Anda di halaman 1dari 9

Percobaan 1

PENENTUAN KADAR PARACETAMOL

TUJUAN

1. Untuk menentukan panjang gelombang secara manual, menggunakan


kertas grafik, dan bandingkan dengan panjang gelombang secara otomatis
dengan spektrofotometer UV 
2. Untuk mempelajari kelinieran senyawa
3. Untuk menentukan kadar kemurnian parasetamol menurut Farmakofe
Indonesia
TEORI

Spektrofotometer UV/Vis adalah alat analisis sampel dengan


menggunakan prinsipprinsip absorpsi radiasi gelombang elektromagnetik oleh
bahan untuk panjang gelombang sinar UV sampai dengan sinar tampak.
Kegunaan UV/Vis spektrofotometer adalah untuk menentukan kandungan zat
organik/anorganik dalam larutan (Klug dan Cummings, 1994)

Ultraviolet jauh memiliki rentang panjang gelombang ± 10 – 200 nm,


sedangkan ultraviolet dekat memiliki rentang panjang gelombang ± 200-400 nm.
Cahaya UV tidak bisa dilihat oleh manusia, namun beberapa hewan, termasuk
burung, reptil dan serangga seperti lebah dapat melihat sinar pada panjang
gelombang UV. Interaksi senyawa organik dengan sinar ultraviolet dan sinar tampak,
dapat digunakan untuk menentukan struktur molekul

Senyawa organik. Bagian dari molekul yang paling cepat bereaksi dengan
sinar tersebut adalah elektron-elektron ikatan dan elektron-elektron nonikatan
(elektron bebas). Sinar ultralembayung dan sinar tampak merupakan energi, yang
bila mengenai elektron-elektron tersebut, maka elektron akan tereksitasi dari
keadaan dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi, eksitasi elektron-elektron ini,
direkam dalam bentuk spektrum yang dinyatakan sebagai panjang gelombang dan
absorbansi, sesuai dengan jenis elektron-elektron yang terdapat dalam molekul
yang dianalisis. Makin mudah elektron-elektron bereksitasi makin besar panjang
gelombang yang diabsorbsi, makin banyak elektron yang bereksitasi makin tinggi
absorban. Pada spektrofotometri UV-Vis ada beberapa istilah yang digunakan
terkait dengan molekul, yaitu kromofor, auksokrom, efek batokromik atau
pergeseran merah, efek hipokromik atau pergeseran biru, hipsokromik, dan
hipokromik. Kromofor adalah molekul atau bagian molekul yang mengabsorbsi
sinar dengan kuat di daerah UV-Vis, misalnya heksana, aseton, asetilen, benzena,
karbonil, karbondioksida, karbonmonooksida, gas nitrogen. Auksokrom adalah
gugus fungsi yang mengandung pasangan elektron bebas berikatan kovalen
tunggal, yang terikat pada kromofor yang mengintensifkan absorbsi sinar UV-Vis
pada kromofor tersebut, baik panjang gelombang maupun intensitasnya, misalnya
gugus hidroksi, amina, halida, alkoksi.

Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan


atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Parasetamol merupakan obat analgesik non narkotik dengan cara kerja


menghambat sintesis prostaglandin terutama di sistem syaraf pusat (SSP).
Analgesik adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau
menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi umum (Darsono, 2002).

Struktur Kimia Parasetamol

Tablet Parasetamol mengandung Parasetamol C8H9NO2, tidak kurang


dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Baku
pembanding Parasetamol BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
tertutup rapat, terlindung cahaya. Identifikasi:

A. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.

B. Triturat sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 50 mg parasetamol


dengan 50 mL metanol P, saring: filtrat memenuhi uji Identifikasi secara
kromatografi lapis tipis <281>, gunakan fase gerak campuran diklorometan P-
metanol P (4:1).

Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat dan pada suhu ruang
terkendali. Penandaan Jika pada etiket tertera tablet kunyah, kunyah sebelum
ditelan.

Pada industri Farmasi, pengawasan mutu merupakan salah satu bagian dari
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa
produk mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya, agar hasil
produksi yang dipasarkan memenuhi persyaratan CPOB.

Pada persyaratan ini perlu dilakukan penetapan kadar parasetamol dalam


tablet, yang menurut persyaratan Farmakope Indonesia (FI) Edisi IV tahun 1995
yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%.
Penetapan kadar parasetamol dalam suatu sediaan dibutuhkan metode
yang teliti dan akurat. Oleh karena itu terlebih dahulu perlu dilakukan validasi
dimana prosedur ini digunakan untuk membuktikan bahwa metode analisis
memberikan hasil seperti yang diharapkan dengan kecermatan dan ketelitian yang
memadai.

Penelitian ini menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet.


Parasetamol mudah larut dalam air mendidih, sangat mudah larut dalam
kloroform, larut dalam etanol, metanol, dimetil formamida, aseton dan etil
asetat,praktis tidak larut dalam benzen (Ditjen POM, 1995). Berdasarkan
kelarutan dalam metanol, maka dilakukan modifikasi penetapan kadar
parasetamol dengan menggunakan pelarut metanol.

BAHAN BAHAN

Alat –alat dan zat kimia

- Spektrofotometer UV-Vis

- Kuvet 2 buah

- Sejumlah alat gelas lainnya

- kertas grafik

- Parasetamol pembanding

- Parasetamol sampel

- Etanol 95%

- Aquadest

CARA KERJA

Pembuatan Larutan Baku Parasetamol


Buat larutan baku induk parasetamol dengan konsentrasi tertentu, dengan cara
menimbang secara seksama dan dilarutkan dengan etanol 95% sampai dengan
volume tertentu dengan wadah volumetrik.

Pembuatan Kurva Kalibrasi

Buat kurva kalibrasi dengan membuat beberapa seri konsentrasi dengan


mengencerkan larutan baku induk, dengan cara masing-masing ambil atau Pipet
sejumlah volume tertentu (ml) larutan baku induk kedalam labu takar, kemudian
encerkan dengan etanol 95% sampai tanda batas.

  Penentuan panjang gelombang maksimum standar & pembuatan kurva


kalibrasi

Ukurlah serapan dari salah satu larutan diatas dari panjang gelombang 200-400
nm. Dengan menggunakan panjang gel maks tersebut ukurlah serapan masing-
masing konsentrasi larutan baku untuk dapat dibuat kurva kalibrasi.

 Penentuan Kadar Parasetamol Sampel Uji

Sejumlah tertentu yang ditimbang secara seksama sampel parasetamol dilarutkan


dengan etanol 95% dalam labu ukur volume tertentu sampai tanda batas. Ukur
serapannya pada panjang gelombang λ maksimum yang diperoleh larutan baku.

Silahkan analisis dari hasil praktikum yang diperoleh dan tuliskan pada
bagian kesimpulan

1. panjang gelombang maksimum parasetamol standar


2. persamaan regresi dan liniaritas dengan excel bandingkan dengan hasil dari
spektro UV
3. kadar kemurnian parasetamol sesuai standar Farmakofe Indonesia dari larutan
uji.

METODELOGI PENELITIAN

Pembuatan Larutan Baku Parasetamol Kosentrasi 330 ppm Sebanyak 16,6


mg parasetamol baku dimasukkan dalam labu takar 50 mL dan dilarutkan dengan
metanol sampai tanda batas sehingga akan diperoleh kosentrasi 330 ppm. Dari
larutan baku kosentrasi 330 ppm inilah yang akan digunakan untuk pembuatan
seri konsentrasi. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum Dipipet 0,36 mL dari
larutan induk kemudian dimasukkan dalam labu takar 10 mL, diencerkan dengan
metanol sampai tanda batas kemudian larutan tersebut dikocok hingga homogen
dan dimasukkan kedalam kuvet kemudian dibaca absorbansinya pada panjang
gelombang 200-400 nm.

Dari larutan baku Parasetamol 330 ppm dibuat larutan baku dengan
konsentrasi 12,0 ppm dengan cara seperti pada pembuatan seri konsentrasi.
Larutan baku dengan konsentrasi 12,0 ppm tersebut dikocok hingga homogen dan
dimasukkan ke dalam kuvet kemudian dibaca absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum sampai diperoleh absorbansi yang relatif konstan dengan
rentang pembacaan setiap 1 menit sekali.

Pembuatan Kurva Baku

Pembuatan Kurva Baku Larutan baku dengan seri konsentarsi 3,0; 6,0;
9,0; 12,0; dan 15,0 ppm didiamkan selama waktu operating time kemudian dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Dari data hasil absorbansi,
selanjutnya dihitung persamaan kurva bakunya sehingga diperoleh persamaan
garis y = bx + a.

Ketelitian (Precision) Dari larutan baku parasetamol 330 ppm dibuat


larutan baku dengan konsentrasi 12,0 ppm dengan cara seperti pada pembuatan
seri konsentrasi. Larutan baku parasetamol dengan konsentrasi 12,0 ppm tersebut
didiamkan selama waktu operating time kemudian dibaca absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum. Uji ketelitian ini dilakukan dengan lima kali
pengulangan.

Ketepatan (Accuracy)

Ditimbang setara 16,6 mg serbuk tablet parasetamol sampel dan masing-


masing dimasukkan ke dalam labu takar. Pada salah satu labu takar ditambahkan 2
mL larutan baku Parasetamol dengan konsentrasi 330 ppm. Kedua sampel
selanjutnya mengalami perlakuan yang sama yaitu ditambahkan metanol hingga
volumenya 50 mL. Dikocok hingga homogen kemudian dari masing-masing
larutan tersebut diambil 0,09 mL dan diencerkan dengan metanol hingga
volumenya tepat 10 mL lalu dibaca absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum dan operating time. Uji ketepatan metode dilakukan dengan
penambahan larutan baku 330 ppm dengan pengulangan sebanyak 5 kali. Hasil
absorbansi digunakan untuk menghitung harga perolehan kembali (recovery).

Penetapan Kadar Sampel

Ditimbang 16,6 mg zat aktif parasetamol lalu larutkan dengan metanol hingga
volumenya 50 mL dari larutan tersebut diencerkan dengan metanol seperti pada
pembuatan seri kosentrasi hingga 3 ppm. Selanjutnya, dua puluh tablet yang telah
memenuhi keseragaman bobot kemudian digerus hingga halus dan homogen.
Sampel serbuk ditimbang dan dilarutkan, buat perhitungan penimbangan sampel
untuk menentukan berat sampel dan volume larutan yang dibutuhkan masing-
masing sampel dan larutkan hingga kosentrasi 330 ppm lalu encerkan hingga
kosentrasi 3 ppm, kemudian dibaca absorbansinya pada panjang gelombang
maksimum dan operating time. Penetapan kadar dilakukan dengan pengulangan
sebanyak tiga kali dan dilakukan terhadap dua sampel tablet parasetamol merek
dagang dan dua sampel tablet parasetamol generik.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Larutan baku parasetamol dengan kosentrasi tertentu dibuat dengan cara


melarutkan bahan parasetamol tersebut kedalam pelarut yang digunakan. Pelarut
yang digunakan pada penelitian ini adalah metanol. Penggunaan metanol sebagai
pelarut karena parasetamol larut dalam metanol. Selain itu juga, diketahui metanol
memiliki serapan pada panjang gelombang dibawah 210 nm, sehingga metanol
akan meneruskan atau tidak akan menyerap sinar dengan panjang gelombang
diatas 210 nm, akibatnya metanol tidak akan menggangu spektrum serapan dari
parasetamol.

Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Pada Parasetamol

Panjang gelombang maksimum (λ maks) merupakan panjang gelombang


dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi maksimum.
Alasan dilakukan pengukuran pada panjang gelombang maksimum adalah
perubahan absorban untuk setiap satuan kosentrasi adalah paling besar pada
panjang gelombang maksimum, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang
maksimum. Penentuan panjang gelombang pada penelitian ini dilakukan dengan
mengukur absorbansi dari parasetamol pada panjang gelombang ultraviolet yaitu
antara panjang gelombang 200 nm – 400 nm. Dari hasil penelitian yang diperoleh
panjang gelombang maksimum adalah 248 nm
Kurva baku adalah kurva yang diperoleh dengan memplotkan nilai
absorban dengan kosentrasi larutan standar yang bervariasi menggunakan panjang
gelombang maksimum. Kurva ini merupakan hubungan antara absorbansi dengan
kosentrasi. Bila hukum LambertBeer terpenuhi maka kurva kalibrasi berupa garis
lurus. Pada pembuatan kurva baku ini digunakan persamaan garis yang diperoleh
dari metode kuadrat terkecil yaitu y = bx +a, Persamaan ini akan menghasilkan
koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi yang memenuhi persyaratan adalah
lebih dari0,9770.

Perhitungan Kadar

Y=ax +b jika

Y= 0.0218x + 0.3462

Anda mungkin juga menyukai