasil Lampiran B, didapatkan:
pendinginan uap (Vkondensat) sebanyak 1.000 Tsteam out = 240 °C,
mL, didapat air yang terpisahkan dari uap hsup = 2.939,9 kJ/kg
(Vair) sebanyak 100 mL.
b. Energi yang diterima uap (Esteam)
Vkondensat 1.000 mL
X= = = 0,9 Esteam = ṁu (hsup - (hf +
Vair + Vkondensat (100+1.000) mL kg
x.hfg)) = 141 × (2.939,9 –
jam
Data hasil pengujian oil burner disajikan (614,97 + (0,9 × 2.126,46)))
pada Tabel 3 kJ/kg = 57.967,36 kJ/jam

Tabel 3. Data hasil pengujian oil burner c. Energi hasil pembakaran (Ebb)
pada superheater Ebb = ṁbb × Nkbb solar
kg kJ
= 3,328 × 44998,92
jam kg
= 149.756,41 kJ/jam

d. Efisiensi Termal (ɳ)


E
ɳ = 𝑠𝑡𝑒𝑎𝑚 × 100%
Ebb
57.967,36 kJ/jam
= × 100%
149.756,41 kJ/jam
Volume diukur menggunakan alat ukur fuel
= 38,71 %
flow pada instrumen superheater yang
ditunjukkan oleh Gambar III.2.
3. Biaya Konsumsi Bahan Bakar
Diketahui:
Harga Solar = Rp. 12.250/L
• ρsolar = 0,832 kg/L

69
Jurnal Teknik Energi Volume 9 Nomor 1 November 2019 ISSN: 2089-2527

Total Biaya= Harga solar × Qbb solar sebesar 91 mm, seperti terlihat pada gambar
𝑅𝑝.12.250 dibawah.
= × 4 L/jam
𝐿
= Rp. 49.000/jam

III.2 Pemilihan Burner Gas


Pemilihan burner gas didasarkan pada data
pengujian superheater dengan menggunakan
burner berbahan bakar solar. Hasil uji dengan
menggunakan bahan bakar solar menunjukan
nilai konsumsi solar per waktu adalah 0,3
liter/3 menit. Dengan memperhitungkan
massa jenis solar (ρsolar) sebesar 0,832 (kg/L) dan Gambar 9. Dimensi burner gas
nilai kalor bahan bakar solar (Nkbb solar) sebesar
44.998,92 kJ/kg, maka konsumsi bahan bakar III.2.2 Spesifikasi Burner Gas
solar adalag sebesar 149.756,41 kJ/jam , atau Berdasarkan hasil pengujian superheater
setara dengan 41,043 (KW). dengan menggunakan bahan bakar cair
dengan konsumsi bahan bakar sebesar
3.2.1 Pertimbangan konsumsi kalor 44.998,92 kJ/kg, maka konsumsi bahan bakar
bahan bakar solar adalag sebesar 149.756,41 kJ/jam , atau
Dengan perilaku konsumsi bahan bakar solar setara dengan 41,043 (KW). Maka
yang cenderung konstan sebesar 149.756,41 direkomendasikan pemilihan burner gas yang
kJ/jam , atau setara dengan 41,043 (KW). sesuai dengan kebutuhan pembakaran pada
maka dapat dilakukan pendekatan pemilihan superheater.
burner gas yang sesuai dengan konsumsi
energi untuk operasi pembakaran pada Tabel 7. Data Teknik Gas burner
superheater. Beberapa spesifikasi yang telah
dipilih antara lain:
Tabel 6. Spesifikasi Gas burner

Sumber : www.rielloburners.co.uk Data Teknis Konsumsi bahan bakar gas


Dilihat dari kebutuhan energi bahan bakar sebesar :1,63 kg/jam atau setara dengan 3,13
sebesar 41,043 KW, maka pendekatan yang L/jam akan merubah uap dari temperature 146
sesuai adalah dengan menggunakan burner °C dengan Entalpi Uap 2.126,46 kJ/kg
gas dengan heat output dengan menggunakan menjadi uap pada temperature 240 °C dengan
Natural gas berkisar antara 16 KW sampai 48 Entalpi sebesar 2.939,9 kJ/kg akan
KW. menghasilkan efisiensi pembakaran sebesar
73,51 %. Denganharga gas LPG sebesar Rp.
III.2.1 Pertimbangan dimensi dan bentuk 13.000/kg atau setara dengan Rp. 6.760/L,
burner maka biaya operasi superheater adalah sebesar
Pemilihan dimensi merupakan pertimbangan Rp. 21.135/jam
kesesuaian bentuk dan ukuran apakan burner III.2.3 Perbandingan Hasil Pengujian Oil
gas yang dipilih dapat dipasang pada Burner dan Gas Burner Burner Gas
superheater. Dengan dimensi lubang burner Berdasarkan hasil pengolahan data,
pada superheater sebesar 95 mm, maka dipilih perbandingan hasil pengujian bahan bakar
tipe burner dengan ukuran combustion head solar menggunakan oil burner dan asumsi
menggunakan perbandingan data teknis

70
Jurnal Teknik Energi Volume 9 Nomor 1 November 2019 ISSN: 2089-2527

konsumsi bahan bakar dengan Burner Gas dengan konsumsi bahan bakar
maka dapat dilakukan beberapa analisa antara sebanyak 1,63 kg/jam sedangkan nilai
lain : energi hasil pembakaran solar yaitu
1. Konsumsi Bahan Bakar Solar dan sebesar 149.756,41 kJ/jam dengan
LPG konsumsi bahan bakar sebanyak
Perbandingan konsumsi bahan bakar 3,328 kg/jam. Konsumsi bahan bakar
solar menggunakan oil burner dan dipengaruhi nilai kalor bahan
bahan bakar LPG menggunakan data bakarnya, satu kilogram LPG dapat
teknis gas burner disajikan pada menghasilkan energi sebesar 48.846
Gambar IV.1. kJ sedangkan satu kilogram solar
dapat menghasilkan energi sebesar
44.998,92 kJ.
Konsumsi Bahan Bakar untuk 2. Biaya Konsumsi Bahan Bakar
Pemanasan hingga Tsteam out max Solar dan LPG
(240°C) Perbandingan biaya konsumsi bahan
bakar solar menggunakan oil burner
4
dan bahan bakar LPG menggunakan
Laju Alir Massa (kg/Jam)

Solar gas burner disajikan pada Gambar


2 IV.4. Biaya gas burner berbahan
LPG bakar LPG dibandingkan dengan
biaya oil burner berbahan solar
0
dengan harga solar yang
Gambar 10. Grafik perbandingan konsumsi diperuntukkan untuk industri.
bahan bakar solar dan LPG
Biaya Bahan Bakar untuk
Pemanasan hingga Tsteam out max
Gambar 10. merupakan
perbandingan konsumsi bahan bakar (240°C)
solar dan LPG. Konsumsi bahan 60000
Biaya (Rupiah)

bakar solar yaitu sebesar 3,328 kg/jam


sedangkan konsumsi bahan bakar 40000 Solar
LPG yaitu 1,63 kg/jam untuk LPG
20000
memanaskan uap hingga temperatur
uap keluar superheater (Tsteam out) 0
sebesar 240°C. Konsumsi bahan
bakar (ṁbb) LPG lebih sedikit Gambar 11. Grafik perbandingan biaya
dibandingkan solar dikarenakan gas konsumsi solar dan LPG
burner berbahan bakar LPG dapat
memanaskan uap sebesar 94°C dalam Gambar 11 merupakan perbandingan
waktu 155 detik atau 2,58 menit antara biaya yang perlu dikeluarkan untuk
dengan konsumsi bahan bakar LPG konsumsi bahan bakar solar menggunakan oil
sebanyak 1,63 kg/jam sedangkan oil burner dan konsumsi bahan bakar LPG
burner berbahan bakar solar dapat menggunakan gas burner. Biaya bahan bakar
memanaskan uap sebesar 94°C dalam solar sebesar Rp. 49.000/jam, lebih mahal
waktu 3 menit dengan konsumsi dibandingkan dengan biaya konsumsi bahan
bahan bakar solar sebanyak 3,328 bakar LPG yaitu senilai Rp. 21.135/jam untuk
kg/jam. Hal tersebut dikarenakan memanaskan uap hingga temperatur uap
jumlah konsumsi bahan bakar (Tsteam out) sebesar 240°C. Biaya konsumsi
berpengaruh terhadap energi hasil bahan bakar solar lebih mahal dibandingkan
pembakaran bahan bakar[4], sehingga biaya LPG dikarenakan konsumsi solar yang
nilai energi hasil pembakaran bahan lebih banyak daripada konsumsi LPG serta
bakar LPG lebih rendah dibandingkan harga solar lebih mahal per liternya walaupun
energi hasil pembakaran bahan bakar debitnya lebih rendah.
solar. Nilai energi hasil pembakaran
LPG yaitu sebesar 79.414,14 kJ/jam

71
Jurnal Teknik Energi Volume 9 Nomor 1 November 2019 ISSN: 2089-2527

Efisiensi termal superheater untuk konsumsi bahan bakar solar menggunakan oil
pengujian oil burner yaitu sebesar 38,71% burner yaitu Rp. 49.000/jam untuk
sedangkan efisiensi termal superheater untuk memanaskan uap keluar superheater (Tsteam
pengujian gas burner lebih besar yaitu sebesar out) hingga 240°C.
73,51%. Nilai efisiensi termal superheater 4. Estimasi efisiensi
menggunakan gas burner berbahan bakar Efisiensi termal superheater
LPG lebih besar dikarenakan energi hasil menggunakan gas burner yaitu 73,51%, lebih
pembakaran LPG lebih banyak yang diserap rendah dibandingkan efisiensi termal
uap untuk menaikkan temperatur hingga superheater menggunakan oil burner yaitu
240°C daripada energi hasil pembakaran 38,71%.
solar[5]. Energi yang diserap uap pada
pengujian gas burner yaitu 58.378,47 kJ/jam DAFTAR PUSTAKA
dan energi yang diserap uap pada pengujian
oil burner yaitu 57.967,36 kJ/jam dengan 1. Donal Daniel dan Riza Zulkarnain, 2013,
sumber energi yang diserap berasal dari energi Pemanfaatan Sistem Dual Fuel ( Gas LPG
hasil pembakaran bahan bakar yang berbeda. dan Solar), Pusat Pengkajian dan
Perekayasaan Teknologi Kelautan
IV. KESIMPULAN Perikanan.
Berdasarkan analisa, perhitungan dan 2. Eflita Yohana dan Askhabulyamin, 2012,
referensi pada bab VI, maka burner terpasang Perhitungan Efisiensi Dan Konversi
pada superheater P7623 menggunakan oil Dari Bahan Bakar Solar Ke Gas Pada
burner Nu-way NLO2, tipe Single Coil, Boiler Ebara HKL 100 KA, Universitas
independently oil fired, dengan tekanan kerja Diponegoro Semarang.
5 sd 10,3 bar, dapat digantikan dengan 3. Finus Ainun dan Jamaaluddin (2018)
menggunakan burner berbahan bakar gas Perhitungan Perbandingan Efisiensi
dengan spesifikasi : Boiler Dengan Membandingkan Bahan
1. Spesifikasi Burner Bakar Minyak Solar Dengan Gas.
o Type : Gas Burner 4. Gurski, Bill & Guarco, John & Nunziante,
o Heat Output : 18 sd 58 Nando. (2014). Solid Fuel to Natural Gas
KW, 15.500 sd 50.000 Kcal/h Conversions for Circulating Fluid Bed
o Tekanan Gas : 16 sd 200 Boilers.
mbar 5. https://www.prosesindustri.com/2015/02/
2. Konsumsi bahan bakar defenisi-bahan-bakar-diesel-solar.html
Konsumsi bahan bakar (ṁbb LPG) LPG 6. http://www.litbang.esdm.go.id/buku-
menggunakan gas burner yaitu 1,63 kg/jam, km/penelitian-aplikasi-dan-kinerja-dme-
lebih rendah dibandingkan konsumsi bahan murni-sebagai-bahan-bakar-alternatif-
bakar (ṁbb solar) solar menggunakan oil burner substitusi-lpg-untuk-burner-industri-kecil
yaitu 3,328 kg/jam untuk memanaskan uap 7. https://maul24hours.wordpress.com/201
keluar superheater (Tsteam out) hingga 240°C. 1/10/29/karakteristik-natural-gas-ng-
3. Estimasi biaya operasi dan-compressed-natural-gas-cng-
Biaya konsumsi bahan bakar LPG sebagai-bahan-bakar-alternatif/
menggunakan gas burner yaitu Rp. 8. https://id.scribd.com/doc/297573898/Kar
21.135/jam, lebih hemat dibandingkan biaya akteristik-LPG

72

Anda mungkin juga menyukai